BAB 2 URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori Teori merupakan suatu orientasi, teori membatasi jumlah fakta yang perlu dipelajari. Setiap masalah dapat dikaji dengan berbagai cara yang berbeda. Teori mempedomani cara-cara mana yang dapat memberikan hasil terbaik. Teori akan memberikan sistem mana yang hendak dipakai peneliti untuk mengartikan data agar dapat dikelompokan dalam cara yang paling bermakna (Umar, 2002: 56). Kedudukan teori dalam penelitian kuantitatif amat penting, sesuai dengan sifat penelitian kuantitatif yang umumnya bersifat deduktif, yaitu berawal dari suatu teori yang kemudian teori tersebut diuji pada unit-unit analisis yang bersifat khusus yang kemudian diambil suatu kesimpulan (Kholil, 2006: 27). Pada penelitian ini, teori-teori yang diangap relevan untuk digunakan adalah komunikasi organisasi, Komunikasi Antar Pribadi, teori hubungan manusia dan teori Pengungkapan Diri. 2.1.1 Komunikasi Organisasi Istilah komunikasi yang dalam bahasa inggris communication berasal dari kata latin yaitu communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama disini maksudnya sama makna. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asasasas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap (dalam Uchjana, 1984: 11-12). Komunikasi Organisasi menurut Wayne adalah suatu pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Umar, 2002: 8-9).
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi organisasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan, ideide atau sikap dalam suatu organisasi, seperti institusi pemerintahan, swasta maupun pendidikan. Proses penyebaran atau penyampaian pesan, ide-ide atau sikap ini terjadi antara pimpinan, pegawai dan teman sejawat yang juga dapat menggunakan media informasi. Adapun pembagian atau pertukaran pesan-pesan tersebut melalui proses dua arah agar makna pesan yang disampaikan dapat dan diterima dengan baik, sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak pada peninjauannya yang terfokus kepada individu-individu yang terlibat dalam suatu organisasi. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor apa yang menjadi penghambat dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan (Suherman, 2012: 17). Arus komunikasi dalam organisasi meliputi komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. Masing-masing dari arus komunikasi tersebut mempunyai perbedaan fungsi yang sangat tegas. Ronald Adler dan George Rodman dalam buku Understanding Human Communication mencoba menguraikan masingmasing fungsi dari kedua arus komunikasi dalam organisasi tersebut. Pertama adalah downward communication. Komunikasi ini berlangsung ketika orangorang yang berada pada tataran manajemen mengirimkan pesan kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas kebawah ini adalah (dalam Sendjaja, 1994: 133-134): 1. Pemberian atau penyampaian instruksi kerja (job instruction) 2. Penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu untuk dilaksanakan (job rationale) 3. Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang berlaku (procedures and practices)
Universitas Sumatera Utara
4. Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih baik. Sedangkan upward communication terjadi ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah: 1. Penyampaian informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan 2. Penyampaian informasi mengenai persoalan-persoalan perkerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan 3. Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan 4. Penyampaian keluhan dari bawahan mengenai dirinya sendiri maupun pekerjaannya. Arus komunikasi berikutnya adalah horizontal communication. Tindakan komunikasi ini berlangsung di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara. Fungsi arus komunikasi horizontal ini adalah: 1. Memperbaiki koordinasi tugas 2. Upaya pemecahan masalah 3. Saling berbagi informasi 4. Upaya memecahkan konflik 5. Membina hubungan melalui kegiatan bersama (Sendjaja, 1994: 133-134). Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri, begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi, organisasi dapat macet atau berantakan. Pengkajian mengenai peranan komunikasi dalam organisasi oleh para ahli semakin berkembang, karena pengaruh dari komunikasi dalam organisasi dipandang dapat meningkatkan sumber daya manusia dan produktivitas dalam organisasi dengan terciptanya hubungan antar individu dalam organisasi tersebut (Kholil , 2011: 86).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Komunikasi Kelompok Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2005). Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah melakukan rapat untuk mengambil suatu keputusan. Dalam komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi kelompok. Charles Horton Cooley tahun 1909 mengatakan ada 2 jenis kelompok yaitu primer dan sekunder. kelompok primer adalah suatu kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita.
Kelompok tersebut
dapat
dibedakan berdasarkan
karakteristik komunikasinya, yaitu (dalam Rakhmat, 1994) : 1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
Universitas Sumatera Utara
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas. 2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder nonpersonal. 3. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya. 4. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental. 5. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
Pengaruh kelompok pada perilaku komunikasi : 1. Konformitas. Konformitas adalah perubahan perilaku atau kepercayaan menuju (norma) kelompok sebagai akibat tekanan kelompok-yang real atau dibayangkan. Bila sejumlah orang dalam kelompok mengatakan atau melakukan sesuatu, ada kecenderungan para anggota untuk mengatakan dan melakukan hal yang sama. Jadi, kalau anda merencanakan untuk menjadi ketua kelompok,aturlah rekan-rekan anda untuk menyebar dalam kelompok. Ketika anda meminta persetujuan anggota, usahakan rekan-rekan anda secara persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga. 2. Fasilitasi sosial. Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok. Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai situasi
Universitas Sumatera Utara
sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi
yang
meningkat
akan
mempertingi
kemungkinan
dikeluarkannya respon yang dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang banar; karena
itu,
peneliti-peneliti
melihat
melihat
kelompok
mempertinggi kualitas kerja individu. 3. Polarisasi. Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih keras. (http://adiprakosa.blogspot.com) Faktor-faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok : Anggota-anggota kelompok bekerja sama untuk mencapai dua tujuan yaitu melaksanakan tugas kelompok dan memelihara moral anggota-anggotanya. Tujuan pertama diukur dari hasil kerja kelompok-disebut prestasi (performance) tujuan kedua diketahui dari tingkat kepuasan (satisfacation). Jadi, bila kelompok dimaksudkan untuk saling berbagi informasi (misalnya kelompok belajar), maka keefektifannya dapat dilihat dari beberapa banyak informasi yang diperoleh anggota kelompok dan sejauh mana anggota dapat memuaskan kebutuhannya dalam kegiatan kelompok. Untuk itu faktor-faktor keefektifan kelompok dapat dilacak pada karakteristik kelompok, yaitu: 1. ukuran kelompok 2. .jaringan komunikasi. 3.
kohesi kelompok.
4.
kepemimpinan (Jalaluddin Rakhmat, 1999).
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Komunikasi Antar Pribadi Komunikasi antar pribadi atau biasanya juga disebut komunikasi interpersonal merupakan suatu proses sosial dimana orang orang yang terlibat di dalamnya saling mempengaruhi. De Vito (1997) mengatakan bahwa Komunikasi antar pribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang (Komunikator) dan diterima oleh orang lain (Komunikan) dengan efek dan umpan balik (balasan dari komunikan) yang langsung didapatkan oleh didapatkan. Berdasarkan interaksinya, komunikasi antar pribadi memiliki defenisi yang mengungkapkan bahwa komunikasi antar pribadi dilakukan dengan cara tatap muka, seperti halnya yang diungkapkan oleh Rogers & Tan (Dalam Liliweri, 1997 : 12) komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antar sua orang atau lebih. Kemudian Effendy menjelaskan komunikasi antar pribadi dianggap paling efektif ataupun paling berhasil dalam hal mengubah sikap, pendapat atau perilaku manusia berhubungan prosesnya yang dialogis. Komunikasi antar pribadi memiliki karakteristik yang telah dirumuskan oleh Richard L. Weaver II (Dalam Budyatna & Ganiem, 2011 : 15) yaitu : 1. komunikasi antar pribadi paling sedikit melibatkan dua orang 2. memiliki umpan balik langsung dalam komunikasi antar pribadi hampir selalu mendapatkan umpan balik langsung yang biasanya segera, nyata dan berkesinambungan. 3. Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka, kehadiran fisik tidak terlalu penting bagi komunikasi antar pribadi yang sudah berbentuk, adanya saling pengertian antara dua individu yang berkomunikasi yang membuat kehadiran fisik tidak menjadi terlalu penting. Tapi, Weaver juga mengatakan komunikasi antar pribadi yang dilakukan lewat media tidaklah ideal, walaupun komunikasi antar pribadi tanpa kehadiran fisik seperti bermedia dikarenakan jarak yang jauh masih dimungkinkan. 4. Komunikasi antar pribadi tidak harus disengaja atau dengan kesadaran, ketika seseorang. Orang orang itu mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa sengaja atau tanpa sadar, tetapi apa yang
Universitas Sumatera Utara
dilakukannya merupaka sebagai isyarat isyarat yang dapat mempengaruhi anda. 5. Menghasilkan beberapa pengaruh dan effect. Pengaruh atau efek disini tidak harus terjadi secara langsung ataupun segera dan nyata, tetapi suatu komunikasi antar pribadi haruslah terjadi ataupun memiliki pengaruh. 6. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata kata. Komunikasi antar pribadi dapat dilakukan tanpa menggunakan kata kata yakni dengan melakukan komunikasi non-verbal. 7. Dipengaruhi oleh konteks. Konteks adalah sesuatu yang mempengaruhi harapan - harapan partisipan meliputi : jasmaniah, sosial, sejarah, jiwa dan kultur yang diperoleh para partisipan dan perilaku mereka selanjutnya. 8. Kegaduhan atau noise. Kegaduhan/ kebisingan dapat bersifat external, internal atau semantik. 2.1.4 Iklim Komunikasi Wayne Pace mendefinisikan iklim komunikasi “ The communication climate is a composite of human behaviors, perceptions of events, responses of employees to one another, expectations, interpersonal conflicts, and opportunities for growth in organization” (Pace, 1983: 124). Yang berarti iklim komunikasi adalah gabungan dari perilaku manusia, persepsi terhadap peristiwa, tanggapan dari satu individu terhadap individu lainnya, harapan, konflik interpersonal, dan peluang untuk berkembang dalam organisasi. Iklim komunikasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pimpinan (tataran manajemen) organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku yang pada pengertian kali ini berupa mahasiswa. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi yang baik perlu memahami hal tersebut serta keadaan mahasiswa. Istilah iklim dalam konteks organisasi dimaksudkan bagaimana pengaruh keseluruhan sistem dari kelompok manusia atau organisasi, mencakup perasaan dan sikap sebagai suatu sisem, sub sistem, sistem pribadi, tugas-tugas, prosedur atau konsep-konsep. Iklim bermula pada hubungan dalam satu situasi sebagaimana pengaruh daripada pengalaman kepada orang-orang dalam situasi tertentu berinteraksi dengan orang lain. Berlangsungnya komunikasi interpersonal
Universitas Sumatera Utara
yang baik dalam suatu organisasi akan mencipatakan hubungan atau iklim yang baik pula dalam pencapaian tujuan organisasi. Penelitian yang dilakukan Redding menunjukan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam
organisasi
serta
tingkat
pengaruh
dan
keterlibatan.
Reding
(Goldhabber,1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut. 1. Suppotiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting. 2. Partisipasi membuat keputusan. 3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. 4. Keterbukaan dan keterusterangan 5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat
mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi (Dalam Arni, 2009: 85). Iklim komunikasi mencakup bagaimana kepuasan organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukan bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi dari siapa datangnya, bagaimana penyebarluasannya, penerimaan, diproses dan apa respon orang yang menerima. Iklim komunikasi jelas dipengaruhi oleh persepsi individu dalam organisasi yang dapat memuaskan tuntutan pribadinya. Redding mengungkapkan bahwa, iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka, menyediakan informasi yang terbuka dan cukup mengenai organisasi, mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh informasi yang dapat dipercaya dan terus terang dari anggota organisasi dan memberi penyuluhan kepada para anggota
Universitas Sumatera Utara
organisasi sehingga mereka dapat melihat bahwa keterlibatan mereka penting bagi keputusan-keputusan dalam organisasi (Dalam Mulyana, 2005: 154 ). 2.1.5 Efektivitas Kerja Efektivitas kerja merupakan suatu masalah yang kompleks. Pentingnya efektivitas kerja dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi merupakan kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut para ahli pengertian efektivitas kerja adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas kerja adalah tingkat sejauh mana suatu organisasi yang merupakan sistem sosial dengan segala sumber daya dan sarana tertentu yang tersedia memenuhi tujuan-tujuannya tanpa pemborosan dan menghindai ketegangan yang tidak perlu diantara anggota-anggotanya (Etzioni dalam Tangkilisan,2005:139). 2. Efektivitas kerja adalah keseimbangan atau pendekatan optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia. Jadi konsep tingkat efektivitas menunjukkan pada tingkat seberapa jauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alatalat dan sumber-sumber yang ada (Argris dalam Tangkilisan, 2005:139). 3. Efektivitas kerja adalah sejauh mana organisasi mencapai berbagai sasaran (jangka pendek) dan tujuan (jangka panjang) yang telah ditetapkan, dimana penetapan sasaran-sasaran dan tujuajn-tujuan itu mencerminkan konstituen strategis, kepentingan subjektif penilai, dan tahap pertumbuhan organisasi (Kusdi, 2009:94). Berdasarkan defenisi yang dikemukakan para ahli dalam uraian terdahulu dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan baik dan benar, sehingga pencapaian tujuan perusahaan berjalan sesuai yang direncanakan. Indikator dari efektivitas kerja (Hasibuan, 2003 : 105) yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1. Kuantitas Kerja Kuantitas kerja merupakan volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya beban kerja dan keadaan yang didapat atau dialaminya selama bekerja. Setiap perusahaan akan selalu berusaha agar efektivitas kerja dari karyawannya dapat ditingkatkan. Oleh Karena itu, suatu perusahaan selalu berusaha agar setiap karyawannya memiliki moral kerja yang tinggi. 2. Kualitas Kerja Kualitas kerja merupakan sikap yang ditunjukkan oleh karyawan berupa hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan hasil dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan didalam mengerjakan pekerjaan. 3. Pemanfaatan Waktu Pemanfaatan waktu adalah pengggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijakan organisasi agar pekerjaan selesai tepat pada waktu yang ditetapkan. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tentunya sangat diperlukan guna mewujudkan hasil yang diharapkan oleh setiap perusahaan. Setiap karyawan sudah sepatutnya diarahkan untuk lebih meningkatkan efektivitas kerja mereka melalui berbagai tahapan usaha secara maksimal salah satunya dengan desain organisasi, sehingga pemanfaatan sumber daya manusia akan lebih berpotensi dan akan lebih mendukung keberhasilan perusahaan Ada empat faktor yang mempengaruhi efektivitas kerja, seperti yang dikemukakan oleh Richard M. Steers (1980:9), yaitu: 1. Karakteristik Organisasi Karakteristik organisasi terdiri dari struktur dan tehnologi organisasi yang dapat mempengaruhi segi-segi tertentu dari efektivitas dengan berbagai cara. Yang dimaksud struktur adalah hubungan yang relatif tepat sifatnya, seperti dijumpai dalam organisasi, sehubungan dengan susunan sumber
Universitas Sumatera Utara
daya manusia struktur meliputi bagaimana cara organisasi menyusun orang-orangnya
dalam
menyelesaikan
pekerjaan,
sedangkan
yang
dimaksud tehnologi adalah mekanisme suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran. 2. Karakteristik Lingkungan Lingkungan
luar
dan
lingkungan dalam
juga telah dinyatakan
berpengaruh atas efektivitas, keberhasilan hubungan organisasi lingkungan tampaknya amat tergantung pada tingkat variabel kunci yaitu tingkat keterdugaan keadaan lingkungan, ketepatan persepsi atas keadaan lingkungan,tingkat
rasionalisme
organisasi.
Ketiga
faktor
ini
mempengaruhi ketepatan tanggapan organisasi terhadap perubahan lingkungan. 3. Karakteristik Pekerja Pada kenyataannya para anggota organisasi merupakan faktor pengaruh yang paling penting karena perilaku merekalah yang dalam jangka panjang akan memperlancar atau merintangi tercapainya tujuan organisasi. Pekerja merupakan sumber daya yang langsung berhubungan dengan pengelolaan semua sumber daya yang ada di dalam organisasi, oleh sebab itu perilaku pekerja sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan organisasi. Pekerja merupakan modal utama di dalam organisasi yang akan berpengaruh besar terhadap efektivitas, karena walaupun teknologi yang digunakan merupakan tehnologi yang canggih dan didukung oleh adanya struktur yang baik, namun tanpa adanya pekerja maka semua itu tidak ada gunanya. 4. Karakteristik Kebijaksanaan dan Praktek Manajemen Dengan makin rumitnya proses teknologi dan perkembangannya lingkungan maka peranan manajemen dalam mengkoordinasi orang dan proses demi keberhasilan organisasi semakin sulit.: Menurut Richard dan M. Steers (1980:192) Alat Ukur Efektivitas Kerja meliputi unsur kemampuan menyesuaikan diri / prestasi kerja dan kepuasan kerja :
Universitas Sumatera Utara
1. Kemampuan menyesuaikan diri Kemampuan manusia terbatas dalam sagala hal, sehingga dengan keterbatasannya itu menyebabkan manusia tidak dapat mencapai pemenuhan kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan orang lain. Hal ini sesuai pendapat Ricard M. Steers yang menyatakan bahwa kunci keberhasilan organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian tujuan. Setiap organisasi
yang
masuk
dalam
organisasi
dituntut
untuk
dapat
menyesuaikan diri dengan orang yang bekerja didalamnya maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut. Jika kemampuan menyesuaikan diri tersebut dapat berjalan maka tujuan organisasi dapat tercapai. 2. Prestasi Kerja Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja ang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan dan waktu (Hasibuan, 2001:94). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan, pengalaman, kesungguhan waktu yang dimiliki oleh pegawai maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. 3. Kepuasan kerja Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal, dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dan organisasi tempat mereka berada. 2.1.6 Teori Hubungan Manusia Manusia sebagai anggota organisasi merupakan inti organisasi sosial. Manusia terlibat dalam tingkah laku organisasi. Misanya anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang akan dilakukan dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan ada. Oleh karena itu faktor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian dan tidak dapat diabaikan.
Universitas Sumatera Utara
Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah human relations theory (Teori Hubungan Manusia) yang bersumber dari Mayo (Dalam Kholil, 2006:24). Mayo menekankan kepada betapa pentingnya aspek hubungan manusia dalam lembaga atau organisasi. Menurut Mayo, manusia pada prinsipnya senantiasa patuh, senang diajari, tidak suka mengkritik dan memerlukan pimpinan. Manusia mempunyai hasrat untuk bersatu dan keinginan agar hidup mereka lebih bermakna. Mayo menolak pemikiran ahli tradisional yang memandang bahwa motif utama seseorang untuk bekerja adalah untuk memperoleh ganjaran yang bersifat finansial semata. Mayo menolak pemikiran ahli tradisional yang mengatakan bahwa motif utama seorang pegawai adalah untuk memperoleh ganjaran keuangan sematamata. Tetapi Mayo berpendapat bahwasanya manusia juga ingin bekerjasama, bersaing dengan rekan sejawat dan ingin hidup secara berkelompok. Kepentingan ekonomi tidak selamanya menjadi motif yang utama, itu hanyalah motif sampingan. Sikap yang demikian bukan hanya di kalangan bawah, tetapi juga di kalangan pimpinan. Karena itu perlu diwujudkan saling pengertian dan kerja sama di antara mereka. Salah seorang ahli teori organisasi yang berusaha menetapkan pandangan Mayo ialah Barnard (Dalam Kholil, 2006: 21). Dia merupakan ahli teori organisasi yang pertama mengatakan bahwa organisasi merupakan suatu sistem kerja sama. Sikap bekerja sama antara pimpinan dan bawahan mesti lahir secara spontan dan bukan didorong oleh motif keuntungan. Beliau juga menegaskan bahwa konflik harus diredam agar suasana kerjasama tersebut dapat hidup dan berkembang. Sikap kerja sama ini lahir karena hasrat bersama untuk memperoleh keuntungan bagi kedua belah pihak. Dalam hubungan organisasi atau lembaga diperlukan perhatian kepada aspek sosial melalui hubungan manusiawi atau interaksi antar individu yang terdapat di dalam lingkup suatu organisasi. Pimpinan atau tataran manajemen harus mempunyai tanggung jawab untuk membuat para mahasiswa merasa dirinya berguna sewaktu melaksanakan kegiatan pembelajaran mereka. Organisasi atau lembaga harus membuka saluran komunikasi ke atas agar mahasiswa dapat
Universitas Sumatera Utara
mengetahui perkembangan organisasi dengan lebih jelas serta bagaimana pandangan ataupun tanggapan mereka terhadap informasi maupun organisasi itu sendiri dapat lebih muda sampai kepada manajemen. Barnard (Dalam Kholil, 2006: 24) berpandangan bahwa organisasi atau lembaga harus dilihat sebagai suatu sistem sosial yang mempunyai dwi-fungsi utama, yaitu menghasilkan, menciptakan serta melahirkan kepuasan di kalangan pekerja (mahasiswa) dalam lembaga. Suatu hubungan dikatakan sebagai hubungan manusiawi (human relations) apabila hubungan tersebut adalah suatu interaksi sosial. Terjadi proses saling pengaruh-mempengaruhi dan usaha saling merubah sikap maupun tingkah laku. Untuk kemudian berkahir dengan saling merasakan adanya kepuasan hati.terjadi bisa pada segala bidang kehidupan sosial maupun kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu (Pratikto, 1983:116). Ahli teori hubungan manusia pada umunya berpendapat bahwa seriap bimbingan
dan
pengarahan
yang
berorientasikan
kemanusiaan,
akan
meningkatkan kepuasan, karena ia dapat memenuhi kebutuhan psikologi manusia. Apabila mereka (mahasiswa) merasa puas dengan apa yang mereka lakukan dan peroleh, tidak mustahil dan secara tidak langsung usaha dan kemampuan mereka akan meningkat. Yang pada gilirannya organisasi tersebut akan mengalami kemajuan. 2.1.7 Pengungakapan Diri (Self Disclosure) Menurut Johnson pengungkapan diri merupakan raeksi atau tanggapan kita tehadap situsai yang sedang kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu yang relevan atau yang berguna untuk memehami tanggapan kita di masa kini tersebut. Membuka diri berarti mengungkapkan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah dikatakan yakni perasaan kita terhadap kejadiankejadian yang baru saja dialami atau disaksikan (Supratiknya, 1995: 14) beberapa faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri (De Vito, 1997 : 62) :
Universitas Sumatera Utara
1. Besar kelompok. Pengungkapan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil ketimbang dalam kelompok besar. 2. Perasaan menyukai. Seseorang membuka diri kepada orang orang yang disukai atau dicintainya. 3. Efek diadik. Seseorang melakukan pengungkapan diri bila orang yang menjadi lawan bicaranya melakukan pengungkapan diri juga. Efek diadik membuat seseorang menjadi aman dan dapat memperkuat perilaku pengungkapan diri seseorang. 4. Kompetensi.
Orang
yang
kompeten
lebih
banyak
melakukan
pengungkapan diri ketimbang orang yang kurang kompeten. 5. Kepribadian. Orang orang yang pandai bergaul dan okstrovert melakukan pengungkapan diri lebih banyak ketimbang mereka yang kurang pandai bergaul. Perasaaan gelisah juga mempengaruhi pengungkapan diri. Rasa gelisah ada kalanya meningkatkan pengungkapan diri dan kali lain menguranginya sampai batas minimum. Orang yang kurang berani berbicara pada umumnya juga kurang mengungkapkan diri ketimbang mereka yang merasa lebih nyaman dalam berkomunikasi. 6. Topik. Seseorang cenderung lebih membuka dirinya tentang topik tertentu yang mereka sukai. 7. Jenis kelamin. Faktor jenis kelamin merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam pengungkapan diri. Umumnya, wanita lebih terbuka ketimbang pria.
Josep luft (Dalam Sendjaja 1994: 79) menyatakan teori pengungkapan diri yang lain yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut jendela johari. Menurut Luft orang hanya memiliki atribut yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri, hanya diketahui orang lain, diketahui oleh dirinya sendiri dan orang lain, dan tidak diketahui oleh siapapun. Idealnya kuadran 1 yang mencerminkan keterbukaan akan semakin membesar/ meningkat. Jika komunikasi antara dua orang berlangsung dengan baik, maka akan terjadi disclosure yang mendorong informasi mengenai diri masing masing ke dalam kuadran ‘terbuka’.
Universitas Sumatera Utara
Kuadran 4 sulit untuk diketahui, tetapi mungkin dapat dicapai melalui kegiatan seperti refleksi diri dan mimpi. Meskipun self disclosure mendorong adanya keterbukaan, namun keterbukaan memiliki batasnya. Artinya kita perlu pertimbangkan kembalai apakah menceritakan segala sesuatu tentang diri kita pada orang lain akan menghasilkan efek positif bagi hubungan kita dengan orang tersebut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan yang ekstrem akan memberikan efek negatif terhadap hubungan seperti yang dikemukakan oleh Shirley gilbert (dalam Sendjaja 1994: 80) bahwa kepuasan dalam hubungan dan disclosure memiliki hubungan kurvalinier, yaitu tingkat kepuasan mencaoai titik tertinggi pada tingkat disclosure yang sedang (moderate) Diketahui diri sendiri
Diketahui orang lain
Tidak diketahui orang lain
Tidak diketahui diri sendiri
1
2
TERBUKA
BUTA
3
4
TERSEMBUNYI
TIDAK DIKETAHUI
Jendela Johari. Sumber : Sendjaja, 1994: 79
Universitas Sumatera Utara
2.2 Kerangka Konsep Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut. Untuk hal ini digunakan konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56). Adapun variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Variabel X Iklim Komunikasi Variabel Bebas (X)
Variabel Y Efektivitas Kerja
1. Variabel Bebas ( X ) Variabel independent atau bebas merupakan variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel lain (Umar, 2002:58). variabel bebas dalam penelitian ini adalah iklim komunikasi. 2. Variabel Terikat (Y) Variabel dependent atau terikat merupakan variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Umar, 2002:58). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat efektivitas kerja Unit saHIVa USU. 3. Karakteristik Responden karakteristik responden merupakan ciri-ciri daripada responden yang akan dijadikan sampel pada penelitian. Karakteristik tersebut meliputi lamanya seorang menjadi seorang relawan dan berapa frekuensi relawan tersebut mengikuti kegiatan keorganisasian.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Variabel Penelitian Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka agar mempermudah penelitian, perlu dibuat operasional variabelvariabel sebagai berikut: Variabel teoritis pada penelitian ini adalah iklim komunikasi (X) dan tingkat kepuasan (Y). Variabel operasional pada variabel X (iklim komunikasi) diklasifikasikan berdasarkan lima dimensi iklim komunikasi yang dikemukakan oleh Redding. Variabel Y (tingkat efektivitas) diklasifikasikan berdasarkan hasil penelitian yang diidentifikasikan oleh Hasibuan. Pemaparan yang lebih terperinci mengenai variabel teoritis dan variabel operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. 2.3.1 Operasional Variabel Tabel 1 Variabel Teoritis
Variabel Operasional
Variabel Bebas (X)
- Keterbukaan dan keterusterangan dalam Komunikasi
Iklim Komunikasi
- Tingkat kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia - Keputusan partisipatif - Komunikasi keatas (upward) - Tujuan kinerja
Variabel Terikat (Y)
- Kuantitas Kerja
Tingkat Efektivitas Kerja - Kualitas Kerja Relawan
- Pemanfaatan waktu - Karakteristik organisasi - Karakteristik lingkungan - Karakteristik Pekerja - Karakteristik Kebijaksanaan dan praktek manajemen
Universitas Sumatera Utara
Karakteristik Responden
- Jenis Kelamin - Usia - Suku - Asal daerah - Agama - Angkatan - Berapa lama menjadi relawan - Berapa kali mengikuti kegiatan organisasi
2.4 Definisi Operasional Variabel Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut mengenai konsep yang dikelompokan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabelvariabel. Definisi operasional yang merupakan suatu informasi alamiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995:46).
1. Variabel bebas (X) yaitu iklim komunikasi terdiri dari : 1. Keterbukaan dalam komunikasi yaitu bagaimana pihak relawan inti/ pengurus
bersifat terbuka dalam melakukan proses komunikasi
dengan pihak relawan baru. 2. Tujuan
Kinerja
merupakan
sejauh
mana
tujuan
kinerja
dikomunikasikan dengan jelas ke semua anggota 3. Tingkat
kepercayaan
merupakan
sifat
saling
percaya
antara
komunikator dengan komunikan atas pesan maupun informasi yang diterima. 4. Keputusan partispatif yaitu bagaimana keterlibatan setiap anggota/ relawan dalam pengambilan keputusan. 5. Komunikasi ke atas (upward) yaitu bagaimana interaksi yang dilakukan relawan baru kepada pihak relawan inti/ pengurus.
Universitas Sumatera Utara
2. Variabel Terikat (Y) yaitu tingkat Efektivitas: 1. Kuantitas Kerja, yaitu seberapa besar volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi normal. 2. Kualitas Kerja, yaitu hasil kerja dalam bentuk kerapian, ketelitian, dan keterkaitan 3. Pemanfaatan
Waktu,
yaitu
menggunakan
waktu
kerja
untuk
mendapatkan hasil yang diinginkan organisasi 4. Karakteristik organisasi merupakan mekanisme sebuah organisasi berjalan untuk mengubah sesuatu masukan menjadi keluaran. 5. Karakteristik lingkungan merupakan diamana lingkungan tempat organisasi tersebut berdiri 6. Karakterisrik pekerja merupakan sejauh mana anggota organisasi berperan dalam memajukan organisasi 7. Karakteristik kebijaksanan dan praktek manajemen merupakan kemampuan pengurus dalam mengatur segala sesuatu yang ada dalam organisasi demi kebaikan. 2.5 Hipotesis Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah atau pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena sifatnya masih dugaan atau jawaban sementara (Kholil, 2006:82). Hipotesis merupakan pernyataan yang bersifat dugaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha
: Terdapat pengaruh atara Iklim Komunikasi terhadap Tingkat efektivitas
kerja relawan Unit Sahiva USU Ho
: Tidak terdapat pengaruh atara Iklim Komunikasi terhadap Tingkat
efektivitas kerja Unit Sahiva USU.
Universitas Sumatera Utara