ABSTRAK Zulaikah, Siti. 2015. Pendidikan Keimanan (Studi Komparasi Antara Pemikiran Tentang Abdullah Na şih „Ulwan Dan Abdurrah{man An Nah{lawi). Program Studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo. Pembimbing Dr. Basuki M.Ag. Kata Kunci: Pendidikan, Keimanan Pendidikan merupakan salah satu sarana yang penting dalam usaha membangun sumberdaya manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusian yang pada akhirnya akan menciptakan dan membentuk disiplin hidup dan tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman dan tentram. Iman mencerminkan akidah dan pokok-pokok yang menjadi landasan syari‟at Islam. Pendidikan yang mendasar dalam pendidikan islam merupakan pendidikan keimanan yang harus diajarkan sejak dini. Penelitian ini mengkaji tentang pemikiran Abdullah Naşih „Ulwan dalam buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam dan pemikiran Abdurrah{man An Nah{lawi dalam buku Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat dengan rumusan masalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih „Ulwan dalam buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam? (2) Bagaimana pendidikan keimanan menurut Abdurrah{man An Nah{lawi dalam buku Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat? (3) Bagaimana persamaan dan perbedaan pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih „Ulwan dan Abdurrah{man An Nah{lawi? Penelitian ini termasuk penelitian pustaka (Library Research), yang menggunakan pendekatan filosofis. Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode editing, organizing dan penemuan hasil temuan. Dan analisa data menggunakan metode content analysis. Hasil dari kajian ini adalah (1) Pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih „Ulwan dalam buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam adalah bersandarkan kepada wasiat-wasiat Rasulullah saw. (2) Pendidikan keimanan menurut Abdurrah{man An Nah{lawi dalam buku Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat adalah rukun iman, keimanan seseorang akan runtuh atau rusak jika salah satu rukunnya hilang. (3) Persamaan antara pemikiran Abdullah Naşih „Ulwan dan Abdurrah{man An Nah{lawi tentang pendidikan keimanan adalah sama-sama berorientasi pada penanaman iman dalam diri anak dengan mengenalkan Tauhid. Sedangkan perbedaan antara pemikiran Abdullah Naşih „Ulwan dan Abdurrah{man An Nah{lawi tentang pendidikan keimanan terletak pada metode dalam menyampaikan materi yang digunakan dalam menanamkan keimanan dalam diri anak.
1
2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab pendidikan diselenggarakan dengan kewajiban mendidik. Secara umum mendidik adalah membantu anak didik di dalam perkembangan dari daya-dayanya dan di dalam penetapan nilai-nilai. Bantuan atau bimbingan itu dilakukan dalam pergaulan antara pendidik dan anak didik dalam situasi pendidikan yang terdapat dalam lingkungan rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.1 Pendidikan Agama Islam, walaupun mencapai kemajuan dalam bidang sarana, namum kwalitasnya dirasakan belum memenuhi keinginan ummat. Kemerosotan moral yang terjadi dikalangan umat Islam terutama peserta didik itu disebabkan oleh berbagai faktor, satu diantaranya adalah ketidak fahaman terhadap tujuan Pendidikan Islam. Sebagian pendidik dan lembaga pendidikan berpandangan bahwa tujuan pendidikan adalah menyampaikan ilmu pengetahuan saja. Akibatnya semua usaha pendidikan hanya ditujuan untuk mentransmisikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Pendidikan agama merupakan usaha untuk memperkuat iman dan taqwa, Dalam konsep Islam, iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh sehingga menghasilkan prestasi rohani (iman) yang 1
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 34.
3
disebut Taqwa, usaha pembelajaran pendidikan agama Islam disekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dan sosial.2 Pendidikan yang paling utama dan pertama yang harus diajarkan oleh seorang pendidik adalah masalah keimanan. Keimanan yang ditumbuhkan kepada anak sejak kecil akan menyatu dalam kepribadian, selanjutnya akan membawa ketentraman batin dan kebahagiaan. Keimanan yang diajarkan agama Islam sangat penting artinya bagi kesehatan mental dan kebahagiaan hidup. Karena keimanan itu memupuk dan mengembangkan fungsi-fungsi jiwa dan memelihara keseimbangan serta menjamin ketentraman batin.3 Dalam pandangan Islam, dalam diri manusia terdapat beberapa unsur yang diistimewakan Allah Swt. utamanya terkait dengan keimanan. Sayangnya, hal itu tidak mendapat perhatian yang semestinya. Sering dilupakan bahwa perilaku keislaman harus didasari oleh keimanan yang teguh. Islam adalah perbuatan lahir yang harus berdasar keyakinan dan keimanan yang kuat. Fitrah manusia mendorongnya berbuat sesuatu berdasarkan dorongan hati nurani dan dorongan manusiawi lainnya. Karenanya, tindakan manusia yang tidak memiliki motivasi yang benar pada akhirnya hanya akan melahirkan dampak buruk. Berpijak dari
2
http://adeyuliyanti.blogspot.com/2012/10/pentingnya-pendidikan-keimanan-dan.html/06 Juni
2015. 3
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995), 9.
4
hal ini, sudah seharusnyalah iman menjadi landasan seluruh tingkah laku seorang muslim.4 Kongres se-Dunia ke II tentang Pendidikan Islam tahun 1980 di Islamabad, menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia (pesertadidik pen.) secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional;
perasaandanindra. Karenaitu, pendidikan hendaknya
mencakup
pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik; aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual atau kolektif; dan mendorong semua
aspek tersebut berkembang ke arah
kebaikan dan
kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.5
Pendidikan iman yang di maksud adalah mengikat anak dengan dasardasar iman, rukun dan dasar-dasar syari‟at sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu. Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasar-dasar pendidikan iman dan ajaran Islam sejak masa pertumbuhannya. Sehingga anak akan terikat dengan Islam, baik akidah maupun
4
Tim Saluran Teologi Lirboyo 2005, Akidah Kaum Sarungan (Kediri: @ Tamatan Aliyah Lirboyo Angkatan 2005, 2008), 179. 5 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikn Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), 37-38.
5
ibadah. Keseluruhan pemahaman tentang pendidikan iman ini bersandarkan kepada wasiat-wasiat Rasulullah saw. dan petunjuknya di dalam menyampaikan dasar-dasar iman dan rukun-rukun Islam kepada anak. Petunjuk dan wasiat Rasulullah saw. yang pertama, membuka kehidupan anak dengan dengan kalimat La Illaha Illa „l-Lah. Kedua, mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak. Ketiga, menyuruh anak untuk beribadah pada usia tujuh tahun. Keempat, mendidik anak untuk mencintai Rasul, ahli baitnya dan membaca al-Qur‟an.6 Aspek keimanan menjadi landasan akidah yang mendasar dan integral. Serta menjadi motivator yang menggugah manusia untuk berpandangan ke depan, optimistis,
sungguh-sungguh
dan
berkesadaran.
Aspek
syariat
telah
menyumbangkan berbagai kaidah dan norma yang dapat mengatur perilaku dan hubungan manusia. Aspek penghambaan merupakan perilaku seorang manusia yang berupaya mewujudkan seluruh gambaran, sasaran, norma dan perintah syariat tersebut. Pendidikan merupakan sarana pengembangan manusia agar seluruh
aspek
di
atas
menjelma
dalam
sebuah
harmoni
dan
saling
menyempurnakan.7 Dewasa ini begitu pannyak pendidikan yang tidak begitu memperhatikan keimanan. Padahal keimanan merupakan landasan dari suatu pendidikan. Keimanan harus ditanamkan dalam diri anak sejak dini. Pendidikan seharusnya
Abdullah Naşih „Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam (Semarang: As Shifa, 1993), 151-153. 7 Abdurrah{man An Nah{lawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat , terj. Shihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 2004), 34. 6
6
dapat meningkatkan keimanan pada diri anak. Untuk itu menurut penulis perlu dikaji lebih mendalam tentang pendidikan keimanan. Ada banyak materi dan juga metode dalam menanamkan keimanan dalam diri anak diantara tokoh yang mengajarkan pendidikan keimanan adalah Abdullah Naşih „Ulwan dan Abdurrah{man An Nah{lawi yang mana kedua tokoh tersebut menjelaskan bagaimana cara menanamkan keimanan dalam diri anak dengan materi yang berbeda. Karena
itu
adalah
menarik
untuk
dilakukan
penelitian
dengan
membandingkan antara pemikiran kedua tokoh di atas tentang pendidikan keimanan. Maka selanjutnya penulis mengangkat masalah ini dalam sebuah penelitian dengan judul “PENDIDIKAN KEIMANAN (Studi Komparasi antara Pemikiran Abdullah Naşih „Ulwan dan Abdurrah{man An Nah{lawi)”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan dari latar belakang di atas dapat dihasilkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana materi pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih „Ulwan dalam Buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam? 2. Bagaimana pendidikan keimanan menurut Abdurrah{man An Nah{lawi dalam Buku Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat?
7
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih „Ulwan dalam Buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam dan Abdurrah{man An Nah{lawi dalam Buku Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang di sebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk menjelaskan pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih „Ulwan dalam Buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam 2. Untuk mennjelaskan pendidikan keimanan menurut Abdurrah{man An Nah{lawi dalam Buku Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat 3. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih „Ulwan dalam Buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam
dan Abdurrah{man An Nah{lawi dalam Buku Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat
D. Manfaat Penelitian Suatu penelitian akan dikatakan penting, jika penelitian tersebut dapat dirasakan manfaat dan kegunaannya, baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan atau masyarakat. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
8
1. Memberikan
sumbangan
bagi
pendidikan
islam,
khususnya
dalam
memperkaya khazanah pemikiran dalam dunia pendidikan. 2. Menberikan sumbangan untuk para pendidik dalam memberikan pendidikan keimanan, sehingga diharapkan tanggung jawab sebagai pendidik ditunaikan dengan baik. 3. Sebagai kajian bagi para peneliti yang ingin mengkaji lebih tentang pendidikan keimanan terhadap anak.
E. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Penulis melakukan telaah hasil penelitian terdahulu yang ada relevansinya dengan penelitian ini. Adapun hasil temuan penelitian terdahulu adalah: 1. Ikasari Resna Diyah Kusuma Nilawati (STAIN Ponorogo 2010) dalam skipsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Iman Dalam Membentuk Moral Pada Anak Perspektif Abdullah Naşih ‘Ulwan”. Adapun hasil penelitian dari skripsi ini adalah bahwa konsep pendidikan iman dalam membentuk moral pada anak perspektif Abdullah Naşih „Ulwan adalah sebagai berikut: a. Konsep dasar-dasar iman adalah segala sesuatu yang ditetapkan dengan jalan Khubar secara benar, berupa hakikat keimanan dan masalh gaib seperti beriman kepada Allah Swt., beriman kepad para Malaikat, beriman kepada kitab-kitab samawi, beriman kepada siksa kubur, hari berbangkit, hisab, surge, neraka dan seluruh perkara gaib.
9
b. Konsep rukun islam adalah setiap ibadah yang bersifat badani dan harta yaitu sholat, shoum, zakat dan haji bagi orang yang mampu melakukannya. c. Konsep dasar-dasar syari‟at adalah segala yang berhubungan dengan jalan Ilahi dan ajaran-ajaran Islam berupa aqidah, ibadah, akhlak, perundangundangan, peraturan dan hokum. d. Konsep tanggung jawab pendidik dalam pendidikan iman yaitu membina anak beriman kepada Allah, kekuasaan-Nya, dan ciptaan-ciptaan-Nya serta menanamkan perasaan khusu, dan taqwa, menanamkan perasaan selalu ingat kepada Allah. 2. Muhamad Aminudin (STAIN Ponorogo 2011) dalam skripsinya yang berjudul “Peran Seksi Keagamaan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) Dalam Menanamkan Keimanan Siswa Di Madrasah Tsanawioyah Negeri (MTsN) Panekan Magetan Tahun 2011”. Adapun hasil penelitian dari sripsi ini adalah sebagai berikut: a. Strategi yang dilakukan organisasi siswa intra sekolah (OSIS) Seksi Keagamaan dalam menanamkan keimanan siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Panekan Magetan tahun 2011 adalah melalui pengajaran, pembiasaan dan pengalaman serta keteladanan. Penagajaran yaitu dengan mengadakan kegiatan baca tulis Al-Qur‟an, latihan membaca Al-Qur‟an melalui baca Iqra bagi yang belum bias, menghafal surat-surat pendek dan muhadlarah. Pembiasaan yaitu melalui kegiatan sholat dhuhur dan shalat dhuha berjamaah, mengucap salam ketika masuk kelas. Sedangkan
10
pengalaman dan keteladanan melalui kegiatan peringatan hari besar agama, serta perilaku yang dapat di contoh siswa lain. b. Organisasi
siswa
intra
sekolah
(OSIS)
Seksi
Keagamaan
dalam
menanamkan keimanan siswa di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Panekan Magetan tahun 2011 telah berperan dalam: 1) Membiasakan siswa melaksanakan ibadah wajib maupun sunah. 2) Membantu siswa dalam belajar membaca dan menulis serta menghafal surat-surat pendek dalam Al-Qur‟an. 3) Membentuk pribadi muslim dalam diri siswa. 3. Rima Umaimah (STAIN Ponorogo 2011) dalam sripsinya yang berjudul “Peran Kegiatan Istighathah Dalam Meningkatkan Nilai-nilai Keimanan Di Pondok Pesantren Tremas Pacitan”. Adapun hasil penelitian dari skripsi ini adalah sebagai berikut: Kegiatan istighathah di Pondok Pesantren Tremas Pacitan dalam meningkatkan nilai-nilai keimanan bisa berperan sebagai alat pengendali nafsu kita agar kita selalu berada di jalan Allah Swt., bisa merubah khuluqiyah atau kepribadian santri menjadi lebih baik, serta sebagai alat atau cara untuk mengasah penglihatan dan pandangan batin yang dapat menyadarkan para santri dan mendoprongnya segera meninggalkan perbuatan buruk untuk kembali kepada Allah tatkala tergelincir dan menyimpang dari kebenaran. Dari penelitian-penelitian terdahulu di atas penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang pendidikan keimanan dengan mengetahui materi apa
11
yanang dapat digunakan dalam menanamkan keimanan dalam diri anak, dan ingin mengetahui kenapa Naşih „Ulwan dan An Nah{lawi dalam menanamkan keimanan dalan diri anak menggunakan materi yang berbeda dengan mengomparasikan antara pemikiran Abdullah Naşih „Ulwan dan Abdurrah{man An Nah{lawi tentang pendidikan keimanan tersebut.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang penulis ambil dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif, pendekatan ini digunakan untuk memecahkan masalah dengan menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak.8 Sedangkan jenis penelitian dalam kajian ini adalah penelitian kepustakaan (library research) yaitu penelitian yang obyek utamanya adalah buku-buku atau sumber kepustakaan lain, maksudnya data-data dicari dan ditemukan melalui kajian pustaka dari buku yang relevan dengan pembahasan.9
8
Hadari Nawawi dan Mimi Hartini, Penelitian Terapan (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996), 73. 9 Moh. Nur Halim, Metodologi Studi Islam (Malang: UMM Press, 2004), 23.
12
2. Sumber Data Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka yang dikategorikan sebagai berikut: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah bahan utama atau rujukan utama dalam mengadakan suatu penelitian untuk mengungkapkan dan menganalisis penelitian tersebut atau hasil-hasil penelitian yang orisinil.10 Adapun data primer yang penulis gunakan adalah: a. Abdullah Naşih „Ulwan. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam terj. Saifullah Kamalie dan Hery Noer Ali, dari judul asli Tarbiyat al-Aulad fi al-Islam Jilid I. Semarang: Asy-Syifa, 2001.
b. Abdurrah{man An Nah{lawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat terj. Shihabbuddin, dari judul asli Ushulut Tarbiyah
Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrosati wal Mujtama‟. Jakarta: Gema Insani, 2004. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah bahan atau rujukan yang ditulis oleh tokoh-tokoh lain yang ada relevansinya dengan tema penelitian ini atau bahan pustka yang ditulis dan dipublikasikan oleh seorang penulis yang Ibnu Hājar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), 83. 10
13
tidak secara langsung melakukan pengamatan atau berpartisipasi dalam kenyataan yang ia deskripsikan,11 adapun buku-buku yang berkaitan dengan masalah dalam kajian ini, yaitu: a. Hasan Basri dan Beni Ahmad Syaebani, Ilmu Pendidikan Islam Jilid II (Bandung: Pustaka Setia, 2010). b. Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003). c. Zakiah Darajat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008). d. Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, terj. Ali Mahmudi (Jakarta: Robbani Press, 2008). e. Abdurrahman Hasan Habanakah al-Maidani, Pokok-Pokok Akidah Islam, terj. A.M. Basalamah (Jakarta: Gema Insani, 2004).
f. Ranchman Assegaf, Studi Islam Kontekstual Pradigma Baru Muslim Kaffah (Yogyakarta: Gama Media 2005).
g. Muhammad Nur Hāfizh, Mendidik Anak Bersama
Rasulullah
(Bandung: Penerbit Mizan, 1997). h. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2006). i. Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan alQur‟a>n. Jakarta: Rineka Cipta, 2007. j. M. „Athiyah Al Abrasi, Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Islam, terj. Abdullah Zakiy al Kaaf (Bandung: Pustaka Setia, 2003). 11
Ibid,.84.
14
k. Jurusan Tarbiyah STAIN, Buku Pedoman Penulisan Skripsi (Ponorogo: STAIN Ponorogo, 2014).
3. Teknik Pengumpulan Data Sebagaiman di ketahuai bahwa penelitian ini termasuk kategori penelitian kepustakaan, oleh karena itu teknik yang digunakan adalah pengumpulan data literer yaitu penggalian bahan-bahan pustaka yang koheren dengan obyek pembahasan yang dimaksud.12 Data yang ada dalam kepustakaan dikumpulkan atau diolah dengan cara sebagai berikut: a. Editing, yaitu pemeriksaan kembali semua data yang diperoleh terutama dari segi kelengkapan, kejelasan makna, kesesuaian dan keselarasan makna antara satu dengan yang lainnya. b. Organizing, yaitu menyatukan data-data yang diperoleh dengan kerangka yang sudah ditentukan. c. Penemuan hasil temuan, yaitu melakukan analisa lanjutan terhadap hasil pengorganisasian datadengan menggunakan kaidah-kaidah, teori-teori dan dengan metode yang telah ditentukan, sehingga diperoleh kesimpulan tertentu yang merupakan jawaban dari rumusan masalah. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisia data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 1996), 234.
15
a. Metode Komparasi Dinamakan metode komparasi karena dalam analisis data tetap membandingkan satu datum dengan datum yang lain. Dan kemudian secara tetap membandingkan kategori dengan kategori yang lain. Secara umum proses analisi datannya mencakup: reduksi data, kategori data, sistensis, dan diakhiri dengan menyusun hipotesis kerja.13 Sehingga dalam komparasi sifat hakiki objek penelitian dapat terlihat lebih jelas karena perbandangan menekankan dengan tegas menentukan persamaan dan perbedaan objek yang deteliti. b. Metode Content Analisis (metode analisis isi) Setelah pengumpulan data selesai, maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan metode content analisis, yaitu analisis tentang isi pesan atau komunikasi.14 Metode analisis isi ditunjukkan untuk menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen resmi, dokumen validitas, dan keabsahannya terjamin baik dokumen perundangan dan kebijakan maupun hasil-hasil penelitian.15 Metode ini digunakan untuk menganalisis isi dan berusaha menjelaskan bangunan pemikiran tentang masalah yang dibahas dengan menggunakan proses berfikir induktif, deduktif dalam penarikan kesimpulan. 13
Lexi J. Moleong, Metodologi Peneletian Kualitatif ( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2000),288. 14
Noeng Muhajir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1987),
49. 15
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bnadung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 81-82.
16
Induktif yaitu proses berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus atau peristiwa-peristiwa kongret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa khusus tersebut ditarik generalisasi yang bersifat umum. Sedangkan deduktif yaitu proses berfikir yang berangkat dari yang umum ditarik tolak dari pengetahuan itu hendak menilai suatu kajian yang khusus.16 Tahap-tahap analisis isi adalah: 1) Menentukan permasalahan yang akan diteliti. 2) Menyusun kerangka pemikiran dengan merumuskan permasalahan yang ada. 3) Menyusun perangkat metodologi, yaitu dengan menentukan metode yang akan dipakai, yaitu metode untuk mengumpulkan dan metode untuk analisis data. 4) Analisis data, yaitu dengan menganalisa terhadap data yang telah dikumpulkan.17
G. Sistematika Pembahasan Sebagai gambaran pola pemikiran penulis yang tertuang dalam karya tulis ini, maka penulis menyusun sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I berisi pendahuluan yang menggambarkan secara umum kajian ini, yang isinya terdiri dari latar 16 17
2001), 181.
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Aljabet, 2005), 90. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif (JakartaP: PT. Raja Grapindo Persada,
17
penelitian, manfaat penelitian, telaah hasil penelitian terdahulu, metode kajian (pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data) dan sistematika pembahasan. Bab II berisi tentang kajian teori tentang pendidikan keimanan Bab III berisi pemikiran Abdullah Naşih „Ulwan tentang pendidikan keimanan dalam buku pedoman pendidikan anak dalam Islam. Bab IV berisi pemikiran Abdurrah{man An Nah{lawi tentang pendidikan keimanan dalam bukupendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat. Bab V berisi tentang perbedaan dan persamaan pemikiran Abdullah Naşih „Ulwan tentang pendidikan keimanan dalam buku pedoman pendidikan anak
dalam Islam dan pemikiran Abdurrah{man An Nah{lawi tentang pendidikan keimanan dalam buku pendidikan Islam di rumah, sekolah dan masyarakat Bab VI berisi penutup, yang berisi kesimpulan dari hasil analisa dan saran-saran.
18
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengertian Pendidikan Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiaanya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembanganya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.18 Pendidikan menurut pandangan Islam adalah tindakan yang dilakukan secara sadar dengan tujuan memelihara dan mengembangkan fitrah secara potensi sumber daya insani menuju terbentuknya insan kamil (manusia seutuhnya).19 Tercapainya self realitation (merealisasikan diri) yang utuh ini merupakan tujuan umum pendidikan Islam yang proses pencapaianya melalui berbagai lingkungan atau masyarakat secara formal dan non formal.20 Pendidikan bukanlah sekedar pengajaran pengetahuan dan ketrampilanketrampilan pemikiran dan teknik tapi pendidikan adalah proses pengembangan sosial, pengembangan jasmani, pemikiran, intelektual, emosi dan akhlak yang berfungsi menyiapkan manusia yang aktif dalam segala tahap, bukan hanya pada tahap produksi materi saja.21 Pendidikan adalah upaya mendewasakan manusia melalui pengajaran 18
Hasbullah , Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011), 1. Imam Al-Ghazali, Ihya‟ Ulummuddin (Bairut Lebanon: Darul Islami, tt. ), 61. 20 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Kalam Mulia, 2006 ), 137. 21 Hasan Langgulung, Pendidikan Islam dalam Abad ke 2 ( Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003 ), 138. 19
19
dan latihan.22 Usaha membantu anak didik agar berkembang menjadi manusia seutuhnya, dewasa, sempurna dan bahagia.23 Pendidikan merupakan salah satu sarana yang penting dalam usaha membangun sumberdaya manusia dan penanaman nilai-nilai kemanusian yang pada akhirnya akan menciptakan dan membentuk disiplin hidup dan tatanan kehidupan masyarakat yang sejahtera, aman dan tentram.24 Menurut Al-Ghulayani pendidikan adalah proses pendewasaan anak didik baik secara jasmani maupun rohani.25 Sedangkan menurut Syeh Muhammad Naquib Al Attas, pendidikan merupakan pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan kedalam diri manusia tentang tempat-tempat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini dapat membimbing manusia ke arah pengenalan dan pengakuan Allah sebagai Tuhan.26 Dari uraian pendidikan di atas dapat di tarik kesimpulan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha untuk menjadikan manusia menuju arah yang lebih baik. B. Pengertian Keimanan Kata iman berasal dari bahasa Arab yang berarti tasdiq (membenarkan). Iman ialah kepercayaan dalam hati meyakini dan membenarkan adanya Tuhan dan membenarkan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW., karena iman,
22
Ainurrofiq Dawan, Emoh Sekolah, Menolak Komersialisasi Pendidikan dan Kanibalisme Intelektual, Menuju Pendidikan Multikultural ( Yogyakarta: Inspeal Press, 2003 ), 31. 23 Achmad, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan (Yogyakarta: Adtya Media, 1992 ), 13. 24 Wan. Mohd Nor Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas, terj. Hamid Fahmy dkk. (Bandung: Mizan, 2003), 23. 25 Pemikiran Pendidikan Islam ( Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer ) ( Semarang: Fakultas Tarbiyah dan Pustaka Pelajar, 1999 ), 121. 26 Nor Wan Daud,Wan Moh, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas (Bandung:Mizan, 2003), 255.
20
seseorang mengakui adanya hal-hal yang wajib dan hal-hal yang mustahil bagi Allah. 27 Pengertian iman secara luas ialah keyakinan penuh yang dibenarkan oleh hati, diucapkan oleh lidah, dan diwujudkan oleh amal perbuatan.28 Arti iman dalam tinjauan bahasa adalah percaya, setia, melindungi, dan menempatkan sesuatu di tempat yang aman (baca: pada tempatnya).29 Percaya dalam bahasa Indonesia artinya mengakui atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercayai) itu memang benar atau nyata adanya. Iman juga sering dikenal dengan istilah akidah. Akidah artinya ikatan, yaitu ikatan hati. Bahwa seseorang yang beriman mengikatkan hati dan perasaan dengan suatu kepercayaan yang tidak lagi ditukarnya dengan kepercayaan lain. Akidah tersebut akan jadi pegangan dan pedoman hidup.30 Oleh karaena itu, akidah selalu ditautkan dengan rukun iman atau arkan al-iman yang merupakan asas bagi ajaran Islam.31 Terkait dengan akidah yang dimaksud adalah iman yang bermakna pembenaran yang hakikatnya tidak dapat dipaksakan (intimidasi) oleh siapapun, karena iman terletak di dalam hati yang hanya bisa dikenali dan dipahami secara pribadi. Seseorang tidak dapat mengetahui hakikat keimanan orang lain, apalagi memaksakannya.32 Keimanan dalam agama Islam merupakan dasar atau fondasi, yang di atasnya terdiri syari at Isla .33 Yusuf Al-Qardawi mengatakan bahwa iman ialah kepercayaan
27
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 19. Zainuddin Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), 4. 29 Tim Saluran Teologi Lirboyo 2005, Akidah Kaum Sarungan (Kediri: @ Tamatan Aliyah Lirboyo Angkatan 2005, 2008), 179. 30 Kaelany, Islam, Iman dan Amal Saleh (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 58. 31 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam, 2. 32 Tim Saluran Teologi Lirboyo 2005, Akidah Kaum Sarungan,179. 33 Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009), 9. 28
21
yang meresap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan seharihari.34 Dalam iman terdapat tiga unsur yang mesti berjalan serasi, yaitu: pengakuan lisan, pembenaran hati dan pelaksanaan secara nyata dalam perbuatan.35 Iman mencerminkan akidah dan pokok-pokok ya g
e jadi la dasa syari at Isla .36
Para peneliti, cendekiawan dan ilmuwan nonmuslim mengakui pentingnya nilai akidah dalam mengatur perilaku manusia. Dalam aktivitas penelitian, mereka menggunakan istililah ideologi. Namun, sungguh sayang, mereka tidak sanggup meraih tingkatan yang dicapai Islam (dalam menanamkan keimanan untuk membangun pribadi muslim). Jika iman telah melekat dalam jiwa muslim, ia tidak akan tergoyahkan oleh kekuatan apapun.37 Sebagai bukti bahwa seseorang itu beriman tidaklah hanya diukur dari hatinya, melainkan diukur melalui amal atau perbuatannya yang nampak dalam kehidupannya.38 Para sarjana Muslim, rata-rata berpendapat bahwa agama adalah gabungan antara iman dan Islam dan menerima bahwa ilmu pengetahuan dan amal saleh merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari iman.39 Iman itu melahirkan tata nilai
34
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2000), 85. Kaelany, Islam, Iman dan Amal Saleh , 58-59. 36 Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, terj. Ali Mahmudi (Jakarta: Robbani Press, 2008), 3. 37 Abdurrahman Hasan Habanakah al-Maidani, Pokok-Pokok Akidah Islam, terj. A.M. Basalamah (Jakarta: Gema Insani, 2004), 34. 38 Ranchman Assegaf, Studi Islam Kontekstual Pradigma Baru Muslim Kaffah (Yogyakarta: Gama Media 2005), 145. 39 Hamid Fahmy et,al “Etall” Penterjemah, Filsafat Dan Praktik Pendidikan Syed M. Naquib Al-Attas, (Bandung: Mizan Anggota IKPI, 2003) 129-130. 35
22
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran bahwa hidup ini berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya.40 Orang yang beriman adalah orang yang spesial di hadapan Allah. Karena iman, Allah akan memberikan pertolongan-Nya dengan memudahkan kita untuk menempuh jalan yang dapat menghantarkan kita menuju ridha-Nya. Orang-orang yang beriman adalah mereka yang istiqamah di atas agama Allah, memelihara hak-hak-Nya. Iman adalah harta yang tak ternilai harganya, apalagi dibandingkan dengan dunia seisinya. Keimanan yang teguh kepada Allah akan menghadirkan kebahagiaan dalam hati dan menentramkan jiwa. Hanya dengan iman hidup terasa manis, kehidupan terasa indah. Iman adalah benteng yang kokoh dan perisai yang tangguh dalam menjaga setiap orang yang berlindung kepada-Nya.41 Di antara manifestasi iman adalah bahwa Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai oleh orang yang beriman dari pada apapun juga. Sebagaimana sabda Rasulullah di dalam haditsnya:
َ َِْ ْ ْ ا ِ َّ ْ َ َ ْل َ ْ ِ َ ال
ِ َّ ُ ْ َ َ َ ّ ِاَ ْ ِ ِ ْ َ اِ ِ ِ َ َ اَ ِ ِ َ َ ْ ِ ِ ا
ّ َ ُْ ُ َ َ ُ ِ َُْ (ا خ ري
)ر
Arti ya: Tidaklah beriman salah seorang dari kamu sehingga aku lebih dicintai dari pada orang tuanya, anaknya, dirinya sendiri dan manusia seluruhnya. H‘. Bukhari).
40
Sudirman Tebba, Orientasi Sufistik Cak Nur: Komitmen Moral Seorang Guru Bangsa , (Jakarta: Paramadina, 2011), 14. 41 Abu Firly Bassam Taqiy, Agar Allah Selalu Memberi Jalan Keluar (Jogjakarta: Hikam Pustaka, 2010), 25-27.
23
Amal saleh yang dapat membersihkan jiwa, mensucikan hati dan memakmurkan kehidupan merupakan salah satu dari buah keimanan. Oleh karena itu, penyebutan iman di dalam ayat-ayat al-Qur a diiri gi de ga pe yebuta a al shaleh, sebab jika keimanan tidak disertai dengan amal, maka ia menjadi mandul. Jika amal tidak dilandasi keimanan maka amal itu menjadi kemunafikan dan kepura-puraan riya . Imanlah yang dapat mengubah kelemahan menjadi kekuatan, mengubah kekalahan menjadi kemenangan, mengubah keputusasaan menjadi optimisme, dan mengubah optimisme menjadi amal perbuatan nyata.42 Dengan beriman seseorang akan menyadari batas-batas yang melingkupi dirinya. Dengan beriman seseorang akan cepat berlari menuju Allah, sebab orang-orang yang telah memehami hakikat keimanan mereka tidak akan pernah merasa kecewa, bersedih, dan khawatir, karena janji Allah begitu menyenangkan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.43 Yang harus diimani terrinci dalam rukun iman. Rukun iman merupakan mata rantai yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Demikianlah, betapa pentingnya keimanan bagi pendidikan generasi yang sehat dan benar serta masyarakat yang kuat dan kokoh.44 Ada yang menyamakan istilah iman dengan aqidah, dan ada yang membedakannya. Bagi yang membedakan, aqidah hanyalah bagian dalam (aspek hati)
42
Sayyid Sabiq, Aqidah Islamiyah, 117-128. Deni Sutan Bahtiar, Mencari Kembali Tuhan Yang Hilang (Jakarta: Amzah, 2012), 93-94. 44 Ibid., 87.
43
24
dari iman, sebab iman menyangkut aspek dalam aspek luar. Aspek dalamnya berupa keyakinan dan aspek luar berupa pengakuan lisan dan pembuktian dengan amal. Pendapat Imam Abu Hanifah yang mengatakan bahwa iman hanyalah iti ad, sedangkan amal adalah bukti iman, tetapi tidak dinamai iman. Sebaliknya jika kita mengikuti definisi iman menurut Ulama Salaf (termasuk Imam Ahmad, Malik dan “yafi i ya g
e gataka bahwa i a adalah:
ْْ ِ ٌ ََ َ ِ َ ْار
ِ َ ِِ ْ ِ َ ٌا ِ ْا َ لَ ِ َ ُ ْ ٌ ِ ال
Arti ya: Sesuatu yang diyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota tubuh. 45 Iman merupakan kunci keislaman. Perwujudannya disimbolkan dalam ikrar dua kalimat syahadat.46
C. Pendidikan Keimanan Pendidikan yang mendasar dalam pendidikan islam merupakan pendidikan keimanan yang harus diajarkan sejak dini.47Untuk mengawali pembahasan tentang pe didika kei a a i i kita perhatika terlebih dahulu Fir a Allah dala
Al Qur a
Surat Luqman ayat 13 berikut ini :
45
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam (Yogyakarta: LPPI, 2006), 4. Nawawi al-Bantany, Mutiara-Mutiara Keimanan , terj. Mohammad Kholil (Yogyakarta: Titian Wacana, 2006), v. 47 Zainudin Ali, Pendidikan Agama Islam, 2. 46
25
13
َظ ِ ٌ ي َتُ ْش ِر ْك ِ هِ إِ ّ ا ِشرْ كَ اَظُ ْل ّ ََ إِ ْذقَ َل اُ ْ َ ُ ِ ْلِ ِ َ هُ َ َ ِ ظُ ُ َ ُل
…
Arti ya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelaja a kepada ya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar. (Q.S. Al-Luqman: 13) Kewajiban mengajarkan keimanan yang dicontohkan Luqman sudah sepatutnya ditiru oleh semua orang tua dan para pendidik. Orang tua dan para pendidik memiliki kewajiban untuk menumbuhkan pemahaman menyeluruh mengenai iman dan ajaran Islam sejak awal pertumbuhannya, sehingga anak-anak akan terikat dengan Islam, baik aqidah maupun ibadah. Dan dengan pendidikan iman ini diharapkan anak hanya akan e ge al Isla
sebagai aga a ya, Al Qur a sebagai I a
ya da ‘asulullah “AW
sebagai pemimpin dan teladannya.48 Penanaman keimanan merupakan aspek yang sangat pundamental di dalam berbagai segi kehidupan. Al-Ghazali mengatur cara berangsur-angsur mulai membaca, menghafal, memahami, mempercayai dan membenarkan kemudian tertanam sangat kuat pada jiwa anak yang akan mempengaruhi pola pikir, pola sikap dan pola tindak lahir dan pandangan hidup. Jadi cara memperteguh iman adalah melalui tiga unsur dari pengertian iman itu sendiri yaitu: 1. dibaca dan diucapkan dengan lisan atau bahkan dihafalkan ayat-ayat maupun hadits yang berhubungan erat dengan keimanan.
48
2015
https://mpiuika.wordpress.com/2010/05/24/pendidikan-keimanan/diakses pada 27 Oktober
26
2. Memahami pengertiannya dan mencamkan dalam pikirannya kemudian diakui kebenarannya dalam hati agar dapat meresap sedalam-dalamnya. 3. Mengamalkan ajaran-ajarannya yang terkandung di dalamnya.49 Ilmu pengetahuan keagamaan memang bisa dipelajari, namun keyakinan tidak bisa dipelajari tapi harus ditumbuhkan atau ditanamkan, oleh karena itu perlu upayaupaya kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait diantaranya yaitu sebagai berikut: 1.
Kerja Sama Guru Agama (Sekolah) dengan orang tua peserta didik Penanaman keimanan merupakan inti dari pendidikan dan agama ini memerlukan kerjasama antara orang tua dan guru. Kadang-kadang orang tua terlambat menyadari perlunya kerjasama dengan guru, maka diharapakan pihak sekolah mengambil inisiatif untuk menjalin kerjasama, setelah terjalin kemudian rancang bersama-sama program-program yang dapat mengembangkan religionalitas peserta didik. Keberagamaan merupakan proses penghayatan atau menanaman keimanan yang memungkinkan tumbuh kesadaran dan tanggung jawab moral peserta didik. Karena itu perlu adanya kerjasama antara guru atau pihak sekolah dengan orang tua sehingga terjalinnya proses interaksi (hubungan timbal balik) dan komunikasi antara keduanya.
2.
Kerjasama Guru Agama dengan Aparat Sekolah (Kesatuan Wawasan) Sekolah adalah suatu lembaga pendidikan yang mempunyai tujuan. Tujuan tersebut yaitu:
49
Zainuddin, Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), 100.
27
a. Pembinaan/pembentukan
jasmani
agar
sehat
dan
kuat
merupakan
tanggungjawab guru olahraga dan kesehatan, dan sebagian lagi tanggung jawab kepala sekolah dan guru-guru aparat sekolah lain. b. Pembinaan akal agar cerdas, pembinaan pengetahuan dan keterampilan merupakan tugas guru sains dan keterampilan, dan sebagian lagi tugas kepala sekolah dengan guru-guru dan aparat sekolah. c. Pembentukan sikap keagamaan dengan inti penanaman iman dihati adalah tugas guru agama dan sebagian lagi merupakan tugas kepala sekolah, guru-guru lain dan aparat sekolah.50 Iman merupakan sumber inspirasi, pembuka wawasan, dan ide-ide cemerlang. Sebagai inspirasi, iman dapat membuat seseorang tergerak melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan. Dengan inspirasi iman, seseorang akan memilki motivasi dalam memenuhi seruan-seruan kebajikan. Dengan iman, Abu Bakar Ash-Shiddiq menyerahkan semua hartanya di jalan Allah. Dengan iman pula, Umar bin Khattab sebagai Kepala Negara siap sedia membawa gandum di pundaknya, ia serahkan kepada seorang wanita yang papa. Dengan inspirasi iman, Ali bin Abi Thalib rela tidur di pembaringan Sang Nabi di waktu rumahnya dikepung musuh. Dengan inspirasi iman, seseorang akan mampu bangun di waktu malam, bermunajah kepada Allah, di musim dingin sekalipun. Dengan kekuatan iman juga,
50
Ahmad Tafsir, Metodologi PAI (Bandung : PT. Rosdakarya, 1996), 132.
28
Sumayyah tetap berkomitmen menjaga tauhidnya meski harus merelakan nyawa satu-satunya. Semuanya karena iman kepada Allah. Dengan iman yang kuat, seseorang akan berusaha menghiasi diri dengan akhlak yang mulia. Akhlak sangat penting dihadirkan dalam segala situasi dan kondisi. Kemuliaan akhlak ada pada dorongan iman yang kuat. Kekuatan iman membuat seorang anak selalu beretika dalam tiap tindak tanduknya, menghindari perilaku-perilaku tercela. Dengan iman yang mantap, seorang anak yang didik dengan metode ini, akan memilki rasa malu. Malu dalam melakukan kejahatan.51
51
2015.
https://saripedia.wordpress.com/tag/pendidikan-keimanan/diakses pada tanggal 27 Oktober
29
BAB III PEMIKIRAN ABDULLAH NAŞIH ‘ULWAN TENTANG PENDIDIKAN KEIMANAN DALAM BUKU PEDOMAN PENDIDIKANANAK DALAM ISLAM
A. Biografi Abdullah Naşih ‘Ulwan Abdullah Naşih „Ulwan, lahir di kota Halab, Suriah, tahun 1928. Beliau menyelesaikan studi di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas jurusan Ilmu Syariah dan Pengetahuan Alam di Halab, tahun 1949. Kemudian, melanjutkan di al-Azhar University (Mesir) mengambil fakultas Ushuluddin, yang diselesaikan pada tahun 1952. Tahun 1954, lulus dan menerima ijazah spesialisasi pendidikan, setaraf dengan Master of Arts (M.A). pada tahun ini juga beliau di tetapkan sebagai tenaga pengajar untuk materi Pendidikan Islam di sekolah-sekolah Lanjutan Atas di Halab, beliau juga aktif sebagai Da‟i di sekolah dan masjid-masjid. Kebanyakan karya tulis beliau berkisar pada masalah dakwah dan pendidikan, yaitu: 1. Al-Takafulul al- Ijtima`i Fi al- Islam 2. Ta`addudu al-Zaujat Fi al-Islam 3. Şala h{uddin al-Ayyubi 4. H{a tta Ya`lama al- Shab 5. Tarbiyatul Aulad Fi al-Islam
Dan beberapa buku yang menyangkut kajian Islam (Studi Islam):
30
1. Ila Kulli Abin Ghayyur Yu`min billah 2. Fa d{a `ilu al- Şiyam wa a h{kamuh 3. H{ukmu al-Ta`min Fi al-Islam 4. Ah{kamu al-Zakat (4 madhab) 5. Shubhat wa Rudud H{a ula al-Aqidah wa Aşlu al-Insan 6. Aqabatu al-Zawaj wa {uruqu Mu`alajatiha `ala Dani al-Islam 7. Mas`uliyatu al-Tarbiyah al-Jinsiyyah 8. Ila Wara Thati al-Anbiya` 9. H{ukmu al-Islam Fi Wasa`ili al-I`lam 10. Takwinu al-Shakh Syiyyah al-Insaniyyah fi Na z{a ri al-Islam 11. Adabu al-Khitbah wa al-Zilaf wa H{a ququ al-Zaujain 12. Ma`alimu al-H{a d{a rah al-Islamiyyah wa A {a ruha fi al-Nahd{a h al-Aurubiyyah 13. Nizamu al-Rizqi fi al-Islam 14. H{urriyatu al-I`tiqad Fi al-Shari`ah al-Islamiyyah 15. Al-Islam Shari`atu al-Zaman wa al-Makan 16. Al-Qaumiyyah fi Mizani al-Islam. 52
B. Pemikiran Abdullah Naşih ‘Ulwan Tentang Materi Pendidikan Keimanan Dalam Buku Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam
52
Abdullah Nashih Ulwan, Pedoman Pendidikan Anak Dalam Islam, terj. Saifullah Kamalie
dan Hery Noer Ali (Semarang: Asy-Syifa‟, 1981), 542.
31
Yang dimaksud dengan pendidikan iman adalah mengikat anak dengan dasardasar iman, rukun Islam dan dasar-dasar Syari‟ah, sejak anak mulai mengerti dan memahami sesuatu. Yang dimaksud dengan rukun Islam adalah setiap ibadah yang bersifat badani dan harta, yaitu shalat, shaum, zakat dan haji bagi orang yang mampu untuk melakukannya. Dan yang dimaksud dengan dasar-dasar syari‟at adalah segala yang berhubungan dengan jalan Ilahi dan ajaran-ajaran Islam, berupa, aqidah, ibadah, akhlak, perundang-undangan, peraturan dan hukum.53 Point pertama dalam pendidikan iman adalah dasar-dasar iman yaitu segala sesuatu yang ditetapkan dengan jalan khabar secara benar, berupa hakikat keimanan dan masalah ghaib seperti beriman kepada Allah Swt., beriman kepada Malaikat, beriman kepada kitab-kitab samawi, beriman kepada Rasul, beriman kepada siksa kubur, hari berbangkit, hisab, surga, neraka dan seluruh perkara ghaib. Kewajiban pendidik adalah menumbuhkan anak atas dasar pemahaman dan dasardasar pendidikan iman dan ajaran Islam sejak masa pertumbuhannya.
Sehingga, anak
akan terikat dengan Islam, baik akidah maupun ibadah, di samping penerapan metode maupun peraturan. Setelah petunjuk dan pendidikan ini, ia hanya akan mengenal Islam sebagai din-nya, al-Qur‟an sebagai imamnya dan Rasulullah SAW. sebagai pemimpin dan teladannya. Sesungguhnya iman itu bisa bertambah dan bisa juga berkurang. Iman itu bisa bertambah dengan adanya taat, ibadah dan bertakarub kepada Allah, sedangkan
53
Ibid., 117.
32
berkurangnya iman seseorang itu karena adanya kemaksiatan. Sebagaimana hadits Rasullah SAW. sebagai berikut:
"
وقال ص ّل ه ع يه وس ّ فيما يروى فى بعد اْخيار "اْيماا ي يد وي
Artinya: Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh sebagian khabar “iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang”. Beberapa hal yang diserahkan kepada para ahli pendidikan dan akhlak adalah bahwa sejak anak dilahirkan, ia telah dilahirkan dengan fitrah tauhid, akidah iman kepada Allah dan berdasarkan kesuciannya. Sehingga, jika pendididkan yang baik di dalam rumah, pergaulan sosial yang baik dan lingkungan belajar yang aman telah tersedia, maka tidak diragukan lagi bahwa anak tumbuh besar pada landasan iman yang mendalam, akhlak mulia dan pendidikan yang baik. Keseluruhan pemahaman tentang pendidikan iman ini bersandarkan kepada wasiat-wasiat Rasulullah saw. dan petunjuknya di dalam menyampaikan dasar-dasar iman dan rukun-rukun Islam kepada anak. Petunjuk dan wasiat Rasulullah saw. tersebut adalah sebagai berikut:
1. Membuka kehidupan anak dengan kalimat ه
ْْاله ا
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda:
.ا ّول م ٍ ْاله ّاْه
اف وا ع ى صبيا
Artinya: “Bacakanlah kepada anak-anak kamu kalimat pertama dengan La Illaha Illa „l-Lah (tidak ada Tuhan selain Allah)”
33
Rahasianya adalah agar kalimat tauhid dan syi‟ar masuk Islam itu merupakan sesuatu yang pertama masuk ke dalam pendengaran anak, kalimat yang pertama diucapkan oleh lisannya dan lafazh pertama yang dipahami anak.54 Hukum yang disyari‟atkan Islam untuk anak yang baru dilahirkan adalah menyuarakan adzan di telinga kanan dan qamat di telinga kirinya. Tentang rahasia adzan dan qamat di sini, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah di dalam kitabnya,
Tuhfatu „l-Maudud, adalah: Agar apa yang pertama-tama menembus pendengaran manusia adalah kalimatkalimat seruan Yang Maha Tinggi yang mengandung kebesaran Tuhan dan syahadat (persaksian) yang dengannyalah ia pertama-tama masuk Islam. hal iti adalah merupakan talqin (pengajaran) baginya tentang syari‟at Islam ketika ia memasuki dunia, sebagaimana halnya kalimat tauhid ditalqinkan kepadanya ketika ia meninggal dunia. Dan tidak mustahil bila pengaruh adzan itu akan meresap di dalam hatinya, walaupun ia tidak merasa.55 Tidak diragukan lagi bahwa upaya ini mempunyai pengaruh terhadap penanaman dasar-dasar akidah , tauhid dan iman bagi anak. 2. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak Rahasianya adalah agar ketika anak membukakan kedud matanya dan tumbuh besar, ia telah mengenal perintah-perintah Allah, serhingga ia bersegera untuk melaksanakannya, dan ia mengerti larangan-larangan-Nya, sehingga menjauhinya. Apabila sejak anak memasuki usia baligh telah memahami hukum-hukum halal dan haram, di samping telah terikat dengan hukum-hukum syari‟at, maka untuk selanjutnya, ia akan mengenal hukum dan undang-undang Islam. 54 55
Ibid., 151-152. Ibid., 58.
34
3. Menyuruh anak untuk beribadah pada usia 7 tahun Sebagaimana sabda Rasulullah SAW., dalam hadits yang berbunyi:
:ّ ه قال
ّ ه ع ما عا رسول ه ص ّى ه ع يه وس
وفرّ قوا,اب اا ع ٍر
عي ا و
ر
وا ربو,اب اا سب س يا )و ابوداود
عا ابا عمرو با العا و
ص ّ بال
مروا اوْد
فى الم اج (رواه ال ا
بي
Artinya: “Dari Ibnu Amr bin al-„Ash ra. dari Rasulullah saw. bahwa beliau berkata: Suruhlah anak-anakmu menjalankan shalat jika mereka sudah berusia tujuh tahun, dan jika mereka sudah berusia sepuluh tahun, maka pukullah mereka jika mereka tidak mau melaksanakan shalat ddan pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. al-Hakim dan Abu Daud) Dari perintah shalat ini, kita dapat menyamakan dengan shaum dan haji. Kita latih anak-anak untuk melakukan shaum jika bapaknya mampu. Rahasianya adalah agar anak dapat mempelajari hukum-hukum ibadah ini sejak masa pertumbuhannya. Sehingga ketika anak tumbuh besar, ia telah terbiasa melakukan dan terdidik untuk mentaati Allah, melaksanakan hak-Nya, bersyukur kepada-Nya, kembali kepada-Nya, berpegang kepada-Nya, bersandar kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya. Di samping itu anak akan mendapat kesucian ruh, kesehatan jasmani, kebaikan akhlak, perkataan dan perbuatan di dalam ibadah-ibadah ini.56 Ketika seorang Muslim mencapai taraf iman dan keyakinan yang tinggi, mempercayai hakekat kepastian, baik dan buruknya itu dari Allah swt., maka akan tampak kecil segala peristiwa dan musibah yang menimpa dirinya. Ia akan berserah
56
Ibid., 152-153.
35
diri kepada Allah swt., jiwanya akan merasa tenang, hatinya akan tabah menghadapi cobaan, ridha akan kepastian dan tunduk kepada takdir Tuhan alam semesta.57 4. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, ahli baitnya dan membaca al-Qur‟an Bebarapa hal yang diajarkan kapada mereka adalah cara-cara berperang Rasullah saw., perjalanan hidup para sahabat, kepribadian para pemimpin yang agung dan berbagai peperangan yang mengerikan di dalam sejarah. Rahasianya adalah agar anak-anak mampu meneladani perjalanan hidup orang-orang terdahulu. Di samping itu agar anak-anak terikat kepada sejarah, baik perasaan maupun kejayaan, termasuk keterikatan mereka terhadap Al-Qur‟an. Rasulullah saw., sangat sangat memperhatikan pengajaran dasar-dasar iman, rukun Islam, hukum syari‟at, cinta kepada Rasulullah saw., keluarganya, para sahabat dan pemimpin, serta al-Qur‟an al-Karim kepada anak sejak masa pertumbuhannya. Sehingga anak akan terdidik dengan iman secara sempurna, aqidah yang mendalam dan kecintaan kepada para sahabat yang mulia. Dan jika ia telah tumbuh dewasa, maka ia tidak akan tergoyahkan oleh dajjal, dan tidak akan terpengaruh oleh propaganda kaum kafir dan sesat. Beberapa hal yang diserahkan kepada para ahli pendidikan dan akhlak adalah, bahwa sejak anak dilahirkan, ia telah dilahirkan dengan fitrah tauhid, aqidah iman kepada Allah dan berdasarkan kesuciannya. Sehingga, jika pendidikan yang baik di dalam rumah, pergaulan social yang baik dan lingkungan belajar yang aman telah tersedia, maka tidak diragukan lagi bahwa anak tumbuh besar dengan landasan iman yang mendalam, akhlak mulia dan pendidikan yang baik.
57
Ibid., 37.
36
Hakekat fitrah keimanan ini telah ditetapkan oleh al-Qur‟an al-Karim, dikuatkan oleh Rasulullah saw., dan ditetapakan oleh para ahli pendidikan dan akhlak. Ketetapan al-Qur‟an itu adalah firman Allah yang berbunyi:
…. ….
Artinya: “…(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah [1168]….”(QS. Ar-Ruum: 30)
1168] Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan. Adapun hadits yang menguatkan berbunyi:
ه ع ه اا رسول ه ص ى ه ع يه وس ّ قال ّل مولو ٍد يو لد
ر ير ر
عا اب
.... او ي صّرا ه اويمجّ سا ه, فابواه ي وّ دا ه, ع ى ال ر Artinya: “Setiap anak yang dilahirkan itu telah membawa fitrah beragama (perasaan percaya kepada Allah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak trsebut beragam Yahudi, Nasrani ataupun Majusi….”58 Jika para pendidik dan orang tua mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang besar untuk melahirkan anak-anak dengan berpijak di atas landasan iman dan mengajarkkan dasar-dasar Islam, maka selayaknya setiap orang yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban itu mengetahui batasan-batasan tanggung jawab dan 58
Ibid., 151-156.
37
kewajiban yang dipikulkan di atas pundaknya agar dapat melahirkan anak yang berpijak pada landasan pendidikan iman yang sempurna dan diridhai Allah swt. Secara berurutan, batasan tanggung jawab dan kewajiban itu adalah sebagai berikut: a. Membina anak-anak untuk beriman kepada Allah, kekuasaan-Nya dan ciptaanNya Yang Maha Besar, dengan jalan tafakkur tentang penciptaan langit dan bumi. Bimbingan ini diberikan ketika anak-anak sudah dapat mengenal dan membedabedakan sesuatu. Dalam membina ini sebaiknya para pendidik menggunakan metode sosialisasi berjenjang. Yaitu dari hal-hal yang dapat dicerna hanya dengan menggunakan indera, meningkat pada hal-hal yang logis. Dari hal-hal yang bersifat partial meningkat kepada hal-hal yang bersifat global, dan dari hal-hal sederhana meningkat kepada hal-hal yang tersusun secara sistematis. Hingga pada akhirnya, para pendidik dapat mengantarkan anak-anak kepada iman dengan cara yang logis dan argumentatif. Jika sejak masa kecilnya, anak-anak telah memiliki keimanan yang mantap dan pikirnanya ditanami dalil-dalil tauhid secara mendalam, maka para perusak akan merasa sulit mempengaruhi hati dan pikiran yang sudah matang itu. Juga tidak akan ada seorangpun yang mampu menggoncangkan jiwa mereka yang Mu‟min, sebab mereka telah mencapai tingkat iman yang mantab, keyakinan yang mendalam dan logika yang sempurna.59 b. Menanamkan perasaan khusyu‟, takwa dan „ubudiyyah kepada Allah swt. di dalam jiwa anak-anak dengan jalan membukakan mata mereka agar dapat melihat
59
Ibid., 158-159.
38
suatu kekuasaan yang penuh mu‟jizat, dan suatu kerajaan besar yang serba mengagumkan, mikro maupun makro, yang hidup dan mati, pepohonan yang hidup dan tumbuh, bunga-bunga indah dan beraneka warna, dan berjuta-juta ciptaan Allah lainnya yang mengagumkan.60 c. Menanamkan perasaan selalu ingat kepada Allah swt. pada setiap tindakan dan keadaan mereka. Untuk ini hendaklah mereka disadarkan bahwa Allah swt. selalu memperhatikan, melihat, mengetahui rahasia dan bisikannya, serta apapun yang dikhianati mata dan disembunyikan dada. Menciptakan anak-anak yang selalu ingat kepada Allah swt. ini hendaklah menjadi tujuan utama bagi para pendidik. Dan pendidikan ini ditanamkan di dalam perbuatan, pemikiran dan perasaannya. Agar anak dapat selalu mengingat Allah swt. dalam setiap perbuatannya, hendaknya anak dilatih untuk selalu ikhlas kepada Allah pada setiap perkataan, perbuatan ataua tindakannya. Setiap kali akan melakukan sesuatu, hendaknya ia berniat melakukannya demi mencapai ridha Allah swt. kemudian, hendaklah pendidik menanamkan pemahaman kepada anak bahwa Allah swt. tidak akan menerima perbuatan apapun yang tidak diniati demi mencapai keridhaan-Nya. Sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:
ْ ااّ ه ع ّ وج ّل ْ ي بل ما العمل ا: عا رسو ل ه ص ى ه ع يه وس ا ه قال ) واب غ به وج ه (رواه ابو داود و ال سا ئ,ما اا خا لصً ا Artinya: Dari Rasulullah saw.bersabda, “Sesungguhnya Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung tidak akan menerima sesuatu perbuatan, kecuali
60
Ibid., 163.
39
apabila perbuatan itu murni dan diniatkan demi mendapatkan keridhaan-Nya .” (HR. Abu Daud dan An-Nasa‟i)61
Iman kepada Allah merupakan dasar perubahan dan pendidikan bagi anak anak, baik secara moral maupun psikhis.62 Ketika seorang Muslim mencapai taraf iman dan keyakinan yang tinggi, mempaercayai hakekat kepastian, baik dan buruknya itu dari Allah swt., maka akan tampak kecil segala peristiwa dan musibah yang menimpa dirinya. Ia akan berserah diri kepada Allah swt., jiwanya akan merasa tenang, hatinya akan tabah menghadapi cobaan, ridha akan kepastian dan tunduk kepada takdir Tuhan Alam semesta.63 Tanggung jawab pendidikan keimanan itu merupakan tanggung jawab terpenting bagi para pendidik. Sebab, ia merupakan sumber segala keutamaan dan kesempurnaan. Bahkan ia merupakan pusat segala sumber karena anak telah memasuki pintu gerbang iman dan meniti jembatan Islam. Tanpa pendidikan ini, anak tidak akan memiliki rasa tanggung jawab, tidak dapat dipercaya, tidak mengenal tujuan tidak mengerti makna kemanusiaan yang mulia dan tidak mampu meneledani teladan yang paling luhur. Seorang pendidik, jangan sampai menyia-nyiakan waktu yang mahal, membiarkan waktu berlalu begitu saja tanpa upaya membekali anak dengan berbagai keterangan, petunjuk dan nasehat yang mengarahkan orientasi kepada Allah, menguatkan iman dan akidahnya. Memanfaatkan waktu untuk memberikan nasehat imani ini, benar-benar diperhatikan oleh pendidik pertama, Rasulullah SAW. beliau
61
Ibid., 166-167. Ibid., 170. 63 Ibid., 37. 62
40
selalu berusaha mengarahkan anak-anak kepada seluruh aspek yang mengangkat derajat anak-anak, mempertebal iman dan keyakinan di dalam jiwa mereka.64
64
Ibid., 171.
41
BAB IV PEMIKIRAN ABDURRAH{MAN AN NAH{LAWI TENTANG PENDIDIKAN KEIMANAN DALAM BUKU PENDIDIKAN ISLAM DI RUMAH SEKOLAH DAN MASYARAKAT
A. Biografi Abdurrah{man An Nah{lawi Seputar tentang kehidupan Abdurrah{man An Nah{lawi masih sangat langka dijumpai, tidak banyak ditemukan karya tulis, buku maupun artikel dalam berbagai media yang mengulas secara detail tentang pemikiran Abdurrah{man An Nah{lawi dan biografinya. Karena itu, studi tentang seputar kehidupannya sangat sedikit. Abdurrah{man An Nah{lawi mempunyai nama lengkap Abdurrah{man Abdulkarim Muhammad al-Arqaswasi An Nah{lawi. Beliau dilahirkan pada tanggal 7 Safar 1396 H / 1876 M di sebuah daerah bernama Abdurrah{man An Nah{lawi kota Madinah, Saudi Arabia. Abd al-Karim „Uthman adalah nama ayahnya yang mendidik dan membesarkannya. Ayahnya adalah seorang yang taat beribadah dan taat beragama Islam sehingga selalu memperhatikan pendidikan anak-anaknya. Dengan latar belakang kondisi keluarga yang Islami, tidak heran jika An Nahlawi sejak kecil telah mendapat pendidikan dan bimbingan dari keluarganya dengan islami dan berpengalaman serta menghargai ilmu agama maupun ilmu
42
umum. Ia pernah menjadi pengajar di Universitas Islam Imam Muhammad ibn Su‟ud di Riyadh, Saudi Arabia, tentang pendidikan Islam. pemikiranpemikirannya tentang pendidkan Islam terlihat dari karya-karyanya yang banyak memancarkan fanatismenya terhadap Islam sehingga dituangkannya dalam teoriteori pendidikannya yang di dasarkan pada al-Qur‟an dan Sunnah Rasulullah SAW. yang dikenal dengan metode Qur‟ani dan Nabawi. Beliau melanjutkan dan menekuni ilmu-ilmu umum seperti filsafat dan psikologi. Hal ini terlihat dalam karya-karyanya yang tampak membandingkan antara peradaban barat dan timur, terutama masalah pendidikan yang didasarkan pada filsafat dan dalm mengidekan teori-teori beliau menggunakan pendekatan psikologis.65 Beberapa karya-karya an nahlawi yang dapat dijumpai, yakni antara lain: ushul al tarbiyah al islamiyyah wa asalibuha fi al bait wa al madrasah wa al
mujtama‟, Darul Fikr, Damsik. Karya An Nah{lawi ini telah diterbitkan dalam edisi Indonesia dengan judul Prinsip-Prinsip Dan Metode Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, lewat buku ini Abdurrah{man An Nah{lawi
mencoba mentengadahkan perbandingan ciri khas, tujuan, sistem dan metode yang dimiliki pendidikan Islam dengan yang dimiliki pendidikan barat. Penyusunan buku ini dilatar belakangi karena sistem pendidikan dunia yang didasarkan atas asas idealis dan ideologis yang menyimpang dari fitrah yang lurus serta logika yang sehat yang biasa dipakai di dunia barat. Buku ini selesai 65
Shun Atun Hasanah, Konsep Manajemen Kurikulum Pendidikan Menurut Rirhard A. Gorton Dan „Abd al Rahman al Nahlawi. Studi Perbandingan (Surabaya: Tesis PPS IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2005), 46-47.
43
ditulis pada 09 Dzulhijjah 1398 H / sekitar tahun 1977 M. karya An Nah{lawi yang lain yang ditulis bersama-sama dengan abdul Karim Usman dan Muhammad Khair Ar Qaswasi adalah Tarbiyah Wa Turuq Al Tadris, Al Kulliyyat Wa Al Ma‟ahid Al „Ilmiyah, 1392 H buku ini merupakan kumpulan artikel-artikel yang membahas permasalah pendididkan dan metode-metode pengajaran. Dalam buku ini An Nah{lawi dkk mengkritik sistem pendidikan modern serta menjelaskan dampaknya terhadap dunia Islam khususnya negaranya sendiri. Adapun karya-krya Abdurrah{man An Nah{lawi belum diterbitkan dalam edisi Indonesia antara lain: 1. Ilmu al Nafs (psikologi), fakultas Syariah 2. Riyad al A‟lama Tarbiyah fi Tarikh al Islam 3. Al Imam al Dahabi Dirasah Maudu‟iyah Tah{liliyah Tarbiyah, Dar al Fikr.
B. Pemikiran Abdurrah{man An Nah{lawi Tentang Pendidikan Keimanan dalam Buku Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat Menurut An Nah{lawi pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul memiliki tujuan, sasaran dan target. Pendidikan yang sejati dan mutlak adalah milik Allah. Pendidikan menuntut terwujudnya program berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan
44
lainnya. Peran pendidik harus sesuaia dengan tujuan Allah menciptakannya. Artinya, pendidik harus mampu mengikuti syari‟at ajaran Islam. Beberapa kesimpulan yang diberikan An Nah{lawi dalam memaknai pendidikan adalah: Pertama , pendidikan merupakan kegiatan yang betul-betul mempunyai tujuan, sasaran dan target. Kedua , Pendidik yang sejati dan mutlak adalah Allah Swt. Ketiga , pendidikan menuntut terwujudnya progam berjenjang melalui peningkatan kegiatan pendidikan dan pengajaran selaras dengan urutan sistematika menanjak yang membawa anak dari suatu perkembangan ke perkembangan lainya. Keempat, peran seorang pendidik harus sesuai dengan tujuan Allah Swt. menciptakannya. Artinya pendidik harus mampu mengikuti syariat agama Allah.66 Keimanan merupakan landasan akidah, bahkan keimanan dijadikan sebagai soko guru utama untuk bangunan pendidikan Islam. Untuk memahami itu semua, kita mesti memahami keimanan tersebut beserta urgensi yang dikandungnya. Keimanan merupakan salah satu landasan pendidikan. Makna keimanan secara etimologis, yakni „membenarkan‟, sedangkan menurut syara‟, keimanan adalah suatu perkara yang diakui oleh hati dan dibenarkan oleh amaliah. Dengan bekal keimanan, insan akan memiliki perilaku istimewa karena hidupnya dilengkapi sistem, hukum, tatanan, dan keharmonisan. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa sistem pendidikan yang berpijak
66
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj. Shihabuddin (Jakarta: Gema Insani, 2004), 21.
45
pada dasar-dasar keimanan akan mendatangkan hasil yang berkualitas, lahir maupun batin. Sistem pendidikan yang tidak berlandaskan pada keimanan tidak memiliki alur dan tujuan yang jelas. Melalui pemikiran yang memiliki satu tujuan dan benar, terutama dalam persoalan spiritual dan ketuhanan, mereka akan tersimpul menjadi umat yang berperadaban homogen dan sejalan dengan akidah Islam. Kesamaan akidahlah yang akan menggerakkan kehidupan setiap individu sehingga tercapailah keserasian antara peradaban umat dan system sosialnya dengan jalan hidup anggota masyarakat. Dalam umat seperti itu terdapat kesempurnaan hidup psikologis yang sahih dan interaksi social yang sehat sehingga masyarakat mukmin menjadi bangunan yang sebagiannya menguatkan yang bagian yang lain. Demikianlah, pendidikan sosial yang berpusat pada keimanan akan melahirkan masyarakat yang kuat, berperadaban, stabil dan sehat dari segala penyakit dan penyimpangannya. Dalam pandangan Islam, rukun iman merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisah. Setiap orang yang jelas-jelas mengingkari salah satunya atau salah satu ketepatan Al-Qur‟an, leburlah amal dan keimanannya pada rukun iman yang lain. Hal itu membuktikan bahwa rukun iman merupakan mata rantai yang bersatu dan Islam merupakan bangunan pikiran yang bagian-bagiannya jalinmenjalin. Keimanan seseorang akan runtuh atau rusak jika salah satu rukunnya hilang. Karena itu, orang yang senantiasa mengikuti ayat-ayat Al-Qur‟an dan menuturkan ihwal keimanan akan memandang bahwa fondasi sistem Islam adalah keimanan yang jelas dan khas. Dengan demikian, sistem pendidikan yang
46
menyepelekan salah satu rukun iman merupakan pendidikan yang cacat dan tidak berguna. Rukun iman merupakan mata rantai yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Sebuah mata rantai tidak akan berguna tanpa mata rantai lainnya. Demikianlah, betapa pentingnya keimanan bagi pendidikan generasi yang sehat dan benar serta masyarakat yang kuat dan kokoh.67 1. Beriman kepada Allah: sebuah konsep ketuhanan Pada hakikatnya, Tauhid telah menata kehidupan psikologis manusia sekaligus menyatukan tendensi, pikiran dan tujuan hidupnya. Selain itu segala pikiran dan perilaku dan kebiasaan manusia dijadikan kekuatan yang saling mendukung dan menunjang sehingga semuanya tertuju pada perwujudan yang satu, yaitu ketundukan kepada Allah Yang Maha Esa dengan segala kekuasaan perasaan ketuhanan dan kasih sayang dalam diri manusia. Setiap sifat ketuhanan yang fundamental membiasi kehidupan psikologis manusia. Dengan demikian, dia tidak akan memiliki kebahagiaan, keistiqamahan dan control diri kecuali terkait dengan konsep-konsep ketuhanan yang selaras. Berikut ini ada beberapa gambaranyang dapat memperjelas hal itu. a. Sesuai fitrahnya, manusia itu cenderung pada kemakmuran, kecintaan pada kekekalan dan bekerja untuk kehidupan duniawi yang semuanya disertai kontrol diri. Ditinjau dari segi kesenangan, fitrah tersebut 67
Ibid., 84-87.
47
berpadanan dengan optimisme terhadap rahmat dan surga Allah. Kontrol diri dan keteraturan berpadanan dengan keabadian dan kekekalan Allah serta kefanaan kehidupan dunia. Dengan demikian, wajarlah jika kita melihat seorang mukmin yang akan bekerja dengan sungguh-sungguh, optimis dan penuh harapan. Misalnya dia menganggap dunia ini adalah ladang yang hasilnya dapat kita tuai di akhirat kelak tanpa menghilangkan perenungannya terhadap kematian. Dia tidak mengabaikan akan turunnya berbagai musibah yang harus dia hadapi dengan keikhlasan dan kenikmatan berjumpa dengan Robbnya. b. Manusia itu mempunyai ketamakan dan kecintaan pada kekayaan. Yang kita lihat dari seorang mukmin adalah penggunaan kekayaan dengan tetap menyadari bahwa kekayaan itu adalah titipan Allah dan segala perkara yang ada pada alam semesta ini adalah milik Allah. Seorang mukmin sejati mempunyai keistimewaan berupa kemuliaan diri untuk tidak diperbudak kekayaan dan kedudukan. c. Al-Qura‟an
telah
menjelaskan
keutamaan
akidah
tauhid
dalam
mewujudkan integritas diri manusia. Untuk mewujudkan dampak edukatif melalui keimanan kepada yang satu, seluruh system pendidikan harus bersumber pada keesaan Allah beserta seluruh aspeknya. Misalnya saja, kajian atas alam semesta ( Ilmu Pengetahuan Alam) harus ditujukan untuk menghadirkan keagungan Allah Yang Maha Pencipta, Yang Memiliki alam semesta, Yang Hidup, Yang Abadi serta Yang mengatur segala
48
aktivitas alam semesta. Pemberian seluruh pelajaran harus memiliki tujuan yang satu, yaitu menyatukan umat Islam di bawah panji ketuhanan dan ketauhidan. d. Akidah tauhid dan keimanan kepada Allah mendidik akal manusia agar berpandangan luas, gemar meneliti alam semesta, dan semangat mencari hikamah dibalik hal-hal yang terlihat. e. Akidah tauhid mendidik manusia untuk tawadhu dan tidak ekstrem. Dia tidak tertipu oleh sifat-sifat kemanusiaanya. Sehingga dai dapat menuntut ilmu dengan tabah, sabar dan tekun melalui tafakur dan perenungan yang konsisten. f. Dengan bertauhid dan mengkhususkan segala sifat ketuhanan hanya kepada Allah, manusia akan terhindar dari harapan sia-sia. g. Ketentraman, harapan, upaya dan kerja keras merupakan kondisi yang akan dimiliki manusia-manusia yang beriman kepada Allah. Meraka akan merasakan tentram karena Allah selalu dekat, menerima taubat, mengabulakan doa dan merahmati kehidupan mereka. h. Seorang mukmin akan merasakan keterkaitannya dengan Allah, merasa bangga atas pertolongan-Nya, dan bernaung di bawah panji-Nya.68 2. Beriman kepada Malaikat Jika kita meneliti ayat-ayat tentang malaikat, kita akan menemukan konsep bahwa malaikat itu adalah makhluk yang ada (being). Malaikat 68
Ibid., 87-93.
49
diciptakan oleh Allah dan memiliki tugas dan pekerjaan tertentu. Para malaikat tidan memiliki hubungan kekerabatan atau bertalian nasab apapun dengan Allah sebagaimana diduga kaum musyrikin. Pada dasarnya, keimanan kepada malaikat merupakan syarat mutlak untuk menunjukkan keimanan kepada Allah dan memperjelas konsep ketuhanan, keagungan Allah serta kekuasaan Allah yang memiliki tentara dan petugas yang menanti perintahNya. Keimanan kepada malaikat pun mendidik diri untuk hidup teratur, taat dan menata segala persoalan hidup dengan keyakinan bahwa Allah Yang Maha Kuasa telah mewakilkan penataan sebagian masalah alam semesta ini kepada para malaikat. 3. Beriman kepada Kitab yang diturunkan Allah Kitab yang dimaksud adalah kitab yang berisi syari‟at, perintah firman dan petunjuk Allah yang menyinari jalan kehidupan manusia serta menentukan kewajiban manusia yang menyangkut perkara halal, haram, perintah, larangan, ibadah dan hal-hal lain yang hendak diajarkan Allah kepada hamba-Nya. Petunjuk yang diturunkan Allah kepada Rasul-Nya dideskripsikan dalam bentuk yang berbeda-beda. Petunjuk yang diturunkan Allah kepada Ibrahim a.s. dan Musa a.s. disifati Allah dengan shuhuf (lembaran suci). Keimanan kepada kitab-kitab samawi seperti yang dituturkan Al-Qur‟an merupakn rukun iman yang menjadi tuntutan keislaman.
50
Penelusuran terhadap ayat-ayat yang menyifati Al-Qur‟an akan membawa kita pada kenyataan bahwa Al-Qur‟an sangat memperhatikan pendidikan. Dengan demikian, ayat Al-Qur‟an telah mendidik manusia agar istiqomah dan berakhlak lurus. Cukuplah Al-Qur‟an yang menjadi pedoman karena Al-Qur‟an berasal dari Dhat Yang Maha Bijaksana menyusun syariat dan pelajaran serta Yang Maha Mengetahui berbagai karakter manusia dan hal-hal yang baik bagi mereka. Karena keimanan kepada Al-Qur‟an diwujudkan melalui aplikasi Al-Qur‟an dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikan Al-Qur‟an sebagi pelurus kehidupan individu atau masyarakat.69 Melalui keakraban dengan bahasa ketuhanan, seperti rasa takut, khusyuk, senang atau takut, pembiasaan membaca Al-Qur‟an dapat melembutkan kalbu dan perasaan. Pengaruh tersebut akan lebih dirasakan oleh orang-orang yang membaca Al-Qur‟an dengan sungguh-sungguh. Pembaca Al-Qur‟an yang baik adalah pembaca yang memahami Al-Qur‟an sehingga ketika dia menemukan ayat tentang do‟a, dia berdo‟a dengan ayat itu. Jika dia menemukan ayat tantang ancaman atau azab, dia berlindung kepada Allah. Jika dia menemukan ayat-ayat yang menunjukkan kebesaran Allah, hatinya menjadi khusuk dan kedua matanya bertsimbah air mata. Mereka itulah yang mengamalkan ajaran Al-Qur‟an setelah ajaran itu melembutkan hatinya. Al-
69
Ibid., 96-100.
51
Qur‟an tidak hanya mendidik perasaan suka cita yang melahirkan hasrat dan kemauan untuk beramal soleh serta mencintai Allah.70 Pendidikan Al-Qur‟an dapat menjangkau seluruh aspek kehidupan manusia. Al-Qur‟an telah menyatukan hati manusia di atas kesatuan prinsip dan perundang-undangan. 4. Beriman kepada Para Rasul Para rasul adalah teladan dan pendidik pertama generasi ideal. Keberhasilan pendidikan yang diteladankan oleh para rasul, terutama oleh Rasulullah SAW. bergantung pada keyakinan bahwa beliau di topang oleh wahyu dan petunjuk dari Allah Swt. sehingga Allah tidak membiarkan beliau keliru dalam menentukan syari‟at. Jika keyakinan tersebut menjadi sebuah keimanan yang sempurna, manusia akan merasakan kebahagiaan yang besar setiap kali mengikuti salah satu perintah Rasulullah saw. khususnya, ketika mengikuti metode pendidikan beliau. Pada hakikatnya, ketika menyusun berbagai teori pendidikan, para filosof atau pakar-pakar pendidikan modern hanya melakukan berbagai dugaan temporer yang meraka uji cobakan kepada sebagian generasi. Jika ternyata gagal, mereka mengalihkan perhatian pada teori lain seraya meninggalkan generasi yang menjadi kelinci percobaan mereka. Sebaliknya, risalah pendidikan Rasulullah saw. bersifat alamiah dan manusiawi sehingga darinya terpancar persaudaraan dan persatuan antar manusia dari berbagai 70
Ibid., 102-103.
52
generasi di bawah metode pendidikan yang mengibarkan panji Sang Pencipta manusia. Allah telah menutup risalah kenabian dengan Rasul Muhammad SAW. karena tiada lagi nabi sesudahnya. Risalah kenabian beliau sangat istimewa, paling sempurna dan meliputi seluruh alam semesta. Sesui dengan kesempurnaanya, risalah pendidikan beliu pun dibangun secara alamiah dan sesuai dengan fitrah manusia di mana pun manusia berada. Allah telah menyempurnakan risalah-risalah terdahulu dan menyuruh seluruh umat agar mengikuti risalah Rasulullah SAW. 5. Beriman kepada Hari Akhir Pada hakikatnya, hasil alamiah dari pandangan Islam terhadap alam semesta dan kehidupan adalah konsep keimanan pada hari akhir. Konsepsi dunia bersifat temporer karena seluruhnya diciptakan untuk masa yang telah diciptakan oleh-Nya. Jika limit yang ditetapkan tiba, alam semesta, manusia dan kehidupan seluruh makhluk akan berakhir. Allah akan memusnahkan semesta ini dan mengakhiri kehidupan yang berlangsung di dalamnya. Pada hari yang telah ditentukan itu, tidak ada satupun niat dan amal manusia yang luput dari penghisaban. Setiap orang akan disibukkan oleh dirinya sendiri sebagaimana yang digambarkan oleh Allah lewat firman-Nya:
53
Artinya: “(34) pada hari ketika manusia lari dari saudaranya, (35) dari ibu dan bapaknya, (36) dari istri dan anak-anaknya. (37) setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. „Abasa ayat 34-37) Buah pendidikan yang dapat kita petik dari keimanan pada hari akhir adalah motivasi untuk senantiasa merenungi kematian dan mempersiapkan bekal yang akan dibawa nanti menuju alam yang lebih abadi. Hal-hal itu diantaranya adalah: a. Dari sudut pandang pendidikan yang hakiki, keimanan kepada hari akhir merupakan motivasi lahirnya rasa tanggung jawab yang serius dan sejati. Tidak akan pernah ada penganut syariat sejati yang berupaya mengakali undang-undang Ilahi karena dia meyakini tugas malaikat yang mencatat amalnya. Dengan begitu, setiap manusia yang dididik dengan pendidikan Islam akan mempertanggung-jawabkan seluruh perbuatannya dan merasakan kekhawatirannya ketika nanti dia di hadapan Sang Pencipta. b. Keimanan pada hari akhir akan mebuahkan sikap aplikatif kemuliaan akhlak yang berkesinambungan, kokoh, dan tidak berubah-ubah tanpa kemunafikan atau sifat riya. Seorang mukmin hanya menanti balasan dari Allah, bukan dari manusia. Bermodalkan keyakinan bahwa hari pembalasan itu akan tiba sesuai dengan janji Allah, seorang mukmin akan
54
memiliki kestabilan akhlak sehingga tak tergoyahkan oleh kehidupan duniawi mana pun. c. Karena hanya takut kepada Allah dan hanya mengharapkan kebahagiaan dari surga Allah, seorang yang beriman kepada hari akhir akan mengontrol dan mengendalikan seluruh motivasi dan naluriahnya. d. Hamba Allah yang mengimani hari Akhir akan mengutamakan kepentingan akhirat daripada urusan duniawi dan bersabar ketika menghadapi berbagia kesulitan dan hambatan hidup. e. Keimanan kepada hari akhir dapat memperkaya akal manusia dengan fitrah yang sehat karena pemikiran setiap insane terhadap alam semesta ini tidak dikotori oleh hawa nafsu. Pemikiran yang di sertai fitrah yang sehat akan menghasilkan kesimpulan berikut: 1) Seluruh aspek duniawi ini berproses melalui kehidupan, kematian, kebinasaan, kelemahan, kekuatan yang berangsur-angsur hilang, terbit, terbenam dan seterusnya yang semuanya menuju pada kesirnaan dan bergerak diluar kemampuan diri. 2) Keseluruhan manusia menghabiskan jatah usianya melalui berbagai cara, baik itu melalui kerja keras, permusuhan atau cara-cara lain yang semuanya dapat digolongkan menjadi sesuatu yang baik atau buruk.ketika di meninggal hilanglah seluruh gerak hidupnya. 3) Alam semesta adalah pembukti adanya Sang Pencipta yang menciptakan alam ini dengan kejelasan tujuan.
55
4) Allah Maha Kuasa dalam menciptakan alam semesta ini dan Maha Kuasa juga membinasakannya serta menghidupkan kembali sebagai makhluk baru di akhirat kelak. Melalui pendidikan, Islam senantiasa mengembangkan akal manusia agar mampu berfikir sehat dan melakukan pengaitan secara logis antara landasan pemikiran dan kesimpulan. 6. Beriman kepada Takdir Allah Allahlah yang menakdirkan segala perkara yang akan terjadi pada alam semesta ini. Karenanya keimanan kepada takdir Allah ini merupakan bagian terpenting dalam konsep keimanan kepada Allah. Keimanan pada takdir Allah ini, baik takdir baik maupun buruk, merupakan landasan pendidikan Islam. dari keimanan tersebut, banyak dampak edukatif yang dapat diambil oleh orang beriman. Diantaranya: 1) Munculnya kekuatan tekad dan hilangnya keraguan. Dia sangat meyakini bahwa seluruh situasi dan kemungkinan yang akan terjadi itu betul-betul di luar kemampuannya. 2) Tidak menyesali atau merasa rugi terhadap sesuatu yang tidak dapat dia raih. 3) Berani menghadapi kematian. Jiwa ini tidak akan ditimpa kematian kecuali dengan izin dan ketetapan Allah. 4) Optimis, rela dan menghindarkan upaya pencarian penyebab musibah melalui ramal-meramal
56
5) Semua dampak edukatif dari keimanan kepada takdir Allah itu mendidik kaum mukminin untuk bernalar dan tidak mengekspoitasi hawa nafsu dalam mencari penyebab suatu persoalan. Seorang mukmin akan mengetahui bahwa fenomena alam semesta ini berkisar antara kebaikan dan keburukan. Dengan demikian, dia harus waspada serta hanya memilih kebaikan dan membuang keburukan.71
71
Ibid.,105 -114.
57
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PEMIKIRAN ABDULLAH NAŞIH ‘ULWAN DAN PEMIKIRAN ABDURRAH{MAN AN NAH{LAWI TENTANG MATERI PENDIDIKAN KEIMANAN
A. Persamaan Pemikiran Abdullah Naşih ‘Ulwan Dan Pemikiran Abdurrah{man An Nah{lawi Tentang Pendidikan Keimanan Dilihat dari penjelasan-penjelasan Naşih Ulwa
dalam buku
Pedoman
Pendidikan Anak dalam Islam dan penjelasan An Nah{lawi dalam buku Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat terdapat kesamaan yaitu bahwa Pendidikan keimanan merupakan pendidikan yang paling mendasar yang harus diberikan kepada anak, yang dijadikan landasan pada pendidikan selanjutnya. Mereka sama-sama berorientasi pada penanaman iman dalam diri anak karena pendidikan iman merupakan pendidikan yang pokok. Iman bertempat di hati, dan hatilah yang dapat mengendalikan pikiran, perkataan dan perbuatan. Jika dalam hati seseorang tertanam iman yang kokoh maka dia akan berfikir positif dengan begitu ucapannya akan menjadi positif begitu juga dengan perbuatanya. Orang yang beriman selalu mencari Ridlo Allah dan apa yang ada di dalam hatinya itulah yang dia pikirkan dan apa yang dia pikirkan itu yang dia ucapkan dan apa yang dia ucapkan itu yang dia amalkan dan apa yang dia amalkan akan menjadi kebiasaan. Oleh karena itu kebiasaan positif akan memberikan pengaruh yang positif, termasuk pengaruh positif dalam pendidikan.
58
Selain itu persamaannya terletak pada metode dalam menyampaikan materi tentang keimanan tersebut. Metode yang digunakan dalam menanamkan iman yaitu dengan memberikan materi dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan landasan iman pendidikan akan berjalan sesuai dengan tujuannya. Karena menurut mereka tujuan dari pendidikan adalah Allah yakni mempelajari dan mengetahui kekuasaan Allah. Dengan iman pula akan terbentuk akhlak dan perilaku yang baik sehingga akan meminimalisir perilaku menyimpang. Karena dengan imanlah manusia dapat mengendalikan perilaku buruknya. Jadi keimanan sangat berpengaruh pada pendidikan itu sendiri. Dengan keimanan akhlak seseorang akan terbentuk, dengan adanya iman seseorang akan mempunyai akhlak yang baik sehingga dalam pendidikan yang yang berlangsung akan sesuai dengan tujuan pendidikan yang sebenarnya. Adanya keimanan dalam diri anak itu sangat penting dalam suatu pendidikan. Karena dengan adanya iman seseorang tidak akan mudah goyah karena keimanan adalah landasan akidah yang dijadikan soko guru utama untuk bangunan pendidikan Islam. untuk itu sangatlah pendting bagi para pendidik untuk menanamkan keimanan dalam diri anak. Nashih Ulwan dalam bukunya Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam dan An Nahlawi dalam bukunya Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat samasama menunjukkan betapa pentingnya keimanan dalam proses pendidikan. Jadi dalam buku mereka dijelaskan bagaimana agar keimanan dapat tumbuh dalam jiwa anak sehingga keyakinan yang kokoh dan tidak akan mudah goyah dan terombang ambing
59
dengan pemikiran-pemikiran negatif. Dengan adanya iman seseorang akan dapat memilah-milah mana yang baik dan seharusnya dilakukan dan mana yang tidak baik dan tidak boleh dilakukan. Iman akan menuntun kejalan yang benar sehingga jika dalam suatu pendidikan dilandasi dengan iman maka tidak akan terjadi penyimpangan pendidikan, pendidikan akan berlangsung sesuai dengan tujuannya, terutama dalam pendidikan Islam.
B. Perbedaan Pemikiran Abdullah Naşih ‘Ulwan Dan Pemikiran Abdurrah{man An Nah{lawi Tentang Pendidikan Keimanan Selain ada persamaan dalam pemikiran Abdullah Naşih
Ulwa
dan
Abdurrah{man An Nah{lawi juga ada perbedaan antara pemikiran keduanya, yaitu terletak pada materi yang diajarkan dalam menanamkan keimanan dalam diri anak. Materi yang digunakan Abdullah Naşih
Ulwa
dalam buku Pedoman
Pendidikan Anak dalam Islam untuk menanamkan keimanan dalam diri anak berdasarkan kepada wasiat-wasiat Rasulullah SAW. dan petunjuknya dalam menyampaikan dasar-dasar iman. Yaitu dengan: 1. Membuka kehidupan anak dengan kalimat ه
ْْاله ا
2. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak 3. Menyuruh anak untuk beribadah pada usia 7 tahun 4. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, ahli baitnya dan membaca al-Qur a Jadi menurut Abdullah Naşih Ulwa dala dala
Isla
, kei a a dapat dita a ka dala
buku Pedo a Pe didika A ak diri a ak de ga e pat hal di atas.
60
Iman harus ditanamkan pada diri anak sejak dini dengan mengajarkan empat hal tersebut kepada anak. Sedangkan materi yang dijelaskan Abdurrah{man An Nah{lawi dalam buku Pe didika Isla
di ‘u ah “ekolah da Masyarakat , dalam menanankan keimanan
dalam diri anak adalah dengan rukun iman. Dalam bukunya beliau menjelaskan bahwa keimanan merupakan landasan akidah, dan kita mesti memahami keimanan tersebut beserta urgensi yang dikandungnya. Menurut An Nah{lawi dengan memahami dan mengamalkan rukun iman akan menumbuhkan iman. keimanan seseorang akan runtuh atau rusak jika salah satu rukunnya hilang. Rukun iman merupakan mata rantai yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Adapun penjelasan rukun iman menurut An Nah{lawi adalah sebagai berikut: 1. Beriman kepada Allah, merupakan dasar perubahan dan pendidikan bagi anak, baik secara moral maupun psikhis. 2. Beriman kepada Malaikat, dapat mendidik diri untuk hidup teratur, taat dan menata segala persoalan hidup dengan keyakinan bahwa Allah telah mewakilkan penataan sebagian masalah alam semesta ini kepada Malaikat. 3. Beriman kepada kitab yang diturunkan Allah, yakni Zabur, Taurat, Injil dan AlQur a . Pe didika
Al-Qur a
dapat
e ja gkau seluruh aspek kehidupan
Manusia. 4. Beriman kepada para Rasul, para Rasul adalah teladan dan pendidik pertama generasi ideal. Keberhasilan pendidikan yang diteladankan oleh para rasul,
61
terutama oleh Rasulullah SAW. Allah tidak pernah membiarkan beliau keliru dalam e e tuka
syari at. Jika keyaki a
tersebut
e jadi sebuah keimanan yang
sempurna, manusia akan merasakan kebahagian yang besar ketika mengikuti metode pendidikan beliau. Jika sudah merasa bahagia maka dia akan mudah memahami apa yang sedang dia pelajari. 5. Beriman kepada hari akhir, dari sudut pandang hakiki, keimanan kepada hari akhir merupakan motivasi lahirnya rasa tanggung jawab yang serius dan sejati. Karena dengan iman kepada hari akhir dia tahu bahwa akan adanya pertanggung jawaban atas setiap kewajiban yang harus dia lakukan untuk dirinya dan juga orang lain, jadi dia akan merasa hawatir jika tanggung jawabnya (tanggung jawab mendidik bagi seorang pendidik dan tanggung jawab belajar bagi anak didik) tidak dapat dia laksanakan. Sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam proses pendidikan. 6. Beriman kepada takdir Allah, salah satu dampak dari beriman kepada takdir Allah adalah seorang dapat bernalar dan tidak mengekspoitasi hawa nafsu dalam mencari penyebab suatu persoalan. Jadi dalam mempelajari segala sesuatu seseorang tidak akan mudah putus asa dan akan menyerahkan segala keputusannya kepada Allah dan dia akan menyadari bahwa dia diwajibkan untuk berusaha dan menyerahkan hasilnya kepada Allah. Jadi menurut An Nah{lawi dengan mempelajari dan mengamalkan rukun iman seseorang akan dapat melaksanakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan, terutama dalam mempelajari pendidikan Islam. dengan memahami dan mengamalkan rukun iman akan memberikan pengaruh yang positif dalam kehidupan orang yang beriman
62
tersebut, begitu juga dalam pendidikan. Oleh karenanya An Nah{lawi menyatakan bahawa pendidikan iman merupakan landasan pendidikan. Naşih Ulwa dan An Nah{lawi berbeda dalam menyampaikan materi dalam menanamkan keimanan pada anak, karena dala Dala
Isla
buku ya Pedo a Pe didika A ak
, Naşih Ulwa menyatakn bahwa pendidikan iman ditanamkan sejak dini
dan menurut Naşih Ulwa lebih ditekankan dalam pendidikan keimanan adalah orang tua oleh karenanya dalam materi yang digunakan Naşih Ulwa dalam menanamkan keimanan pada anak adalah materi yang sederhana yang mudah difahami oleh anak usia di i. “eda gka
dala
buku
Pe didika
Isla
Di ‘u ah “ekolah Da
Masyarakat , An Nah{lawi menggunakan materi yang sedang yaitu dengan mengamalkan rukun iman karena sasaran pendidikannya bukan anak usia dini tapi lebih pada anak usia sekolah. Lebih jelasnya perbedaan dan persamaan pemikiran Abdullah Naşih Ulwa dala
buku ya Pedo a
Nah{lawi dala
Pe didika
buku ya Pe didika Isla
A ak Dala
Isla
dan Abdurrahman An
Di ‘u ah “ekolah Da Masyarakat adalah
sebagai berikut: 1. Persamaan: a. Tujuan, yaitu menanamkan dan menumbuhkan keimanan dalam diri anak, membentuk akhlak yang baik pada anak. b. Metode, yaitu dengan mengajarkan materi yang dapat menumbuhkan iman pada anak. Dan di sini Naşih Ulwa dan An Nah{lawi menggunakan materi yang berbeda dalam menumbuhkan iman tersebut.
63
2. Perbedaan: Naşih Ulwa dan An Nah{lawi menggunakan materi yang berbeda dalam menanamkan keimanan dalam diri anak, yaitu:
Abdullah Naşih ‘Ulwan
Abdurrah{lman An Nah{lawi
Menggunakan materi bersandarkan Menggunakan materi rukun iman, kepada
wasiat-wasiat
Rasulullah yaitu
SAW. dan petunjuknya yaitu: a. Membuka dengan
kehidupan kalimat ه
dengan
memahami
mengamalkan rukun iman anak enam yaitu:
ا
b. mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak c. menyuruh anak untuk beribadah pada usia 7 tahun d. mendidik anak untuk mencintai
a. iman kepada Allah b. iman kepada Malaikat c. iman kepada kitab d. iman kepada Rasul e. iman kepada Hari Akhir f. iman kepada takdir Allah
dan yang
64
Rasulullah SAW. ahli baitnya dan membaca al-Qur‟an
65
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih Ulwa dan pendidikan keimanan menurut Abdurrah{man An Nah{lawi, dapat disimpulkan bahwa: 5. Pendidikan keimanan menurut Abdullah Naşih Ulwa
dalam buku Pedoman
Pendidikan Anak dalam Islam adalah mengajarkan dan menerapkan wasiat-wasiat Rasulullah SAW. dan petunjuknya dalam menyampaikan dasar-dasar iman, yaitu dengan: a. Membuka kehidupan anak dengan kalimat ه
ْْاله ا
b. Mengenalkan hukum-hukum halal dan haram kepada anak c. Menyuruh anak untuk beribadah pada usia 7 tahun d. Mendidik anak untuk mencintai Rasul, ahli baitnya dan membaca al-Qur a 6. Pendidikan keimanan menurut Abdurrahman An Nahlawi dalam Buku Pendidikan Anak di Rumah Sekolah dan Masyarakat adalah mengajarkan, memahami dan mengamalkan rukun iman yaitu: a. Beriman kepada Allah b. Beriman kepada Malaikat c. Beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan Allah d. Beriman kepada para Rasul
66
e. Beriman kepada hari akhir f. Beriman kepada takdir Allah 2. Persamaan dan perbedaan antara pemikiran Abdullah Naşih Ulwa dan pemikiran Abdurrahman An Nahlawi tentang materi pendidikan keimanan adalah sama-sama menganggap bahwa pendidikan keimanan merupakan pendidikan yang utama dan menajadi landasan dalam pendidikan. Jadi sama-sama berorientasi pada penanaman iman dalam diri anak dan menjadikan pendidikan keimanan sebagai pendidikan yang utama yang harus diberikan kepada anak. Perbedaannya dalam materi yang digunakan dalam menanamkan iman dalam diri anak, Naşih Ulwa menanamkan keimanan dengan mengajarkan apa yang diwasiatkan Rasulullah sedangkan An Nahlawi dengan memahami dan mengamalkan rukun iman.
B. Saran Melalui skripsi ini penulis menyampaikan saran sebagai berikut: 1. Bagi pendidik untuk mengarahkan perhatian mereka tidak hanya pada kecerdasan anak tapi kecerdasan tersebut harus dilandasi dengan iman. 2. Orang tua berkewajiban untuk mendidik anaknya terutama tentang pendidikan iman. Pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah tapi juga di lingkungan sekitar kita.
67
DAFTAR PUSTAKA
„Ulwan, Abdullah Naşih. Pedoman Pendidikan Anak dalam Islam, terj. Saifullah Kamalie dan Hery Noer Ali.. Semarang: As Shifa, 1993. Achmad, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Adtya Media, 1992. Ahmad, Muhammad. Tauhid Ilmu Kalam. Bandung: CV Pustaka Setia, 2009. Al-Bantany, Nawawi. Mutiara-Mutiara Keimanan, terj. Mohammad Kholil. Yogyakarta: Titian Wacana, 2006. Al-Ghazali, Imam. Ihya‟ Ulummuddin. Bairut Lebanon: Darul Islami, tt.. Ali, Zainudin. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Al-Maidani, Abdurrahman Hasan Habanakah. Pokok-Pokok Akidah Islam, terj. A.M. Basalamah. Jakarta: Gema Insani, 2004. An Nah{lawi, Abdurrah{man. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, terj. Shihabuddin. Jakarta: Gema Insani, 2004. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta, 1996. Assegaf, Ranchman. Studi Islam Kontekstual Pradigma Baru Muslim Kaffah. Yogyakarta: Gama Media 2005. Bahtiar, Deni Sutan. Mencari Kembali Tuhan Yang Hilang. Jakarta: Amzah, 2012.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Kualitatif . JakartaP: PT. Raja Grapindo Persada, 2001. Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
Daradjat, Zakiah. Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1995.
68
Daud, Wan. Mohd Nor Wan. Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed Muhammad Naquib Al-Attas, terj. Hamid Fahmy dkk.. Bandung: Mizan, 2003. Dawan, Ainurrofiq. Emoh Sekolah, Menolak Komersialisasi Pendidikan dan Kanibalisme Intelektual, Menuju Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Inspeal Press, 2003. Departemen Agama RI, Al-Qu a Tajwid da Te je ah ya . Bandung: PT. Syaamil Cipta Media 2006.
Fahmy, Hamid. et,al “Etall” Penterjemah, Filsafat Dan Praktik Pendidikan Syed M. Naquib Al-Attas. Bandung: Mizan Anggota IKPI, 2003. Hājar, Ibnu. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996. Halim, Moh. Nur. Metodologi Studi Islam. Malang: UMM Press, 2004. Hasbullah , Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2011. Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI, 2006. \ Kaelany, Islam, Iman dan Amal Saleh. Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Langgulung, Hasan . Pendidikan Islam dalam Abad ke 2. Jakarta: Pustaka Al-Husna Baru, 2003. Moleong, Lexi J. Metodologi Peneletian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. Muhajir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif . Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1987. Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2000. Nawawi, Hadari. dan Hartini, Mimi. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1996. Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikn Islam Pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.
69
Pemikiran Pendidikan Islam ( Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer ). Semarang: Fakultas Tarbiyah dan Pustaka Pelajar, 1999. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia, 2006 .
Sabiq, Sayyid. Aqidah Islamiyah, terj. Ali Mahmudi. Jakarta: Robbani Press, 2008.
Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Aljabet, 2005. Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bnadung: PT Remaja Rosdakarya, 2007. Tafsir, Ahmad. Metodologi PAI. Bandung : PT. Rosdakarya, 1996.
Taqiy, Abu Firly Bassam. Agar Allah Selalu Memberi Jalan Keluar . ogjakarta: Hikam Pustaka, 2010. Tebba, Sudirman. Orientasi Sufistik Cak Nur: Komitmen Moral Seorang Guru Bangsa. Jakarta: Paramadina, 2011. Tim Saluran Teologi Lirboyo 2005, Akidah Kaum Sarungan. Kediri: @ Tamatan Aliyah Lirboyo Angkatan 2005, 2008. Zainuddin. Seluk Beluk Pendidikan Dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara.
http://adeyuliyanti.blogspot.com/2012/10/pentingnya-pendidikan-keimanan-dan.html/06 Juni 2015.
https://mpiuika.wordpress.com/2010/05/24/pendidikan-keimanan/diakses Oktober 2015
pada
27
https://saripedia.wordpress.com/tag/pendidikan-keimanan/diakses pada tanggal 27 Oktober 2015.