BAB II KEIMANAN DAN KETAKWAAN
Tujuan bab : Setelah membaca bab ini diharapakan anda dapat menjelaskan korelasi keimanan dan ketaqwaan.
Sasaran bab : anda dapat : 1. Menjelaskan pengertian iman dan taqwa 2. Menjelaskan wujud iman dan taqwa 3. Menguraikan proses terbentuknya iman dan taqwa 4. Memberi contoh tanda-tanda orang beriman dan bertaqwa 5. Menjelaskan korelasi antara keimanan dan ketaqwaan
A. Pengertian Iman dan Taqwa Perkataan iman berasal dari bahasa arab, asal kata dari ”amanu” yang artinya percaya atau yakin. Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan atau kepercayaan. Menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan “meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan” hal ini sesuai dengan sabda Rasullullah SAW : Artinya “ Iman ialah bahwa engkau percaya kepada Allah, Malaikat-Nya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, hari akhir, kiamat dan engkau percaya kepada qadar yang baik dan buruk” Iman menurut ahlussunnah wal jama’ah adalah dilafazkan/diikrarkan pada lisan/lidah, ditasdikkan dalam hati dan diamalkan dengan anggota badan, dengan kata lain iman tersebut mencakup tiga hal yaitu ikrar, tasdik dan amal. Iman dapat diartikan dengan aqidah karena bila kita membahas atau mempelajari aqidah maka tidak terlepas dari keyakinan terhadap Tuhan, yang pegertian aqidah itu sendiri dijelaskan yaitu perkataan aqidah berasal dari bahasa Arab, yang asal katanya adalah “aqada” artinya ikatan / jalinan (ikatan) dua orang yang mengadakan perjanjian. Secara terminology “Aqidah” adalah suatu landasan yang mengikat yaitu keimanan, sebabnya ilmu tauhid disebut juga dengan ilmu áqaid” (jamak dari aqodah) yang berarti ilmu mengikat. Aqidah menurut syariat disebut “iman” yaitu keyakinan terhadap Allah SWT dengan suatu ungkapan tanpa keraguan, aqidah Islam bukan hanya sekedar percaya semata melainkan
meyakini dengan sebenar-benarnya akan adanya Allah dan mendorong bagi yang meyakininya untuk selalu berperilaku yang baik sesuai dengan ajaran alqur’an dan hadist. Pendapat para pakar tentang “aqidah” sebagai berikut : 1. Syech Muhamad Abduh, dalam bukunya “Risalah Tauhid” mengatakan “aqidah” adalah ilmu yang menetapkan keyakinan (science of theology). 2. Prof. Dr. ZAkiah Daradjat. MA. Dalam bukunya “Dasar-dasar Agama Islam” menegaskan “aqidah” adalah ajaran tentang keyakinan yang menyangkut iman kepada Allah, Malaikat, Ktab, Rasul, hari akhir serta qadha / qadar. 3. Drs. Nasrudin Razak dalam bukunya “Dienul Islam” menyatakan aqidah adalah iman atau kepercayaan yang bersumber pada alqur’an. Aqidah dapat dikatakan dengan “Ideologi Islam” yang maksudnya adalah suatu ajaran tentang keimanan (keyakinan) kepada Allah SWT yang keyakinan tersebut tidak terdapat sifat keragu-raguan, sebagaimana yang dikemukakan dua (2) pakar yaitu : a. Prof. Dr. Yusuf Al-Qordhowi dalam bukunya “pedoman Ideologi islam” Islam harus merupakan pedoman diseluruh lapangan kehidupan artinya secara material dan spiritual aqidah Islam harus Islami, begitu juga sebagian hidupnya, paham dan fikirannya yang Islami demikian halnya dengan perasaan, akhlak, pendidikan, tradisi, tata susila, undangundang dan peraturan seluruhnya harus Ilsm berdasarkan pada ajaran-ajaran Islam, hal ini sesuai dengan firman Allah lewat Surat Al-Baqarah : 2 ayat (208) : Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam keseluruhan dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaiton. Sesungguhnya syaiton itu musuh yang nyata bagimu”. b. Abu A’la Al-Maududi, dalam kitabnya “Pokok-Pokok Pandangan Hidup Muslim” menyatakan … “ideology Islam ialah didasarkan atas approach hidup (pendekatan hidup) yang unik dan suatu konsepsi istimewa mengenai kedudukan manusia dalam alam semesta.
B. Fungsi dan Peranan Aqidah
a. Menuntun dan mengambangkan dasar ke Tuhanan yang dimiliki manusia sejak ia lahir artinya manusia sejak lahir diberi/memiliki potensi piker dan fitrahnya sehingga sepanjang hidupnya membutuhkan agama (ajaran) dalam rangka mencari suatu kebenaran terhadap Tuhan, aqidah berperan memenuhi kebutuhan fitrahnya. b. Memberikan ketenangan dan ketentraman jiwa manusia, artinya Islam sebagai kebutuhan bagi kehidupan manusia sebagai fitrah sehingga mendorong bagi manusia untuk terus menerus mencarinya. c. Memberikan pedoman hidup yang pasti, artinya keyakinan terhadap Allah SWT memberikan arahan (kompas) dan pedoman yang pasti, sebab aqidah meluruskan suatu jalan di dalam kebenaran (hak) yang sebenarnya dan sesungguhnya.
Tingkat Aqidah Aqidah (ideology) yang diyakini setiap individu muslim yang mukallaf tidak akan sama dengan keyakinan yang dimiliki oleh individu lainnya, karena tingkat keyakinan seseorang tumbuh dan berkembang pada hatinya dan akan bertambah subur apabila keimanan itu dipelihara dengan sebaik-baiknya dan sebaliknya iman seseorang akan berkurang dan akhirnya lenyap bila tidak dipelihara dan diamalkan. Dalam Islam, aqidah (keyakinan) seseorang muslim mukallaf bertingkat, tingkatan itu sesuai dengan persepsi masing-masing individu muslim yang merasakannya, adapun tingkatan aqidah adalah : a. Taqlid yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas pendapat orang yang diikutinya tanpa dipikirkan lebih dahulu. b. Yakin yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas bukti dan dalil yang jelas akan tetapi belummenemukan hubungan yang kuat antara objek keyakinan dengan dalil c. ainul yakin yaitu tingkat keyakinan yang didasarkan atas dalil – dalil rasional . ilmiah . sehinggah mampu membuktikan habungan antara objek keyakinan dengan dalil – dalil secara qath I serta mampu memberikan argumentasi ( jawaban ) yang rasional terhadap sanggahan – sanggahan yang datang d. haq qul yakin yaitu tingkat keyakinan yang disamping didasarkan atas dalil – dalil rasional ilmiyah . dan mampu membuktikan hubungan antara objek keyakinan dengan dalil – dalil serta mampu memberikan argumentasi ( jawaban ) yang rasional dengan menemukan dan merasakan keyakinan melalui pengalaman hidup.
Faktor – Faktor pembinaan aqdiah Aqidah dapat dibina oleh beberapa Faktor antara lain : a. faktor ilmu pengetahuan, dengan ilmu yang dimiliki oleh seseorang dapat memahami, mengerti, amapu mengulas, mampu menganalisa, mamapu membuat sintesa. Mampu mengevaluasi sebagai landasan terbinanya kepekan rasa dan keterampilan untuk berbuat disamping pengalaman dalam berbuat menurut disiplin ilmu pengetahuan yang dimiliki seorang muslim mukallaf b. faktor amal shaleh dilihat dari segi ajaran islam. Amal sahleh itu merupakan manifestasi dari iman . sehinggah pengertian amal shaleh mempunyai arti yang sangat luas yaitu pelaksanaan amal saleh yang benar dan tepat sesuai dengan dasar keimanan dan sunatullah (disiplin ilmu yang dimiliki dan atau hokum yang lainnya), dengan kata lain amal saleh berarti amal yang tepat sesuai dengan kebenaran ilmu yang tidak bertentangan dengan keimanan (keyakinan). c. Faktor jihad, secara etimologi “jihad” berarti sungguh-sungguh menegakkan dan menyebarkan ajaran Allah SWT artinya konsisten dalam tugas dan mencapai tujuan. Jihad dapat dilakukan dengan apa saja yang dimiliki seperti harta kekayaan, jiwa raga dan semangat berbuat (secara ikhlas). d. Faktor penyerahan diri secara mutlak dan menyeluruh artinya tunduk dan menyerahkan diri semata-mata karena Allah SWT atas segala tindakan dan hasil dari perbuatan seseorang demi mendapatkan ridha Allah, sebagaimana Allah menyatakan lewat firman-Nya surat Al-baqarah : 2 ayat (112) : Artinya : barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, seda ia berbuat kebaikan maka baginya pahala pada sisi Tuhan-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.
e. Faktor keridhaan Allah SWT, apabila kita bersikap dan berbuat sesuai dengan perintah dan laranganNya yang diatur dalam syariat, Insya Allah aqidah akan terbina dan tertata rapi dalam hati seorang muslim.
Perkataan taqwa berasal dari bahasa Arab, asal kata dari waqa, yaqi, wiqayah yang artinya takut, menjaga, memelihara atau melindungi. Secara istilah taqwa diartikan sikap
menjaga, memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Jadi orang yang bertaqwa adalah menjalankan seluruh perintah dan meninggalkan segala larangan sebagaimana yang termaktub dalam syariat Allah.
C. Wujud Iman dan Taqwa Iman dan taqwa adalah suatu kekuatan yang ada dalam diri manusia yang tidak mudah untuk diketahui atau dideteksi secara pasti tentang keadaan sebenarnya karena iman tersebut tidak terlihat oleh pancaindra manusia itu sendiri, akan tetapi dapat dirasakan oleh orang yang menyakininya. Iman dapat dilihat atau diketahui dari gejala prilaku sehari-hari secara lahiriyah. Ada 3 (tiga) konsep wujud iman dan taqwa dalam diri manusia yaitu ; 1. Melafazkan secara fashih kalimat syahadat, karena awal dari keimanan dan ketaqwaan alah syahadatain. 2. Mendirikan shlat secara khusu’ dan tawadhu, indicator taqwa kedua memelihara ibadah formal kepada Allah. 3. Mengeluarkan zakat, berinfaq, sedekah kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam yaitu 8 (delapan) asnab, indicator taqwa yang ketiga adalah mencintai sesame umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan untuk mengorbankan harta benda. 4. Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri manusia itu sendiri. 5. Sabar disaat kesusahan, kepayahan yang menimpa diri manusia itu sendiri artinya semua urusan diserahkan kepada Allh sambil berikhtiar dengan sesungguhnya untuk mencapai kesuksesan hidup. 6. Ridha dan ikhlas dalam keputusan Allah apabila itulah yang menjadi suatu ketentuan bagi dirinya.
B. Proses Terbentuknya iman dan Taqwa Manusia lahir secara fitrah dalam keadaan suci dan mempunyai nafsu sebagaimana manusia lainnya. Ia terbentuk sesuai dengan sunnatullah. Iman dan taqwa pada diri manusia bukanlah warisan dari kedua orang tua ayah dan ibu, akan tetapi benih-benih iman dan taqwa sudah ada pada diri manusia itu sendiri sejak ia dilahirkan. Berkembang tidaknya fitrah iman dan
taqwa tergantung dari pendidikan, pemahaman dan pengalaman agama yang didapatnya pada saat manusia menginjak dewasa. Kefitrahan manusia dibawa sejak ia dilahirkan, namun kenyataan dalam hidup setelah manusia memahami arti hidup maka kefitrahan yang dibawahnya sejak ia dilahirkan akan bergeser dibawa arus kehidupan. Kefitrahan iman dan taqwa bias saja mantap apabila kedua orang tuanya berperan aktif untuk mendidik atau membentuk kepribadian anak, karena orang tuanyalah yang menjadikan anak itu yahudi, nasrani atau majusi. Fitrah bersifat potensial, ia tidak dengan sendirinya menjadikan manusia berakhlak atau berkepribadian mulia. Oleh sebab itu, fitrah haruslah dijaga dirawat serta ditumbuhkembangkan agar manusia dapat tumbuh menjadi insane kamil (manusia sempurna) penuh kemuliaan dan harapan, selain kedua orang tuanya juga lingkungan (miliu) factor yang sangat dominant dapat mempengaruhi dan turut berperan dalam proses tumbuh dan berkembangnya fitrah iman dan taqwa.
C. Ciri-ciri Orang Beriman dan Bertaqwa Secara umum karakteristik orang yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT) dapat dikelompokkan dalam lima kategori : 1. Memelihara fitrah iman 2. mencintai sesame umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan untuk berkorban baik secara fisik maupun materi. 3. Memelihara ibadah secara formal 4. Memelihara kehormatan diri dan keluarga 5. Memiliki semangat perjuangan (berikhtiar dan berdoa) Allah SWT berfirman lewat surat Al-Imran ayat 133 berbunyi ; Artinya : “dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu (Allah SWT dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang taqwa (muttaqin)”
Selanjutnya Allah SWT menjelaskan cirri-ciri orang yang taqwa yaitu ; Artinya : “Yaitu orang –orang yang berinfaq (karena Allah), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mereka yang pemaaf terhadap (kesalahan) manusia. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan”. (QS. AlImran : 134)
Taqwa memiliki 3 (tiga) tingkatan yaitu : Pertama : Ketika seseorang melepaskan diri dari kefakiran dan mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, dia disebut orang yang taqwa. Kedua
: Menjauhi segala hal yang tidak disukai Allah SWT dan Rasul-nya, ia memiliki tingkat taqwa yang tinggi.
Ketiga
; orang yang setiap saat selalu berupaya menggapai cinta Allah SWT, inilah tingkat taqwa yang tertinggi.
Allah berfirman lewat surat Ali Imran ayat 102; Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dengan sebenarbenarnya taqwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim (beragama Islam).
Allah SWT telah dijabarkan berbagai cirri-ciri orang yang benar-benar bertaqwa salah satunya mereka menafkahkan sebagian rezki di jalan Allah dalam keadaan lapang maupun sempit, dengan kata lain jika mereka memiliki uang 1000 $ paling tiak ia infaqkan 1 $ dan jika hanya memiliki 1000 sen mereka infaqkan satu sen. Menginfaqkan rezki dijalan Allah adalah jalan hidup mereka, maka Allah SWT akan menjauhkan mereka dari kesulitan.
D. Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan Hubungan antara keimanan dan ketaqwaan ini tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena antara keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling berkaitan dan memerlukan, artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah SWT dapat menerima ketaqwaannya. Setiap amalan atau perbuatan yang baik tidak akan diterima Allah SWT tanpa didasari keimanan. Iman seseorang seolah hampa dan kosong tanpa amal shaleh yang menyertainya, secara konkretnya membuktikan bahwa ada iman dalam hatinya. Tingkat taqwa (muttaqin) dapat diperoleh seorang muslim apabila melalui beberapa tingkat antara lain : 1) muslim, 2) Mukmin, 3) muhsin, 4) Muchlisin, 5) Muhtadin, 6). Muttaqin.
E. Rangkuman
Secara harfiah iman dapat diartikan dengan rasa aman, keyakinan atau kepercayaan. Menurut istilah kata iman dapat diartikan dengan “meyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan perbuatan” aqwa berasal dari bahasa Arab, asal kata dari waqa, yaqi, wiqayah yang artinya takut, menjaga, memelihara atau melindungi. Secara istilah taqwa diartikan sikap menjaga, memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran islam secara utuh dan konsisten (istiqomah). Ciri-ciri orang beriman mempunyai lima kategori, yaitu ; 1) memelihara fitrah iman, 2) kesanggupan mengorbankan harta, 3) memeliahra ibadah formal, 4) memelihara kehormatan diri, 5) memiliki semangat perjuangan . Keimanan dan ketaqwaan pada hakikatnya saling berkaitan dan memerlukan, artinya keimanan diperlukan oleh manusia supaya Allah SWT dapat menerima ketaqwaannya. Setiap amalan atau perbuatan yang baik tidak akan diterima Allah SWT tanpa didasari keimanan.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Endang Saifuddin Anshari. Kuliah Agama Islam, Pendidikan Agama Islam Di Perguruan Tinggi. Penerbit Pustaka. Salman ITB – Bandung, 1980. Hamdan Mansoer. Pendidikan Agama Islam. Direktorat Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI-Jakarta. 2004. Muhammad Abduh Syech. Risalah Tauhid. Alih Bahasa Firdaus AN.PT Bulan Bintang – Jakarta, 1979. Nasrudin Razak. Dienul Islam. PT. Al-Ma’rif-bandung, 1971. Zakiah Darajat. Dasar-Dasar Agama Islam di Perguruan Tinggi. Penerbit PT. Bulan BintangJakarta, 1984.