BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.
Sekolah
1.1. Pengertian Sekolah Sekolah adalah tempat utama dimana individu mengikuti proses pendidikan formal untuk manambah pengetahuan dan mengasah keterampilan sebagai bekal kehidupannya di kemudian hari. Lingkungan sekolah adalah tatanan yang dapat melindungi peserta didik dan staf sekolah dari kecelakaan dan penyakit serta dapat meningkatkan kegiatan pencegahan dan mengembangkan sikap terhadap faktor resiko yang dapat menyebabkan penyakit. Lingkungan fisik sekolah harus memenuhi kriteria sebagai berikut (Notoatmodjo, 2012) : 1. Mampu menyediakan kebutuhan dasar dan insan sekolah lain. 2. Mampu melindungi insan sekolah dari ancaman penyakit. 3. Mampu melindungi insan sekolah dari ancaman biologis. 4. Mampu melindungi insan sekolah dari ancaman kimiawi. Sedangkan lingkungan psikososial harus dapat memberikan: 1. Iklim belajar dan kerja sama yang baik. 2. Rasa keterikatan sesama insan sekolah. 3. Rasa saling menghargai. 4. Perlindungan terhadap kekerasan. Membentuk dan memelihara lingkungan sekolah yang sehat membutuhkan upaya dan kerja keras dari setiap unsur di sekolah. Menyediakan suatu lingkungan
Universitas Sumatera Utara
yang
sehat
bagi
insan
sekolah
merupakan
suatu
persyaratan
dalam
mengembangkan pola pertumbuhan mental, fiik, dan sosial.
1.2. Lingkungan Fisik Lingkungan fisik bangunan sekolah dan lapangan bermain merupakan faktor kunci bagi kesehatan dan keamanan serta staf sekolah yang menyeluruh (Notoatmodjo,2012). Hal ini membutuhkan infrastruktur yang memadai. Lokasi sekolah yang aman, yaitu: a. Pembangunan industri, terminal bus, jalan tol, dan pusat belanja seharusnya berjarak yang cukup aman dari sekolah. b. Bangunan sekolah harus terlindung dari polusi. Lingkungan dalam sekolah: a. Ukuran ruang kelas harus memadai sehingga dapat menampung, dengan pencahayaan dan ventilasi yang baik. b. Meja dan kursi harus sesuai dengan tinggi dan postur siswa. c. Perpustakaan sekolah harus memiliki ruang baca yang tenang dengan pencahayaan dan ventilasi yang baik. d. Tangga sekolah harus memiliki konstruksi yang aman, cukup luas dan terjaga. e. Area bermain dan peralatannya harus bebas dari bahaya. f. Untuk menghindari kebakaran, harus tersedia pemadam api dan fasilitas yang memadai untuk upaya evakuasi. g. Harus tersedia fasilitas air minum yang aman.
Universitas Sumatera Utara
h. Kamar mandi dan ruang bilas serta toilet harus bersih dan terpelihara. i. Sanitasi dan tempat buang sampah harus tersedia secara memadai. j. Kebun dan taman sekolah harus terpelihara dengan baik. k. Kantin yang sehat. l. Sekolah harus memiliki ruang medis, ruang kesehatan dan petugas kesehatan yang terlatih. m. Apabila sekolah memiliki kolam renang, harus terpelihara dengan baik dan jaminan keselamatan.
1.3. Lingkungan Psikososial Lingkungan psikososial di sekolah meliputi sikap, perasaan, dan nilai dari petugas sekolah. Iklim psikososial yang positif serta budaya yang baik dapat meningkatkan pencapaian pendidikan dan moral dari petugas sekolah. Keamanan psikologis, hubungan interpersonal yang positif, penghargaan atas keberhasilan seseorang serta lingkungan belajar yang mendukung merupakan seluruh bagian dari lingkungan psikososial (Notoatmodjo, 2012). SBPK (Sekolah Berwawasan Promosi Kesehatan) harus menjamin lingkungan sikososial yang positif dengan cara: a. Penerapan kebijakan sekolah yang suportif. b. Merangsang aktivitas kelompok yang mempromosikan kebersamaan, persahabatan, saling pengertian, serta rasa memiliki.
Universitas Sumatera Utara
c. Penyediaan kesempatan bagi siswa untuk belajar di lingkungan yang kompetitif dengan dukungan yang memadai dalam mengahadapi tantangan. d. Pengembangan suasana yang kondusif bagi siswa untuk mengutarakan perasaannya, rasa saling menjaga (caring), saling percaya dan menjaga kerahasiaan. e. Kerja sama dan belajar aktif (active learning) di ruang kelas. f. Pendekatan yang memusatkan perhatian pada siswa (student centered) dan pendekatan berdasarkan keterampilan dalam proses belajarmengajar. g. Menciptakan situasi beajar baik dalam maupun di luar kelas yang memungkinkan untuk menganalisis situasi secara kritis, memecahkan masalah serta mengambil keputusan. h. Komunikasi yang baik antar siswa dan guru.
2. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 2.1. Pengertian Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) merupakan upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan sekolah (Entjang, 2000).
Universitas Sumatera Utara
Azrul Azwar dalam Effendy (1998) juga menjelaskan bahwa UKS ialah bagian dari usaha kesehatan pokok yang menjadi beban tugas puskesmas yang ditujukan kepada sekolah-sekolah dengan anak beserta lingkungan hidupnya, dalam rangka mencapai keadaan kesehatan anak sebaik-baiknya dan sekaligus meningkatkan prestasi belajar anak sekolah setinggi-tingginya. Dalam Undang-Undang No. 23 pasal 45 tentang UKS ditegaskan bahwa “Kesehatan Sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik dalam lingkungan hidup sehat sehingga peserta didik dapat belajar, tumbuh, dan berkembang secara harmoni dan optimal sehingga diharapkan dapat menjadikan sumber daya manusia yang berkualitas” (Entjang, 2000).
2.2. Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Tujuan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat serta derajat kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Sedangkan secara khusus tujuan UKS adalah untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang didalamnya mencakup: a. Memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan di sekolah dan perguruan agama, rumah tangga, maupun di lingkungan masyarakat; b. Sehat, baik dalam arti fisik, mental, sosial, maupun lingkungan; c. Memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaa merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah sosial lainnya.
2.3. Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Sasaran pelayanan UKS adalah seluruh peserta didik dari berbagai tingkat pendidikan sekolah, mulai dari taman kanak-kanak, pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan agama, pendidikan kejuruan, dan pendidikan khusus (sekolah luar biasa) (Notoatmodjo, 2012). Untuk sekolah dasar, Usaha Kesehatan Sekolah diprioritaskan pada kelas I,III, dan kelas VI ( Effendi, 1998). Alasannya adalah: a.
Kelas I
Merupakan fase penyesuaian dalam lingkungan sekolah yang baru dan lepas dari pengawasasn orang tua, kemungkinan kontak dengan berbagai penyebab penyakit lebih besar karena ketidaktahuan dan ketidakmengertian tentang kesehatan. Disamping itu kelas I adalah saat yang baik intuk diberikan imunisasi ulangan. Pada kelas I ini dilakukan penjaringan untuk mendeteksi kemungkinan adanya kelainan yang mungkin timbul sehingga mempermudah pengawasan untuk jenjang berikutnya.
Universitas Sumatera Utara
b.
Kelas III
Dilaksanakan di kelas III untuk mengevaluasi hasil pelaksanaan UKS dikelas I dahulu dan langkah-langkah selanjutnya yang akan dilakukan di dalam program pembinaan UKS. c.
Kelas VI
Dalam rangka mempersiapkan kesehatan peserta didik ke jenjang pendidikan selanjutnya, sehingga memerlukan pemeliharaan dan pemeriksaan kesehatan yang cukup. Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi: a. Sasaran primer: peserta didik. b. Sasaran sekunder: guru, pamong belajar/tutor orang tua, pengelola pendidikan dan pengelola kesehatan, serta TP UKS disetiap jenjang. c. Sasaran tertier: lembaga pendidikan mulai dari tingkat prasekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk satuan pendidikan luar sekolah
dan
perguruan
agama
serta
pondok
pesantren
beserta
lingkungannya.
2.4. Ruang Lingkup Program dan Pembinaan UKS A.
Ruang lingkup program UKS Ruang lingkup UKS adalah ruang lingkup yang tercermin dalam Tiga
Program Pokok Usaha Kesehatan Sekolah/TRIAS UKS (Notoatmodjo, 2012), yaitu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan. Guna memberikan pengertian, pemahaman, dan kemampuan tentang caracara memelihara dan meningkatkan kesehatan, pendidikan kesehatan penting dilaksanakan di sekolah-sekolah mulai Taman Kanak-Kanak sampai dengan Sekola Lanjutan Atas dan yang sederajat. Pendidikan kesehatan di sekolah dapat diwujudkan melalui dua jalur, yakni: a. Jalur kurikuler Jalur kegiatan kurikuler dilaksanakan sesuai dengan kurikulum satuan pendidikan, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan No.22 Tahun 2006 dalam mata ajaran “Pendidikan Jasmani Olah Raga dan Kesehatan”. Menurut surat keputusan ini, semua satuan tingkat pendidikan dari TK sampai SLTA dan yang sederajat, Pendidikan Kesehatan diberikan sesuai dengan kurikulum pada masingmasing jenjang pendidikan tersebut. b. Jalur ekstrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler dirancang dan dilaksanakan oleh masing-masing sekolah. Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini disesuaikan dengan kondisi dan situasi serta kebijakan masing-masing sekolah. Kegiatan ekstrakurikuler dilaksanakan juga terkait dengan: pendidikan kesehatan, pembinaan pelayanan kesehatan, dan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Melalui kegiatan pendidikan kesehatan baik kurikuler maupun nonkurikuler ini, maka anak sekolah, guru dan karyawan dapat menyebarluaskan kepada keluarga dan lingkungan sosialnya. Muatan pendidikan kesehatan tersebut disesuaikan dengan karakter perilaku yang dipandang sebagai faktor resiko
Universitas Sumatera Utara
terhadap kesehatan anak sekolah. Misalnya, pada anak usia SD diberikan pendidikan kesehatan tentag perlunya menjaga kebersihan diri, mengenal pentingnya imunisasi, mengenal makanan sehat, mengenal penyakit diare, demam berdarah, dan influenza, mengenal kebersihan lingkungan, sekolah, dan rumah, serta memahami pentingnya buang sampah pada tempatnya. Adapun pada anak SLTA diberikan materi tentang bahaya narkotika, pentingnya pemeliharaan alat reproduksi. Tujuan penyelenggaraan pendidikan kesehatan antara lain: a. Memiliki pengetahuan tentang ilmu kesehatan, termasuk cara hidup sehat dan teratur. b. Memiliki nilai dan sikap yang positif terhadap prinsip hidup sehat. c. Memiliki keterampilan dalam melaksanakan hal yang berkaitan dengan pemeliharaan, pertolongan, dan perawatan kesehatan. d. Memiliki kebiasaan hidup sehari-hari yang sesuai dengan syarat kesehatan. e. Memiliki kemampuan dan kecakapan (life skill) untuk berperilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. f. Memiliki pertumbuhan termasuk bertambah tingginya badan dan berat badan secara harmonis (proporsional). g. Mengerti dan dapat menerapkan prinsip-prinsip pengutamaan pencegahan penyakit dalam kaitannya dengan kesehatan dan keselamatan dalam kehidupan sehari-hari. h. Memiliki daya tangkal terhadap pengaruh buruk dari luar (napza, arus informasi dan gaya hidup yang tidak sehat).
Universitas Sumatera Utara
i. Memiliki tingkat kesegaran jasmani yang memadai dan derajat kesehatan yang optimal serta mempunyai daya tahan tubuh yang baik terhadap penyakit.
2. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan Pelayanan kesehatan di sekolah diselenggarakan guna mendukung terwujudnya perilaku sehat bagi masyarakat sekolah, terutama anak sekolah. Oleh sebab itu, program atau kegiatan pelayanan kesehatan tidak semata-mata adanya pelayanan untuk anak sekolah yang sakit/cedera saja, tetapi juga mencakup kegiatan pelayanan promotif dan preventif. Tujuan pelayanan kesehatan antara lain: a. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan melakukan tindakan hidup sehat dalam rangka membentuk perilaku hidup sehat. b. Meningkatkan daya tahan tubuh peserta didik terhadap penyakit, kelainan, dan cacat. c. Menghentikan proses penyakit dan pencegahan komplikasi akibat penyakit/kalainan pengembalian fungsi dan meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera agar dapat berfungsi optimal. Pelayanan kesehatan adalah upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilakukan terhadap peserta didik dan lingkungannya.
Universitas Sumatera Utara
a. Kegiatan Peningkatan ( Promotif) Kegiatan peningkatan (promotif) dilaksanakan melalui kegiatan penyuluhan kesehatan dan latihan keterampilan yang dilaksanakan secara ekstrakurikuler, yaitu: 1. Latihan keterampilan teknis dalam rangka pemeliharaan kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelayanan kesehatan, antara lain: a. Dokter Kecil b. Kader Kesehatan Remaja c. Palang Merah Remaja d. Saka Bhakti Husada/Pramuka 2. Pembinaan sarana keteladanan yang ada di lingkungan sekolah, antara lain: a. Pembinaan warung sekolah sehat. b. Lingkungan sekolah yang terpelihara dan bebas dari faktor pembawa penyakit. 3. Pembinaan keteladanan berperilaku hidup bersih dan sehat kecacingan, (PHBS).
b. Kegiatan Pencegahan (Preventif) Kegiatan pencegahan dilaksanakan melalui kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan mata rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebalum timbul penyakit, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
a. Pemeliharaan kesehatan yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus untuk penyakit-penyakit tertentu, antara lain demam berdarah, dan muntaber. b. Penjaringan (screening) kesehatan bagi anak yang baru masuk sekolah. c. Pemeriksaan berkala kesehatan setiap 6 bulan. d. Mengikuti (memonitor/memantau) pertumbuhan peserta didik. e. Imunisasi peserta didik dari kelas I sampai kelas VI di sekolah dasar dan madrasah ibtidaiyah. f. Usaha pencegahan penularan penyakit dengan jalan memberantas sumber infeksi dan pengawasan kebersihan lingkungan sekolah dan perguruan agama. g. Konseling kesehatan remaja di sekolah dan perguruan agama oleh kader kesehatan sekolah, guru BP, dan guru agama dan Puskesmas oleh Dokter Puskesmas atau tenaga kesehatan lain.
c. Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif) Kegiatan penyembuhan dan pemulihan dilakukan melalui kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera atau cacat agar dapat berfungsi optimal, yaitu: a. diagnosis dini b. pengobatan ringan
Universitas Sumatera Utara
c. pertolongan pertama pada kecelakaan dan pertolongan pertama pada penyakit d. rujukan medik
3. Pembinaan Lingkungan Kehidupan Sekolah Sehat Lingkungan sekolah yang sehat merupakan faktor pemudah (enabling factors) bagi terwujudnya perilaku yang sehat. Meskipun siswa-siswa telah mengetahui dan memahami bahwa buang sempah harus ditempatnya, buang air kecil atau air besar harus di WC sekolah, tetapi kalau di lingkungan sekolah tidak ada tempat sampah atau WC sekolah, maka siswa tersebut akan membuang sampah di sembarang tempat. Oleh sebab itu, lingkungan sekolah harus kondusif untuk perilaku hidup sehat, atau mempunyai fasilitas lingkungan yang mendukung perilaku hidup sehat. Pembinaan
lingkungan
sekolah
mencakup
lingkungan
fisik
dan
lingkungan non-fisik. Selain itu juga dibutuhkan pembinaan lingkungan masyarakat sekitar yang berada dekat dengan sekolah utuk membantu terciptanya lingkungan sekolah yang kondusif. a.
Pembinaan lingkungan sekolah 1. Lingkungan fisik sekolah, meliputi: a. Penyediaan air bersih b. Pemeliharaan penampungan air bersih c. Pengadaan dan pemeliharaan tempat pembuangan sampah d. Pengadaan dan pemeliharaan air limbah
Universitas Sumatera Utara
e. Pemeliharaan WC/jamban/urinoir f. Pemeliharaan kamar mandi g. Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruangan kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, dan ruang ibadah h. Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah) i. Pengadaan dan pemeliharaan warung kantin sekolah j. Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah.
2. Lingkungan non-fisik (sosial dan mental) Program pembinaan lingkungan mental dan sosial yang sehat dilakukan melalui usaha pemantapan sekolah sebagai lingkungan pendidikan (wiyatamandala) dengan meningkatkan pelaksanaan konsep ketahanan sekolah (7K), sehingga tercipta suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah. Selain peningakatan pelaksanaan konsep 7K program pembinaan dilakukan dalam bentuk kegiatan antara lain: a. Konseling kesehatan b. Bakti sosial masyarakat sekolah terhadap lingkungan c. Perkemahan d. Penjelajahan/hiking/darmawisata e. Teater, musik, olahraga f. Kepramukaan, PMR, Dokter kecil, dan kader Kesehatan Remaja g. Karnaval. bazar, lomba.
Universitas Sumatera Utara
b.
Pembinaan Masyarakat Sekitar 1. Pembinaan dengan cara pendekatan kemasyarakat dapat dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah dan pondok pesantren, guru, pembina UKS. Misalnya dengan jalan membina hubungan baik bekerjasama dengan masyarakat/LKMD/dewan kelurahan, ketua RT/RW, dan organisasiorganisasi kemasyarakatan lainnya. 2. Penyelenggaraan ceramah tentang kesehatan dan pentingnya arti pembinaan lingkungan sekolah sebagai lingkungan belajar yang sehat. Untuk ini masyarakat diundang ke sekolah. Pembicara dapat diminta dari Puskesmas, pemerintah daerah setempat, narasumber lainnya misalnya dari LSM. 3. Penyuluhan massa baik secara tatap muka maupun melalui media cetak dan audio visual. 4. Menyelenggarakan proyek panduan di sekolah/madrasah/pondok pesantren.
B.
Ruang Lingkup Pembinaan dan Pengembangan UKS Ruang lingkup pembinaan UKS meliputi: 1. Pendidikan kesehatan 2. Pelayanan kesehatan 3. Pemeliharaan lingkungan kehidupan sekolah sehat 4. Ketenagaan 5. Sasaran prasarana
Universitas Sumatera Utara
6. Penelitian dan pengembangan 7. Manajemen organisasi 8. Monitoring dan evaluasi.
2.5. Hasil Program UKS yang diharapkan a. Dari segi peserta didik : 1. Siswa memiliki pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk melaksanakan hidup sehat dan mampu memecahkan masalah kesehatan sederhana dengan turut berpartisipasi aktif dalam UKS. 2. Siswa sehat fisik, mental, maupun sosial dan untuk siap untuk menjalani hidup sehat dan sejahtera. 3. Siswa memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh buruk pergaulan bebas, penyalahgunaan napza, dan tauran. 4. Siswa memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang benar untuk menghadapi permasalahan terutama masalah kesehatan. 5. Siswa mempunyai kemampuan dan keterampilan pemeliharaan dan membina kebersihan, kelestarian lingkunagn fisik di rumah dan sekolah. 6. Siswa mempunyai status kesehatan dan kesegaran jasmani yang baik. 7. Siswa bebas dari penyakit menular dan penyakit seksual. 8. Siswa
bebas
dari
kebiasaan
rokok,
minum
alkohol,
dan
penyalahgunaan napza (Depkes, 2007).
Universitas Sumatera Utara
b. Dari segi lingkungan sekolah Semua ruangan dan kamar mandi, WC, dan pekarangan sekolah bersih, tidak ada sampah, serta tersedianya sumber air bersih bagi siswa ( Effendi, 2007).
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan UKS Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis besarnya perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek, yakni aspek fisik, psikis, dan sosial. Akan tetapi dari ketiga aspek tersebut sulit untuk dipastikan aspek mana yang paling mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagaigejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007). Beberapa teori telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku berangkat dari analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan salah satunya teori Lawrence Green (1980) (Notoatmodjo, 2007) Green mencoba menganalisis perilaku manusia, ia menyatakan bahwa tingkat kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor, yakni:
Universitas Sumatera Utara
3.1. Faktor Predisposisi Faktor predisposisi merupakan faktor pencetus yang berfungsi untuk memotivasi individu atau kelompok untuk melakukan tindakan yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, dan sebagainya. a. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Hornty (1995), pengetahuan adalah faktor-faktor informasi, pemahaman, dan keahlian yang dimiliki seseorang melalui pengalaman atau pendidikan (Notoatmodjo, 1997). Secara garis besar domain tingkat pengetahuan (kognitif) mempunyai enam tingkatan, meliputi: mengetahui, memahami, menggunakan, menguraikan, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Ciri pokok dalam taraf pengetahuan adalah ingatan tentang sesuatu yang diketahuinya baik melalui pengalaman, belajar, ataupun informasi yang diterima dari orang lain (Notoatmodjo, 2007).
b. Sikap Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap
Universitas Sumatera Utara
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup (Notoatmodjo, 2007). Dalam menentukan sikap yang utuh, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi mememgang peranan penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai tingkatan berdasarkan intensitasnya, yaitu menerima, menanggapi, menghargai, dan bertanggung jawab (Notoatmodjo, 2007).
3.2 Faktor Pendukung Faktor pendukung merupakan faktor yang mendukung atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud dengan faktor pendukung adalah sarana dan prasarana atau fasilitas (Notoadmodjo, 2007). Sarana dan prasarana merupakan alat penunjang keberhasilan suatu proses upaya yang dilakukan didalam pelayanan publik, karena apabila kedua hal ini tidak tersedia, maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil yang diharapkan sesuai rencana. Moenir (1992) mengemukakan bahwa sarana adalah segala jenis peralatan, perlengkapan, dan fasilitas yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam pelaksanaan pekerjaan, dan juga dalam rangka kepentingan yang sedang berhubungan dengan organisasi kerja. Pengertian yang dikemukakan oleh Moenir, jelas memberi arah bahwa sarana dan prasarana adalah seperangkat alat yang digunakan dalam suatu proses kegiatan baik alat
Universitas Sumatera Utara
tersebut merupakan peralatan pembantu maupun peralatan utama, yang keduanya berfungsi untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai.
3.3 Faktor Pendorong Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya Hal ini berarti bahwa untuk berperilaku memerlukan dorongan dari orang lain, seperti guru dan petugas kesehatan. a. Guru Guru menurut Undang-undang No. 14 Tahun 2005 adalah pendidik profesional
dengan
tugas
utama
memdidik,
mengajar,
membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru memberi pengaruh besar dalam perubahan sikap peserta didiknya karena guru yang bertanggung jawab dalam mengawasi peserta didik selama di sekolah. b. Petugas kesehatan Dalam UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan yang dimaksud dengan tenaga atau petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan, memiliki pengetahuan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memerlukan kewenangan dalam menjalankan pelayanana kesehatan.
Universitas Sumatera Utara