PENDIDIKAN KEIMANAN UNTUK MENCAPAI MANUSIASEUTUHNYA
Pidato Pengukuhan Guru Besar/Profesor dalam Bidang Pendidikan Agama Islam Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum
pada Fakultas Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia
17 Juli 2012
Prof. Dr. H. M. Abdul Somad, M.Pd.
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2012
Assalaamu'aloikum Warahmotullaahi Wabarakaotuh, Yangsaya hormati:
Pimpinan dan Anggota Majeiis Wali Amanah, Rektordan Para Pembantu Rektor Pimpinan dan Anggota Dewan Audit Pimpinan dan Anggota Senat Akademik
Sekretaris dan Anggota Dewan Guru Besar Pimpinan Fakultas, Direktur S.Ps., Direktur Kampus Daerah, Ketua/ Sekretaris Lembaga Direktur Direktorat, Kepala Biro, dan Kepala Sekretariat Universitas
Ketua Jurusan/Program Studi, Sekretaris Jurusan serta Para Dosen, Pimpinan Organisasi Kemahasiswaan,
Para Karyawan di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia Para Undangan yang berbahagia
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke khadirat
Allah yang Maria Kuasa, karena hanya berkat qudrat, iradah dan inayah-Nyalah
kita
dapat
menghadiri
acara
pengukuhan
Guru
Besar yang diselenggarakan UPI pada han ini. Shalawat serta salam semoga dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya serta seluruh umatnya yang patuh dan taat kepada ajaran-Nya. Hadirin yangsaya muliakan,
Pada kesempatan ini, perkenankanlah saya menyampaikan pidato
singkat
dengan judul:
"Pendidikan
Karakter
Untuk
Mencapai
Manusia Seutuhnya"
pjflora Pengukulan Prof. Or. H. M. Abdul Samad, M.ft).
Juli 2012
Pendidikan Tinggi bukanlah sekedarmembina parasarjana agar ahli dalam bidang ilmu, teknologi atau seni yang dipelajarinya. Inti pendidikan adalah proses me-manusia-kan 'manusia' (Soelaeman, 198S). Maksudnya adalah meningkatkan martabat manusia ke arah manusia ideal yang dikehendaki. Kepribadian utuh merupakan mode!
manusia ideal yang dikehendaki oleh bangsa Indonesia. Kepribadian utuh adalah manusia yang seimbang perkembanganjasmani, nafsani, dan ruhaninya (Portofolio Prodi PU SPs UPI, 2001: 6). Muthahhari (1984), menyebutnya sebagai makhlukserba-dimensi; atau menurut al-Qusyairi (Praja, 1990} memiliki kesempurnaan unsur (yakni: jasad, hati, ruh, clan s/rr atau rasa). Ada pun manusia ideal yang dikehendaki oleh Islam adalah insan kamil {manusia sempurna), yakni manusia
yang beriman dan telah mencapai nafsu kamilah. (Rahmat, 2010). Sistem dan praktek pendidikan dewasa ini cenderung mengejar
profesionalitas
dalam
bidang
ilmu,
teknologi
atau seni
dengan
mengabaikan keimanan dan ketakwaan, kurang mempedulikan agama dan moralitas. Dan yang lebih mendasar lagi jauh dari ideal manusia
yang dikehendaki oleh Islam maupun bangsa Indonesia. Sistem dan praktek pendidikan di Indonesia tidak mungkin dapat mengantarkan peserta didik ke arah kepribadian utth, terlebih-lebih lagi ke arah martabat insan kamil. Mari kita lihat kurikulum pendidikan agama. Fasih membaca
Al-Quran, mengerjakan shalat lima waktu, dan berakhlak mulia merupakan tujuan pendidikan agama dalam berbagai kurikulum
nasional {Kurikulum 1985, Kurikulum 1994, dan Kurikulum 2004). Mahir membaca Al-Quran, misalnya saja, direncanakan dapat dicapai oleh siswa SD. Tapi realitasnya pada jenjang pendidikan menengah danjenjangpendidikantinggipun masih banyaksiswadan mahasiswa yang belum bisa membaca Al-Quran.
Berdasarkan survey Tim Dosen PAI UPI (2001, 2004, 2009) di beberapa sekolah dan universitas di Kota dan Kabupaten Bandung, siswa SD, SMP, SMA, dan mahasiswa tingkat pertama yang bisa membaca Al-Quran masih sedikit (masing-masing hanya 10%, 25%, 35%, dan 40%). Ptdato PefiQukuhan Guru Besor Unlvenrtas Pernfitfrlon Indonesia
Juli
Itu baru dari segi kemampuan membaca Al-Quran. Belum lagi diukur secara lebih luas dan mendalam, misal pemahaman dasardasaragama, pemahaman Al-Quran, dan pengamalan beragama. Bila substansi keberagamaan adalah beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia, kita amati hal-hal yang bersebrangan dengan kriteria
keberagamaan. Para siswa begitu mudah terkena sugesti negatif dan begitu mudah marah. Tawuran pelajar akhir-akhir ini merupakan
fenomena biasa. Malahakhir-akhirinitawuranantarmahasiswa. Lebih melebar lagi tawuran pelajar dengan masyarakat, mahasiswa dengan masyarakat, maniak sepak bola dengan masyarakat, tawuran antar masyarakat, tawuran antar kampung, hingga tawuran masyarakat
dengan petugas keamanan. Kasus penyalahgunaan narkotika dan zatzat adiktif (NAPZA) sudah memasuki (hampir) semua SMP-SMA/SMK. Pergaulan bebas siswa-siswi sudah dipandang sebagai ciri pergaulan remaja dan ABG.
Sikaptidakhormatanakmuda bukan hanya ditunjukkan kepada
sembarangorang,bahkanjugaterhadapguru-gurunya.Penghormatan dan bakti pada kedua orang tua pun memudar. Vandalisme sudah merupakan ciri pelajar kita; dan premanisme tumbuh subur hingga
di lingkungan persekolahan. Kejujuran yang sangat didambakan sudah hilang dari kamus persekolahan. Fenomena menyontek dan joki sepertinya fenomena biasa yang disalahkan sekaligus dilanggar
oleh semua pihak. Salah untuk orang lain, tetapi boleh untuk saya; salah untuk sekolah lain, tetapi boleh untuk sekolah saya. Sepertinya kamus ini yang dipakai sekarang. Demikian juga fenomena plagrat merasuki para dosen, padahal seharusnya mereka menjadt penegak dan teladan kejujuran.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah berhasil merumuskan tujuan pendidikan nasional yang
bagus. Jika unsur-unsur pendidikan lainnya (seperti core curriculum) bagus pula, maka tipe ideal manusia yang dikehendaki oleh Islam dan
bangsa Indonesia dapat tercapai. Dalam Bab II pasal 3 disebutkan: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan o Pengukutuin Prof Or. H. M. Abdul iomad, M-Pd.
JUll 2012
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang berfman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Dilihat dari segi tujuannya, bangsa Indonesia menghendaki peserta didik bukan sekedar berilmu, cakap, dan kreatif (dimensi
intelektualitas), tetapi juga bertman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (dimensi religiusitas), berakhlak mulia {dimensi karakter dan moral), dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung-jawab (dimensi kebangsaan). Tetapi dalam pelaksanaannya belum sebaikapayangtertuangdi dalam perundang-
undangan itu. Aspek religi dan nilai-nilai masih terpinggirkan. Unsur
pendidikannya terlepas dari unsur pengajaran. Jumlah jam mata pelajaran pendidikan agama dan moralitas sangat minim. Tidakalah heran jika Tilaar (1999:99) mengemukakan bahwa pendidikan agama dalam kurikulum nasional Indonesia hanya sebagai penggembira saja, sekedar tidak dikritik sekuler oleh katangan Ulama.
Praktek pendidikan di Indonesia sebenarnya tidakjauh berbeda dengan di Barat di mana manusia mengejar ilmu pengetahuan dengan asumsi bahwa ilmu itu bebas nilai (value free). Jujun S. Suriasoemantri
(1982: 12-13} mengatakan bahwa tadinya ilmu pengetahuan hanya mempelajari alam apa adanya tanpa ada keterkaitan dengan nilai moral. Ilmu hanya untuk ilmu, tanpa dikaitkan dengan agama, ideologi dan nilai-nilai luhur. Keberhasilan pendidikan seseorang hanya dilihat dari pencapaian akademis semata. Sejalan dengan Suriasoemantri, Ahmad Sanusi (1994) mengatakan bahwa pendidikan yang dewasa ini sedang berlangsung sangat dipengaruhi oleh logika positivisme;
yakni logika yang hanya berorientasi pada keadaan dunia here and nowyangdapatdiindera oleh manusia. Pandangan ini mengakibatkan
manusia menjadi sekuler dan hanya memikirkan masalah-masalah yang sifatnya dapat dijelaskan secara empiris dan melupakan PtdoB Ptngukufron Cum Besar UniurmO! Pendtdfo" Indonesia
Juli
masalah-masalah yang berkaitan dengan nilai luhur. Inilah awal
dari didewakannya kemampuan nalar. Demilcian juga Muhammad NiTman Soemantri {2001: 4} mengemukakan bahwa keadaan di mana manusia menjauhkan diri dari agama merupakan produk dari
pengaruh budaya Hellenisme. Pengaruh budaya ini akal mengalahkan agama [intellectus quaerrens fidem}. Dikatakannya bahwa budaya Hellenisme merupakan budaya yang mendorong berkembangnya rasionalitas, individualisme, dan melepaskan diri dari agama dan
teologi. Padahal pakar psikologi Barat pun, Zohar dan Marshall
{2000: 11), menyatakan bahwa diskusi tentang intelegensi manusia tidak akan lengkap tanpa menyertakan Spiritual Intelligence -5Q. Kecerdasan ini (SQ) bisa menjawab masalah-masalah tentang makna dan nilai. Dengan intelegensi ketiga ini kita bisa menempatkan tfndaktanduk dan hidup kita dalam konteks pemaknaan yang lebih luas dan lebih kaya; bisa menilai apakah suatu kejadian atau pengaiaman hidup itu lebih berharga atau tidak dari yang lainnya. SQ merupakan fondasi yang diperlukan bagi keefektifan kedua fungsi IQ dan EQ. Selanjutnya Muhammad Numan Soemantri (2001: 4) mengatakan bahwa budaya hellenisme ini mempengaruht dunia pendidikan sampai sekarang ini, termasuk pada ilmuwan, pendidik, penulis buku teks yang membanjiri
perpustakaan, khususnya perpustakaan-perpustakaan yangterdapat di perguruan tinggi.
Cara pandang Barat disebut oleh Abu! Hasan Ali an-Nadwi
(1993) sebagai cara pandang Dajjal. Hadits-hadits menyebutkan bahwa Dajjal bermata satu dan buram. Maksudnya, Dajjal melihat kebenaran hanya dengan kacamata materialistik-posrtivistik (yang sebenarnya buram, tidak mungkin dapat mencapai kebenaran sejati) tanpa kacamata iman.
Naquib al-Atas (Daud, 2003: 221-22S, HafidhuddTn, 2004)
mengingatkan tentang istilahumVersitas|'umi/e/-sumJsebagaipadanan dari kata kulliyoh. Penggunaan istilah ini sangat erat hubungannya dengan konsep al-insan al-kulli (manusia universal} atau insSn kamil (manusia sempurna) yang merupakan ideal wujud manusia menurut Pidata rengulmtittti Prof. Or. H. M. AbdulSomDrf, IW.ftf.
Juli 2012
agama Islam. Insan kamil adalah manusiayang mampu mengenali dan mengakui tempat-tempat yang benar dari segala sesuatu, termasuk dirinya, dalam tatanan sedemikian rupa sehingga membimbingnya
ke arah pengenalan dan pengakuan yang benar dari Allah dalam tatanan wujud dan eksistensi. Jadi, menurut konsep ini, universitas
harus melayani tujuan
penciptaan
manusia (yang
diharapkan
mencapai martabat insan kamil}, bukan sekedar warga negara yang
baik sebagaimana di negara sekuler. Universitas modern sekarang ini
ditujukan untuk mencetak pekerja-pekerja yang baik dalam rangka melayani program-program negara yang berorientasi semata-semata
kebutuhan material (ekonomistik). Lulusan universitas hanyalah orang-orangyang menguasai keterampilan-keterampilan (knowhow),
tetapi tidak mengenal tujuan hidupnya secara keseluruhan {know
why). Spesialisasi dalam konteks ini adalah representasi utama dari universitas modern. Dengan demikian, produk universitas modern bukan lagi al-insan al-kulli atau ins3n kamil, melainkan al-insan oljuzl yang terpecah-pecah, yang tidak mampu mengenali diri dan lingkungannya dalam suatu keseluruhan.
Jika
mengacu
kepada
Undang-Undang Sistem
Pendidikan
Nasional, pendidikan nasional Indonesia seharusnya sarat dengan pembelajaran yang berdimensi agama dan moralitas. Untuk itu perlu dicari solusi bagaimanakah mendekatkan praktek pendidikan dengan perundang-undangan, jangan sampai praktek pendidikan itu
mengkhianati amanat perundang-undangan. Pendidikan di Indonesia
seharusnya kaya dengan agama dan moralitas, kaya dengan pendidikan keimanan dan ketakwaan, agar ideal manusia yang dikehendaki (manusia utuh atau insan kamil} dapat tercapai. Islam adalah sebuah agama yang memiliki ajaran yang lengkap dan sempurna. Pendidikan formal yang melalui Pendidikan Agama
Islam di Indonesia tidak mungkin mampu menjelaskan kelengkapan dan kesempurnaan agama Islam, antara lain karena jam pendidikan
agama sangat minim. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah hanya 2 jam perminggu, bahkan pada jenjang pendidikan tinggi Pidato Ptngukuhan Guru Besw Univenttas Pertdldlkon I
Juli 2012
hanya 2-4 SKS dari total perkuliahan program S-l. Bandingkan dengan pendidikan agama di negeri-negeri Islam lainnya. Jumlah jam pelajaran Pendidikan Agama di Pakistan 4 (empat) kali lipat jumlah jam pendidikan agama di Indonesia. Malah selain itu, mata pelajaran llmu Sosial bermuatan ajaran Islam, dan mata pelajaran bahasa digunakan sebagai media memperkaya Pendidikan Agama. (Asian
Centre of Educational Innovation for Development, 1977). Di Iran lebih kaya lagi. Separoh kurikulum pendidikan dasar di Iran adalah agama
(Bureau of Research on International Educational Sistems, 1984).
Sejak 20 tahun yang la lumemangtelahadaupaya-upaya sekolah dan universitas untuk memperkaya pendidikan agama, baik melalui penambahan jam pelajaran agama atau melalui kegiatan ekstra kurikuler wajib dan pilihan. Tentu saja kegiatan-kegiatan keagamaan seperti itu di satu sisi cukup menggembirakan, karena label sekolah dan kampus sekulerdapatterhapuskan. Sivitas akademika, khususnya siswa dan mahasiswa, yang mencari dan bergairah belajar agama pun dapat terpuaskan. Tetapi di sisi lain, kegiatan-kegiatan ekstra demikian biasanya hanya diikuti oleh sivitas kampus yang memang memiliki gairah beragama, tidak menyentuh mereka yang tidak memilikigairah beragama.
Persoalan yang lebih urgen yakni kualitas pendidikan yang
menjadi kegalauan semua pihak. Kurikulum nasional diganti hampir setiap sepuluh tahun. Berbagai pendidikan dan pelatihan bagi para guru dan kepala sekolah pun terus dilakukan. Sejalan dengan era
otonomi daerah, desentralisasi pendidikan pun dilakukan. Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Pada
bidang
keagamaan,
tujuan
pendidikan
pun
lebih
dikembangkan. Perubahan keempat UUD 1945 pasal 31 ayat (3)
disebutkan, "pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keTmanan dan
ketakwaansertaakhlakmuliadalamrangkamencerdaskankehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." Pada UUD 1945 yang belum diamendemen, ungkapan demikian (iman, takwa, akhlak *>Mato Ptngufoihm Prof. Dr. H. M Abdul Samd, MM.
Juli 2012
mulia) tidakada. Kata-kataTman dan takwa {tanpa akhlak mulia) hanya tertuang dalam GBHN sejak Repelita pertama. Hal ini menunjukkan bahwa kaiartgan elit-daiam hal ini MPR-sebenarnya merasa resah dengan kondisi keberagamaan dan pendidikan bangsanya sendiri, yang sekaligus menghendaki jati diri bangsa dengan ciri-ciri berfman, bertakwa, dan berakhlak mulia. Tapi di tataran operasional praktek pendidikan masih jauh dari apa yang diharapkan oleh pemndangundangan itu. A.
PEMBAHASAN
Hadirin yang saya muliakon, Man kita ikuti pembahan berikut ini, 1.
Makna Iman
Mari kita bertanya kepada masing-masingdiri kita, kepada hati nurani kita, apa makna iman itu? Biasanya orang sudah puas, sudah merasa beriman, jika orang itu sudah "percaya" akan AdaNya Allah. Kalaulah ukuran beriman itu adalah "percaya" akan AdaNya Tuhan, maka seluruh manusia di dunia dapat dikatakan beriman,
karena tidak ada seorang manusia pun yang tinggal di kolong langit ini yang tidak mempercayai AdaNya Tuhan. Semua manusia - tanpa kecuali-semuanya "percaya" akan AdaNya Tuhan.
Orang ateis itu sebenarnya "percaya" akan AdaNya Tuhan.
Kalau pun mereka mengatakan "Tuhan itu tidak ada", itu hanyalah ungkapan gaya-gayaan. Memang ada kecendemngan di kalangan orang-orang yang tidak taat beragama, mereka merasa bangga jika dapat menunjukkan dirinya melakukan perbuatan yang bertentangan
dengan agama. Puncak-puncaknya adalah merasa bangga dengan mengatakan "Tuhan itu tidak ada". Tapi sebenarnya hati kecil mereka mempercayai akan AdaNya Tuhan.
Yuki Nakata, seorang peneliti dari Jepang pernah ditanya oleh dosen MKDU UPI, bagaimanakah keberagamaan orang-orang Jepang? la menjawab bahwa pasca kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, fitrfato Pvngukuhan Gum Besar Unlversitcs Pend'd'fcan Indonesia
Juli 2012
separoh orang Jepang tidak beragama dan tidak percaya lagi dengan Tuhan. Separoh bangsa Jepang ateis. Tapi realitasnya, kata Yuki, ketika menghadapi masalah kehidupan yang pelik, mereka berdoa merintih memanggil-manggil Tuhan. Ungkapan Yuki Nakata ini sama dengan
fakta para pemimpin ateis Rusia di tahun 1940-an. Ketika menaiki pesawat terbang dan pesawatnya oleng seperti man terjatuh, para pemimpin ateis itu semuanya menundukkan kepala memohon kepada
Tuhan agar mereka dihindarkan dari musibah jatuhnya pesawat. Hal ini ditegaskan dalam Al-Quran:
Katakaniah: "Siapokah Tuhan langit dan bumi?" Jawabnya: "Allah". (Qs. 13/Ar-Ro'du ayat 16)
Ungkapan
panjang-lebar tentang
kepercayaan
masyarakat
manusia akan AdaNya Tuhan bukan menegaskan tentang keimanan seluruh manusia, melainkan untuk menegaskan bahwa beriman itu bukanlah sekedar "percaya" akan AdaNya Tuhan. Untuk lebih menegaskan lagi tentang salahnya keimanan model ini adalah bahwa Iblis pun "percaya" akan AdaNya Tuhan. Malah Iblis mengetahui Tuhan, pernah berjumpa dengan Tuhan, dan pernah berdialog pula
dengan Tuhan. Malah Iblis pun memohon kepada Tuhan agar Tuhan memanjangkan umurnya dengan maksud untukmenyesatkan seluruh manusia. Tapi Iblis divonis oleh Allah sebagai kafir dan sesat. Iblis
divonis oleh Allah sebagai tidak beriman. Oleh karena itulah makna
"iman" perlu dipahami dengan benar. Jangan sampai kita merasa beriman, padahal sebenarnya kafir dan musyrik, karena keimanan kita tidak sesuai dengan Kehendak Allah.
Mari kita baca secara perlahan penegasan Allah dalam Qs. Saba'51-54:
Putoto Pengukurion ?:aj Or. H. M. Abdul Somorf, MM.
Juli 2012
Dan (olangkab ngerinya) jika kamu (dibisakan) melihat ketika mereka (orang yang merasa beriman) terperanjat ketakutan (pada saat
kematiannya), maka mereka tidak dapat melepaskan diridan mereka ditanakao dari tempat yang dekat (untuk disiksa) (Qs. 34/Saba1: 51)
'T -IJJ
Dan
(ketika
merasakan
sakitnya
siksaan)
mereka
j
V
berkata
(memohon pertolongan kepada Allah): "Kami beriman kepadaNya!" (Kami beriman kepada Allah, tapi mengapa kami disiksa? Kemudian Tuban menyanggahNya: "Tidak! Mereka sama sekali tidak beaman)"Bagaimanakah mereka dapat mencapai
(keimanan kepada Allah) dari tempat yang jauh itu?" Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari (Diri)-Nya (Yang AlGhaib =mengingkari Tuban) sebelum itu (ketika di dunia); don
mereka (ketika di dunia hanya) menduga-duga tentang (Tuhan) Yang Al-Ghaib dari tempat yang jauh. (Qs. 34/Saba': 52-53}
Dan dihalangi antara mereka dengan apa yang mereka ingini (ingin
diterima keimanannya saat itu, atau dikembalikan ke dunia untuk taubat, atau dijadikan tanah) sebagaimana yang dilakukan terhadap orang-orang yang serupa dengan mereka pada masa dahulu. Sesungguhnya mereka dabulu (ketika didunia) dalam keraguan yang
mendotam (terhadap Tuban Yang Al-Ghaib). (Qs. 34/Saba': 54) Qs. 34/Saba' ayat 51-54 ini memberikan peringatan betapa persoalan keimanan tidak boleh asal-asalan, tidak boleh berdasarkan itiformasi sepintas, tidak boleh berdasarkan kepercayaan turun-
temurun, karena akibatnya sangat fatal. Pada saat kematian yang
hanya satu kali terjadi, mati dalam keadaan su'ui khotimah {mati sesat), karena keimanannya keliru. PHota Psngukufior. Sum Bcsnr UmVwsrtffl (WMitan Indonesia
Juli 2012
Qs. 34/Saba' ayat 51-54 ini menggambarkan, betapa manusia itu baru sadar dirinya kafir setelah mereka disiksa. Sebelum mendapat stksaan, mereka merasa beriman. Malah ketika merasakan betapa beratnya merasakan siksaan,
mereka masih memanggil-manggil
Tuhan: "Ya Allah, mengapa saya disiksa? Bukankah saya ini orang yang beriman?
Tapi Allah segera menyanggah: "Tidak! Kamusama sekali tidak
beriman. Kamu adalah kafir, karena ketika kamu hidup di dunia, kamu tidak pernah mengenal Diri-Ku Yang Al-Ghaib! Kamu hanyalah mengira-ngira tentang Aku Yang Al-Ghaib dari tempat yang jauh! Karena itulah iman haruslah jelas dan benar. Iman haruslah
ma'rifatun wa tashdiqun. Harus maYtfatun, yakni mengenal Tuhan YangAsmaNyaAllah.Kemudian harus tos/id/gun, yakni membenarkan
Rasul yang mengenalkan Tuhan itu kepada kita. Artinya, sumber informasi tentang iman harus diperoleh dari Rasul. Tidak boleh berdasarkan informasi dari selain Rasul, karena hanya Rasul-lah yang mengenal Tuhan dan berwewenang mengenalkan Tuhan kepada orang-orang yang beriman kepada RasulNya. Perhatikan firman Allah berikut:
-
■ * f
Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepoda kamu semua
perihal (Diri-Nya Zat Tuhan) Yang Al-Ghaib. akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara Rasul-Rasul-Nva. Karena itu berimanlah kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya; dan jika kamu
beriman dan bertaqwa, maka bagimu pahala yang besar. {Qs. 3/Ali Imran: 179)
Piflnra Penguknton Pro/. Dr. H. M. Abdul Semod,
Juli 2012
Dia (Tuhan) Mengetahui (DiriNyo) Yang Al-6baib, maka Dia tidak mempertihatkan kepada seorangpun tentong ke-Ghaiban-Nya, kecuaR kp.pada Rasi'ilvnnn diridhoiNva. Makasesunqquhnya Dia mengadakan
penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di beiakangnya. (Qs. 72/A1Jin ayat 26-27)
Maksud kedua ayat di atas (as. 3/Ali Imran ayat 179 & Qs. 72/AIJin ayat 26-27}, bahwa Allah sekali-kali tidak mengajar kepada manusia
semua perihal Wujud Diri-Nya Yang Maha Ghaib, akan tetapi Allah memilih dari para Rasul-Nya orang yang Dikehendaki oleh-Nya. Perlu diketahui bahwa hal ini dilakukan Allah karena Dia sama sekali tidak akan pernah menampakkan DiriNya di muka bumi milikNya. Jadi, Rasul itulah penyambung lidah Tuhan. (Rahmat, 2010a) Kemudian, setelah mengenal Allah (ma'rifatbt Dzatillah), maka orang yangberimanharuslah"membenarkan" Tuhan yangdikenalkan
oleh Rasul rtu dalam hatinya (harus tashdiqu bil-qolbi), antara lain
dengan selalu mengingat-ingat Tuhan (selalu men-dzikiri-Nya); kemudian harus menB-iqrar-kanNya secara lisan (harus taqriru billisan], antara lain dan terutama dengan meng-iqrar-kan dua kalimat
syahadat: Asyhadu anla ilaha illallah (Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah) wa asyhadu anna muhammadan rasulullah (dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad itu adalah Rasulullah); dan
terakhir, segala perbuatannya harus mencerminkan keimanan (harus wal 'amalu bil-arkan). (Rahmat, 2009). Artinya, segala perbuatannya
harus didasarkan atas perintah Allah sebagaimana disampaikan oleh RasulNya.
Pldato Pengukuhan Guru Besar Unws'Tos PtmJidikoi 'ndcne
Juli 2012
Jj sjjy ^ j && JeLi ^-.y^ Jyi 'JjL'J\ \jL±>i)
Ho/1 orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatildh RasOI-
(Nya) dan Olil Amri di antara komu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembatikantoh ia kepada Allah don
Rasul, jika kamu benar-benor beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Qs. 4/An-Nisa ayat 59)
Ho/ orang-orang yang beriman,
bertoqwalah kepada Allah dan
berimanlah kepada RasOI-Nya, niscaya Allah memberikan rahmatNya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahoya yang
dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. 57/AI-Hadid: 28).
Beriman kepada Rasulullah itulah yang ditolak oleh iblrs sejak
awal mula Allah mengangkat khalifahNya di muka bumi. Iblis tidak menolak keirnanan kepada Allah. Tapt iblis menolak sujud kepada
Khalifah-Nya,
menolak
sujud
(dalam
arti:
pasrah
bongkokan)
kepada Wakil-Nya Tuhan di muka bumi, yakni menolak taat kepada Rasulullah.
Tentu saja gaya keimanan model iblis demikian disalahkan oleh Allah. Kata Allah: "Iblis, jika keimanan kamu seperti itu berarti kamu
sesat!" Iblis menerima vonis sesat dari Allah, la kemudian memohon kepada Allah agar dirinya dipanjangkan umurnya untuk menyesatkan seluruh manusia, sebagaimana firmanNya:
on P'oj Dr. H. M. Abdul Somali, M.Pd.
Juli 2012
Iblis berkato: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesot, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan yong tidak sejalan dengan Kehendok-Mu) di muka burnt, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya; kecuali
hamba-bamba Engkau yong mukhlis di antara mereka". (Qs. 15/AIHijr: 39-40) Sumpahserapah iblis ituternyatadibenarkan oleh Allah, karena memang terbukti bahwa meyoritas manusia menjadi pengikut iblis,
sebagaimana firmanNya:
•i. Don
sesungguhnya
iblis
\f\J ■' ■- '\'\* "■'{■ "'<■ * i- ■ 'i' '-*' '-itelah
dapat
membuktikan
kebenaran
sangkaannya terhadap mereka lalu mereka mengikutinya, kecuali sebahogian orang-orang yang beriman. (Qs. 34/Saba": 20). Karena itulah gerakan beragama untuk kembali kepada Allah dan RasulNya perlu disambut dengan pengkajian kembali dan perenungan
mendalam tentang keimanan kita masing-masing. Apakah keimanan
kita sudah sesuai dengan Kehendak Allah sebagaimana diajarkan oleh RasulNya, ataukah jangan-jangan keimanan kita malah keliru?! Na'udzu billahi min dzalik! Hal ini dipertanyakan, karena menurut Al-Quran hanya sedikit manusia yang beriman. Kebanyakan manusia malah kafir dan musyrik.
Dalam Qs. 2/Ai-Baqarah ayat 87-88 ditegaskan tentang sedikitnya orang-orang yang beriman:
Pidato Pengukfhun Guru Besar Urw/cnttos Pendidrkan Indonesia
Juli 2012
JjlJ j*
^
Yj&z,^ ■& "iLJii
Don sesungguhnya Kami telah mendotangkan Al-Kitab kepada
Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan Rasul-RasQI, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran
kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (ajaran} yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombongkan diri? (=menolak Rasul?); Maka beberapo orang (di antara Rasul-RasQI) kamu dustakan dan beberapa orang (Rasul-RasQI
yang lainnya) kamu bunuh? Dan mereka (orang-orang yang menolak Rasul) berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman. Syirik
(orangnya
drsebut
musyrik)
merupakan
dosa
yang
paling besar dan tidak ada ampunanNya dari Allah, sebagaimana firmanNya: £& S
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) merupakan kezaliman yang besar (=dosa yang paling besar, yang tidak ada ampunannya). (Qs. 31/Luqman: 13)
Pidnto Pengukuhan Prof. Dr H-M. Abdul Somali, M.Pd
Juli 2012
Uj] ls}i
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dori (syirik) itu bagi siapa yang
dikehendaki-Nya. Borangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (Qs. 4/An-Nisa: 48)
jil 0:
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu)dengan Dia, dan Dia mengampunidosa yang selainsyirikbagi
siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Alldh, maka sesungguhnya ia telah tersesotsejauhjauhnya. (Qs. 4/An-Nisa: 116)
Tetapi celakanya, mayoritas manusia justru musyrik:
-■' l" '■'■ '-Ml '<\ !>''lJ' 'VDan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (musyrik). (Qs. 12/Yusuf: 106)
Katakanlah: "Adakanlah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang terdahulu. kebanyakan
dari mereka itu adalah orang-orang musyrik" {Qs. 30/Ar-Rum: 42)
Fidnto Petgukubvn Guru Bestir Urvvewtea Penddiken ind
Juli 2012
2.
Makna Ibadah
Beribadah
menyembah
Tuhan
Yang
Punya
Nama
Allah
merupakan keharusan bag! orang-orang yang sudah menyatakan dirinya beriman. Beribadah tidak bisa drlakukan dengan sesuka-hati,
hanya dengan mengikuti suasana hati dan selera pribadi. Beribadah haruslah mengikuti Kehendak Allah sebagaimana diajarkan oleh RasulNya. Perintah beribadah diungkap da lam puluhan ayat Al-Quran. Tapi ada beberapa ayat Al-Quran yang perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan ayat-ayat 'inti' tentang ibadah. Pertama, dalam beribadah harus kenal dengan Tuhan yang
disembahnya, sebagaimana firmanNya dalam Qs. 20/Tho-Ha: 14:
Sesunggubnya AKU ini (bernama) Allah. Tidak ada Tuhan selain AKU. Maka sembahlah AKU dan dirikanlah shalat untuk mengingat AKU. Dalam ayat ini perintah beribadah ditekankan setelah hamba Allah ma'rifat bi Dzatillah (Innanf ANA Allah =Sesungguhnya AKU ini bernama Allah). Lalu me-nqff-kan daya, kekuatan, dan wujud diri sendiri dan segala sesuatu di luar Tuhan (La ildba) dan hanya menetapkan, meng-/ts6ot-kan, bahwa Yang benar-benar Ada, Yang Wujud, Yang Punya Daya, dan Yang Punya Kekuatan, hanyalah Tuhan
(t'lla ANA), yakni DiriNya llahi Zat Yang Al-Ghaib Yang AsmaNya Allah. Hal ini menunjukkan, bahwa untuk melakukan berbagai peribadatan haruslah benar-benar dalam rangka menyembah AKU (=menyembah
Tuhan). Karena itulah dalam melakukan ibadah pun harus mengikuti Kehendak-Nya sebagaimana yang diajarkan oleh RasulNya. Kedua, dalam beribadah haruslah ikhlas, tanpa pamrih dunia ataupun pamrih akhirat. Pamrih dunia adalah ingin dipenuhinya
kebutuhan duniawi, sedangkan pamrih akhirat adalah ingin mendapatkan pahala, dimasukkan ke surga, dan dihindarkan dari api neraka; padahal seharusnya ingin kembali kepada Tuhan Yang AsmaNya Allah hingga sampai dengan selamat. ton Prof. Or M. M. flMu/Sorand, M.ftrf.
Juli 2012
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas dalam (menjalankon) agama yang lurus; (Qs. 98/AIBayyinah: 5)
Ketiga, ketika
beribadah hams yakin
bahwa Tuhan yang
disembahnya itu hadir, sebagaimana firmanNya dalam Qs. 15/AI-Hijr ayat 99:
Sembahlah Tubanmu sampai kamu yakin Dia (Tuhan yang kamu sembah itu) badir.
Sejalan dengan Qs. 15/AI-Hijr ayat 99 tersebut ada hadits Nabi SAW tentang ihsan. Nabi Muhammad SAW menjelaskan, bahwa ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihatNya
walaupun kamu (dengan mata kepalamu) tidak melihatNya karena
AllSh melihat kamu. Bagaimanakah kita dapat yakin bahwa Tuhan yang kita sembah itu hadir ketika kita menyembahNya.
Keempat, dalam beribadah tidak boleh mengikuti selera nafsu dan syahwat. Oleh karena itulah syirik yang paling besar justru menuhankan hawa nafsunya:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (Qs. 25/AI-Furqan: 43)
palate toiduhj'uw Gu™ Bfsor unnwrer»s Ptmtidtkan Inaonemi
Juli 2012
Maka pemahkah kamu melibat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, don Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya don mengunci mati pendengaran dan
hatinya
dan
meletakkan tutupon atas penglihatannya ? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudoh Allah {membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambilpelajaran? (Qs. 45/AI-Jasiyah: 23) Kedua ayat di atas menekankan bahwa dalam menyembah
Tuhanjangansampai atas dasardorongan nafsu dan syahwat, karena kalau dasarnya nafsu dan syahwat pasti akan memilih ibadah-ibadah yang disenangi oleh dirinya (yangtidak lain adalah ibadah-ibadah yang disenangi oleh nafsu dan syahwatnya). Ibadah haruslah bi shidqin,
harus benarsesuai KehendakTuhan yangdiajarkan dan diteiadankan oleh RasulNya.
Kelima, dalam menyembah Allah itu jangan sekali-kali syirik (menduakan Julian, antara lain memandang ada daya dan kekuatan
selain Daya dan Kekuatan Tuhan, memiliki tempat bersandar selarn Tuhan). Syirik merupakan dosa yang paling besar dan tidak ada ampunanNya dari Allah:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
menyekutukan Allah, Sesungguhnya menyekutukan (Allah) adalah kezaliman yang besar (yang tidak ada ampunanNya sama sekali). (Qs. 31/Luqman: 13).
Pidato Pzngukuhan Prof. Dr. H M Abdul Sornad, M.pii.
JufJ 2012
if oi '^L^i lii;
Sembahlah Allah
dan janganlah
kamu mempersekutukan-Nya
dengan sesuatupun; dan berbuat baikloh kepada dua orang ibubapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga
yang dekat dan tetangga yang jaub, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang sombong dan membangga-banggakan diri. {Qs. 4/AnNisa:36)
Keenam, dalam beribadah tidak bolehtercemari oleh perbuatan
meminta perlindungan kepada bangsa jin, karena sama saja dengan telah menyembahnya, sebagaimana firmanNya:
Don (hati-hatilah suatu) hari (di akhirat nanti) Allah mengumpulkan mereka semuanya (mataikat, jin, manusia). Lalu Allah berfirman kepada malaikot: "Apakah mereka ini (manusia) dahulu menyembah
kamu?" Para mataikat menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkaulah peiindung kami. Bukon (menyembah kami), bahkan mereka telah menyembahjin. Kebanyakan manusia justru beriman (menyembah) kepada jin-jin itu!" (Qs. 34/Saba': 40-41) Maksud 'menyembah' jin adalah beribadah mengikuti tata-
cara yang diajarkan oleh bangsa jin, bisa berupa ilham-ilham yang
kita terima (karena syetan selalu aktif berbisik-bisik dalam dada Pidato Pengukuhan Gurv Bestir Urtri/ers\tos Pendtdikon I
Juli 2012
manusia, yuwaswisu fishudurin nas), bisa juga melalui perantaraan orang yang disebut-sebut sebagai 'orang pintar' (pintar berhubungan
dengan bangsa jin). (Rahmat, 2010). Mempercayai ilham-ilham merupakan bentuk penyembahan terhadap jin, karena ilham itu
sebagai difirmankan dalam Qs. 91/Asy-Syams ayat 8 ada yang/u/wr (fasik) dan yang taqwa: Fa'athfimahd fujuroha wa taqwdha. Sebagai
penjelasan tambahan,
bahwa
BERHALA bukanlah
sekedar patung-patung, sebagaimana patung-patung (berhala) yang disembah oleh kafir Quraisy di zaman Nabi Muhammad Saw ataupun patung-patung {berhala) yang banyak disebut-sebut dalam Al-Quran
dan sejarah. Perhatikan ayat berikut:
Sesungguhnya opa yang kamu sembah selain Allah itu adalah berhala,
dan kamu membuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; Maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-
Nya. hanya kepodo- Nyalah kamu akan dikembalikan. (Qs. 29/alAnkabut: 17)
Jadi, hakekat "berhala" adalah sesembahan selain Tuhan Yang AsmaNya Allah. Apa yang biasa disembah manusia selain Allah, terutama adalah NAFSU-nya sendiri dan JIN, sebagaimana telah dijelaskantadi.
Oleh karena itu manusia tanpa merujukpada Allah dan RasulNya, maka manusia tidak mungkin mampu membedakan manakah ilham yang fujGr dan mana pula ilham yang taqwa, tidak mungkin bisa membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang benar dan mana yang salah. Sebabnya, karena adanya tiga faktor berikut: (a) manusia cenderung menuhankan nafsunya, beribadah menurut selera akal ptkiran dan nafsunya (Qs. 45/AI-Jatsiyah: 23), (b) P«iatQPtnQukuhQi\f>rQf. Dr. H. M. Abdifl5omad, M.Pif
Juli 2012
syetan sangat aktif membisiki ilham-ilham yang fujur ke dalam dada manusia (Qs. 114/An-nas: 4-6), tapi manusia merasakannya sebagai ilham yang bagus, dan (c) iblis sangat digdaya menjerat manusia dengan cara menciptakan pandangan yang disangkanya 'baik' oleh
manusia, padahal tidak sejalan dengan kehendak Tuhan (Qs. 15/AIHijr: 39).
Ada baiknya juga sekarang kita kutip pandangan Hujjatul Islam lmamGhazali(al-Ghazali,1989;jugaal-Ghazalidalamal-Qasimi,1986))
yang mengingatkan secara khusus tentang ibadah-ibadah keliru, tapi disangka benar oleh orang yang menjalankannya. Beliau membahas dalam bab khusus tentang "Penggolongan Ahfi Ibadat yang Tertipu". Golongan VI adalah orang-orangyangtertipu melakukan ibadah haji. Sayang sekali, mereka tidak membersihkan harta dari keharaman. Harta malah didapat dari penipuan, pengelabuan, penganiayaan,
pencolengan,
dan
Iain-lain.
Sementara
hutang-hutangnya
tidak
dibayarterlebihdahulu. Bekalnya tidak dipilih dari yang halal. Malah, yang dilakukannya pun bukan haji wajib, melainkan yang sunatsunat, karena sudah pergi untuk kedua kalinya atau ketiga kalinya. (Al-Qosiml, 1986: 832).
Kemudian, Imam Ghazali pun membahas "para pemilik harta yang tertipu". Golongan I adalah orang-orangyang besarsemangatnya
untuk membangun masjid atau bangunan keagamaan yang tarn pa k jelas di mata khalayak ramai. Tujuannya tidak lain: namanya ingin dikenang, kedermawanannya disebut-sebut, dan kemasyhurannya
dalam bersedekah tersiar ke mana-mana, dan seterusnya. Padahal, kadang-kadang menurut pandangan agama, lanjut Imam Ghazali, lebih utama bersedekah dan membaei-baeikan hartanva itu kepada kaum fakir-miskin- Tapi orang-orang yang tertipu
tadi enggan
melakukan yang demikian, sebab takut kalau amalannya itu tidak tampakdi muka khalayak ramai.
Golongan II
- dari para pemilik harta yang tertipu - adalah
menunaikan ibadah haji tanpa sebab. Imam Ghazali mengutip sahabat Nabi, Ibnu Mas'ud R.a. yang berkata: Pidoto Per^ukuhan Quits Besar lli'venitas Pentttfttcon Indonesia
Jufi 2012
Pado akhir zaman nanti akan banyak sekoli haji tanpa sebab.
Mereka meiakukan itu dengan perasaan ringan dan tidak dirasakon kesukarannya sama sekali, dan keadaan mereko itu sangat luas rizkinya dan berlimpah-ruah hortanya. Tetap't mereka kembali tanpa ada pahala yong dibawa, tertutup dari rahmat Allah dan terampas semua ganjarannya. Untanya menurun antara padang pasir, sedang tetangganya memijtt perutnya karena sangat kelaparan, namun
dihiraukan, apalagiditolongnya. (Muhammad Al-Qosimi, 1986: 843) Selanjutnya Imam Ghazali menyebutkan Abu Nashr Tammar yang berkata: "Ada seorang lelaki datang ke tempat Bisyr bin Harits untuk pamitan hendak bepergian." Lelaki itu berkata: "Saya hendakpergihaji. Apakah ada sesuatu yang akan kau perintahkan padaku?" Bisyr menjawab: "Berapa banyak nafkah yang kau sediakan?"
Lelaki itu menjawab: "Dua ribu dirham." Bisyr (kemudian) bertanya: "Apakah yang sebenarnya kau can dengan hajimu itu, apakah untuk berbuat kezuhudan. atau karena rindumu keoada Baitullah. ataukah untuk mencari keridhaan Allah Ta'ala?" "Untuk mengharapkan keridhaan Allah Ta*ala," jawabrrya. Kalau demikian, ujar Bisyr, "Ya
kalau yang kau maksudkan untuk.mencari keridhaan Allah Ta'ala, maka bagaimanakah pendapatmu sekiranya itu dapat dicapai dan engkau tetap ada di rumah saja?"
Lelaki itu bertanya lagi, "Bagat'mana caranya?" Bisyr menjawab:
"Caranya ialah, uang yang dua ribu dirham itu kau belanjakan semua dan engkau dapat meyakinkan pula bahwa keridhaan Allah pasti engkau peroleh dengan keyakinan. Sukakah engkau mengerjakan jikalausaya tunjukkan?" "Coba uraikan dulu !" (kata orang itu)
Nah(kata Bisyr), caranya ialah supayauangmu yang semestinya engkau gunakan sebagai nafkah ibadah haji itu, yakni dua ribu
dirham, semuanya kau bagikan kepada sepuluh orang fakir-miskin Pidaa Petigtikuhan P:of. Or H. M. Abdul Somnd, M.ftf.
Juli 2012
di negerimu sendiri. Pilihlah di antara mereka itu: (a) orong yang berhutang agar dopot melunasi utangnya, (b) seorang fakir yang
sudah amat kekurangan sekali, (c) orang yang banyak keluarga perlu menghidupi anak istrinyo, dan (d) orang yang memelihara anak yatim yang dicintainya tetapi dalam kekurangan untuk membuat kesenangan anak itu. Di antara empat macam orang ini, sekiranya
engkau lebih mantap untuk diberikan salah satu saja, bolehlah pula itu dilakukan.
(Kata Bisyr iagi selanjutnya): "Engkau harus memakiumi bahwa memberikan kegembiraan hati seorang muslim, memberikan pertolongan
kepada orang
yang sedang
dalam
kesengsaraan,
menyirnakan babaya, dan membantu orang yang lemah, itu (semua) adalah lebih utama daripada seratus kali naikhaii.setelahmenunaikan
rukun Islam yang wajib, yakni haji yang pertama. (Muhammad AlQosimi, 1986: 843-844). 3.
Misi Kenabian
Pembahasan tentang keimanan tidak bisa ditepaskan dari pembahasan tentang misi agama Islam. Misi ini dapat kita lihat dari misi kenabian. Syekh Murtadha Muthahhari (2000) mengajukan sejumlah pertanyaan berikut: (1) ke arah manakah tujuan jaian yang
benarmenurut perspektif para nabi? (2) di manakah letak kebahagiaan manusia dan masyarakat dalam perspektif para nabi? (3) perbudakan
macam apakah dalam perspektif para nabi yang ingin dibebaskan? (4) berdasarkan aliran pemikiran ini pula, di manakah letak kebahagiaan dan keselamatan akhir manusia? Dan (5) apa tujuan utama dari misi kenabian itu?
Semua permasalahan ini - menurut Muthahhari - telah disitir dalam Al-Quran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tetapi dua konsep telah secara khusus ditunjuk sebagai yang sebenarnya
dari misi para nabi. Kedua konsep tersebut adalah: Pertama, ber-
tauhid, yakni mengimani Allah Yang Maha Esa serta mendekatkan diri kepada-Nya; dan kedua, menegakkan keadilan dan kesederajatan. dalam masyarakat manusia. Semua ajaran para nabi merupakan Pidoto Pengukuhan Ooru Besar Unwe'sitas Pendrd'kan Indonesia
Juli 2012
semacam perkenalan kepada kedua misi utama ini. Dalam Qs. 33/ Al-Ahzab ayat 45-46 Allah 5WT berfirman:
^ j! Cf ii) 'I; i>Jij i/ily' j^ii i&lji b] ^li $l Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutus kamu untuk rnenjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan; dan untuk menjadi penyeru kepada agoma Allah dengan izin-Nya, don untuk menjadi cahaya yang menerangi.
Kedua ayat di atas merujuk kepada misi pertama kenabian (mist tauhid). Di antara semua aspekyang disebutkan dalam kedua ayat ini nyatalah bahwa "mengajak kepada Allah" merupakan tujuan utama darimisi kenabian.
Di lain pihak, berkaitan dengan semua Nabi dan Rasul, Qs. 57/ Al-Hadid ayat 25 mengungkapkan:
Sesungguhnya
Kami telah mengutus Rosui-rasui Kami dengan
membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereko Al-Kitab dan neraca (keadilan) supoya manusia dopat melaksanakan keadilan; dan Kami ciptakan best' yang padanya
terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi monusio, dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolongNyo dan
(menolong) Rasul-rasul-Nya, padahal Dia Al-Ghaib. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lag! Maha Perkasa.
Ayat
ini
dengan
jelas
menyatakan
bahwa
menegakkan
keadilan adateh tujuan utama kenabian dan misi kenabian. Dengan demikian terdapat dua tujuan utama dari misi kenabian, yaitu: (1) P'date Ptnqukuhai Prof. Dr. H M Abduf Sotnad, M.Ptf,
Juli 2012
mengajak manusia untuk menyembah Allah Yang Esa, serta sekaligus
menghindari kemusyrikan,
dan
(2)
menegakkan
keadilan
dan
kesederajatan umat manusia, sekaligus memberantas kelaliman dan tindakan diskriminatif.
Aksi Para Nabi dalam Menjalankan Misi Islam
Contoh paling menarik dalam misi kenabian ini (karena dapat dipahamidenganjelas)-yangdiungkapkanSyekhMuthahhari(2000)
- dibawakan oleh Nabi Ibrahim As., Nabi Musa As., dan Nabi Mu hammad Saw. Abdurrahman an-Nahlawi (1989) menegaskan tentang
perlunya pembelajaran agama dengan metode Qurani, antara lain metode Kisah Qurani. Pertama, Aksi Nabi Ibrahim As
Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk menyembah Allah Yang
Esa, seraya menjelaskan Keagungan Allah. Pemimpin kaum yang kafir (Raja Namrud) malah menentangnya dengan minta ditunjukkan apa
saja kebesaran Allah itu. Ibrahim menyebutkan bahwa Tuhannya
bisa menghidupkan dan mematikan. Pemuka kaum yang durhaka lalu
menjawab
dengan
sombongnya,
bahwa
ia
pun
mampu
menghidupkan dan mematikan. la lalu mengambil dua orang hamba sahaya, kemudian membunuh salah seorang di antara keduanya dan membiarkan hidup yang lainnya. Sampai di sini seolah-olah Ibrahim kalah debat. Sang Nabi kemudian menggunakan logika yang tidak mungkin bisa dilakukan oleh siapa pun selain Allah (dan orang yang dikehendaki oleh Allah). Ibrahim menyebutkan, bahwa Tuhannya
menjalankan matahari (yang terlihat di bumi) dari arah timur ke
arah barat; lalu menantang pemuka kafir itu agar memindahkan arah peredaran matahari dari arah barat ke arah timur. Tentu saja Raja
Namrud tidak bisa meiaksanakannya. la benar-benar tidak berdaya di hadapan Ibrahim dan kaumnya.
Tatkala kaumnya tidak mengindahkan seruannya, sekalipun
argumentasi yang jitu telah dilontarkan dan telah mengalahkan mereka, Ibrahim lalu menggunakan argumentasi lain. Sejalan dengan Prdato Pengukuban Gwu Besot
Juli 2012
tradisi bahwa pada saat itu orang-orang menyembah patung-patung. Tatkala hari raya tiba keluartah semua orang dari kota, sementara
Ibrahim tinggal sendirian. Kesempatan ini digunakan Ibrahim untuk menghancurkan patung-patung - sebagai simbol kemusyrikan saat itu - dengan kapaknya.
Sebuah patung paling besar dibiarkannya.
Di leher patung itu dikalungkan kapak. Maksudnya agar semua orang
yang meninggalkan kota mengambil kesimpulan, bahwa telah terjadi pertengkaran hebat di antara patung-patung, lantas masing-masing merekaberkatadalamdirinya bahwa patung yang terbesaritulah yang
paling kuat. Tetapi yakin akan naluri manusia yang condong kepada yang benar, masing-masing mereka akan berkata pula bahwa tidak
mungkin patung yang tidak bisa bergerak itu yang melakukannya. Hal ini akan membuat mereka tidak menerima persoalan ini lalu bergerak untuk berpikir ke arah yang benar. Ketika orang-orang kembali ke kota dan menyaksikan apa yang
terjadi dengan patung-patung {yang telah dihancurkan Ibrahim), mereka pun marahdan dengan penuh kebenciansegera mencari orang
yang diduga melakukan penghancuran itu. Tapi siapakah pelakunya? Tiba-tiba saja mereka teringat bahwa ada seorang pemuda yang selalu menantang tradisi mereka. Maka segeralah mereka mencari Ibrahim. Dengan logika yang sudah dipersiapkannya, Ibrahim lalu (seolah-olah) mengelak: mengapa aku yang kalian tuduh? Mengapa
tidak patung yang besar itulah yang kalian salahkan? Orangbanyakpunmenjawabdenganpenuhslnis-.Mana mungkin
patung yang tidak bisa berpindah itu dapat melakukannya? Jawaban inilah yangjustru ditunggu-tunggu Ibrahim untuk meluruskan logika mereka. Mendengar pernyataan kaumnya itu Nabi Ibrahim segera
berkata: "Masa patung besar saja tidak bisa melakukan seperti itu, padahal kalian menganggap bahwa ia bisa memenuhi kebutuhan kalian!" Nabi Ibrahim AS berhasil meluruskan logika kaum kafir. Sebagian kecil mereka beriman tapi sebagian besar lainnya tetap saja kafir.
OID Pengukuhon Pin/. Dr. H. M AbOul somod, MM.
Juli 2012
Kedua, aksi Nabi Musa As
Nabi Musa pun melakukan hal yangsama sepertiyangdilakukan
Nabi Ibrahim As. Sumber kekafiran, kemusyrikan dan kedzaliman saat itu adalah Fir'aun dan kroni-kroninya. Nabi Musa dalam melaksanakan misi kenabiannya
harus
berurusan dengan
kekuatan
kafir dan
penindas. la bertugas mengajak Bani Isratl untuk menvembah Allah Yang Esa, juga membebaskan manusia dari perbudakan. Fir'aun
adalah pemimpin kafir dan tiran yang ditopang oleh kekuatan besar: Qarun sang konglomerat korup, Haman sang ilmuwan/teknokrat konseptor pemerintahan tiran dan ekonomi korup, dan Bai'am sang Ulama pembelai rakyat yang pro penguasa tiran. Dalam menjalankan misinya, Musa harus berhadapan dengan
kekuatan-kekuatan itu. Karenaberatnyatugasyang harusdiembannya,
maka ia meminta kepada Tuhannya untuk menjadikan Harun, saudaranya, sebagai Nabi yang dapat meringankan tugasnya. Dengan berbekal keimanan, kesabaran, dan perjuangan hebat, akhimya Nabi Musa dapat mengalahkan kekuatan kafir dan lalim itu. Ketiga, aksi Nabi Muhammad Saw
Peristiwa serupa terjadi pula di zaman Nabi terakhir Muhammad
Saw. Ka'bah saat itu menjadi sumber kemusyrikan bangsa Arab. Tidak kurang dari 360 buah patung berdiri kokoh di atas Ka'bah.
Tatkala menguasai Makkah, Rasulullah Saw segera memerintahkan
pengikutnyauntukmenghanoirkanseluruhpatungyangadadiKa'bah.
Dan orang yang mendapat kehormatan untuk menghancurkan 360
buah patung-patung itu adalah saudara sepupu sekaligus mantunya sendiri, Imam AN bin Abu Thalib k.w.
Nabi terakhir, Muhammad, dalam menjalankan kedua misi
kenabiannya berhadapan pula dengan kekuatan-kekuatan kafir dan lalim. Haikal (2002) dan al-Husaini (2000) mengungkapkan, selama periode Makkah, Nabi dan umat Islam mendapat perlakuan kejam
dari kafir Quraisy. Nabi dilempari dengan kotoran dan dalaman perut binatang, dijebak terperosok ke dalam lubang yang sudah Pntolo PeiWAiuhan Gura Stsor LWrnjio! PtWrdrfro/i Indonesi
kill 2012
dipersiapkan, diteror, diusir, dan berbagai upaya pembunuhan. Embargo ekonomi pun diberlakukan bukan hanya kepada Nabi dan
kaum muslimin, bahkan juga kepada Bani Hasyim dan Bani Muthallib (kerabat dekat Nabi). Selama 3 tahun Nabi dan kaum muslimin diembargo di lembah Abu Thalib sehingga banyak di antara pengikut awal Islam yang syahid. Siti Khadijah, istri Nabi yang sangat kaya, ikut menderita juga. Istri yang agung ini pun kemudian syahid beberapa saat setelah berhentinya embargo. Sebagian kaum muslimin awal
ini pun terpaksa mengungsi - berhtjrah - di Habasah (Ethiopia) menyeberangi Laut Merah, sebuah negeri Kristen di Aprika yang Rajanya dikenal adil. Walau mendapat hasutan dari kafir Quraisy, tapi Raja Habasah tidak terpropokasi oleh mereka.
Kepada Abu Thalib - yang memelihara dan meiindungi Nabi, kafir Quraisy meminta bantuannya agar paman Nabi itu merayu menghentikan da'wah Nabi dengan imbalan Nabi diberikan kekayaan
yang melimpah, seluruh wanita cantik dan pilihan akan dihadiahkan
kepada Nabi, bahkan ditawari menjadi Raja Arab. Abu Thalib menyampaikan pesan kafir Quraisy kepada Nabi. Tapi Nabi malah menjawabnya: Jangankan itu semua, paman! Sekiranya matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan
menghentikan da'wah dan berjuang hingga tegaknya agama Allah atau aku mati karenanya. Saking frustasinya, akhirnya kafir Quraisy meminta Abu Thalib menyerahkan Nabi. Sebagai gantinya paman
Nabi itu diberi seorang pemuda ganteng dan berpenampilan menarik. Dengan cara ini mereka mengira Abu Thalib akan menerimanya, karena akan tertarik dengan penampilan pemuda itu. Tapi tindakan kafirQuraisyitu malah membuatberangAbuThalib. "Jadi, kata paman
Nabi itu, kau minta aku menyerahkan anakku untuk kau bunuh dan kau serahkan anakmu untuk aku beri makan? Enyahlah kalian dari sisiku," bentakAbu Thalib! (Padahal Abu Thalib hingga akhir hayatnya tidak pernahberiman).
Sepeninggal Abu Thalib, kafir Quraisy semakin giat menteror
dan berusaha membunuh Nabi, sehingga Nabi pernah mengungsi ke Potato Pengukihon Pmf Dr. H M ADdul Somad, M.Pd.
Juli 2012
Thaif (sekitar 40 km dari Makkah), yang malah mendapat perlakuan kasar juga fkarena dtpropokasi kafir Quraisy). Nabi pun akhirnya mengajak kaum muslimin meninggalkan Makkah dan berhijrah ke Madinah.
Setelah Nabi - yang menurut ukuran manusia - berhasil membina keimanan, kesabaran, dan jiwa juang pengikutnya, dan
berhasil pula menjadikan Madinah sebagai Islamic Centre, gempuran dari pihak kafir dan lalim berlangsung tiada henti-hentinya. Puluhan kali Nabi dan umat Islam harus berjuang menghadapi perang yang dipaksakan oleh musuh-musuh Islam. Perang Badardan Perang Uhud (dengan kafir Quraisy), Perang Khandaq (dengan sekutu kafir QurarsyYahudi), Perang Khaibar (dengan Yahudi Khaibar), dan Perang Mu'tah (dengan kekaisaran Rumawi} merupakan contoh dari peperangan yangdipaksanakan terhadap Nabi dan kaum muslimin. Tidak berhenti di situ, setelah Nabi menampakkan keberhasilannya memegang kendali umat, muncullah barisan kaum munafik sebagai musuh yang lebih berat - karena mereka berada di dalam barisan Islam dan rnenampakkan diri sebagai pejuang-pejuang Islam, tapi di belakang
justru menikam Nabi dan merusak ajaran Islam. Lebih berbahaya lagi jika orang-orang munafiq yang tidak diketahui kemunafikannya oleti kebanyakan manusia adalah tokoh popular sehingga dipandang oleh kebanyakan kaum muslimin sebagai pejuang sejati Islam. 4.
Jihad Akbar
Iman bukanlah sekedar sebuah keyakinan hampa, melainkan
sebuah keyakinan yang harus diwujudkan secara nyata melaluiy/riod akbar, yakni jihad atau berjuang untuk menundukkan nafsunya sendiri hingga patuh dan tunduk dikendalikan oleh fithrah-nya yang murni (Affandi, 2002).
Jihad akbar sangatlah berat, tapi harus dilakukan. Oleh karena itu mengapa ketika manusia menerima "amanat" yang Allah tawarkan
kepada langit, bumi, dan gunung-gunung (tidakAllahtawarkan kepada manusia), Allah sama sekali tidak memujinya, malah memvonisNya
dengan dzaluuman jahuula <=zalim dan bodoh), sebagaimana Pidoto Pengukufian Guiu Besar (ftuvetsitoi Ptndidikan Indorrts-a
JuN 2012
firmanNya dalam 0$. 33/AI-Ahzab ayat 72:
Sesungguhnya Kami teloh mengemukakan amanah kepada langit, bumi dan gunung-gunung, mako semuanya enggon untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianotinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzatim dan amat bodoh,
Kapan manusia menerima amanat itu? Menurut Guru Mursyid
sufisme Syaththariah, adalah ketika manusia masih di alam Dzar (jauh sebelum manusia ditempatkan di muka bumi). Pada saat itu memang
manusia masih berupa fithrah, masih suci-murni, belum terkotori oleh nafsu dan syahwat, dan belum memperoleh pengaruh iblis dan syetan
yang sesat dan menyesatkan. Saat itu fithrah manusia "menyaksikan" Tuhan dan dan selalu mengingat-ingatNya. Hal ini diungkapkan dalam Qs. 7/Al-A'raf: 172:
bj
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari suibi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap
jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orangorang yang lengah terhadap (kesaksian) ini"
Rupanya pada waktu itu (di alam Dzar) manusia tidak tahu kalau untuk kembali kepada TUHAN hingga sampai dengan selamat terlebih Pldalo Peaguiuban Prof Dr ». M "Mill Somort H M
Juli 2012
dahulu harus menjalani "ujian dan cobaan" berupa SUSAH dan SENANG. Manusia saat itu tidak tahu kalau fithrah-nya {jatidirinya) akan dibungkus nafsu (jiwa-raga) yang berwatak seperti hewan dan iblis dengan tentaranya nafsu lawwamah dan nafsu amarah. Karena itulah mereka semua (manusia ketika di alam Dzarjserempak menjawab: "Balaa, syahidnaa" ="Betul, kami bersaksi (Engkau adalah Tuhan kami)". (Affandi, 2002). Seharusnya ketika hidup di
dunia pun manusia harus "menyaksi-kan" Allah (harus ber-syahadat) dan harus selalu mengingat-ingat Allah (Qs. 7/ Al-A>af ayat 285 dan
Qs. 3/Ali Imran ayat 190-191). Tapi karena terhalang oleh nafsunya (terhalang oleh jiwa-raganya}, manusia yang telah dibungkus dengan nafsu itu menjadi lupa dengan Tuhannya. Padahal manusia hidup berdunia ini agar LULUS dari ujian yang Allah berikan berupa SUSAH atau SENANG:
Tiap-tiap (manusia) yang berjiwa-raga (pasti) akan merasakan mati
(apa matinya selamat atau sesat). Kami akan menguji kamu dengan "keburukan" dan "kebaikan" sebagai cobaan {yang sebenarbenarnya). Dan banya kepada Kami-lah kamu dikembalikan (karena itulah seharusnya kamu bisa lulus dari ujian itu). {Qs. 21/AI-Anbiya ayat 35)
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikaniah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (Qs. 2/AI-Baqarah: 155)
P'utotQ Ptfiqukuhan GuiU Bfior UniveiSltOi Penttidikm\ lr\flonei
Juli 2012
(Orang-orang yang sabar yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan, "Innaa tillaahi wa innaa Haihi raaji'uun" (musibah ini-apa yang susah atau senang - adalah ujian
dari Allah. Karena saya ingin kembali dengan selamat kepada Allah, maka saya dapat menerima musibah ini). Mereka itulah orang-orang yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka ituloh orang-orang yang mendapat petunjuk. (Qs. 2/AI-Baqarah: 156-157)
Apa saja yang disenangi oleh manusia, adalah segala hal yang disenangi oleh nafsu dan syahwat, sebagaimana h'rmanNya dalam Qs. 3/Ali Imran ayat 14:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang dlingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang
ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Atlah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Setelah lahir ke dunia rupanya manusia melupakan "janji"nya dengatiTuhannya,melufiakanke-"saksi"-annya"terhadapkeberadaan
Tuhan. Manusia malah lebih memperturutkan hawa nafsu dan
syahwat. Ketika diuji dengan SUSAH, manusia malah berkeluh kesah, putus asa, dan banyak berdo'a (agar segera dihilangkan
kesusahannya); tetapi ketika diuji dengan SENANG, manusia malah sombong, berpaling, dan kikir, sebagaimana firmanNya: Wrfnlo Penguliuhan Ptoj- Or- H M. Alxlul Somod, Mfi)
Jllll 2012
Don apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia: dan membelakangi dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa. (Qs. 17/AI-lsra ayat 83}.
apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia berpaling dan menjauhkan diri; tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak berdoa. (Qs. 41/Fushshilat: 51)
Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir, (Qs. 70/AI-Ma"arij: 20-21} Jihad Akbar mutlak harus dilakukan jika kita ingin kembali kepada Allah dengan selamat (mati secara khusnul khotimah). Mengapa hams dilakukan, karena hanya orang yang sudah mencapai tangga-nafsu muthmainnah yang dipanggil oleh Allah ke surga-Nya, sebagaimana firmanNya: ;-; a;. ,j,'a\\
Wo/70/ rto/su muthmainnah (jiwa yang tenang). Kembalilah kepada Tuhonmu dengan nafsu rodhiyah (hati yang puas) tagi nafsu mardhiyah (hati yang diridhoi-Nyaj. Maka masuklah ke dalam Jama'ah Hamba-hamba-Ku (nafsu kamilah), dan masuklah ke dalam surga-Ku. PrdaTo Pengukubon Gum Besor Un'versitas Pendtdtkon Irutoneu
iuli 2012
Dalam llmu Tasawuf, nafsu muthmainnah merupakan tangga
nafsu ke-4. Al-Ghazali (1333 H) mengemukakan adanya 7-tangga
nafsu untuk kembali kepada Allah, yakni: amarah, lowwamah, mulhimah, muthmainnah, rodhiyah, mardhiyah, dan pundaknya nafsu kamilah (insan kamii). Nafsu muthmainnah memiliki ciri-ciri
berikut: bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, senang bersedekah,
senang bersyukur kepada Allah; tawakkal, ridho kepada hukum dan ketentuan Allah, dan takut kepada Allah. Sementara semua karakter
negatif sudah hilang dari dalam dirinya, yakni: takabur (sombong), ujub (bangga dirl), riya (derajatnya ingin diakuiorang), sum'ah {senang
jika kehebatan dirinya disebut-sebut orang), menuruti syahwat, serakah, jor-joran, hura-hura, hobi bersenang-senang, pembenci, mudah marah, gampang tersinggung, iri-dengki, senang mencari-cari
kesalahan orang lain, menganiaya, dan dusta, semuanya sudah hilang dari dalam dirinya.
Untuk menghilangkan
karakter-karakter
yang
buruk dan
meningkatkan nafsu dari yang lebih rendah kepada nafsu yang
lebih tinggi, llmu Tasawuf menyodorkan metode riyadhoh (berlatih)
secara terus-menerus. Maksudnya: berlatih menghilangkan karakterkarakter negatif, berlatih bersungguh-sungguh dalam beribadah, berlatih senang bersedekah, dan seterusnya.
Term kdfir (orang-orang kafir) disebut daiam Al-Quran sebanyak 439 kali. Sementara term mun^qdiungkapdalam Al-Quran sebanyak 55 kali. Hal ini mengisyaratkan bahwa kita harus berhati-hati jangan
sampai terjebak melakukan perbuatan-perbuatan kafir dan munafiq.
Perlu diingat, term kdfir dan term mundfiq dalam Al-Quran
ternyata bukan hanya ditujukan kepada orang yang beragama selain Islam. Term ini lebih menunjuk kepada tipe manusia yang menolak ajaran "Islam yang benar", menolak Islam kaffah, sebagai kebalikan dari tipe manusia mu'min. Perhatikan ayat-ayat berikut:
PidaK fVnguJrufiu,! Pro/ 0' H. M. "trfui iomorf, U.fd.
Joli 2012
pora Rust}/ datang kepada mereka dari depon dan beiakang
mereko (dengon menyerukan): "Janganlah kamu menyembah seloin
Allah"! Mereka menjawab: "Kalau Tuhan komi menghendaki tentu Dia akan menurunkan malaikat-malaikat-Nya. Maka sesungguhnya kami kafir kepada wahyu yang kamu diutus membawanya". (Qs. 41/Fushshilat: 14)
Sesungguhnya orang-orang kdfir, sama saja bagi mereka, kamu beri
peringatan atau tidak kamu beriperingatan, mereka tidakjuga akan
beriman. Allah telah menaunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. dan bagi mereka siksa yang amat berat. (Qs. 2/AI-Baqarah: 6-7)
0/ ontaro monusia ada yang mengatakan: "Komi beriman kepada
Allah don Hari Akhir," padahal mereko itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orong-orang
yang
beriman,
padahal
mereka
hanya
menipu
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. (Qs. 2/AI-Baqarah: 8-9)
ftVoto Ptr.gukuhon Gu/u Bestir Vniversltai Pendidikon ind
Juli 2012
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih disebobkan mereka toerdusta. (Qs. 2/AI-Baqarah: 10)
Qs. 2/AI-Baqoroh ayat 7 dan 10 di atas menegaskan, bahwa seseorang menjadi kafir atau munafiq karena dalam hatinya punya
"penyakit". Celakanya, Allah sama sekali "tidak" menyembuhkan
penyakit yang diidap oleh orang yang kafir dan munafiq itu. Allah malah "menambahkan" penyakitnya. Hal inilah yang hams kita antisipasi, jangan sampai kita sekecil apa pun melakukan perbuatanperbuatan yang kafir atau munafiq. Jika kita sudah kepalangtanggung
melakukan-nya, maka segeralah sadari perbuatan itu, lalu bertaubat kepada Allah dengan taubatan nashuha.
Penyakit hati yang ada pada mereka adalah menuruti nafsu dan syahwat, mengikuti watak 'aku'nya yang takabur, ujub, riya, dan sum'ah. Padahal seharusnya menundukkan nafsunya (melalui jihad akbar) dan mentaati Allah dan RasulNya. B.
KESIMPULAN
Perundang-undangan pendididikan sudah bagus, sarat dengan
agama dan moralitas. Tapi prakteknya belum sebaik perundangundangan. Sementara UPI sudah bertekad menegaskan jatidirinya sebagai
Universitas
Pelopor dan
Unggul.
Sebagai satu-satunya
universitas pendidikan terbesar di Indonesia, kiranya UPI perlu lebih memperkokoh jatidirinya sebagai Universitas Pelopor dan Unggul Berbasis Keimanan. Implikasinya:
1.
Se kola h-se kola h dan Universitas-universitas di Indonesia seharusnya menyediakan porsi yang khusus dan memadai
untuk pendidikan agama, karena hanya dengan pendidikan agama persoalan keimanan dapat dikupas secara tuntas. Porsi pendidikan agama dalam kurikulum nasional Indonesia saat ini CWott Penguhihaii P:of. Dr. H M. Abdul $omad,M.M
Juli 2012
hanya 25% dari total kurikulum agama daiam persekolahan di Pakistan. Maiah di Iran separoh kurikulum pendidikan dasarnya adalah agama.
2.
Perspektif Al-Quran (Qs. 34/5aba': 51-54) setiap orang merasa beriman,
teriebih-lebih
lagi
bagi
orang
yang
merasa
taat
beragama. Mereka baru sadar saat kematian -yang hanya 1 kali terjadi - menjemputnya. Pada saat itulah dirinya sadar babwa ia tidak beriman. Selama hidup di dunia ia tidak pernah beriman
secara benar. Oleh karena itu persoalan keimanan harus dikupas secara tuntas dan benar. Pendidikan tentunya punya peran yang strategis untuk menyuguhkan konsep keimanan secara benar. Kontra iman {yakni: kafir, munafiq,fasiq, dan musyrik} seharusnya
dikupas juga secara tuntas, karena seringkali dalam diri orang yang merasa beriman masih menyimpan karakter-karakter kafir, munafiq, fasiq dan musyrik.
3.
Al-Quran merupakan Kitab yang sangat tebal, berisi lebih dari 6.000 ayat. Isinya sebenarnyan lebih banyak mengupas persoalan
keimanan serta virus-virus yang merusak keimanan. Implikasinya, pendidikan keimanan harus dilakukan secara terus-menerus.
4.
Tugas pembinaan keimanan di sekolah dan universitas memang menjadi tanggung jawab guru dan dosen agama. Tapi karena
keterbatasan porsi pendidikan agama dalam kurikulum nasional, maka seyogianya seluruh guru dan dosen turut serta membina
keimanan bagi para siswa dan mahasiswa. Ada baiknya masingmasing guru
dan
memperoleh
bekal yang
dosen
(di
luar guru
memadai
dan
tentang
dosen agama)
keimanan
dan
pendidikan keimanan. Oleh karena guru dan dosen seyogianya mempunyai komitmen yang sama untuk membina keimanan
dengan cara mengintegrasikan disiplin ilmu dengan keimanan. 5.
UPI sebagai Universitas Pelopor dan Unggul - terutama di bidang Ilmu pendidikan dan Pendidikan Disiplin Ilmu, ada baiknya juga menjadi Universitas Pelopor dan Unggul di bidang Ilmu Pendidikan ftdflto Pengukuhan Guru Betor Urvvefiilas PendxJikafl I
Julr 2012
Agama Islam dan Pendidikan Disiplin llmu berbasis keimanan yang kokoh.
Mudah-mudahan universitas kita bukan hanya besar menurut ukuran-ukuran duniawi, tapi besarjuga menurut ukuran llahi. Mudahmudahan segala usaha kita di bidang garapan pendidikan ini diniati
lillab dengan ikhlash seikhlash-ikhlashnya, dalam rangka mencapai ridho Allah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan dunia-akhirat. Mudah-mudahan ikhtiar kita di bidang pendidikan dapat sejalan
dengan misi Nabi, yang mengokohkan keimanan dan menegakkan keadilan di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Amin ya Allah yo Robbol 'alamin. C.
PENUTUP
Hadirin yangsaya muliakan,
Pada kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang
telah membimbing, memfasilitasi, dan memotivasi saya sehingga dapat mencapai jabatan Guru Besar ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setuus-tulusnya
disampaikan kepada Ketua dan Anggota MWA UPI, Bapak Rektor beserta
para Pembantu Rektor UPI, Ketua dan Anggota Senat
Akademik UPI, Ketua dan para Anggota Dewan Guru Besar UPI, Dekan Fakultas Pendidikan llmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Jurusan Mata
Kuliah Dasar Umum/MKDU FPIPS UPI yang telah memproses dan menyetujui pengusulan saya untuk menjabat Guru Besar. Selanjutnya,
rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus disampaikan kepada
para dosen Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum/MKDU FPIPS dan Sekolah Pascasarjana UPI yang selalu memberikan kesempatan
kepada saya untuk berdiskusi dan saling berbagi pengalaman dalam pengembangan akademik maupun kehidupan lainnya. Ucapan terima kasih ini saya sampaikan kepada terhormat
Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak Direktur Jenderal Pidato Pengakuhan Prof. Dr. H. M. Abdul Somod, M.Ptl.
Juli 2012
Pendidikan Tinggi dan
para
anggota Tim
Penilai Angka
Kredit
Ditjen Dikti Kementerian Pendidikan dart Kebudayan yang telah mempertimbangkan dan rnenetapkan saya sebagai Guru Besarbidang Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahua SosialUPI.
Perkenankan pula saya sampaikan ucapan terima kasih yang
tak terhingga kepada segenap orang yang telah berjasa mendidik dan membesarkan saya. Kepada kedua orang tua, terutama kepada
Almarhum ayahanda Sajum yangtidaksempat menyaksikan peristiwa inikarena telah menghadapAllahSwtyangdenganikhlasmemberikan didikan, do'a dan cuarahan kasih sayangnya kepada saya, semoga ama! kebaikannya mengalirselamanya.
Rasa hormat dan penghargaan yang sama saya sampaikan kepada ayah dan ibu mertua yang sebabtiasa memberikan perhatfan dan pengertian, kerabat dan sanak saudara yang telah member dukungsn moril maupun materil, semoga Allah Swt memberikan Maghfiroh, rahmat dan keselamatan dunia akhirat.
Kepada guru-guru di SD Negeri Pancasura, SMP NegeriSingajaya, serta MAN Garut, dosen-dosen di Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum/
MKDU FPIPS UPI yang telah mendidik saya dengan ikhlas dan memotivasi saya untuk mencintai ilmu dan mengajarkan saya untuk
berakhlakul karimah terhadap allah Swt, sesama manusia dan alam semesta. Semoga amal baiknya mengalir menjadi amal sholeh bagi mereka masing-masing.
Ucapan
terima
kasih dan
penghargaan
yang
tulus saya
sampaikan kepada para pimpinan UPI, FPIPS, dan SPs UPI yang telah
membimbingdan menunjukkan jalan yangsebainya ditempuh dalam
hidup ini, serta para mahasiswa dan kolega yang telah bekerjasama dalam mengembangkan pendidikan. Semoga Allah Swt memberikan rahmat dan keselamatan yang berlipat ganda atas segalah keikhlasan,
dorongan, bimbingan, dan kerjasama selama ini dan senantiasa menganugerahkan kemuliaan dan limpahan rahmat-Nya kepada tod/Ho Penqukuhan Guru Besar Ufuw-rstttn Ptndiatkan Indonesia
Juli 2012
semua yang telah mengabdikan diri untuk perbaikan kualitas penclidikan di negeri kita tercinta ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih yang tulus saya sampaikan kepada isteriku tercinta Hj. Ariyani dan anak-anaku terkasih, Maris, Bunga, Geni dan Intan yang dengan penuh kesabaran, pengertian, dan selalu berdo'a tiada hentinya hingga saya mendapat kekuatan untuk menjalankan tugas dan amanah di dunia ini.
Demikian ungkapan rasa syukur dan terima kasih atas segala anugerah, kepercayaan, dan amanah yang telah diberikan kepada saya melalui kehormatan jabatan Guru Besar ini. Semoga Allah Swt melimpahkan ilmu, kekuatan, dan keselamatan. Mohon maaf atas segala kekurangan, kelemahan, keterbatasan dalam pidato pengukuhan saya ini. Terima kasih atas segala perhatiannya.
Wassalaamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
engu'Hiton Prof Or H. M. Atxtut Somad, M.Pd-
Juli 2012
Pidoto Penguttuhari Gum Betai Univtrsifas Pendldikon l
Juli 2012
DAFTAR PUSTAKA Al-Quran dan Terjemabnya, Departemen Agama Rl {dalam Al-Quran Digital).
Affandi, KH Muhammad Munawwar (2002), Risolah llmuSyathtbariah: Jalan Menuju Tuhan, Bandung: Pustaka Pondok Sufi. Asian Centre of Educational Innovation for Development (1977), The National Bureau of Curriculum and Textbooks of Pakistan, Bangkok: UNESCO Regional Office for Education in Asia.
Bureau of Research on International Educational Sistems (1984), Educational Sistem of The Islamic Republic of Iran, TT: Ministry of Education.
Daud, Wan Mohd Nor Wan (2003), Filsafat don Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib Al-Attas, Bandung: Mizan.
al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad (1333 H), Ihyo UlOmiddm, Jilid III, Kairo: Mustafa Babul Halabi.
(1989), thya* Al-Ghazali, Jilid 7, Terjemahan Prof. Tk. H. Ismail Yakub, SH, MA, Jakarta Selatan: CV Faizan.
Goleman,
Daniel
(2001).
Emotional
Intelligence:
Kecerdasan
Emosionol, Jakarta: Gramedia.
Hafidhuddin, Didin (2004), "Membangun Sistem Pendidikan Yang Utuh", Orasi llmiah disampaikan pada Acara Wisuda Sarjana dan Diploma ST1E Binaniaga Bogor, Kamis 4 Jumadil Akhir 1425 H/22 Juli 2004.
Haikal, Muhammad Husain (1992), Sejarah Hidup Muhammad,
Terjemahan AN Audah, Jakarta: Litera AntarNusa, Cetakan ke14.
al-Husaini, H.M.H. al-Hamid (1990), Sirat al-Mushthafa: Riwayat Hidup Nabi Besar Muhammad Saw, Jakarta: Waqfiyah alHamid al-Husaini Press.
Muthahhari, Murtadha (2000), Kenabion Terakhir, Terjemahan, Jakarta: Lentera. Pdato ftngutruhon Pro/ Or. K M. todjt Somo* M M. Juli 2012
(1984), Manusia dan Agama, Terjemahan, Bandung: Mizan, Cetakan Pertama.
Nadwi, Abul Hasan Ali (1993), Pergulatan fman dan Materialisme: Hikmah Surat Al-Kahfi, terjemahan, Bandung: Mizan, Cetakan Keempat.
an-Nahlawi,
Abdurrahman
(1989),
Prinsip-prinsip
dan
Metoda
Pendidikan Islam, terjemahan Herry Noer Ali, Bandung: CV Diponegoro.
Portofolio Program Pendidikan Umum Sekolah Pascasarjana UPI, Tahun 2001.
Praja, Juhaya S. (1990), ,,TQN Pondok Pesantren Suryalaya dan
Perkembangan-nya Pada Masa Abah Anom (1950-1990)",
dalam
Nasution,
Editor
(1990),
Thoriqot
Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah: Sejarah, Asal-Usul, dan Perkembangonnya, Tasikmalaya: IAILM.
al-Qosimi,
Muhammad
JamaluddTn
(1986),
Bimbingan
untuk
Mencapai Tingkat Mu'min, Ringkasan Ihyo Vtumiddtn AlGhazali, terjemahan, Bandung: CV Diponegoro.
CUiasem, M. Abul (1988), Etika Al-Ghazaii: Etika Majemuk di Dalam Islam, Bandung: Pustaka.
Rahmat,
Munawar
(2010),
Pendidikan Insan
Dari
Disertasi Munawar
Rahmat:
Kamil Perspektif Sufisme Syathtbariah,
Bandung: YBHI Press.
(2010a), "Martabat asy-Syathth3r: Pendidikan Insan Kamil di
Pondok Modern Sumber Daya at-Taqwa Tanjunganom Nganjuk Jawa Timur", dalam Jurnal Alqalam Vol. 27, No. 1 (Januari -
April} 2010 - ISSN 1410-3222, Serang: Lembaga Penelitian IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
(2009), Menyamakan Persepsi Tentang Islam, Bandung: Value Press.
Soelaiman, Ml (1988), Telaah Manusia, Reiigi dan Pendidikan, Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud. Pitfolo Pengu*uAm> G4™ Besoi- [taiveisrlos Pwitfiiiton I
Juli 2012
Soemantri, Muhammad Numan (2001), Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung: Rosdakarya,
Suriasumantri, Jujun S. (1982), tlmu dolam Perspektif, Jakarta: Gramedia.
Tilaar, H.A.R (1999),
Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat
Madani Indonesia, Bandung: PTRemaja Rosdakarya.
Tim Dosen PAI UP! (2001,2004), "Laporan Evaluasi Kemampuan Siswa dan Mahasiswa dalam Membaca Al-Quran", Bandung: Jurusan MKDUFPIPSUPI.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang No. 14 Tahun 2006 tentang Guru dan Dosen. Zohar, Danah dan Marshall, Ian (2000), SO Spiritual Intelligence, terjemahan, Bandung: Mizan.
Pfflnlo Pengukuton Ptof Dr. H. M. Abdul Sana* M ft).
Juli 2012
Pidata Peigukufmn Guru 6«or Unnenitas Pendidikap Indonesia
Juli 2012
RIWAYAT HIDUP Nama
Prof. Dr. H. M. Abdul Somad, M.Pd.
Tempat,Tanggal Lahir
Garut, 24 Juni 1959
NIP
195906241986011001
Pekerjaan
Dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPl} Bandung
Pangkat/Jab./Gol.
Pembina Utama Muda/ IVC
Alamat Kantor
Jin. Dr. Setiabudhi no.229 Bandung Tip. 022-2013163 pes. 2508
Alamat Rumah
Jin. Terusan Dewi Asri No. 6 Kampus UPl Tip. 022-2000594 Bandung. Hp.081313302249
A.
B.
Riwayat Pendidikan: 1.
S3 UPl
2.
S2UPI
3.
SI UPl
4.
SLTA (MAN Garut)
5.
SLTP (SMPN Singajaya Garut)
6.
SD (SDN Pancasura Singajaya Garut).
Pengalaman Kerja:
1.
Direktur UPl Kampus Daerah Serang 2011-2015
2.
Dosen UPl 1986-sekarang
3.
Ketua STKINDO 2001- 2010
4.
Dosen LB ST-INTEN 1996-2004
5.
Dosen LBSTT Bandung 2001-2002
6.
Dosen LB STKIP Subang 1999-2004
7.
Direktur STIPP Tasikmalaya 1986-1992
8. Sekretaris Student Support Service and Carrier Development UPl 2000-2004 Pjdate Pfnjuii/fmn Prof Dr H. M.AbM5omoa.M M
Juii 2012
9.
Ketua LPM STKIP Subang 1999-2003
10. Ketua dan sekretaris dalam beberapa kegiatan
baik tingkat
regional maupun nasional
11. Anggota SPM (Satuan Penjaminan Mutu) UPI Bandung. C.
Pengalaman Organisasi Diantaranya: 1.
Ketua Bidang Pendidikan GIB propinsi Jawa Barat 2003sekarang
2.
Wakil Ketua Bidang Pendidikan, Penelitian dan Penembangan
3.
Sekretaris
GEMASPEGAPusat
Himpunan
Penyelenggara
Pendidikan
Tinggi
Kesehatan wilayah Jabar-Banten 2003-2005 4.
Ketua KMPAPBS IKIP Bandung, 1990-2001
5.
Ketua bidang pendidikan pada HIMBA IKIP Bandung
6.
Sekretaris Himpunan Mahasiswa PPS-UPI 2001-2003
7.
Sekretaris bidang pendidikan HMI cabang Bandung 1982
8.
Ketua HMI Korkom UPI 1982-1984
9.
Sekretaris KKN IKIP Bandung tahun 1990
10. Pengurus Wirakarya Propinsi Jawa Barat 2009-2014. D.
Karya Tulis llmiah Diantaranya:
1.
Buku Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi
2.
Buku Pendidikan Agama Islam untuk SMA/SMK
3.
Buku Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi
4.
Buku Seminar Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan
untuk Perguruan Tinggi Tinggi 5.
6.
Buku Pendidikan Agama Islam, Visi, Misi dan Aplikasi Peran 3 SCPD dalam Meningkatkan Prestasi Akademik Mahasiswa (makalah)
Peran Etika dan Akhlak Islam dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara (makalah)
Menggagas Pendidikan Berwawasan Kebangsaan Menuju Masyarakat Global (buletin khusus GIB)
Pidato Penqukuhan Guru Besof Unwetsrias Pendrdikatt I
Juli 2012
9. Pendidikan Nilai sebagai Basic Pembinaan Generasi Muda Menuju Masyarakat Global (buletfn khususGIB)
10. Agama, Psikologi Dalam Gaya Kepemimpinan Pendidikan (makalah)
11. Kebangkitan Nasional Dalam Perspektif Islam (makalah) 12. Studi Realitas dan Ekspektasi Terhadap Rasio Dosen PAl Mahasiswa PTU, Kompetensi Dosen PAl, dan Kelembagaan PAl pada PTU di Jawa Barat (penelitian)
13. Guru Pejuang Bangsa: Antara Idealisme, Profesionalisme dan Kebutuhan Perut (makalah)
14. Gerakan Indonesia Bersatu (makalah)
15. Strategi Pembinaan Kepribadian Siswa Melalui Pendidikan Nilai (makalah)
dan beberapa makalah lain di samping
skripsi, tesis dan disertasi yang sedang diselesaikan. Pengalaman Penelitian Diantaranya :
1. Orientasi Mahasiswa PTN Dan Pts Masuk Perguruan Tinggi Di Jawa Barat
2. Dampak Pendidikan Agama Islam Terhadap Kehidupan Beragama Di Kampus IKIP Bandung Dan Sekitarnya
3. Peningkatan Perilaku Hidup Sehat Pada Masyarakat Kumuh Melalui Action Research Di Kota Bandung
4. Peningkatan Perilaku Hidup Sejahtera Melalui Bimbingan Karir Pada Masyarakat Miskin Melalui Action Research Di Kota Bandung Dan Sukabumi
5. Dampak Alih Fungsi SPG Ke SMA Terhadap Perkembangan Pendidikan Di Jawa Barat
6. Studi Evaluatif Dan Pengembangan Program Kehidupan 7
8
Beraga Siswa SUP Di Wilayah Bandung Utara
Strategi Penanaman Nilai Iman Dan Takwa Bagi Dosen Dan Implikasinya Terhadap Pembinaan Akhlak Mulia Mahasiswa (Studi Kasus Pada STKINDO Wirautama Kabupaten Bandung}
Sikap Terhadap Pergaulan Bebas remaja Ditelaah Dari en <"°t a' "■ M.AbduUomad, M.Pd. Jtili 2012
Tingkat Pemahaman Keagamaannya (Studi Deskriptif Analisis Terhadap Mahasiswa Yang Kos Di Sekitar Kampus UPI) 9.
Strategi Penanaman Nilai Iman Dan Takwa Bagi Guru Dan Implikasinya Terhadap Pembinaan Akhlak Mulia Siswa (Studi Kasus Pada SLTPN di Kecamatan Sukasari Kota Bandung).
Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat:
1.
Pelatihan
Kepemimpinan
bagi
Generasi
Muda
di
Kota
Bandung
2.
Pelatihan Kepemimpinan bagi Generasi Muda di Kabupaten Garut, Sumedang dan Sukabumi
3.
Penyuluhan
dan
Pelatihan
Manajemen
Masjid
dan
ZIS
Beberapa Daerah di Jawa Barat (kota Bandung, Kabupaten Serang, Ciamis, Garut dll.)
4.
Peningkatan Perilaku Hidup Sehat pada Masyarakat Kumuh melalui Action Research di Kota Bandung
5.
Peningkatan Perilaku Hidup Sejahtera melalui Bimbingan
Kakir pada Masyarakat Miskin melaui Action Research di Kota Bandung dan Sukabumi
6.
Pelatihan Membuat Karya llmiah bagi Guru-guru SD dan SLTP di beberapa Daerah dt Jawa Barat
7.
Penyuluhan dan Pelatihan Soal yang Bermutu bagi Guru-guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Garut
8.
Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Pendidikan bagi Para dan Wakil Kepala Sekolah Muhammadtyyah di Jawa Barat
9.
Pelatihan Menyusun Kurikulum Berbasis Kompetensi bagi Ketua dan Sekretaris Program Studi pada Pendidikan Tinggi Kesehatan Jawa Barat
10. Pelatihan Manajemen Pengelolaan PucukTea Bagi Ibu Rumah Tangga/Kader Pkk Dalam Upaya Meningkatkan Pendapatan Keluarga Di Desa Pancasura Singajaya Kabupaten Garut 11. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Miskin Di Desa-Desa Sekitar Kaki Gunung Gede Kabupaten Sukabumi Melalui Pelatihan Home Industri Prdcto Pengukuhon Guru few UntvtHitos Pendttiikan Indanena
Juli 2012
12. Program KPP (Kursus Para Propesi) Dinas Pendidikan Kota Bandung: Pendrdikan dan pelatihan keterampilan Baby sitter 13. Latihan
Kepemimpinan
Pemuda
(LKP)
Melalui
Program
Pembinaan dan Peningkatan Partisipasi Pemuda Tk. Provinsi Jawa Barat
14. Dll.
Pengalaman Mengikuti Pelatihan, Seminar dam Lokakarya sebagai Penyaji maupun Peserta Diantaranya :
1.
High Edacation Seminar, di Bandung
2.
Seminardan Pelatihan Penelitian Karya llmiah, di Bandung
3.
Seminar
4.
Seminar
Nasional
tentang
Pengolahan
dan
Manajemen
Pendidikan Tinggi, di Bandung dan
Lokakarya
Nasional
Sekolah
Unggulan
Muhammadiyyah, di Surabaya 5.
Seminar Nasional tentang Antisipasi Akreditasi Intuisi dalam Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi, di Bandung
6.
Seminar Nasional Pendidikan dan Kesehatan Inovatif, Efisien dan Efektif, di Bandung
7.
Seminar
Nasional
Revisi
UUSPN
dalam
Memaknai
ProfesionalismeJabatan Pendidikan, di Bandung 8.
SeminarNasionalPembaharuanPendidikanllmuPengetahuan Sosial, di Bandung
9.
Seminar
Internasional,
Internationalization
of
Higher
Education:"Higher Education Reforms Towards The New Era og Global Competition", di Bandung
10. Seminar Internasional "Healthcare Education", di Jakarta
11. Seminar Nasional Mengantisipasi Diberlakukannya UndangUndangBadanHukum Pendidikanserta Implikasinyaterhadap Penyelenggaraan PTS, di Yogyakarta
12. Lokakarya
Nasional
Penyelenggaraan
Pendidikan
Tinggi
Keperawatan, di Yogyakarta
13. Seminar Nasional, "Peran Pendidikan Upaya Mencegah dan
Memberantas Praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme", di Bandung Pidato Ptngutmtion Prof Dr H. M.Abdul Somod.M.Pd-
Jyli2012
14. Penataran
Akreditasi
BAN-PT
bagi
Perguruan
Tinggi
di
Lingkungan Kopertis Wilayah IV, di Bandung 15. Penataran Metodologi Penelitian Bidang Eksata dan Noneksata bagi Dosen Perguruan Tinggi di Lingkungan Kopertis Wilayah IV 16. Seminar Nasional, "Manajemen Pendidikan dalam
Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan", di Bandung 17. Seminar Nasional "Pendidikan Nilai Dan Implikasinya Pada Pembinaan Kepribadian Siswa" di Serang Banten. Piagam Penghargaan :
1.
Presiden Rl Satyalancana Karya Satya X tahun
2.
Rektor UPI Bandung, Karya Bhakti, Sepuluh tahun lebih.
Pidato fanqu
Juli 2012