BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Manusia sebagai salah satu makluk hidup mempunyai bentangan yang sangat luas, antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). Menurut Skinner, yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua: 1.
Perilaku Tertutup (Covert Behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
Universitas Sumatera Utara
persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2.
Perilaku terbuka (Overt Behavior) Respon seseorang dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon seseorang terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain
2.1.2 Jenis Perilaku Menurut Notoatmodjo, 2010 perilaku dibagi menjadi dua bagian yaitu 1. Perilaku yang alami (Innate Bahavior) Perilaku alami yaitu yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang berupa reflex dan insting 2.
Perilaku Operan (Operant Behavior) Perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar, sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan.
2.1.3 Domain Perilaku Teori Bloom yang dikutip dalam Notoatmodjo (2010) membedakan perilaku dalam 3 domain perilaku yaitu : kognitif (cognitive), afektif (affective) dan psikomotor (psychomotor). Untuk kepentingan pendidikan praktis, teori ini kemudian dikembangkan menjadi 3 ranah perilaku yaitu : 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
Universitas Sumatera Utara
panca indra manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk
tindakan
seseorang
(overt
behaviour)
Tingkat
pengetahuan di dalam domain kognitif (Notoatmodjo, 2010), tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu: a.
Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima
b.
Memahami (comprehension), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara
benar
tentang
objek
yang
diketahui
dan
dapat
menginterpretasikan suatu materi tersebut secara benar. c.
Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
d.
Analisis (analysis), yaitu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e.
Sintesis
(synthesis),
merupakan
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f.
Evaluasi (evaluation), tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Universitas Sumatera Utara
2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat lansung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb salah seorang ahli psikososial dikutip Notoatmodjo (2010), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku Menurut Allport dikutip Notoatmodjo (2007) sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu: a. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.
Universitas Sumatera Utara
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: a.
Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
b.
Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c.
Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d.
Bertanggung jawab (responsible) Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3. Tindakan (practice) Seperti telah disebutkan di atas bahwa sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana. Setelah
Universitas Sumatera Utara
seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan (Notoatmodjo, 2007). 2.1.4
Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan (health behaviour) adalah respon seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang memengaruhi sehat-sakit (kesehatan) seperti lingkungan, makanan, minuman, dan pelayanan kesehatan. Dengan perkataan lain perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain, meningkatkan kesehatan, dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena masalah kesehatan. Oleh sebab itu perilaku kesehatan ini pada garis besarnya dikelompokkan menjadi dua yakni (Notoatmodjo, 2010) : 1. Perilaku orang yang sehat agar tetap sehat dan meningkat. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku sehat (healthy behaviour). 2. Perilaku orang yang sakit atau telah terkena masalah kesehatan, untuk memperoleh penyembuhan atau pemecahan masalah kesehatannya. Oleh sebab itu perilaku ini disebut perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking
Universitas Sumatera Utara
behaviour). Tempat pencarian kesembuhan ini adalah tempat atau fasilitas pelayanan kesehatan seperti RS, puskesmas, poliklinik, dan lain-lain. 2.1.5 Teori Perilaku Kesehatan Perilaku dan budaya kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam meminilisasi terjadinya kecelakaan kerja. pada beberapa penelitian yang dilakukan perilaku merupakan salah satu faktor penting yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. terdapat beberapa teori yang berhubungan dengan teori yang berhubungan dengan perilaku tersebut antara lain: 1.
Social Cognitive Theory Social Cognitive Theory merupakan teori perilaku kesehatan yang dikembangkan
oleh Albert Bandura. Terdapat tiga faktor yang mempenagruhi perilaku kesehatan yaitu faktor personal, faktor sosial, dan lingkungan, dimana satu sama lain saling menentukan yang besrifat dinamis, berkesinambungan, dimana perubahan satu faktor akan mempengaruhi perubahan pada dua faktor lainnya (Glanz, 2002). Teori sosial kognitif digunakan untuk mengenal dan memprediksi perilaku individu dan grup serta mengidenfikasi metode-metode yang tepat dalam mengubah perilaku. Teori ini erat hubungannya dengan pembelajaran seseorang menjadi pribadi yang lebih baik. Teori ini menjelaskan bahwa dalam belajar, pengetahuan, pengalaman pribadi, karakteristik individu seperti (persepsi dan motivasi) berinteraksi.
Universitas Sumatera Utara
2.
Teori Ramsey Ramsey mengemukaakan bahwa perilaku kerja yang aman atau terjadinya
perilaku yang dapat menyebabkan kecelakaan, dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu: a.
Pegamatan Seseorang mengamati suatu bahaya yang mengancam. Bila seseorang tidak mengamati atau salah mengamati adanya bahaya maka ia tidak akan menampilakan perilaku kerja yang aman
b.
Kognitif (pengetahuan) Seseorang harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai potensi bahaya sehingga ia dapat berperilaku kerja yang aman.
c.
Pengambilan keputusan Perilaku kerja seseorang akan aman jika ia memiliki keputusan untuk menghindari walaupun yang bersangkutan telah melihat dan mengetahui bahwa yang dihadapi tersebut merupakan suatu yang membahayakan.
d.
Kemampuan Perilaku seseoarang dalam bekerja akan aman jika ia memilki kemampuan bertindak untuk menghindari bahaya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6
Perilaku Organisasi Organisasi adalah sekumpulan orang yang bekerja bersama-sama untuk
mencapai tujuan tertentu. Organisasi, yang berbeda dari sekadar sekumpulan orang karena mempunyai tujuan yang spesifik dan memiliki struktur yang lebih formal, terbentuk bilamana beberapa orang bergabung, menjalankan dan mengkoordinasikan tugas dan tanggung jawab untuk tujuan tertentu. Dapat dikatakan pula bahwa organisasi sebagai usaha mendapatkan sumber daya dan memanfaatkannya, diharapkan dengan cara yang efisien, untuk menghasilkan. Yang dimaksud dengan perilaku organisasi adalah kegiatan-kegiatan dan proses yang digunakan oleh anggota-anggota organisasi untuk melakukan hal itu. Perilaku organisasi membahas seluruh kegiatan organisasi yang di dalamnya terdapat, perilaku manusia, budaya, sosial dan sistem yang mendukung adanya organi sasi tersebut. Sehingga antara manusia dan organisasi dapat saling mempengaruhi. Perilaku organisasi adalah bidang studi yang mempelajari pengaruh yang dimiliki olehindividu, kelompok, dan struktur terhadap perilaku dalam organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektifitas suatu organisasi. Sistem pengendalian manajemen mempengaruhi perilaku manusia. Perilaku unit terdiri dari pengetahuan, motivasi, kepribadian, emosi-emosi, persepsi, pelatihan, keefektifan pemimpin, kepuasaan pekerjaan, pembuatan dan sikap. Jika dikaitkan dengan penggunaan APD yang memiliki tujuan untuk mencapai kesehatan dan keselamatan kerja maka dibutuhkan perilaku unit kerja yang sistematis.
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Motivasi Istilah motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mengarahkan daya dan potensi agar bekerja mencapai tujuan yang ditentukan (Malayu S.P Hasibuan, 2006). Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk berperilaku beraktifitas dalam pencapaian tujuan. Motivasi ada karena adanya kebutuhan seseorang yang harus segera mencapai tujuan. Motivasi adalah suatu perangsang keinginan (Want) dan daya tertentu yang ingin dicapai. Tingkah laku seseorang dipengaruhi serta dirangsang oleh keinginan, kebutuhan, tujuan dan kepuasannya. Rangsangan timbul dari diri sendiri dan dari luar atau lingkungan. Rangsangan matariil dan non materiil ini akan menciptakan motivasi yang mendorong orang bekerja atau beraktivitas untuk memperoleh kebutuhan dan kepuasan dari kerjanya (Malayu S.P Hasibuan, 2006). Oleh sebagian besar ahli, proses motivasi diarahkan untuk mencapai tujuan. Tujuan atau hasil yang dicari karyawan dipandang sebagai kekuatan yang bisa menarik orang. Memotivasi orang adalah proses manajemen untuk mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Suarli dan Bahtiar, 2010). Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan (situasion). Motivasi terbentuk dar sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahan. Motivasi merupakan kondisi atau energy yang menggerakkan diri karyawan karyawan yang terarah atau tertuju organisasi perusahaan. Sikap mental karyawan yang pro dan
Universitas Sumatera Utara
positif terhadap situasi itulah yang memperkuat motivasi kerja untuk mencapai kinerja maksimal. Dari definisi motivasi diatas dapat ditarik sutu kesimpulan 3 faktor pokok dalam motivasi adalah motivasi menjadi kekuatan pendorong bagi seseorang untuk berperilaku tertentu adanya orientasi tertentu untuk tujuan tertentu dan adanya kebutuhan pribadi. Jadi motivasi merupakan dorongan bagi seseorang berperilaku tertentu untuk mencapai keinginannya sehingga tercapai kesesuaian antara kebutuhan pribadi dengan tujuan organisasi. Kesesuaian akan dapat menimbulkan sinergi dalam mencapai organisasi (Mitfah, 2003).
2.2
Alat Pelindung Diri
2.2.1 Pengertian Alat Pelindung Alat pelindung diri perorangan adalah alat yang digunakan seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya tertentu, baik yang berasal dari pekerjaan dan berguna dalam usaha untuk mencegah atau mengurangi kemungkinan cedera atau sakit. Alat pelindung diri adalah suatu alat yang mempunyai kemempuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung diri dipakai setelah usaha rekayasa (engineering) dan cara kerja yang aman telah maksimun (Depnakertrans RI, 2004) Alat pelindung diri yang telah dipilih hendaknya memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1.
Dapat memberikan perlindungan terhadap bahaya
2.
Berbobot ringan
3.
Dapat dipakai secara fleksibel (tidak memedakan jenis kelamin)
4.
Tidak menimbulakan bahaya tambahan
5.
Tidak mudah rusak
6.
Memenuhi ketentuan dari standar yang ada
7.
Pemeliharaan mudah
8.
Penggantian suku cadang mudah
9.
Tidak membetasi gerak
10. Rasa tidak nyaman tidak berlebihan 11. Bentuknya cukup menarik Menurut Boediono yang mengutip anjuran ILO (1989), beberapa kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh semua jenis peralatan pelindung, ada dua hal yang penting yaitu: 1. Apapun sifat bahayanya, peralatan pelindung harus memberikan perlindungan terhadap bahaya tersebut 2. Peralatan pelindung tersebut harus ringan dipakinya dan awet dan membeuat rasa kurang nyaman sekecil mungkin, tetapi memungkinkan mobilitas, pengelihatan, dan sebagainya yang maksimum.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tujuan dan Manfaat dari Penggunaan APD Tujuan penggunaan APD adalah: 1. Melindungi tenaga kerja apabila usaha rekayasa dan administrative tidak dapat dilakukan dengan baik 2. Meningkatkan efektivitas dan produktivitas kerja 3. Menciptakan lingkungan kerja yang aman Manfaat pengunaan APD adalah: 1.
Untuk melindungi seluruh/ sebagian tubuh terhadap kemungkinan adanya potensi bahya / kecelakaan kerja
2.
Mengurangi resiko akibat kecelakaan
Keuntungan penggunaan APD dapat dirasakan oleh tiga pihak yaitu perusahaan, tenaga kerja, masyarakat dan pemerintah (Suma’mur 2009) : 1.
Perusahaan a.
Meningkatkan keuntungan karena hasil produksi dapat terjamin baik jumlah maupun mutunya
b.
Penghematan biaya pengobatan serta pemeliharaan kesehtan para tenaga kerja
c.
Menghindari terbuangnya jam kerja akibat absentisme tenaga kerja sehingga dapat tercapai produktivitas yang tinggi dan dengan efisiensi yang optimal
2.
Tenaga kerja a.
Menghindari diri dari resiko pekerjaan seperti kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
Universitas Sumatera Utara
b.
Memberikan perbaikan kesejahteraan pada tenaga kerja sebagai akibat adanya keuntungan perusahaan
3.
Masyarakat dan pemerintah a.
Meningkatkan hasil produksi dan mengutamakan perekonomian negara dan jaminan yang memuaskan bagi masyarakat
b.
Menjamin kesejahteraan masyarakat tenaga kerja, berarti melindungi sebagian penduduk Indonesia dan membantu usaha-usaha kesehatan pemerintah
c.
Kesejahteraan tenaga kerja, berarti menjamin kesejahteraan keluarga secara langsung
d.
Merupakan suatu usaha kesehatan masyarakat yang akan membentu kearah pembentukan masyarakat sejahtera
e.
Kebiasaan hidup sehat diperusahaan akan membantu penerapannya dalam pembinaan kesehatan masyarakat.
2.2.3
Kebijakan tentang APD Undang-undang N0. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan pasal 108
menyatakan bahwa “setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : Keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusialaan, perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama”. Oleh karena itu upaya perlindungan terhadap pekerja akan bahaya khususnya pada saat melaksanakan kegiatan di tempat kerja perlu dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan APD di tempat kerja telah diatur pada Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 antara lain: 1. Pasal 3 ayat 1 butir F menyatakan bahwa salah satu syarat-syarat keselamatan kerja adalah dengan cara memberikan alat pelindung diri (APD) pada pekerja 2. Pasal 9 ayat 1 butir C menyatakan bahwa pengurus (perusahaan) diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang alat-alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan 3. Pasal 12 butir B menyatakan bahwa tenaga kerja diwajibkan untuk memakai alat pelindung diri (APD) 4. Pasal 12 butir E menyatakan bahwa pekerja boleh mengatakan keberatan apabila alat pelindung diri yang diberikan diragukan tingkat keamanannya 5. Pasal 13 menyatakan barang siapa yang memasuki suatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat pelindung diri yang diwajibkan 6. Pasal 14 butir C meyatakan bahwa pengurus diwajibkan untuk menyediakan secara cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinanya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut. Kebijakan dalam bentuk sanksi dan pemberian penghargaan/ hadiah ternyata mempunyai makna dalam meningkatkan motivasi berperilaku pekerja terutama dalam penggunaan APD.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Jenis-Jenis APD Alat-alat proteksi diri beraneka ragam bentuknya. ada 8 jenis APD, dimana penggolongannya berdasarkan bagian-bagian tubuh yang dilindunginya: 1.
Alat pelindung Kepala Alat ini terdiri dari alat pengikat rambut, penutup rambut, topi dari berbagai bahan,
terbuat dari bahan yang kuat, tahan terhadap benturan, tusukan, api, air, dan listrik tegangan rendah maupun tinggi. Pelindung kepala dapat pula dikombinasi dengan tutup telinga. Penggunaan alat ini bertujuan untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dengan benda tajam atau keras yang menyebabkan luka, tergores, terpotong, tertusuk, terpukul oleh benda-benda jatuh, malayang dan meluncur, juga melindungi kepala dari panas radiasi, api, percikan bahan-bahan kimia korosif dan mencegah rambut rontok dengan bagian mesin yang berputar. Tenaga kerja wanita dengan rambut yang panjang sering mengalami kecelakaan akibat rambutnya terjerat dalam mesin yang berputar. 2. Alat Pelindung Mata Kacamata pengaman diperlukan untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak dengan bahaya karena percikan atau kemasukan debu-debu, gas-gas uap, cairan korosif, partikel-partikel melayang, atau terkena radiasi gelombang elektromagnetis.
Universitas Sumatera Utara
Ada lima tipe alat pelindung mata:
3.
a.
Spectacles
b.
Eye Shields (kacamata tanpa pelindung samping)
c.
Gogles (cup type dan box type)
d.
Face screen
e.
Visors
Alat Pelindung muka Alat ini digunakan untuk melindungi wajah dari bahaya cedera dari percikan
api atau bahan berahaya lainnya pada saat bekerja seperti pada pengelasan. Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam, dapat berbentik helm las (helmet welding) dan kedok las (handshield welding). 4. Alat Pelindung Kaki Alat pelindung kaki berfungsi untuk melindungi kaki dari tertimpa benda-benda berat, percikan larutan asam dan basa yang korosif atau cairan yang panas, terinjak benda-benda tajam dan terlindungi dari dermatitis/ eksim karena zat-zat kimia dan kemungkinan tersandung atau tergelincir. Sepatu yang digunakan disesuaikan dengan jenis resiko, seperti: a. Pada industri ringan/ tempat kerja biasa b. Sepatu pelindung (safety shoes) atau sepatu boot c. Untuk mencegah tergelincir, dipakai sol anti slip luar dari karet alam atau sintesik dengan bermotif timbul (permukaan kasar) d. Untuk mencegah tusukan dari benda-benda runcing, dilapisi dengan logam
Universitas Sumatera Utara
e. Terhadap bahaya listrik, sepatu seluruhnya harus dijahit atau direkat tidak boleh menggunakan paku f.
Sepatu atau sandal yang berlandaskan kayu, baik dipakai pada tempat kerja yang lembab, lantai panas.
g. Sepatu boot dari sintesis untuk pencegahan bahan-bahan kimia h. Untuk bekerja dengan logam cair atau benda panas, ujung celana tidak boleh dimasukkan ke dalam sepatu, karena cairan logam atau bahan panas dapat masuk kedalam sepatu 5. Alat Pelindung Tangan Alat pelindung tangan berfungsi melindungi tangan dan jari-jari dari api, panas dingin, radiasi elektromagnetik dan radiasi mengion, listrik, bahan kimia, benturan dari pukulan, luka, lecet dan infeksi. Bentuknya macam-macam antara lain: a. Sarung tangan (gloves) b. Mitten : sarung tangan dengan ibu jari terpisah sedang jari lain menjadi satu c. Hand pad : melindungi telapak tangan d. Sleeve: untuk pergelangan tangan sampai lengan, biasanya digabung dengan sarung tangan 6. Alat Pelindung Telinga Alat pelindung telinga terdiri dari dua jenis (ear plug) dan tutup telinga (ear muff): a. Sumbat telingan Sumbat telinga yang baik adalah menahan frekuensi tertentu saja, sedangkan frekuensi untuk bicara bisanya (komunikasi) tidak terganggu. Kelemahan dari
Universitas Sumatera Utara
sumbat telinga adalah tidak tepat ukurannya dengan lubang telinga pemakai, kadang-kadang lubang telinga kanan tidak sama dengan yang kiri Sumbat telinga dapat terbuat dari karet, plastic keras, plastic lunak, lilin dan kapas. Yang disenangi adalah jenis karet dan plastic lunak karena bisa menyesuaikan bentuk dengan lubang teliga. Kemampuan atenuasi (daya lindung) antara 25-30 dB. Bila ada kebocoran sedikit saja, dapat mengurangi atenuasi kurang lebih 15dB. b. Tutup Telinga Tutup telinga ada beberapa jenis, antenuasinya pada frekuensi antara 280-400 Hz sampai 42dB (35-45 dB) dan untuk frekuensi biasa antara 25-30 dB. Untuk keadaan khusus dapat dikombinasikan antara tutup telinga dan sumbat telinga sehingga dapat antenuasi yang lebih tinggi, tapi tidak lebih dari 50 dB, karena hantaran suara melelui tulang masih ada. 7.
Alat Pelindung Tubuh Pakaian pelindung dapat berbentuk apron yang menutupi sebagian tubuh yaitu
mulai dari dada sampai lutut dan overalls yang menutupi seluruh badan . pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pemakainnya dari percikan cairan, api, larutan bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin, lembab). Pakaian pekeja pria yang bekerja melayani mesin seharusnya berlengan pendek, pas (tidak longgar) pada dada atau punggung, tidak ada lipatan-lipatan yang mungkin mendatangkan bahaya. pakaian kerja wanita sebaiknya menggunkana celana panjang, baju yang pas, tutup rambut dan tidak memakai perhiasan.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Landasan Teori Landasan teori yang digunakan untuk menganalisis perilaku pekerja terhadap penggunaan APD adalah teori perilaku organisasi. Perilaku organisasi adalah tingkah laku yang berusaha menjelaskan tindakan-tindakan manusia secara individu-individu maupun kelompok di dalam organisasi. Perilaku organisasi pada analisis individual terdiri
pengetahuan,
persepsi,
motivasi,
kepribadian,
pelatihan,
kepuasaan,
penghargaan kinerja, rancangan kerja dan tekanan kerja, perilaku organisasi ini akan menjelaskan tindakan-tindakan manusia. Hal ini dapat dikatan bahwa perilaku pekerja akan menjelaskan tindakan pekerja dalam penggunaan APD Unit Individu: 1. Pengetahuan 2. Motivasi 3. Kepribadian 4. Emosi-emosi 5. Persepsi 6. Pelatihan 7. Keefektifan pemimpin 8. Kepuasaan Pekerjaan 9. Pembuatan keputusan individual 10. Penghargaan kinerja 11. Ukuran sikap
Perilaku Organisasi
Tindakan Individu
Gambar 2.1. Landasan Teori Perilaku Organisasi
Universitas Sumatera Utara
2.4
Kerangka Konsep Berdasarkan rumusan teori tersebut, maka penulis dapat merumuskan kerangka
penelitian serta variabel-variabel yang akan diteliti, seperti pada gambar berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
Perilaku Karyawan Pengetahuan
Tindakan Penggunaan APD
Sikap Motivasi Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Konsep utama penelitian ini adalah menganalisa pengaruh perilaku karyawan kilang papan dalam penggunaan alat pelindung diri di PT Hidup Baru Kota Binjai. Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan motivasi sedangkan variabel dependen adalah tindakan penggunaan APD.
Universitas Sumatera Utara