26 Bab 26 Jihad termasuk Keimanan Penjelasan : Jihad secara bahasa berasal dari kata
“Al Jahdu” (dengan fathah
Ja) yang bermakna “” kepayahan, atau berasal dari kata (dengan didhomah Ja-nya) yang bermakna “
“Al Juhdu”
!"” Kekuatan. Sehingga
seorang Mujahid adalah yang mengerahkan kekuatannya dalam perjuangan yang penuh dengan kepayahan. Jadi Jihad secara makna bahasa adalah mengerahkan kekuatan yang didalamnya terdapat kepayahan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan atau menghindari seseuatu yang tidak diharapkan, sehingga mencakup didalamnya jihad memerangi hawa nafsu dan Syaithon, jihad mengentaskan kemiskinan, kebodohan dan penyakit, termasuk juga jihad membela diri dari orang yang ingin merenggut jiwa, harta dan kehormatannya. Nash-nash yang berbicara dalam masalah jihad menurut pengertian ini banyak. Adapun secara istilah jihad dijalan Allah didefinisikan oleh syariat dengan makna yang serupa dengan peperangan untuk meninggikan kalimat Allah dengan memanggul senjata dan sarana-sarana pendukungnya, seperti mobilisasi pendanaan, pemikiran, tenaga dan semisalnya. Jihad ini dilakukan oleh semua kalangan baik Petani, Pedagang, Insinyur, Penulis, Karyawan dan selainnya. Ini adalah jihad yang dulu menyibukkan para sahabat pada awal-awal pembentukan pemerintahan islam. Allah berfirman :
!?9 @ - = > < - . $; 4 ) - . : 7 89 3 4 56 2( - . 0 % &1# - . ! / #+ ,# '"*# '(%) #$% & “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”. (QS. At Taubah (9) : 41). Jihad hukumnya fardhu ‘Ain jika musuh telah mendesak memerangi negerinya atau jika Pemimpin negerinya memerintahkan untuk andil dalam berjihad. Allah berfirman :
4&B 4K
- 4JI 1 H I / G< - 9 F 8* 7 89 3 4 56 2( #$% & - . 3 4F :< - . != ED AC8 BA1 A 3N 49F 8< $ ) LD 2( 4&B 4K
M ?( $ ) LD
“Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu: "Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit”. (QS. At Taubah (9) : 38). Imam Bukhori dan Muslim juga mengeluarkan hadits, bahwa Nabi bersabda :
#$% &( - @$ % = 6 :< #
“Jika kalian diperintahkan untuk berangkat bejihad, maka berangkatlah” Demikian ringkasan dari penjelasan Syaikh Athiyah Shoqor dalam fatawa Al Azhar (Mei 1997). Adapun kaitannya Jihad dengan keimanan sangat jelas, bahwa amalan jihad adalah salah satu realisasi yang harus ditunjukkan kaum Mukmin dalam membela agamanya, karena disyariatkannya jihad dijalan Allah adalah untuk beberapa tujuan yaitu : 1. Untuk memurnikan ibadahnya manusia dari yang semula beribadah kepada Thoghut dan berhala menjadi hanya beribadah kepada Allah semata. Allah berfirman :
7 89 7 9S > AR !.A # QN = ( !.@ GOP - + !9@F#
“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah”. (QS. Al Anfaal (8) : 39). 2. Untuk menumpas kedholiman dan mengembalikan hak-hak kepada yang berhak. Allah berfirman :
8< \]P $ 4 [ - + I A !,$ ) 1 AC8 (39) $; A" - + $ V & G9U 7 89 8< # !?9 T - O&/ !9@ "A AC89 : 1 $ > C A , 0 # e ; !9 d
# ^; 4 # ^ !d
c R b a 5 - `
_
O= 7 89 ^ ( ! # 7 89 =BI !!"A 1 (40) l; A lU jk! " 7 89 8< i $ V = A 7 89 8$ V = 4 # fgh> 7 89 - 6 4( “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya
Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa”. (QS. Al Hajj (22) 39-40). 3. Untuk menghinakan dan melemahkan taring-taring cengkeraman orangorang Kafir. Firman Allah :
w 4 x + C A# (14) t
= u sa ! F I #d q r A # - 4 9 U - > $ V = A # - + l p A# - . AA/ 7 89 - oC A - + !9@F (15) -; 4.P -; 49U 7 89 # zy rA G9U 7 89 !A # - !9F “Perangilah mereka, niscaya Allah akan menghancurkan mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman. Dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. dan Allah menerima Taubat orang yang dikehendakiNya. Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (QS. At Taubah (9) : 14-15). Peperangan dilakukan hanyalah setelah disampaikannya dakwah kepada mereka kaum Kufar dan Musyrikin. Demikianlah yang dilakukan Beliau berdakwah kepada manusia, menulis surat kepada para penguasa pada waktu itu dan senantiasa menasehati pemimpin pasukan yang diutusnya untuk mengajak orang-orang kafir kepada Islam sebelum memerangi mereka, karena tujuan jihad adalah menghapus kekafiran dan kesyirikan serta mengajak mereka untuk hanya semata-mata menyembah Allah saja. Adapun jika dengan dakwah tersebut, mereka dapat menerima Islam, maka tidak dibutuhkan peperangan kepada mereka. (Diringkas dari Kutubul fiqih (7/3)). Berkata Imam Bukhori :
# $? U Q U I ~ !1 =*OP } F I ?U =*OP } F P ! 5 U =*OP } F | a % P BG $ P =*OP 36 7 9 4 56 G(
$ ) ? 7 89
& » } F -96# 749U G9d RG5 O= U $ A$ + 1 c ? 6 } F $a A $,
O]
1 1 ! # Q O=
7 9 ) 1 # 1 Q ? 4 =x # 1 $a , 1 } & ? 7 , I 1 1 G96 $ ]; AV @ # G N < 8< 7 , $ p A « 3 F 1 O-* 4P 1 O-* 3 F 1 O-* 4P 1 O-* 7 89 3 4 56 G( 3 F 1 GR&1 e ! # Q OA$ 6 q
9 ) e F GO1 G9U
Hadiits no. no. 36 “Haddatsanaa Haromiy bin Hafsh ia berkata, haddatsanaa Abdul Waahid ia berkata, haddatsanaa ‘Umaaroh ia berkata, haddatsanaa Abu Zur’ah bin ‘Amr bin Jariir ia berkata, saya mendengar Abu Huroiroh berkata dari Nabi bahwa Beliau bersabda : “Allah sangat senang kepada orang yang berjihad dijalan-Nya, tidaklah ia berjihad kecuali karena keimanan
kepada-Nya dan membenarkan Rosul-Nya, ia akan kembali peperangan dengan membawa pahala atau ghonimah atau masuk kedalam Jannah-Nya. Sekiranya tidak memberatkan umatku, pasti aku tidak akan duduk dibelakang pasukan. Aku sangat mengharapkan terbunuh dijalan Allah kemudian hidup lagi, lalu berperang sampai terbunuh dan hidup lagi, terus berperang lagi sampai terbunuh”.
Penjelasan biografi perowi hadits : 1.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama Hubungan antar perowi
2.
3.
4.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama
: : : :
Abu Ali Haromiy bin Hafs Wafat tahun 223 atau 226 H Bashroh Ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Qooni’ dan Imam Ibnu Hibban. : Abdul Waahid adalah salah seorang gurunya dan tinggal senegeri dengannya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
: : : :
Hubungan antar perowi
Abu Basyar Abdul Waahid bin Ziyaad Wafat tahun lebih dari 176 H Bashroh Ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Mai’in, Imam Abu Hatim, Imam Abu Zur’ah, Imam Ibnu Sa’ad, Imam Abu Dawud, Imam Daruquthni, Imam Al’ijli dan Imam Ibnu Hibban. Imam Nasa’I berkata, “Laisa bihi ba’sun”. : ‘Umaaroh adalah salah seorang gurunya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
Nama Kelahiran Negeri tinggal Komentar ulama
: : : :
Hubungan antar perowi
Umaaroh Ibnul Qo’qoo’a Kufah Ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Ma’in, Imam Nasa’I, Imam Ibnu Sa’ad dan Imam Ibnu Hibban. Imam Abu Hatim berkata, “Sholihul hadits”. : Abu Zur’ah salah seorang gurunya dan tinggal senegeri dengannya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
Nama Kelahiran Negeri tinggal
: Abu Zur’ah Harom bin Amr bin Jariir :: Kufah
Komentar ulama Hubungan antar perowi 5.
: Tabi’I pertengahan. Ditsiqohkan oleh Imam Ibnu Ma’in dan Imam Ibnu Hibban. : Abu Huroiroh adalah salah seorang gurunya, sebagaimana ditulis oleh Imam Al Mizzi.
Abu Huroiroh telah berlalu biografinya pada hadits no. 9
(Catatan : Semua biografi rowi dirujuk dari kitab tahdzibul kamal Al Mizzi dan Tahdzibut Tahdzib Ibnu Hajar)
Penjelasan Hadits : 1. Jihad fi sabilillah adalah amalan utama yang sangat banyak sekali nash berbicara tentangnya. 2. Imam Bukhori mengambil syahid dari hadits ini dengan sabda Beliau : “Tidaklah ia berjihad kecuali karena keimanan kepada Allah …”. 3. Hasil dari jihadnya kaum Mukminin yang ikhlas karena Allah dan mengikuti Nabi-Nya adalah kehidupan yang mulia dengan mendapatkan kemenangan dan harta rampasan (ghonimah) atau kematian sebagai syuhada yang diganjar dengan Jannah-Nya. Allah berfirman menjanjikan kemenangan kepada kaum Mukminin yang berjihad dijalan-Nya dan mendapatkan harta rampasan perang yang banyak, Firman-Nya :
t
= u ? 9 Q' A ED !. # - . = U _ O= k
A1 Oq> # i C + - . 3 O ( & #C) / @ ' g
h> - & [ 7 89 - > U #
z 2
o3> G9U 7 89 ># 7 89 P1 F 4 9 U #I " @ - $) 1# (20) f?4" 0 ' $d - . A A #
(21) f$AF “Allah menjanjikan kepada kamu harta rampasan yang banyak yang dapat kamu ambil, Maka disegerakan-Nya harta rampasan Ini untukmu dan dia menahan tangan manusia dari (membinasakan)mu (agar kamu mensyukuri-Nya) dan agar hal itu menjadi bukti bagi orang-orang mukmin dan agar dia menunjuki kamu kepada jalan yang lurus. Dan (telah menjanjikan pula kemenangan-kemenangan) yang lain (atas negeri-negeri) yang kamu belum dapat menguasainya yang sungguh Allah Telah menentukan-Nya. dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al Fath (48) : 20-21). Allah juga mengabarkan tentang kaum Mukminin yang terbunuh sebagai syuhada dalam berjihad fi sabilillah. Firman-Nya :
7 89 - + @ED ? t
P $ ( (169) !F~ $ A - RI = U z 4P 1 3 f@ ! 1 7 89 3 4 56 2( !9F AC8 O5 0
K @ #D (170) !&l K A - + # - 4 9 U ; ! ) 81 - % 9 ) - !"K
9 A - AC8 #$r 5 0 A # 7 9 ` ( (171) t
= u ? $ , 1 ^ 4`A 7 89 81# 3a ` ( # 7 89 Q ? = #$r 5 0 A
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imroon (3) : 169-171). Nabi bersabda ketika melihat Umar bin Khothob memakai pakaian baru:
f4
c # f4?P U # fA, 5 “Pakailah pakaian baru, hidup mulia atau mati syahid”. (HR. Ibnu Makah no. 3687 dishohihkan oleh Syaikh Albani). 4.
5.
Nabi tidak ingin memberatkan umatnya dengan terus-menerus setiap peperangan seluruh umatnya pada waktu itu ikut berperang, karena tentu mereka harus memenuhi kebutuhannya dengan mencari nafkah dan yang semisalnya. Sariyah adalah satuan pasukan perang tersendiri yang Rosulullah utus untuk misi tertentu, terkadang Beliau memimpin langsung pasukan dan kebanyakannya diwakilkan kepada Sahabatnya . Berikut contoh satuan pasukan yang Beliau pimpin sendiri yaitu : 1. Pada waktu perang Abwa atau Waddan pada bulan Shofar 2 H dengan kekuatan 70 sahabat. 2. Perang Buwath pada bulan Robiul Awal 2 H dengan kekuatan 200 sahabat. 3. Perang Safawan pada bulan Robiul Awal 2 H dengan kekuatan 7o sahabat. 4. Dan satuan-satuan pasukan lainnya yang Beliau pimpin sendiri. Contoh satuan pasukan yang Beliau kirim para sahabatnya dipimpin oleh sahabat yang beliau tunjuk :
6.
1. Satuan pasukan ke Siful Bahr pada 1 Romadhon 1 H dengan kekuatan 30 orang, dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Mutholib . 2. Satua pasukan ke Rabigh pada 1 Syawal 1 H dengan kekuatan 60 orang, dipimpin oleh Ubaidah bin Al Harits bin Abdul Mutholib . 3. Satuan pasukan ke Al Kharrar pada bulan Dzul Qo’dah 1 H dengan kekuatan 20 orang, dipimpin oleh Sa’ad bin Abi Waqqash . 4. Dan satuan-satuan pasukan lainnya (dinukil dari Sirah Nabawi karya Syaikh Mubarokfuri). Hadist ini juga dalil syarat diterimanya amalan ada dua, keikhlasan kepada Allah dan mengikuti Rosulullah . Maka barangsiapa yang berjihad tidak ikhlas, amalan jihadnya tidak akan berpahala disisi Allah . Abu Musa Al Asy’ari berkata :
3 @"A# 'QO4? P 3 @"A# Q' U
3 @"A 3 , O$ U -96# 749U G9d } !6I 3 6 : } F Q ? 9 > !. 3 @ F )) : -96# 749U G9d }!6I }"( 3 456
: Bk1 z AI 3 456 ! ( 49 2+ “Rosulullah ditanya tentang seseorang yang berperang karena keberaniannya, karena membela sukunya dan karena ria, yang manakah yang dapat dikatakan berjihad dijalan Allah? Rosulullah menjawab : “Barangsiapa yang berperang agar kalimat Allah menjulang tinggi, maka itulah jihad di jalan Allah”. (Muttafaqun Alaih). Adapun orang yang berjihad tidak sesuai dengan petunjuk Rosulullah , misalnya seseorang yang ingin berjihad dalam jihad yang fardhu kifayah , namun belum mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Abdullah bin Amr berkata :
. (( +
( ? 4%( )) : } F - & : } F(( # j2P 1 )) : } "( 7 & : / 6 ( 3N , I zD , “Datang seorang laki-laki minta izin kepada Nabi untuk turut berjihad, maka Nabi berkata kepadanya : Apakah kedua orang tuamu masih hidup? Jawab orang tersebut, “Ya”. Nabi bersabda : pada keduanya engkau berjihad (berbuat baik kepadanya)”. (Muttafaqun alaih). 7.
Betapa besar keutamaan jihad dan mati syahid, sehingga Beliau sampai berkeinginan untuk mati syahid kemudian hidup lagi dan mati syahid begitu seterusnya. Dalam riwayat Bukhori-Muslim juga dari Anas bin Malik , Beliau bersabda :
1 GO=? A 4 Or 8< z 2
H I G9U 7 # 4&B G< ^ , $ A 1 BK A Q O= 3 ) A ; P 1 Q $. $A ? e O$ $ r U 3 " 4( 4&B G< ^ , $ A
“Tidak seorangpun yang masuk jannah senang untuk kembali lagi kedunia untuk menambah amalnya lagi didunia kecuali orang yang mati syahid. Ia berangan-angan untuk kembali kedunia dan berperang sepuluh kali, karena melihat kemulian yang akan didapat”. Bahkah karena keutamaan mati syahid sangat tinggi, Rosulullah sangat menganjurkan seseorang untuk berniat menjadi syuhada dan ia akan mendapatkan pahala seperti orang yang mati syahid, sekalipun ternyata ia meninggal diatas pembaringannya. Nabi bersabda :
7
$( G9U e
< # z Br } ~ = y 7 [ 89 a V Or G @ D } / 6
“Barangsiapa yang meminta kepada Allah untuk menjadi Syuhada dan ia jujur dengan permintaannya tersebut, Allah akan menempatkannya seperti kedudukan Syuhada, sekalipun ia meninggal diatas pembaringannya”. (HR. Muslim no. 157 dari Sahl bin Hunaif ).