BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Diabetes Melitus 1.1 Pengertian Diabetes Melitus Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer, 2002 ). Diabetes melitus merupakan penyakit sistematis, kronis dan multifaktorial yang dicirikan dengan hiperglikemia dan hiperlipidemia (Bradero, 2009). Diabetes melitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron. (Mansjoer,1999) Jadi penulis dapat menyimpulkan pengertian dari Diabetes Melitus adalah kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah. 1.2 Jenis Diabetes Melitus Jenis diabetes mellitus terdiri dari2 tipe, yaitu tipe 1 Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM) atau Diebetes Melitus Tergantung Insulin ( DMTPI ) disebabkan oleh Kerusakan sel beta pulau Langershans akibat proses autoimun. Sedangakan tipe 2 Non Insulin Dependent Diabetes Melitus
4 Universitas Sumatera Utara
5
(NIDDM) atau Diabetes Melitus tidak tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin. Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel beta tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa. Berarti sel beta pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa. (Mansjoer, 1999). Klasifikasi Diabetes Melitus menurut (Mansjoer, 1999) yaitu : a. Type I atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya : 1) Usia kurang dari 30 tahun 2) Rata-rata badan kurus 3) Tergantung insulin seumur hidup b. Type II atau NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) ciri-cirinya: 1) Usia lebih dari 30 tahun 2) 80 % mempunyai badan gemuk c. Diabetes Melitus Gestasional (GDM) 1.3 Komplikasi Diabetes Melitus Komplikasi pada diabetes mellitus diklasifikasi menjadi akut dan kronis. Yang dimaksud dalam komplikasi akut adalah hipoglikemia, diabetes ketoasidosis (DKA), dan hyperglycemic hyperosmolar nonketotic coma
Universitas Sumatera Utara
6
(HHNC). Yang termasuk dalam komplikasi kronis adalah retinopati diabetic, nefropati diabetic, neuropati, dislipidemia, dan hipertensi (Baradero, 2009). 1.4 Penatalaksanaan Diabetes Melitus Penatalaksaan diabetes mellitus didasarkan pada (1) rencana diet, (2) latihan fisik dan pengaturan aktivitas fisik, (3) agen-agen hipoglikemik oral, (4) terapi insulin, (5) pengawasan glukosa dirumah, dan (6) pengetahuan diabetes dan perawatan diri. Pasien dengan diabetes tipe 1 adalah defisiensi insulin dan selalu membutkan terapi insulin. Pada pasien diabetes tipe 2 terdapat resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif dan dapat ditangani tanpa insulin. Rencana diet pada pasien diabetes dimaksudkan untuk mengatur jumlah kalori dan karbohidrat yang dikonsumsi setiap hari. Jumlah kalori yang disarankan bervariasi, bergantung pada kebutuhan apakah untuk mempertahankan, menurunkan atau meningkatkan berat badan ( Price, 2005 ). Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan makan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan. Perencanaan makan (meal planning) Standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%) dan lemak (2025%),apa bila diperlukan ,santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 7075% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah.
jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan,status gizi ,umur,
stress akut,dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hari. Jumlah kandungan serat ± 25
Universitas Sumatera Utara
7
g/hari,diutamakan jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi.pemanis dapat digunakan secukupnya (Masjoer , 1999). 2. Diet pada Diabetes Melitus Diet sesungguhnya adalah pengaturan pola makan untuk menjadi lebih sehat. Diet dan pengendalian berat badan merupakan dasar dari penatalaksanaan diabetes ( Smeltzer, 2002 ). Diet merupakan bagian penting dalam penatalaksanaan semua penderita diabetes dan sering mencakup pula penurunan berat badan. Semua nutrien sangat penting dalam diet diabetes ( E.Beck, 2000). 2.1 Tujuan Penatalaksaan Diet Tujuan penatalaksaan diet pada diabetes tipe 1 adalah mengendalikan kadar glukosa darah dan lemak, memperhatikan asupan energi dan protein untuk tumbuh-kembang disamping kebutuhan gizi lainya, menghasilkan status kesehatan dan gizi yang memadai, mencegah komplikasi akut aupun kronis yang dapat membawa kematian atau stabilitas. Sedangkan tujuan diet pada diabetes tipe 2 adalah mengendalikan kadar glukosa dan lemak darah agar komplikasi
diabetes
dapat
dicegah
atau
di
tunda,
mendapat
dan
mempertahankan berat badan normal atau ideal, menghasilkan status gizi yang adekuat, menghasilkan kebugaran dan rasa nyaman tubuh karena pengendalian gula darah dapat menghilangkan keluhan mudah lelah, sering pusing atau sakit kepala, kram, kesemutan, gatal-gatal dan sebagainya ( Hartono, 2006). 2.2 Perencanaan Makan pada Diet Diabetes Melitus Dalam merencanakan makan pada penderita diabetes melitus, yang harus dipertimbangkan adalah apakah diet itu dipatuhi atau tidak. Tahap pertama
Universitas Sumatera Utara
8
dalam mempersiapkan perencanaan makan adalah mendapatkan riwayatdiet untuk mengindentifikasi kebiasaan makan pasien dan gaya hidupnya. Kita juga harus mengkaji keinginan pasien untuk menurunkan, menaikan atau mempertahankan berat badannya. Diet untuk mengendalikan kalori dapat dilakukan pertama-tama dengan menghitung kebutuhan kalori seseorang, usia, jenis kelamin, tinggi dan berat badan digunakan dalam rumus Harris Benedict untuk menentukan Basal Energy Expenditure (BEE) yang akan mencerminkan kebutuhan energi minimal ( Smeltzer, 2002). Bagi semua penderit diabetes melitus, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan yang biasa diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya ( Smeltzer, 2002). 2.3 Pola Diet Diabetes Melitus Pola diet merupakan bagaimana mengelompokkan dan mengatur makanmakanan yang baik di konsumsi agar hidup lebih sehat. Untuk memudahkan pemberian penjelasan, nasihat diet yang diberikan dapat dibagikan menjadi tiga tipe. Apakah diat yangditerapkan berdasarkan satu atau lebih dari ketiga tipe diet ini, semuanya bergatung kepada beratnya penyakit diabetes, tipe pengobatannya, kepribadian pasien, berat badan dan gaya hidup penderita. Ketiga tipe diet tesebut adalahn: a. Diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan yang kemudian diikuti dengan diet untuk mempertahankan berarat badan tersebut. Prioritas pertama dalam mengatasi pasien diabetes yang obesitas adalah menurunkan berat badannya. Pasien diabetes yang menjalani diet rendah kalori harus
Universitas Sumatera Utara
9
menyadari perlunya penurunan berat badan dan berat badan yang sudah diturunkan tidak boleh dibiarkan naik kembali. Jika penyakit diabetesnya ringan, setiap diet rendah kalori dapat digunakan asalkan mempunyai nilai gizi yang memadai dan memberikan landasan bagi diet selanjutnya untuk mempertahankan berat badan. Pasien diabetes yang kelebihan berat badannya, penurunan berat badan harus diperhatikan dan didorong dengan mengukur berat badan secara teratur. b. Diet bebas gula ini digunakan untuk pasien diabetes yang berusia lanjut dan tidak memerlukan suntikan insulin. Diet bebas gula diterapkan berdasarkan dua prinsip : 1) Tidak memakan gula dan makanan yang mengandung gula 2) Mengkonsumsi makanan sumber hidratarang sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara teratur. Gula (gula pasir, gula aren, dan lain-lain) dan makanan yang mengandung gula tidak boleh dimakan karena cepat dicerna dan diserap sehinga dapat menimbulkan kenaikan gula darah yang cepat. Jenis-jenis makanan ini adalah: madu, selai dan marmalade, permen, manisan dan cokelat, biscuit, kue-kue dan roti yang manis, dodol, tarcis, pudding,buah-buahan yang dikalengkan dalam larutan sirup, sirup dan berbagai minuman yang manis, susu kental, es krim, kecap manis, abon, dendeng dan makanan manis lainya. c. Sistem penukaran hidratarang ini disusun untuk mengasilkan suatu metode pengaturan hidratarang yang tepat. Sistem penukaran hidratarang digunakan
Universitas Sumatera Utara
10
pada pasien-pasien diabetes yang mendapat suntikan insulin atau obat-obat hipoglikemik oral dengan dosis tinggi. Diet yang berdasarkan sistem ini merupakan diet yang lebih rumit untuk diikuti oleh seoran pasien diabetes, tetapi mempunyai kelebihan, yaitu diet ini lebih fleksibel dan bervariasi ketimbang diet tipe bebas gula. Untuk melaksanakan dietdengan sistem penukaran hidratarang diperlukan sebuah daftar standar yang berisikan berbagai jenis makanan penukar dengan kandungan HA sebesar 10 gram. (E.Beck, 2000). Tabel 2.1 daftar bahan makanan penukar yang mengandung10 gram hidratarang 115 gelas (25 gram) nasi
1 gelas-tiris (100gram) wortel
½ biji sedang (50 gram) kentang
1 gelas-iris (100 gram) kacang panjang
½ potong sedang (25 gram) singkong ½ biji (50 gram) talas
1 gelas-tiris (100 gram) kacang kapri
1 iris (20 gram) roti putih
½ buah sedang (75 gram) apel
¼ gelas (25 gram) mi basah 3 sdm (30 gram) kacang hijau
1 buah sedang (75 gram) pisang
21/2 sdm (25 gram) pindakas
ambon
1 biji besar (125 gram) tahu 2 potong sedang (60 gram) tempe
1 potong sedang (100 gram) papaya
1 gelas (200 gram) susu sapi
1/6 buah (75 gram) nanas
1 gelas-tiris (100 gram) bayam
2 buah (100 gram) jeruk manis
1 gelas-tiris (100 gram) buncis
2 buah (100 gram) jambu air
1 gelas sayuran setelah direbus dan airnya di 1 buah (100 gram) jambu biji tiriskan
Universitas Sumatera Utara
11
Tabel 2.2 daftar diet bagi seorang pasien yang memperoleh suntikan insulin dan diet penukar hidratarang Sarapan
Kecukupan HA
Pagi (dengan suntikan insulin)
70
20 Pukul 10.00
Siang
Pukul 16.00
50
10
Jumlah makanan
Kandungan HA
80
Total SP
½ gelas air jeruk
10
1
4 iris roti putih
40
4
2 ½ sdm pindakas
10
1
1 gelas susu sapi
10
1
½ apel
10
1
2 biskuit tawar
10
1
¾ gelas nasi putih (100 g)
40
4
2 buah jeruk
10
1
5
10
1
1
1 mangkuk sayuran
10
1
2 kentang rebus (200gram)
40
4
1 potong tahu (10 gram)
10
1
1 gelas kacang hijau (30 g)
10
1
1 buah papaya
10
1
8
20
2
2
25
25
25
7
Kopi
2
Teh 2 biskuit tawar
Malam (dengan suntikan insulin)
SP
Gaging
Teh Pukul 21.00
Total
20
250
2 iris roti sebagai sandwich berisi telur /daging
Universitas Sumatera Utara
12
2.4 Jumlah Makanan Dalam penatalaksaan diet untuk pasien diabetes melitus ada beberapa hal yang harus diperhatikan menurut (Mansjoer, 1999) seperti menghitung jumlah kalori pada pasien diabetes melitus. Cara menghitung kalori pada pasien diabetes melitus, tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal pasien diabetes melitus. Cara termudah adalah perhitungan menurut Bocca :
BB ideal = (TB dalam cm-100) – 10% kg
Pada laki-laki yang tingginya < 160 cm atau perempuan yang tingginya < 150 cm berlaku rumus :
BB ideal = ( TB dalam cm – 100) x 1 kg
Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seorang pasien diabetes melitus : a. Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalikan berat badan ideal dengan 30 untuk laki-laki dan 25 untuk wanita. Table 2.3 daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktivitas Ringan
Sedang
Berat
100-200 kkal/jam
200-350 kkal/jam
400-900 kkal/jam
Mengendarai mobil
Rumah tangga
Aerobic
Memancing
Bersepeda
Bersepeda
Kerja laboratorium
Bowling
Memanjat
Kerja sektaris
Jalan cepat
Menari
Mengajar kerja
Berkebun, Golf, Sepatu roda
Lari, Sepak bola, tenis
Universitas Sumatera Utara
13
b. Kebutuhan basal dihitung seperti yang di poin a, tetapi di tambahkan kalori berdasarkan persentase kalori basal. 1) Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal 2) Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal 3) Kerja berat, ditambah 40 - 100% dari kalori basal 4) Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui, ditambah 20 – 30 % dari kalori basal. c. Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan tabel 4. Tabel 2.4 Kebutuhan kalori Kkal/ kg BB idaman Dewasa Kerja santai kerja sedang kerja berat Gemuk
25
30
35
Normal
30
35
40
Kurus
35
40
40 - 50
d. Suatu pegangan kasar dapat sebagai berikut : 1) Pasien kurus = 2.300 – 2.500 kkal 2) Pasien normal = 1.700 – 2.100 kkal 3) Pasien gemuk = 1.300 – 1.500 kkal Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10 – 15%), dan lemak (20–25 %) sesuai dengan kecukupan gizi yang baik ( Mansjoer, 1999).
Universitas Sumatera Utara
14
Menurut Smeltzer (2002), jenis zat makanan yang perlu di konsumsi oleh penderita diabetes melitus yaitu makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, protein, serat makanan dan alkohol. a. Karbohidrat Ada dua tipe karbohidrat yang utama yaitu karbohidrat komples dan karbohidrat sederhana. Tujuan diet karbohidrat adalah meningkatkan konsumsi karbohidrat kompleks (khususnya yang berserat tinggi) seperti roti gandum utuh, nasi beras merah tumbuh, sereal dan pasta/mi yang berasal dari gandum yang masih mengandung bekatul, sedangkan buah yang manis dan gula merupakan karbohidrat sederhana. Meskipun demikian, anjuran untuk menghindari jenis makanan mengandung gula sederhana (laktosa dan fruktosa) seperti susu dan buah bukanlah tindakan yang tepat. Di samping itu, penggunaan sukrosa (gula pasir) dengan jumlah yang sedang (tidak berlebihan) kini lebih banyak diterima sepanjang pasien masih dapat mempertahankan kadar glukosa serta lemak (yang mencakup kolesterol dan trigliserida) yang adekuat dan mampu mengendalikan
berat
badannya.
Meskipun
demikian,
karbohidrat
sederhana tetap harus dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan dan lebih baik jika dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain daripada di konsumsi secara terpisah.
Universitas Sumatera Utara
15
b. Lemak Rekomendasi tentang kandungan lemak dalam diet diabetes mencakup penurunan persentase total kalori yang berasal dari sumber lemak sehingga kurang dari 30% total kalori dan pembatasan jumlah lemak jenuh hingga 10% total kalori. Selain itu pembatasa asupan total kolesterol dari makanan hingga kurang dari 300 mg/hari sangat dianjurkan. Rekomendasi ini dapat membantu mengurangi factor resiko, seperti kenaikan kadar kolesterol serum yang berhubungan dengan proses terjadinya penyakit koroner yang merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan diantara para penderita diabetes. c. Protein Rencana makan dapat mencakup penggunaan beberapa makanan sumber protein nabati (misalnya, kacang-kacangan dan biji-bijian yang utuh) untuk membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh. Di samping itu, rekomendasi untuk mengurangi jumlah asupan protein dapat diberikan kepada pasien dengan tanda-tanda dini penyakit ginjal. d. Serat Makanan Ada dua jenis serat makanan, yaitu serat terlarut dan serat tak larut. Serat terlarut terdapat dalam makanan seperti kacang-kacangan, havermut dan beberapa jenis buah mempunyai peran yang lebih besar dalam menurunkan kadar glukosa darah dan lemak bila dibandingkan serat tak – larut. Sedangkan serat tak-larut ditemukan dalam roti gandum dan sereal serta dalam beberapa jenis sayuran. Tipe serat ini berperan penting dalam
Universitas Sumatera Utara
16
meningkatkan masa feses dan mencegah konstipasi. maupun
terlarut
akan
meningkatkan
perasaan
Serat tak-larut
kenyang
sehingga
sangatmembantu dalam penurunan berat badan. e. Alkohol Konsumsi alkohol oleh pasien diabetes tidak perlu dibatasi dengat ketat. Namun demikian, pasien dan para professional kesehatan harus waspada terhadap efek khas alkohol yang pontesial merugikan pada diabetes. Secara umum, tindakan pencegahan mengenai penggunaan alkohol oleh masyarakat luas diterapkan pula pada penderita diabetes. Dianjurkan agar alkohol tidak dikonsumsi berlebihan. Bahaya utama penggunaan alkohol oleh pasien diabetes adalah hipoglikemia. Jika seorang penderita diabetes minum minuman beralkohol pada saat lambung kosong, maka kemungkinan terjadianya hipoglikemia akan meningkat. Di samping itu, konsumsi alkohol yang berlebihan dapat mengganggu kemampuan seseorang untuk mengidentifikasi serta mengatasi keadaan hipiglikemia dengan tepat dan mengikuti rencana makan yang sudah diresepkan untuk mencegah hipoglikemia. 2.5 Jenis Makanan Penderita diabetes melitus mutlak harus mengetahui makanan yang boleh dimakan secara bebas dan yang harus dibatasi serta mengetahui makanan yang dibatasi secara ketat. Daftar bahan makanan pengganti merupakan suatu alat yang sering digunakan dalam penyuluhan diet dalam perencanaan makan (the Exchange Lists for Meal Planning). Ada enam kelompok utama makanan
Universitas Sumatera Utara
17
dalam daftar tersebut: nasi/roti/pati (makanan sumber karbohidrat), daging/ telur (makanan sumber protein hewani), sayuran, buah, susu dan lemak /minyak (dalam daftar pengganti yang digunakan dinindonesia dicantumkan pula
tahu/tempe. [makanan sumber protein nabati] sehingga jumlah
kelompoknya tujuh). Jenis-jenis makanan yang termasuk dalam satu kelompok (dengan jumlah tertentu) mengandung kalori dengan jumlah yang sama dan protein, lemak serta karbohidrat dengan jumlah yang juga sama dalam gram (Smeltzer, 2002). Tabel 2.5 Contoh menu berdasarkan daftar pengganti Satuan penukar Contoh menu 1 Contoh menu 2 -2 pati/starch
-2 potong roti
-Roti bulat hamburger
Contoh menu 3 -1 mangkok pasta yang sudah dimasak
-3 daging
-2 ons kalkun dan 1 -3 ons daging sapi yang -3 ons udang rebus ons
keju
rendah kurus
lemak -1 sayuran
-Selada,
tomat, -selada hijau
-1/2 mangkok tomat
bawang merah -1 lemak
-1
-1 buah
mayonaise
-makanan
sendok
bebas -teh es
teh -
1
sendok
makan -1 sendok teh minyak
dressing salad
zaitun
-soda diet
-1
(opsional)
¼
mangkok
strawberry segar -mustard, paprika merah
acar, -acar, bawang merah
-es lemon Bawang putih, basil
Universitas Sumatera Utara
18
Contoh-contoh bahan makanan penukar menurut (Sukardji, 2002) adalah sebagai berikut : Golongan 1 : sumber karbohidrat 1 satuan penukar = 175 kalori, 4 gram protein, 40 gram karbohidrat. Tabel 2.6 Bahan makanan penukar karbohidrat Bahan makanan URT
Berat (g)
Bihun
½ gelas
50
Kentang
2 biji sedang
210
Mie kering
1 gelas
50
Mie basah
2 gelas
200
Nasi
¾ gelas
100
Roti putih
3 potong sedang
70
Singkong
1 potong
120
Tepung terigu
5 sendok makan
50
Golongan II : Sumber protein hewani 1 satuan penukar untuk rendah lemak = 50 kalori, 7 gram protein, 2 gram lemak Tabel 2.7 Bahan makanan penukar protein hewani Bahan makanan
URT
Berat (g)
Ayam tanpa kulit
1 potong sedang
40
Babat
1 potong sedang
40
Daging kerbau
1 potong sedang
35
Dideh sapi
1 potong sedang
35
Ikan segar
1 potong sedang
40
Teri kering
1 sendok makan
20
Ikan asin
1 potong kecil
15
Universitas Sumatera Utara
19
Golongan III : Sumber protein nabati 1 satuan penukar = 75 kalori, 5 gram, 3 gram lemak, 7 gram karbohidrat Tabel 2.8 Bahan makanan penukar protein nabati Bahan makanan
URT
Berat (g)
Kacang hijau
2 sendok makan
20
Kacang kedele
2 ½ sendok makan
25
Kacang merah segar
2 sendok makan
20
Kacang tanah
2 sendok makan
15
Tahu
1 potong besar
110
Keju kacang tanah
1 sendok makan
15
Tempe
2 potong sedang
50
Golongan IV : Sayuran Sayuran A, bebas dimakan. Kandungan kalori dapat diabaikan Sayuran B, 1 satuan penukar = 1 gelas (100 gram) = 25 kalori, 1 gram protein, 5 gram karbohidrat Tabel 2.9 Bahan makanan penukar sayuran A dan sayuran B Sayuran A
Sayuran B
Gambas
Bayam
Ketimun
Buncis
Labu air
Kembang kol
Lobak
Kangkung
Selada
Genjer
Tomat
Kacang panjang
Jamur kuping sayur
Universitas Sumatera Utara
20
Golongan V : Buah 1 satuan penukar = 50 kalori, 12 gram karbohidrat Tabel 2.10 Bahan makanan penukar buah Bahan makanan Anggur Apel merah Belimbing Jeruk manis Jambu air Jambu biji Mangga Pisang Semangka Melon
URT 20 buah sedang 1 buah 1 buah besar 2 buah 2 buah besar 1 buah besar ¾ buah besar 1 buah 1 potong besar 1 potong besar
Berat (g) 165 85 140 110 110 100 90 50 150 190
Golongan VI : Susu rendah lemak 1 satuan penukar = 125 kalori, 7 gram protein, 6 gram lemak, 10 gram karbohidrat Tabel 2.11 Bahan makanan penukar susu Bahan makanan
URT
Berat (g)
Keju
1 potong kecil
35
Susu sapi
1 gelas
200
Joghurt
1 gelas
200
Golongan VII : Minyak 1 satuan penukar = 50 kalori, 5 gram lemak Tabel 2.12 Bahan makanan penukar minyak Bahan makanan Minyak kelapa
URT
Berat (g)
½ sendok teh
5
Minyak inti kelapa sawit 1 sendok the
5
Santan
1/3 gelas
40
Minyak jagung
1 sendok teh
5
Universitas Sumatera Utara
21
2.6 Jadwal Makan Bagi semua penderita diabetes melitus, perencanaan makan harus mempertimbangkan pula kegemaran pasien terhadap makanan tertentu, gaya hidup, jam-jam makan ya yang biasanya diikutinya dan latar belakang etnik serta budayanya (Smeltzer, 2002). Namun penderita diabetes melitus harus membiasakan diri untuk makan secara teratur dan tepat waktu yang telah di tentukan (Hartono, 2006) pembagian porsi makanan harus disesuaikan dengan kebiasaan pasien. Penderita diabetes melitus harus mengikuti Jadwal makan yang teratur, jumlah kalori dari makanan sesuai kebutuhan
yaitu 3 kali
makanan pokok dan 3 kali cemilan/hari dengan waktu yang kurang-lebih sama setiap hari. Jadwal makan standar yang di pakai oleh penderita diabetes melitus adalah Tabel 2.13 Jadwal makan penderita diabetes melitus Waktu
Jadwal
Total kalori
Pukul 07.00
Makan pagi
20%
Pukul 10.00
Selingan
10%
Pukul 13.00
Makan siang
30%
Pukul 16.00
Selingan
10%
Pukul 19.00
Makan malam
20%
Pukul 21.00
Selingan
10%
Universitas Sumatera Utara