BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
IV.1
Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Kebutuhan
air
minum
sangat
ditentukan
oleh
kondisi
wilayah
perencanaan, pertambahan jumlah penduduk dan tingkat sosial ekonomi penduduk yang mempengaruhi pola pemakaian air. Penentuan kebutuhan air minum didasarkan pada beberapa hal yaitu : - Daerah pelayanan - Periode perencanaan - Proyeksi jumlah penduduk, fasilitas umum dan fasilitas sosial selama periode perencanaan - Pola pemakaian air di suatu wilayah IV.2
Daerah Pelayanan Kebutuhan air minum di wilayah perencanaan sangat tergantung kepada kondisi daerah pelayanan yang menjadi tujuan perencanaan. Daerah pelayanan yang ditentukan dalam perencanaan ini adalah wilayah di tiga Kecamatan yaitu Kecamatan Sukra, Anjatan, dan Haurgeulis dengan pertimbangan : •
Daerah yang kekurangan air bersih
•
Daerah dengan kepadatan penduduk tinggi
•
Daerah yang telah menerima pelayanan air bersih tetapi belum maksimal
•
Aspek teknis seperti topografi yang menentukan proses distribusi
•
Aspek ekonomi
Daerah-daerah dengan kepadatan penduduk rendah dan komunitas yang sangat rendah tidak akan memperolah pelayanan karena pertimbangan ekonomis.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 1
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
IV.3
Periode Perencanaan Periode perencanaan merupakan jangka waktu yang diberikan kepada instalasi pengolahan untuk dapat melayani kebutuhan air masyarakat di wilayah perencanaan. Periode perencanaan instalasi pengolahan air minum pada umumnya adalah 20-25 tahun. Pada perencanaan ini ditetapkan 20 tahun sebagai periode perencanaan. Periode perencanaan ini diambil dengan pertimbangan bahwa perkembangan penduduk di masa mendatang hanya dapat diprediksi dengan baik untuk periode 20 tahun. Apabila periode perencanaan dilakukan melebihi 20 tahun maka dikhawatirkan keadaan perkembangan penduduk di masa mendatang justru sangat berbeda dari apa yang telah diprediksi. Adapun periode perencanaan terhitung sejak perencanaan selesai dibuat ditambah satu tahun masa konstruksi yaitu pada tahun 2009 hingga tahun 2029.
IV.4
Proyeksi Jumlah Penduduk Prediksi jumlah penduduk di masa yang akan datang sangat penting dalam memperhitungkan jumlah kebutuhan air minum di masa yang akan datang. Prediksi
ini
didasarkan
pada
laju
perkembangan
kota
dan
kecenderungannya, arahan tata guna lahan serta ketersediaan lahan untuk menampung perkembangan jumlah penduduk. Dengan memperhatikan laju perkembangan jumlah penduduk masa lalu, maka metode statistik merupakan metode yang paling mendekati untuk memperkirakan jumlah penduduk di masa mendatang. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menganalisa perkembangan jumlah penduduk di masa mendatang yaitu : • Aritmatika • Geometrik • Regresi Linear • Eksponensial • Logaritmik
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 2
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
IV.4.1 Metode Aritmatika Metode ini biasanya disebut juga dengan rata-rata hilang. Metode ini digunakan apabila data berkala menunjukkan jumlah penambahan yang relatif sama tiap tahun. Hal ini terjadi pada kota dengan luas wilayah yang kecil, tingkat pertumbuhan ekonomi kota rendah dan perkembangan kota tidak terlalu pesat. Rumus metode ini adalah : P n = P 0 + r (T n − T 0 )
r = ( P2 − P1 ) / n
Dengan, Pn = jumlah penduduk tahun ke-n P0 = jumlah penduduk awal r
= jumlah pertambahan penduduk tiap tahun rata-rata
Tn = tahun yang diproyeksi T0 = tahun awal P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui) P2 = jumlah penduduk tahun terakhir (yang diketahui) n
= jangka waktu
IV.4.2 Metode Geometrik Untuk keperluan proyeksi penduduk, metode ini digunakan bila data jumlah penduduk menunjukkan peningkatan yang pesat dari waktu ke waktu. Rumus metode geometrik : Pn = P0 (1 + r )
n
r=
P2 − P1 P1
Dengan, Pn = jumlah penduduk tahun yang diproyeksi P0 = jumlah penduduk tahun awal r
= rata-rata angka pertumbuhan penduduk tiap tahun
n = jangka waktu P1 = jumlah penduduk tahun ke-1 (yang diketahui) P2 = jumlah penduduk tahun berikutnya (yang diketahui)
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 3
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
IV.4.3 Metode Regresi Linear Metode regresi linear dilakukan dengan menggunakan persamaan : y = a + bx
∑ y ∑ x 2 − ∑ x ∑ (xy ) 2 N∑ x 2 − (∑ x )
a=
N∑ (xy ) − ∑ x ∑ y
b=
N∑ x 2 − (∑ x )
2
IV.4.4 Metode Eksponensial Metode eksponensial dilakukan dengan menggunakan persamaan : y = ae bx n ⎛1⎞ ln a = ⎜ ⎟(∑ ln y − b∑ x ) ⎝N⎠
b=
N∑ (x ln y ) − (∑ x ∑ lny )
(
)
N ∑ x 2 − (∑ x )
2
IV.4.5 Metode Logaritmik Metode logaritmik dilakukan dengan menggunakan persamaan : y = a + b ln x 1 [∑ y − b∑ (ln x)] N
a= b=
N∑ (y ln x ) − ∑ y ∑ ln x N∑ (ln x ) − (∑ ln x ) 2
2
IV.4.6 Dasar Pemilihan Metode Proyeksi Penduduk Untuk menentukan metode paling tepat yang akan digunakan dalam perencanaan, diperlukan perhitungan faktor korelasi, standar deviasi dan keadaan perkembangan kota di masa yang akan datang. Koefisien korelasi dan standar deviasi diperoleh dari hasil analisa dan perhitungan data kependudukan yang ada dengan data penduduk dari perhitungan metode proyeksi yang digunakan. Korelasi, r, dapat dihitung dengan menggunakan rumus : r2 =
∑ (Pn − Pr ) − ∑ (Pn − P ) 2 ∑ (Pn − Pr ) 2
2
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 4
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Kriteria korelasi adalah sebagai berikut :
• r < 0, korelasi kuat, tetapi bernilai negatif dan hubungan diantara keduanya berbanding terbalik.
• r = 0, kedua data tidak memiliki hubungan. • r > 1, terdapat hubungan positif dan diperoleh korelasi yang kuat, diantara kedua variabel memiliki hubungan yang berbanding lurus. Standar deviasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
[
]
⎡ ∑ (P − P )2 − ∑ (P − P )2 / n ⎤ n n STD = ⎢ ⎥ n ⎣⎢ ⎦⎥
1
2
Metode proyeksi yang dipilih adalah metode dengan nilai standar deviasi terendah dan koefisien korelasi paling besar. Pola perkembangan kota sesuai dengan fungsi kota di masa mendatang juga dijadikan acuan dalam menentukan metode proyeksi. Pada umumnya fungsi sebuah kota dapat menunjukkan kecenderungan pertambahan penduduk di masa mendatang. IV.4.7 Pemilihan Proyeksi Jumlah Penduduk Dengan menggunakan lima metode yang telah dijelaskan sebelumnya maka diperoleh hasil proyeksi jumlah penduduk hingga tahun 2025 yang ditunjukkan oleh tabel IV.1. Rincian perhitungan diberikan pada bagian lampiran B. Berdasarkan tabel IV.1 dapat ditentukan salah satu metode yang digunakan sebagai acuan untuk proyeksi penduduk adalah metode eksponensial karena menunjukkan nilai korelasi yang kuat dan standar deviasi paling kecil. Hasil proyeksi penduduk selama periode perencanaan ditunjukkan oleh tabel IV.2 dan gambar IV.1.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 5
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Tabel IV. 1 Analisa Statistik Jumlah Penduduk di Wilayah Perencanaan Tahun 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005
Aritmatika 245.123 248.268 251.412 254.556 257.700 260.845 263.989 267.133 270.278 273.422
Geometrik 245.123 248.169 251.253 254.375 257.536 260.736 263.976 267.256 270.577 273.940
r2 0,660573 0,683897 r 0,812756 0,826981 STD 5.265,6733 5.168,6393 Sumber : Lampiran B
Metode Proyeksi Regresi Linear Eksponensial Logaritmik 239.713 240.142 236.389 243.385 243.577 245.498 247.058 247.061 250.827 250.731 250.594 254.608 254.403 254.178 257.541 258.076 257.813 259.937 261.748 261.501 261.963 265.421 265.241 263.717 269.093 269.034 265.265 272.766 272.882 266.650 0,826500 0,909120 4.168,3869
0,832364 0,436635 0,912340 0,660784 4.058,3676 6.507,6553
Gambar IV. 1 Proyeksi Penduduk di Daerah Perencanaan
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 6
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Tabel IV. 2 Proyeksi Jumlah Penduduk di Wilayah Perencanaan Tahun Aritmatika Geometrik 1996 245.123 245.123 1997 248.268 248.169 1998 251.412 251.253 1999 254.556 254.375 2000 257.700 257.536 2001 260.845 260.736 2002 263.989 263.976 2003 267.133 267.256 2004 270.278 270.577 2005 273.422 273.940 2006 276.566 277.344 2007 279.711 280.790 2008 282.855 284.279 2009 285.999 287.811 2010 289.144 291.388 2011 292.288 295.009 2012 295.432 298.675 2013 298.576 302.386 2014 301.721 306.143 2015 304.865 309.948 2016 308.009 313.799 2017 311.154 317.698 2018 314.298 321.646 2019 317.442 325.643 2020 320.587 329.689 2021 323.731 333.786 2022 326.875 337.934 2023 330.020 342.133 2024 333.164 346.385 2025 336.308 350.689 2026 339.453 355.047 2027 342.597 359.458 2028 345.741 363.925 2029 348.885 368.447 Sumber : Lampiran B
Metode Proyeksi Regresi Linear Eksponensial Logaritmik 239.713 240.142 236.389 243.385 243.577 245.498 247.058 247.061 250.827 250.731 250.594 254.608 254.403 254.178 257.541 258.076 257.813 259.937 261.748 261.501 261.963 265.421 265.241 263.717 269.093 269.034 265.265 272.766 272.882 266.650 276.439 276.785 267.903 280.111 280.743 269.046 283.784 284.758 270.098 287.456 288.831 271.072 291.129 292.962 271.979 294.801 297.152 272.827 298.474 301.402 273.624 302.147 305.712 274.375 305.819 310.085 275.085 309.492 314.519 275.760 313.164 319.018 276.401 316.837 323.580 277.012 320.509 328.208 277.596 324.182 332.902 278.156 327.855 337.663 278.692 331.527 342.493 279.208 335.200 347.391 279.704 338.872 352.360 280.181 342.545 357.399 280.643 346.217 362.511 281.088 349.890 367.695 281.519 353.563 372.954 281.936 357.235 378.288 282.341 360.908 383.698 282.733
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 7
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Selain dengan menggunakan hasil analisa regresi, proyeksi penduduk juga dilakukan dengan mempertimbangkan Rencana Umum Tata Ruang dan Wilayah yang telah ditetapkan untuk wilayah perencanaan. Lahan yang dapat digunakan sebagai tempat tinggal/pemukiman akan mempengaruhi daya tampung penduduk di suatu wilayah. Ada beberapa asumsi yang digunakan untuk menentukan jumlah penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh suatu wilayah yaitu : 1. Jumlah jiwa per umpi adalah 3-4 orang. 2. Rumah terbagi menjadi 3 kavling yaitu besar (180 m2), sedang (120 m2) dan kecil (60 m2). 3. Komposisi jumlah kebutuhan menurut tipe rumah didasarkan pada perbandingan 1 : 3 : 6. 4. Luas kebutuhan lahan perumahan belum termasuk kebutuhan lahan untuk fasilitas umum dan prasarana penunjang, sebagai acuan digunakan perbandingan 60 : 40 dari luas total lahan kering yang ada (tahun 2005). Pada Buku Indramayu dalam Angka dituliskan bahwa lahan yang tersedia untuk tiap kecamatan terdiri atas dua jenis yaitu lahan sawah dan lahan kering. Lahan sawah digunakan untuk kegiatan persawahan sedangkan lahan kering dimanfaatkan sebagai prasarana aktivitas penduduk seperti pemukiman dan pembangunan sarana umum. Menurut data dari Buku Indramayu dalam Angka, lahan kering di daerah perencanaan memiliki luas total sebesar 46,79 km2. Berdasarkan luas ini maka lahan yang dapat digunakan sebagai pemukiman adalah 28,074 km2. Dengan menggunakan asumsi yang telah ditetapkan di atas maka : 1. Total luas lahan yang dapat digunakan untuk setiap tipe rumah.
• Besar
:
1 × 28,074 km 2 = 2,8074 km 2 = 2.807.400 m 2 10
• Sedang
:
3 × 28,074 km 2 = 8,4222 km 2 = 8.422.200 m 2 10
• Kecil
:
6 × 28,074 km 2 = 16,8444km 2 = 16.844.400 m 2 10
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 8
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
2. Jumlah rumah yang dapat dibangun untuk setiap lahan peruntukan. • Besar
:
2.807.400 m 2 = 15.597 rumah 180 m 2
• Sedang
:
8.422.200 m 2 = 70.185 rumah 120 m 2
• Kecil
:
16.844.400 m 2 = 280.740 rumah 60 m 2
Total rumah yang ada di lahan perkotaan adalah 366.522 rumah. Dengan asumsi jumlah jiwa per umpi adalah 4 orang maka total penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh wilayah perencanaan adalah 1.466.087 jiwa. Berdasarkan hasil analisa regresi, jumlah penduduk pada akhir periode perencanaan adalah 383.698 jiwa. Jumlah penduduk ini tidak melebihi jumlah penduduk maksimal yang dapat ditampung oleh wilayah perkotaan daerah perencanaan berdasarkan asumsi di atas, sehingga hasil proyeksi dengan menggunakan analisa regresi eksponensial dapat digunakan. Pola pertumbuhan
penduduk
yang
mengikuti
pola
eksponensial
yaitu
peningkatan jumlah penduduk yang sangat pesat, sangat sesuai dengan fungsi daerah perencanaan sebagai kota penyangga kehidupan perkotaan di Kabupaten Indramayu. IV.5 Proyeksi Fasilitas Umum dan Sosial
Proyeksi fasilitas umum dan fasilitas sosial digunakan untuk menentukan kebutuhan air non domestik. Proyeksi dilakukan dengan mengacu kepada karakteristik wilayah perencanaan, RUTR yang telah ditetapkan dan standar penduduk pendukung untuk setiap fasilitas umum dan fasilitas sosial yang telah ditetapkan oleh Badan Perencanaan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Indramayu. IV.5.1 Fasilitas Pendidikan
Secara umum, fasilitas pendidikan telah mencukupi kebutuhan dan penyebarannya cukup merata karena semua desa telah memiliki SD. Penambahan SD tidak diprioritaskan karena pemenuhan kebutuhan akan
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 9
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
SD diperkirakan masih dapat ditampung dengan meningkatkan jumlah ruang di SD yang sudah ada, namun untuk mempermudah perhitungan, hal tersebut akan diperhitungkan sebagai penambahan SD baru. Sama halnya dengan fasilitas SD, jumlah fasilitas TK, SMP, SMU/SMK, Madrasah dan Pondok Pesantren pun perlu ditingkatkan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Dengan berkembangnya tingkat kehidupan penduduk maka diperkirakan pada 5-10 tahun mendatang akan dibangun sebuah sekolah akademi, dan hingga 20 tahun mendatang diperkirakan terdapat 2 sekolah akademi dengan skala kecil, yang bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan di tingkat regional. Hasil proyeksi fasilitas pendidikan ditunjukkan oleh tabel IV.3. Tabel IV. 3 Proyeksi Fasilitas Pendidikan di Daerah Perencanaan Fasilitas Pendidikan
Standar Penduduk Pendukung (jiwa)
Jumlah Fasilitas (unit) 2005
2014
2019
2024
2029
Madrasah
5000
43
49
52
56
60
Pondok Pesantren
25000
19
22
23
25
27
TK
2000
24
27
29
31
34
SD
2500
119
135
145
156
167
SMP
4800
21
24
26
28
30
SMA
4800
6
7
7
8
8
SMK
4800
5
6
6
7
7
Sekolah Akademi
75000
0
1
1
2
2
IV.5.2 Fasilitas Peribadatan
Fasilitas peribadatan sudah cukup menyebar dan memenuhi kebutuhan. Penambahan fasilitas perlu dilakukan akibat tuntutan pertambahan jumlah penduduk. Fasilitas yang perlu dikembangkan adalah masjid, langgar, dan musholla, karena mayoritas penduduk wilayah perencanaan beragama Islam. Penduduk yang beragama Kristen, Budha, dan Hindu memiliki jumlah yang sangat kecil, sehingga selama jangka waktu 20 tahun mendatang
diperkirakan
hanya
memerlukan
penambahan
fasilitas
peribadatan masing-masing satu buah Gereja Protestan, Gereja Katholik, dan Vihara. Hasil proyeksi fasilitas peribadatan ditunjukkan oleh tabel IV.4.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 10
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Tabel IV. 4 Proyeksi Fasilitas Peribadatan di Daerah Perencanaan Fasilitas Peribadatan
Standar Penduduk Pendukung (jiwa)
Jumlah Fasilitas (unit) 2005
2014
2019
2024
2029
Masjid
15000
131
149
160
172
184
Langgar
3000
472
536
576
618
664
Musholla
3000
49
56
60
64
69
Gereja Protestan
100000
4
5
5
5
6
Gereja Katolik
100000
2
2
2
3
3
Vihara
100000
2
2
2
3
3
IV.5.3 Fasilitas Kesehatan
Fasilitas ini dikembangkan dengan pertimbangan utama memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada penduduk, dengan penyebaran yang merata. Hingga saat ini fasilitas yang ada sudah mencukupi kebutuhan. Walaupun demikian, peningkatan jumlah fasilitas kesehatan masih harus dilakukan seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya taraf hidup. Hasil proyeksi fasilitas kesehatan ditunjukkan oleh tabel IV.5. Tabel IV. 5 Proyeksi Fasilitas Kesehatan di Daerah Perencanaan Fasilitas Kesehatan
Standar Penduduk Pendukung (jiwa)
Jumlah Fasilitas (unit) 2005
2014
2019
2024
2029
Puskesmas
120000
7
8
9
9
10
Puskesmas Pembantu
30000
8
9
10
10
11
Rumah sakit
150000
4
5
5
5
6
Rumah sakit bersalin
15000
3
4
4
4
5
Balai pengobatan
4000
6
7
7
8
8
Apotik
10000
9
10
11
12
13
IV.5.4 Fasilitas Perdagangan dan Jasa
Pada umumnya fasilitas perdagangan dan jasa dibangun di tempat yang strategis dimana pusat kegiatan ekonomi berlangsung, dan biasanya berada di tepi jalan raya. Hal tersebut merupakan pilihan yang tepat, karena dengan aktivitas yang terpusat memberikan kemudahan kepada penduduk
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 11
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
dalam berinteraksi dan mobilisasi. Namun kendala yang timbul adalah meningkatnya tingkat kemacetan. Oleh karena itu perlu dilakukan antisipasi agar kemacetan tidak terjadi, yaitu dengan memberikan lahan yang cukup sebagai sarana pendukung fasilitas perdagangan dan jasa. Berdasarkan fungsi kota yang tertulis dalam perencanaan Tata Ruang Kota Indramayu oleh Bapeda Indramayu, untuk wilayah Sukra (termasuk Patrol), Anjatan, dan Haurgeulis ditentukan sebagai wilayah yang berfungsi sebagai pusat pelayanan sosial, perdagangan, dan jasa skala kecamatan. Oleh karena itu dalam perkembangannya tidak terlalu signifikan. Jumlah fasilitas perdagangan dan jasa hingga 20 tahun mendatang disesuaikan dengan jumlah penduduk saat itu, sehingga kebutuhan penduduk dapat tercukupi. Hasil proyeksi fasilitas perdagangan dan jasa dapat ditunjukkan tabel IV.6. Tabel IV. 6 Proyeksi Fasilitas Perdagangan dan Jasa di Daerah Perencanaan Fasilitas Perdag&Jasa Bank
Standar Penduduk Pendukung (jiwa) 12500
Jumlah Fasilitas (unit) 2005
2014 5
2019 6
2024 6
2029 7
7
Pelayanan Telepon
12500
3
3
4
4
4
Pelayanan Pos
30000
2
2
2
3
3
Pelayanan PLN
12500
3
3
4
4
4
Kantor Polisi
30000
2
2
2
3
3
Perkantoran
12500
10
11
12
13
14
Terminal
100000
1
1
1
1
1
Stasiun kereta api
100000
1
1
1
1
1
Pasar
30000
3
3
4
4
4
Restoran
₋
8
9
10
10
11
Koperasi
12500
5
6
6
7
7
₋
6
7
7
8
8
Minimarket
IV.5.5 Fasilitas Umum, Rekreasi dan Olahraga
Fasilitas umum berupa fasilitas pemerintahan seperti kantor kecamatan dan kantor desa, jumlahnya disesuaikan dengan jumlah instansi yang ada serta disesuaikan juga dengan jumlah penduduk pendukung hingga 20 tahun mendatang.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 12
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Saat ini daerah perencanaan memiliki satu buah GOR (Gelanggang Olah Raga) dan diperkirakan hingga 20 tahun mendatang fasilitas tersebut masih dapat mencukupi kebutuhan penduduknya. Oleh karena itu tidak diperlukan penambahan GOR. Sedangkan untuk fasilitas kolam renang, belum terbangun hingga kini, sehingga dirasa perlu untuk melakukan pembangunan satu buah kolam renang beserta fasilitas pendukungnya agar penduduk di daerah perencanaan mendapatkan kemudahan jika sewaktuwaktu membutuhkannya. Taman dan tempat rekreasi di daerah Pantura bagian barat khususnya di Kecamatan Sukra (termasuk Kecamatan Patrol), Anjatan, dan Haurgeulis memang masih jarang ditemukan. Hingga saat ini, hanya terdapat satu buah tempat rekreasi yang terletak di Kecamatan Patrol (tahun 2005) yaitu Laut Tegaltaman. Untuk menambah keindahan kota, direncanakan akan dibangun sebuah taman kota yang terletak di Kecamatan Haurgeulis. Sebagai
sarana
pendukung
terhadap
perkembangan
kota
yang
mengakibatkan semakin banyaknya pengunjung luar kota yang datang, maka akan dibangun dua buah hotel/penginapan. Selain itu fasilitas pendukung kota yang lain diantaranya yaitu bioskop dan balai pertemuan. Hasil proyeksi fasilitas umum, rekreasi dan olahraga ditunjukkan oleh tabel IV.7. Tabel IV. 7 Proyeksi Fasilitas Umum, Rekreasi dan Olahraga di Daerah
Perencanaan Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga
Standar Penduduk Pendukung (jiwa)
Jumlah Fasilitas (unit) 2005
2014
2019
2024
2029
Kantor Kecamatan
100000
3
4
4
4
4
Kantor Desa
10000
38
43
46
50
53
Balai pertemuan
4000
0
1
1
1
1
Tempat rekreasi
₋
1
1
1
1
1
Taman
₋
0
1
1
1
1
Bioskop
-
0
1
1
1
1
55000
0
2
2
2
2
GOR
30000
1
1
1
1
1
Kolam renang
100000
0
1
1
1
1
Hotel/penginapan
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 13
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
IV.5.6 Fasilitas Kegiatan Industri
Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan di bidang industri, diperkirakan pada daerah perencanaan akan banyak bermunculan industriindustri baik skala besar, sedang, maupun kecil/rumah tangga. Akan tetapi hal tersebut masih dapat terkendali, karena daerah perencanaan akan dipertahankan sebagai daerah pertanian, dan fungsinya sebagai wilayah skala kecamatan. Oleh karena itu peningkatan jumlah industri di daerah perencanaan tidak terlalu signifikan. Hasil proyeksi fasilitas kegiatan industri ditunjukkan oleh tabel IV.8. Tabel IV. 8 Proyeksi Fasilitas Kegiatan Industri di Daerah Perencanaan Kegiatan Industri
Standar Penduduk Pendukung (jiwa)
Jumlah Fasilitas (unit) 2005
2014
2019
2024
2029
Industri kecil
-
12
18
27
30
45
Industri sedang
-
0
5
10
15
20
Industri besar
-
0
1
1
2
2
IV.6
Proyeksi Kebutuhan Air Bersih
Proyeksi kebutuhan air minum dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat menunjang atau menyebabkan pertambahan kebutuhan air minum. Faktor-faktor tersebut adalah : • Pertambahan jumlah penduduk • Tingkat sosial ekonomi penduduk • Keadaan iklim daerah setempat • Rencana daerah pelayanan dan perluasannya Untuk
memperkirakan
kebutuhan
air
minum
kota
maka
dapat
diklasifikasikan beberapa jenis pemakaian air yaitu adalah : 1. Pemakaian untuk kebutuhan domestik/rumah tangga 2. Pemakaian untuk kebutuhan nondomestik 3. Pemakaian untuk keperluan perkotaan IV.6.1 Standar Kebutuhan Air Minum
Untuk menentukan besarnya kebutuhan air minum maka dapat digunakan standar kebutuhan air. Ada berbagai macam standar kebutuhan seperti
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 14
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
standar yang telah ditetapkan oleh Ditjen Cipta Karya, Departemen Pekerjaan Umum dalam Petunjuk Teknis Tata Cara Rancangan Teknik Bidang Air Minum. Standar kebutuhan air minum ditunjukkan oleh tabel IV.9. Tabel IV. 9 Standar Kebutuhan Air Minum No Jenis Pemakaian 1 Sambungan Rumah 2 Hidran Umum 3 Sekolah 4 Kantor 5 Rumah Sakit 6 Puskesmas 7 Pasar 8 Restoran 9 Hotel/Penginapan Sumber : PU Cipta Karya, 1998
Kebutuhan 150 L/org/hari 30 L/org/hari 10 L/murid/hari 10 L/pegawai/hari 200 L/tt/hari 2000 L/unit/hari 12 m3/hektar/hari 100 L/kursi/hari 150 L/tt/hari
Selain standar yang telah ditetapkan oleh PU, digunakan juga berbagai standar kebutuhan air minum seperti yang diberikan pada lampiran C. Untuk menentukan jumlah konsumsi air dapat juga digunakan pedoman perencanaan penentuan jumlah konsumsi air yang diberikan oleh IwacoWaseco seperti ditunjukkan oleh tabel IV.10. Tabel IV. 10 Pedoman Perencanaan Jumlah Konsumsi Air (dalam L/org/hari) Domestik Populasi RataSR HU rata >1000000 210 30 120 500000-1000000 170 30 100 100000-500000 150 30 90 20000-100000 90 30 60 <20000 60 30 45 Sumber : Iwaco-Waseco, 1990
Non Kehilangan Domestik Air
72 40 27 12 2.5
78 35 29 18 12
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
Ratarata
240 175 146 90 60
IV ‐ 15
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
IV.6.2 Kebutuhan Air Domestik
Kebutuhan air domestik ialah pemakaian air untuk aktivitas di lingkungan rumah tangga. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga dihitung berdasarkan : • Jumlah penduduk • Persentase jumlah penduduk yang akan dilayani • Teknik pelayanan kebutuhan air • Pemakaian air oleh penduduk Berdasarkan teknik pelayanan air minum maka kebutuhan air domestik terbagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Sambungan Rumah 2. Hidran Umum IV.6.2.1 Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah
Sambungan
rumah
adalah
jenis
sambungan
pelanggan
yang
menyediakan air langsung ke rumah-rumah dengan menggunakan sambungan pipa-pipa distribusi air melalui water meter dan instalasi pipa yang dipasang di dalam rumah. Pelayanan air minum dengan menggunakan sambungan rumah ditujukan bagi warga yang telah menempati rumah permanen. Golongan masyarakat ini akan sanggup membayar air untuk mendapatkan air bersih demi kesehatan. Biasanya yang termasuk golongan ini adalah golongan ekonomi kelas menengah hingga atas. Selama periode perencanaan, diperkirakan jumlah rumah permanen akan meningkat sesuai dengan fungsi wilayah yaitu sebagai pusat industri dan permukiman. Fungsi wilayah ini berpengaruh kepada perekonomian masyarakat yang diperkirakan akan meningkat. Proyeksi kebutuhan air untuk sambungan rumah ditunjukkan oleh tabel IV.11. Tabel IV. 11 Proyeksi Kebutuhan Air untuk Sambungan Rumah di Wilayah
Perencanaan Satuan Jumlah Penduduk
jiwa
2005
2014
2019
2024
2029
272882
310085
332902
357399
383698
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 16
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Persentase
%
20
50
60
70
80
Jumlah Penduduk SR
jiwa
54576
155042
199741
250179
306959
Kebutuhan Standar
l/o/hr
100
110
120
130
140
5457635
17054655
23968964
32523307
42974205
Jumlah Kebutuhan Air
l/hr
Sumber : Lampiran C IV.6.2.2 Kebutuhan Air untuk Hidran Umum
Hidran umum adalah jenis sambungan yang menyediakan air melalui kran yang dipasang di suatu tempat tertentu agar mudah dipergunakan oleh masyarakat umum untuk mencukupi kebutuhan mandi, cuci dan minum. Pelayanan air minum ini ditujukan bagi masyarakat dengan golongan ekonomi bawah atau menempati rumah non permanen yaitu rumah yang terbuat dari bambu atau kayu. Golongan ini berpenghasilan rendah dan lebih mengutamakan penggunaan air tanah yang bebas biaya sehingga tingkat penggunaan air dengan sumber air permukaan akan menjadi sangat rendah karena memerlukan biaya. Jumlah penduduk yang menempati rumah non permanen di masa mendatang akan mengalami penurunan karena diperkirakan akan terjadi peningkatan kondisi perekonomian masyarakat. Proyeksi kebutuhan air untuk hidran umum ditunjukkan oleh tabel IV.12. Tabel IV. 12 Proyeksi Kebutuhan Air untuk Hidran Umum di Wilayah
Perencanaan Satuan Jumlah Penduduk Persentase
jiwa
2005
2014
2019
2024
2029
272882
310085
332902
357399
383698
80
50
40
30
20
%
Jumlah Penduduk HU
jiwa
218305
155042
133161
107220
76740
Kebutuhan Standar
l/o/hr
30
30
40
40
50
6549162
4651270
5326437
4288788
3836983
Jumlah Kebutuhan Air
l/hr
Sumber : Lampiran C IV.6.3 Kebutuhan Air Non Domestik
Kebutuhan air non domestik merupakan kebutuhan air yang digunakan oleh berbagai fasilitas penunjang kegiatan masyarakat seperti : 1. Fasilitas Pendidikan
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 17
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
2. Fasilitas Peribadatan 3. Fasilitas Kesehatan 4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa 5. Fasilitas Umum, Rekreasi dan Olahraga 6. Fasilitas Kegiatan industri Jumlah kebutuhan air non domestik selama periode perencanaan ditunjukkan oleh tabel IV.13. Tabel IV. 13 Proyeksi Kebutuhan Air Non Domestik di Wilayah Perencanaan Kebutuhan Air (liter/hari)
Jenis
2005
2014
2019
2024
2029
Fasilitas Pendidikan
880150
1007130
1081240
1167751
1252576
Fasilitas Peribadatan
458500
521009
559347
600507
644696
Fasilitas Kesehatan
148925
169228
181681
195050
209403
Fasilitas Perdag&Jasa
135000
153405
164693
176812
189823
Fasilitas Umum, Rekreasi, dan Olahraga
36500
56987
60738
64766
69091
Fasilitas Kegiatan Industri
15000
77465
127500
187500
243750
1674075
1985223
2175200
2392387
2609338
19
23
25
28
30
Total Kebutuhan Air Total Kebutuhan Air (L/det)
Sumber : Lampiran C IV.6.4 Kebutuhan Air untuk Keperluan Kota
Kebutuhan air untuk keperluan perkotaan terbagi menjadi dua bagian yaitu untuk : 1. Hidran Kebakaran Hidran kebakaran adalah hidran yang digunakan untuk mengambil air jika terjadi kebakaran. Menurut Al-Layla, kebutuhan air untuk hidran kebakaran dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai Q = 3860 P (1 − 0.01 P )
berikut : dengan
Q
= debit kebutuhan (L/menit)
P
= populasi dalam ribuan
Pada perencanaan ini ditentukan bahwa kebutuhan air untuk hidran kebakaran adalah 10 % dari total kebutuhan air. 2. Tata Kota
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 18
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Kebutuhan air untuk tata kota meliputi kebutuhan air bagi pemeliharaan taman-taman di wilayah perencanaan. Jumlah air yang disediakan adalah 5% dari total kebutuhan air. IV.6.5 Rekapitulasi Kebutuhan Air di Wilayah Perencanaan
Berdasarkan perhitungan kebutuhan air untuk berbagai keperluan maka total kebutuhan air di wilayah perencanaan dapat diketahui dan ditunjukkan oleh tabel IV.14. Tabel IV. 14 Rekapitulasi Kebutuhan Air di Wilayah Perencanaan Jenis
2005
2014
2019
2024
2029
1. Sambungan Rumah
5457635
17054655
23968964
32523307
42974205
2. Hidran Umum
6549162
4651270
5326437
4288788
3836983
880150
1007130
1081240
1167751
1252576
Kebutuhan Domestik
Kebutuhan Non Domestik 1. Fasilitas Pendidikan 2. Fasilitas Peribadatan
458500
521009
559347
600507
644696
3. Fasilitas Kesehatan
148925
169228
181681
195050
209403
4. Fasilitas Perdagangan dan Jasa
135000
153405
164693
176812
189823
5. Fasilitas Umum, Rekreasi dan Olahraga
36500
56987
60738
64766
69091
6. Fasilitas Kegiatan Industri
15000
77465
127500
187500
243750
1368087
2369115
3147060
3920448
4942053
684044
1184557
1573530
1960224
2471026
15733003
27244820
36191191
45085153
56833605
182
315
419
522
658
Kebutuhan Perkotaan 1. Hidran Kebakaran 2. Tata Kota
Total Kebutuhan Air (L/hari) Total Kebutuhan Air (L/det)
IV.6.6 Tingkat Pelayanan
Periode perencanaan selama 20 tahun terbagi menjadi dua tahap dan setiap tahap berlangsung selama 10 tahun. Tingkat pelayanan air minum di setiap tahap berbeda-beda dan di setiap tahap terjadi peningkatan pelayanan. Kondisi topografi dan tingkat kepadatan penduduk yang berada di wilayah perencanaan menyebabkan keterbatasan dalam pelayanan penyediaan air minum. Berdasarkan faktor-faktor yang
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 19
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
menentukan daerah pelayanan maka tingkat pelayanan tiap tahap perencanaan adalah sebagai berikut : • Tahap I (2009-2019) : 50 % • Tahap II (2019-2029) : 70 % IV.6.7 Tingkat Kehilangan Air
Kehilangan air adalah besarnya selisih air yang diproduksi dengan air yang didistribusikan. Nilai ini perlu diperhitungkan dalam pengolahan air karena dijadikan pedoman untuk melihat performance dari suatu instalasi pengolahan air minum. Semakin besar tingkat kehilangan air maka semakin buruk pula performance dari instalasi pengolahan. Penyediaan air minum dengan jaringan besar biasanya memiliki tingkat kehilangan air yang besar dan sebaliknya. Penyebab kehilangan air terbagi menjadi dua macam yaitu : • Fisik Kehilangan air disebabkan oleh jaringan pipa yang sudah rusak, tua dan bocor, kerusakan meter air dan pengaliran air tidak tercatat oleh meter air. • Administrasi Kehilangan air disebabkan oleh keberadaan sambungan ilegal dan ketidakakuratan dalam pencatatan administratif. Tingkat kehilangan air pada perencanaan ini untuk setiap tahap diperkirakan sebagai berikut : • Tahap I
: 20 %
• Tahap II
: 15 %
IV.6.8 Fluktuasi Kebutuhan Air
Jumlah pemakaian air oleh masyarakat untuk setiap waktu tidak berada dalam nilai yang sama. Aktivitas manusia yang berubah-ubah untuk setiap waktu menyebabkan pemakaian air selama satu hari mengalami perubahan naik dan turun atau dapat disebut juga berfluktuasi.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 20
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
Fluktuasi pemakaian air terbagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Pemakaian hari maksimum Pemakaian hari maksimum merupakan jumlah pemakaian air terbanyak dalam satu hari selama satu tahun. Debit pemakaian hari maksimum digunakan sebagai acuan dalam membuat sistem transmisi air baku air minum. Perbandingan antara debit pemakaian hari maksimum dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor maksimum, fm. 2. Pemakaian jam puncak Pemakaian jam maksimum menunjukkan besarnya pengaliran maksimum pada saat jam puncak. Dengan mengetahui nilai pemakaian jam maksimum maka pengoperasian sistem distribusi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ini. Perbandingan antara debit pemakaian jam maksimum dengan debit rata-rata akan menghasilkan faktor puncak, fp. Nilai fm dan fp telah ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Cipta Karya seperti yang ditunjukkan oleh tabel IV.15. Tabel IV. 15 Nilai Faktor Maksimum dan Faktor Puncak untuk Beberapa
Kategori Kota Kategori Kota
Jumlah Penduduk
Metro >1000000 Besar 500000-1000000 Sedang 100000-500000 Kecil 20000-100000 Desa <20000 Sumber : DPU Cipta Karya, 1998
Faktor Maksimum (fm) 1.1 1.1 1.1 1.1 1.1
Faktor Puncak (fp) 1.5 1.5 1.5 1.5 1.5
Berdasarkan tabel IV.15 maka nilai fm dan fp pada perencanaan ini adalah 1,1 dan 1,5.
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 21
BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN
IV.6.9 Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani
Dalam usaha penyediaan air minum, kebutuhan air minum di wilayah perencanaan tidak dapat dilayani secara keseluruhan. Berdasarkan tingkat pelayanan, kebocoran dan nilai fluktuasi yang direncanakan maka dapat diketahui jumlah kebutuhan air terlayani. Nilai ini ditunjukkan oleh tabel IV.16. Tabel IV. 16 Rekapitulasi Kebutuhan Air Terlayani di Wilayah Perencanaan Uraian Total Kebutuhan Air
Satuan L/det
2014 315
2019
2024
419
522
2029 658
Tingkat Pelayanan • Persentase • Kebutuhan Air Terlayani
% L/det
40
50
60
70
126,13
209,44
313,09
460,46
23
20
18
15
29,01
41,89
56,36
69,07
Tingkat Kehilangan Air • Persentase • Debit Kehilangan
% L/det
Kebutuhan Air Rata-rata
L/det
155,14
251,33
369,45
529,53
Kebutuhan Hari Maksimum
L/det
170,66
276,46
406,39
582,48
Kebutuhan Jam Puncak
L/det
232,72
376,99
554,17
794,29
PERENCANAAN PENGEMBANGAN IPAM PDAM TIRTA DARMA AYU KAB.INDRAMAYU JAWA BARAT
IV ‐ 22