BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Penyuluhan Penyuluhan merupakan suatu usaha menyebarluaskan hal-hal yang
baru agar masyarakat mau tertarik dan berminat untuk melaksanakannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Penyuluhan juga merupakan suatu kegiatan mendidik sesuatu kepada masyarakat, memberi pengetahuan, informasi-informasi,
dan
kemampuan-kemampuan
baru,
agar
dapat
membentuk sikap dan berperilaku hidup menurut apa yang seharusnya. Pada hakekatnya penyuluhan merupakan suatu kegiatan nonformal dalam rangka mengubah masyarakat menuju keadaan yang lebih baik seperti yang dicita-citakan (Nasution, 1989). Dalam bidang kesehatan, penyuluhan juga berperan merubah perilaku hidup. Menurut UU No. 36 tahun 2009, penyuluhan kesehatan diselenggarakan guna meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat, dan aktif berperan serta dalam upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap kegiatan upaya kesehatan. Penyuluhan kesehatan diselenggarakan untuk mengubah perilaku seseorang atau kelompok masyarakat agar hidup sehat melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Salah satu bentuk dari penyuluhan kesehatan adalah penyuluhan gizi.
Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul & Azwar, 1983). Penyuluhan gizi merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan status gizi masyarakat untuk jangka panjang. Melalui sosialisasi
dan
penyampaian
pesan-pesan
gizi
yang
praktis
akan
membentuk suatu keseimbangan bangsa antara gaya hidup dan pola konsumsi
masyarakat.
Seseorang
yang
berpengetahuan
gizi
baik
cenderung memilih makanan yang lebih baik mutu maupun jumlahnya (Depkes RI, 2002). Teknik penyuluhan gizi adalah cara mempertemukan sasaran dengan materi. Penentuan teknik tergantung pada tujuan, metode, materi, karakteristik sasaran, media dan situasi. Beragam teknik penyuluhan gizi meliputi
ceramah,
seminar,
diskusi,
lokakarya,
simulasi,
pameran,
demonstrans, perlombaan, kunjungan lapangan dan tutorial (Depkes RI, 2009). Pesan gizi yang disampaikan dalam penyuluhan gizi harus tepat. Seseorang tidak perlu mencakup semua informasi yang diketahui tentang sesuatu hal, tetapi apa yang disajikan harus didasarkan pada pengetahuan terbaik yang dimiliki (Depkes RI, 2002). Dalam penelitian ini pesan gizi
yang disampaikan adalah tentang keamanan pangan jajanan yang terdiri dari 5 (lima) kunci keamanan pangan anak sekolah. Berbagai penelitian penyuluhan gizi telah dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2010), tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu menyimpulkan bahwa penyuluhan gizi mempengaruhi perilaku ibu. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ditamarte (2011) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap pengetahuan ibu tentang gizi balita di Desa Argotirto Kabupaten Malang menyimpulkan bahwa pemberian penyuluhan gizi pada ibu balita mampu meningkatkan pengetahuan ibu tentang gizi balita. 2.1.1 Metode Penyuluhan Menurut Van deb Ban dan Hawkins yang dikutip oleh Lucie (2005), pilihanseorang agen penyuluhan terhadap suatu metode atau teknik penyuluhan
sangattergantung
dicapai.Metode
penyuluhan
kepada
tujuan
merupakan
salah
khusus
yang
ingin
satu
faktor
yang
mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain : 1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan. Dalam metode ini, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode ini sangat efektif karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh.
Sementara itu adapun kelemahan metode ini adalah dari segi sasaran yang ingin dicapai, kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu, selain
itu
ada
juga
membutuhkan
banyak
tenaga
penyuluh
dan
membutuhkan waktu yang lama. 2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok Dalam
metode
ini,
penyuluh
berhubungan
dengan
sasaran
penyuluhan secara kelompok. Metode ini cukup efektif karena sasaran dibimbing dan diarahkan untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerjasama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, disamping dari transfer informasi juga terjadi tukar pendapat dan pengalaman antara sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Serta memungkinkan adanya umpan balik dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma anggotanya. Kelemahan
metode
ini
adalah
adanya
kesulitan
dalam
mengkoordinir sasaran karena faktor geografis dan aktivitas sasaran. Salah satu cara yang efektif dalam metode pendekatan kelompok adalah dengan metode ceramah, metode ini cocok digunakan untuk masyarakat yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi maupun rendah. 3. Metode berdasarkan pendekatan massal.
Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran atau keingintahuan semata. Beberapa penelitian mengatakan bahwa metode pendekatan massa dapat mempercepat proses perubahan, tapi jarang dapat mewujudkan perubahan dalam perilaku. Yang termasuk dalam metode ini antara lain : rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, surat kabar dan lain sebagainya. Penelitian yang dilakukan oleh Pulungan (2007) mengenai pengaruh metode penyuluhan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD) di Kecamatan Helvetia menyimpulkan bahwa metode ceramah dengan
leaflet
maupun
ceramah
dengan
film
berpengaruh
secara
signifikan terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap dokter kecil Berdasarkan uraian di atas peneliti memilih metode pendekatan kelompok dengan metode ceramah untuk melakukan penyuluhan gizi tentang keamanan pangan, dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku ke arah yang diharapkan melalui peran aktif sasaran penyuluhan dengan memberikan umpan balik terhadap penyuluh serta adanya saling tukar informasi dan pengalaman antar sesama peserta penyuluhan diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan pesan-pesan keamanan pangan yang disampaikan.
2.1.2 Media Penyuluhan Kata media berasal dari bahasa latin Medius yang secara harafiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Tetapi secara lebih khusus, pengertian media dalam proses pembelajaran cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Menurut Mardikanto (1993), media adalah alat bantu atau benda yang dapat diamati, didengar, diraba atau dirasakan oleh indera manusia yang berfungsi untuk memperagakan atau menjelaskan uraian yang disampaikan penyuluh agar materi penyuluhan mudah diterima dan dipahami. Alat peraga atau media, selain sebagai alat memperjelas juga dapat berfungsi sebagai berikut yaitu 1) Menarik perhatian atau memusatkan perhatian, sehingga konsentrasi sasaran terhadap materi tidak terpecah; 2) Menimbulkan kesan mendalam, artinya apa yang disuluhkan tidak mudah untuk dilupakan; serta 3) Alat untuk menghemat waktu yang terbatas, terutama jika penyuluh harus menjelaskan materi yang cukup banyak. Beberapa alat peraga penyuluhan dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini :
Benda
Benda
Sampel, model, specimen (benda yang diawetkan), pamphlet, leaflet, folder, brosur/booklet
Placard, poster, flipchart, photo, flannelgraph, transparency, sheet
Alat Peraga Penyuluhan Gambar Diproyeksi kan
Slide-film, movie- film, filmstrip, video-film, film televisi/TV
Lambang Grafik
Grafik (garis batang), diagram, skema dan peta
Gambar 2.1 Ragam Alat Bantu Peraga Penyuluhan ( Lucie,2005)
Media juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat untuk menyalurkan pesan, membangkitkan semangat, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses pembelajaran pada diri siswa. (Angkowo dkk, 2007). Hal ini dibuktikan dalam penelitian yang dilakukan oleh Chairunisyah (2011), tentang pengaruh penggunaan media gambar (visual) terhadap peningkatan hasil belajar siswa menyimpulkan bahwa media visual gambar dapat meningkatkan pengetahuan siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Supriani (2008), menyimpulkan bahwa terdapat interaksi antara media pembelajaran dan intelegensi dalam mempengaruhi
kemampuan
membaca.
Penelitian
Rahmi
(2007),
menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara penggunaan media pembelajaran dengan hasil belajar. Penelitian Junita (2009), disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran dan kecerdasan visual spasial mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dan pengelolaan informasi. Disamping berperan dalam meningkatkan semangat belajar dan membangkitkan minat belajar, media pembelajaran juga memberi pengalaman belajar. Media akan membantu dalam melakukan penyuluhan, agar pesanpesan kesehatan dapat disampaikan lebih jelas, dan masyarakat sasaran dapat
menerima
pesan
orang
tersebut
dengan
jelas
dan
tepat
(Notoatmodjo,2007). Media penyuluhan dalam kesehatan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan atau informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator, baik itu melalui media cetak, elektronika, dan media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat merubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Setiap jenis media mempunyai kelebihan dan kekurangan (Notoadmodjo, 2007). Berikut ini kelebihan dan kekurangan dari jenisjenis media dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kekurangan Media No. 1
2
3
Jenis Media Media Cetak, seperti: - poster, - leaflet, -
brosur
-
lembar balik
Media elektronik seperti: - Televisi - Radio - Film - Video film - CD dan VCD
Media luar ruangan, seperti - Banner - Layar lebar - Spanduk
Kelebihan
Kekurangan
- Tahan lama, Tidak dapat - Mencakup banyak orang, biaya menstimulir efek rendah, gerakan dan suara, - Mudah dibawa, tidak perlu listrik, mudah rusak dan dan terlipat - Mempermudah pemahaman
-
Mudah dipahami, Lebih menarik, Sudah dikenal masyarakat, Mengikut sertakan seluruh indra, Penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang, - Jangkauannya relative besar.
- Biaya lebih tinggi, - Perlu listrik dan alat, perlu persiapan dan penyimpanannya, - Perlu Ketrampilan Untuk Mengoperasikannya
- Mudah dipahami, - Lebih menarik, dan - Jangkauannya relative besar
- Biaya lebih tinggi, - Perlu listrik dan alat, perlu persiapan dan penyimpanannya,
Sumber :Notoadmodjo, 2007 Media
merupakan
salah
satu
sarana
penting
dalam
proses
pendidikan gizi. Peran media sangat strategis untuk memperjelas pesan dan meningkatkan efektivitas proses pendidikan gizi. 2.1.3 Media Poster dan Film Menurut Angkowo dkk (2007) yang membagi media berdasarkan jenisnya, media poster dan leaflet merupakan media gambar. Menurut
Notoatmodjo (2007), berdasarkan pembuatan dan penggunaan media, poster merupakan alat peraga yang sederhana, mudah dibuat sendiri dan dapat dipergunakan di berbagai tempat. Taufik (2007) menjelaskan bahwa media poster merupakan alat peraga yang sering digunakan dalam kegiatan promosi kesehatan masyarakat. Poster adalah suatu pesan singkat dalam bentuk gambar dan /atau tulisan dengan tujuan memenaruhi seseorang untuk menginginkan sesuatu yang ditawarkan dan untuk memengaruhi agar orang itu bertindak. Poster adalah media yang paling umum digunakan di lingkungan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2007), kelebihan poster dari media yang lainnya adalah tahan lama, mencakup banyak orang, biaya tidak tinggi, tidak perlu listrik, dapat dibawa kemana-mana, dapat mengungkit rasa keindahan, dan mempermudah pemahaman. Selain itu poster juga mampu menyampaikan kesan-kesan tertentu serta mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Film merupakan media audio visual. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda dengan kamera dan oleh animasi. Pengaruh media audio visual paling lekat berhubungan dengan perilaku suatu propaganda. Media audio visual dapat menimbulkan beberapa perubahan, misalnya perubahan perilaku, meningkatkan pengetahuan, mempengaruhi tahap bertahan, menguatkan nilai, menengahi faktor, mempengaruhi perspektif psikologis (Supariasa, 2012).
Film keamanan pangan makanan jajanan merupakan media audio visual yang dihasilkan dari rekaman orang dan benda yang berhubungan dengan keamanan pangan jajanan. Dengan media audio visual ini diharapkan terjadi perubahan perilaku dengan peningkatan pengetahuan yang selanjutnya
akan mempengaruhi
sikap dan tindakan tentang
keamanan pangan jajanan. Penelitian Mukhtar (2011) menunjukkan bahwa ada pengaruh media audio visual dan poster kalender terhadap perilaku ibu balita gizi kurang dan gizi buruk, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Priyanti (2012) bahwa penyuluhan dengan media film animasi efektif meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin menggunakan media poster dan film keamanan pangan jajanan sebagai alat peraga dalam penyuluhan gizi pada murid Sekolah Dasar. Media penyuluhan gizi ini dibuat oleh peneliti. 2.1.4 Penyuluhan Sebagai Proses Perubahan Perilaku Proses perubahan perilaku akan menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap mental, sehingga mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan perubahan dalam kehidupannya demi tercapainya perbaikan kesejahteraan
keluarga
yang
ingin
dicapai
melalui
pembangunan
kesehatan. Titik berat penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku
adalah penyuluhan yang berkesinambungan. Dalam proses perubahan perilaku dituntut agar sasaran berubah tidak semata-mata karena adanya penambahan pengetahuan saja, namun diharapkan juga adanya perubahan pada keterampilan sekaligus sikap mantap yang menjurus kepada tindakan atau kerja yang lebih baik, produktif dan menguntugkan. Menurut Sarwono (2007), perubahan perilaku melalui pemberian informasi/pendidikan
kesehatan
akan
memakan
waktu
yang
lama.
Meskipun lama, hasil/perubahan yang dicapai ternyata lebih lama menetap/lestari dan tidak tergantung dari ketatnya pengawasan, karena individu merasakan sendiri adanya kebutuhan berperilaku sehat. Menurut Mubarak dkk (2007), perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab perilaku itu terjadi akibat adanya paksaan aturan yang mengharuskan untuk berbuat. Penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku tidak mudah, hal ini menuntut suatu persiapan yang panjang dan pengetahuan yang memadai bagi penyuluh maupun sasarannya. Penyuluh sebagai proses perubahan perilaku, selain membutuhkan waktu yang relatif lama juga membutuhkan perencanaan yang matang, terarah dan berkesinambungan (Lucie, 2005). Menurut Notoatmodjo (2010) untuk merubah
perilaku,
seseorang
harus
mengikuti
tahap-tahap
proses
perubahan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan praktek (practice). Berbagai penelitian penyuluhan tentang penyuluhan sebagai proses perubahan perilaku, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan (2012) tentang pengaruh penyuluhan terhadap perilaku pedagang gorengan tentang bahaya penggunaan kertas koran. Terjadi perubahan perilaku sebelum dan sesudah penyuluhan. Sebelum penyuluhan 50% pedagang gorengan memiliki pengetahuan sedang, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 72,7%. Sikap pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebesar 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 36,4%. Tindakan pedagang gorengan sebelum penyuluhan adalah baik sebanyak 9,1%, sesudah penyuluhan meningkat menjadi 27,3%.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Manurung (2010) tentang pengaruh penyuluhan gizi terhadap perilaku ibu dalam penyediaan menu seimbang untuk balita. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan ibu sebelum penyuluhan gizitentang penyediaan menu seimbang untuk balita adalah cukup (78,57%), setelah penyuluhan gizi pengetahuan ibu menjadi baik (90,48%). Sikap ibu sebelum penyuluhan gizi
adalah
cukup
(71,43%),
sesudah
penyuluhan
gizi
sikap
ibu
menjadibaik (71,43%). Tindakan ibu sebelum penyuluhan gizi yang baik sebanyak 14,29%, sesudah penyuluhan gizi menjadi42,86%. Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan efektif diberikan untuk merubah perilaku sasaran.
Dalam penyuluhan gizi perubahan perilaku merupakan tujuan dari penyuluhan
gizi.
Penelitian
yang
dilakukan
oleh
pusat
penelitian
kesehatan Universitas Indonesia (Puslitkes UI) (2003) terhadap perilaku makan sehat pekerja di perusahaan elektronik. Hasilnya adalah terjadi perubahan perilaku yang disebabkan intervensi penyuluhan gizi yaitu proporsi perilaku makan sehat pekerja meningkat dari 32,2% menjadi 47,1% (Depkes, 2009). Perubahan
perilaku
juga
dipengaruhi
banyak
faktor
dalam
penyuluhan gizi. Faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku dalam penyuluhan gizi adalah metode, materi, media, dan petugas yang melakukannya. Agar tercapai suatu hasil yang optimal, faktor-faktor tersebut harus bekerjasama secara optimal dan harmonis (Depkes RI, 2002). Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan media dan berbagai metode dalam mengubah perilaku. Penelitian yang dilakukan Djaiman dkk (2004) tentang pengembangan media praktis tentang pertumbuhan balita dengan sasaran ibu balita pengunjung pelayanan kesehatan menyimpulkan bahwa pemberian media saja pada ibu balita tidaklah cukup untuk meningkatkan pengetahuan dan minat ibu untuk memantau pertumbuhan balitanya di posyandu akan tetapi pemberian media yang dikombinasikan dengan penyuluhan dapat meningkatkan
pengetahuan dan minat ibu untuk memantau pertumbuhan balitanya di posyandu. Penelitian oleh Priyanti (2011) tentang keefektifan penyuluhan kesehatan
menggunakan
media
film
animasi
dalam
meningkatkan
pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Hasil penelitian membuktikan bahwa penyuluhan kesehatan dengan media film animasi , efektif dalam meningkatkan pengetahuan siswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Menurut Depkes (2009), penyuluhan gizi dengan media dapat meningkatkan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi masalah-masalah g izi yang dihadapi menjadi mampu mengatasinya. Peranan penyuluhan gizi menggunakan media dalam perubahan perilaku juga dibuktikan dalam penelitian Tampubolon (2009) tentang
pengaruh penyuluhan gizi dengan media visual poster dan leaflet makanan sehat terhadap perilaku konsumsi makanan jajanan pelajar kelas khusus SMA Negeri 1 Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penyuluhan gizi dengan media poster mampu meningkatkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) konsumsi makanan jajanan pada siswa sekolah menengah. Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Suiraoka (2007) tentang pengaruh penyuluhan gizi dengan media leaflet terhadap perubahan
perilaku keluarga sadar gizi ibu balita di Kecamatan Banjarangkan I, Propinsi Bali menyimpulkan bahwa terjadi peningkatan perilaku Kadarzi pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi dengan media leaflet dari pada kelompok ibu balita yang diberikan penyuluhan gizi tanpa media leaflet. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamida (2012) tentang penyuluhan gizi dengan media komik untuk meningkatkan pengetahuan menunjukkan
tentang ada
keamanan
peningkatan
makanan
jajanan.
pengetahuan
siswa.
Hasil
penelitian
Ada
Perbedaan
peningkatan pengetahuan antar kelompok yang diberikan penyuluhan gizi dengan media komik dengan tanpa media komik, di mana kelompok dengan media komik memiliki peningkatan pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan kelompok tanpa media komik. Hasil – hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penyuluhan gizi dengan media dapat merubah perilaku sasaran kearah yang lebih baik. Dalam hal ini penyuluhan berperan sebagai salah satu metode penambahan dan peningkatan pengetahuan sasaran sebagai tahap awal terjadinya perubahan perilaku. Berdasarkan uraian di atas peneliti ingin melakukan penyuluhan gizi dengan media poster dan film tentang keamanan pangan jajanan dengan tujuan terjadinya proses perubahan perilaku keamanan pangan murid melalui peran aktif murid dan pengalaman antar sesama murid,
diharapkan terjadi proses perubahan perilaku kearah yang sesuai dengan pesan-pesan keamanan pangan yang disampaikan.
2.2
Perilaku Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme)
terhadap stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Menurut Bloom (1908) dalam Maulana (2009), membagi perilaku manusia dalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotor (tindakan atau keterampilan). 2.2.1 Pengetahuan Keamanan Pangan Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi tahu, dari tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini mencakup berbagai metode dan konsep-konsep baik melalui proses pendidikan maupun pengalaman. Pengetahuan diperoleh dari pengalaman, dari guru, orang tua, teman, buku dan media massa. Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan faktor dominan yang sangat penting dalam terbentuknya tindakan seseorang,
sebab
dari
hasil
penelitian
ternyata
perilaku
yang
didasari
oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010) Pengetahuan yang dicakup dalam kognitif memiliki enam tingkatan yaitu : 1) kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap tahu, yaitu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya; 2) memahami, yaitu sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi secara benar; 3) aplikasi, yaitu mampu menggunakan rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam situasi yang lain, misalnya dapat menggunakan prinsipprinsip siklus pemecahanmasalah; 4) analisis, yaitu suatu kemampuan untuk
menjabarkan
materi
atau
suatu
subyek
kendala
komponen-
komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisa dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya; 5) sintesis, yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru; dan 6) evaluasi, yaitu berkaitan dengan suatu materi (Green & Lewis, 1986). Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari
responden (Azwar, 2005). Sedangkan menurut Green & Lewis, dkk, (1986),
pengetahuan
merupakan
hasil
stimulasi
informasi
yang
diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton TV dan dari pengalaman hidup. Pengetahuan keamanan pangan murid yaitu murid mengetahui tentang jenis – jenis pangan, ciri- ciri pangan yang aman, cara menjaga kebersihan diri dan kantin sekolah serta mengetahui cara membaca label pada pangan kemasan. Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara berstruktur dengan kuesioner. Kedalaman pertanyaan disesuaikan dengan karakteristik responden. Penilaian praktis dapat dilakukan jauh lebih mudah apabila penilaian
itu
dirancang
dari
semula
sebagai
bagian
dari
strategi
pengembangan program dan bukan ditentukan kemudian hari (Madanijah, 2004). 2.2.2 Sikap
Keamanan Pangan
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respons
tertutup
seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang melibatkan faktor pendapat dan emosi seseorang tentang senang, tidak senang, setuju tidak setuju, baik, tidak baik dan sebagainya. Sedangkan menurut Winardi (2004) sikap adalah kecenderungan bertindak dari individu, berupa respon tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu.
Allport dalam Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu (1) kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek, (2) kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak (tend to behave). Respon tertutup murid tentang keamanan pangan dapat dicontohkan dengan reaksi “setuju” atau “tidak setuju” dalam membeli pangan jajanan yang murah dan berwarna cerah. 2.2.3 Tindakan Keamanan Pangan Suatu
sikap
belum
terwujud
dalam
bentuk
tindakan.
Untuk
mewujudkan sikap menjadi sebuah perbuatan diperlukan menanamkan pengertian
terlebih
dahulu,
membentuk
dan
mengubah
sikap
atau
menumbuhkan hubungan yang baik serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan faktor pendukung dari berbagai pihak (Notoatmodjo, 2010). Adapun tingkatan dari tindakan adalah (1) Persepsi, (2) Respon Terpimpin (Guide Response), (3) Mekanisme (Mechanisme) dan adaptasi (adaptation) Tingkatan pertama adalah Persepsi yang diartikan sebagai mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil. Persepsi murid tentang keamanan pangan adalah murid dapat memilih jenis- jenis pangan yang aman untuk dikonsumsi.
Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh-contoh adalah indikator tingkat kedua. Dalam keamanan pangan, respon terpimpin dapat dicontohkan seperti murid mencuci tangannya terlebih dahulu sebelum makan dan murid melakukan langkah- langkah mencuci tangan dengan benar. Mekanisme yang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah menjadi kebiasaan. Dalam tindakan keamanan pangan, mekanisme dapat dicontohkan seperti membeli makanan jajanan yang aman, membeli jajanan ditempat yang bersih, selalu memabaca label kemasan pangan seperti tanggal kadaluarsanya dan selalu mencuci tangan sebelum makan. Tingkatan yang terakhir dari proses tindakan adalah adaptasi (Adaptation)
yang
dapat
diartikan
sebagai
tindakan
yang
sudah
berkembang dengan baik (Notoatmodjo, 2010). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan dia akan melaksanakan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut tindakan kesehatan.
2.3.Keamanan Pangan Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi pangan aman untuk dikonsumsi. Keamanan pangan secara garis besar digolongkan menjadi 2 yaitu aman secara rohani dan aman secara jasmani. Aman secara rohani berhubungan dengan kehalalan, dan aman secara jasmani meliputi pangan itu bebas dari bahaya biologi atau mikroorganisme yang membahayakan, bebas cemaran fisik dan bebas cemaran kimia. Pangan tradisional pada umumnya memiliki kelemahan dalam hal keamanannya terhadap bahaya biologi atau mikrobiologi, kimia, dan fisik. Adanya bahaya atau cemaran tersebut seringkali terdapat dan ditemukan karena rendahnya mutu bahan baku, teknologi pengolahan, belum diterapkannnya praktek sanitasi dan higiene yang memadai, dan kurangnya kesadaran pekerja maupun produsen yang menangani pangan tradisional. Berdasarkan Undang – Undang Pangan Nomor 7 tahun 1996, keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia. Upaya
untuk
mewujudkan
keadaan
tersebut
tertuang
dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. Setelah melalui proses panjang yang melibatkan berbagai
pihak
peraturan
ini
menggariskan
hal-hal
yang
diperlukan
untuk
mewujudkan pangan yang aman, bermutu, dan bergizi. Suatu pangan dikatakan aman apabila bebas dari bahaya yang ditimbulkan akibat dari keberadaan cemaran tersebut. Kata bebas dalam hal ini tidak selalu berarti sama dengan nol atau tidak ada sama sekali. Karena berbagai alasan beberapa bahan tersebut tidak dapat dihilangkan dengan seksama, namun melalui berbagai penelitian dan pengkajian nasional dan internasional ditetapkan standar atau batas maksimal keberadaan dari masing-masing bahan tersebut. 2.3.1 Pangan Jajanan Anak Sekolah Sumber pangan bagi anak selama di sekolah sebagian besar berasal dari kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah. Oleh karena itu peranan kantin sekolah dan pedagang di luar sekolah sangat penting untuk menyediakan pangan jajanan yang aman, bermutu dan bergizi. Pangan yang dijual di kantin sekolah atau oleh pedagang di luar sekolah sangat beragam dan dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok berdasarkan kebiasaan jajan anak sekolah yaitu makanan sepinggan, makanan camilan/ snack, minuman dan buah a. Makanan sepinggan Makanan sepinggan merupakan kelompok makanan utama yang dapat disiapkan dirumah terlebih dahulu atau disiapkan di kantin sekolah. Makanan sepinggan dikenal dengan istilah “jajanan berat”. Jajanan ini bersifat mengenyangkan
dan dapat menggantikan makanan utama seperti makan siang. Contoh makanan sepinggan adalah mi ayam, bakso kuah, bubur ayam, nasi goreng, lontong sayur, gado – gado, ketropak, siomay, mi goreng, dan soto ayam b. Makanan camilan/ snack Camilan / snack merupakan makanan yang dikonsumsi di luar makanan utama dan dikonsumsi di antara dua waktu makan. Makanan camilan terdiri dari camilan basah (seperti pisang goreng, risoles, lemper, kue lapis, donat , jelly dan gorengan lainnya) dan camilan kering (seperti keripik, biscuit, kue kering, permen dan lain- lain). c. Minuman Minuman meliputi minuman ringan dalam kemasan (seperti minuman berkarbonasi cola dan minuman berkarbonasi jeruk) dan minuman ringan yang tidak dikemas (seperti es sirup, es the lemon dan lain- lain) serta minuman campur (seperti es pisang ijo, es doger dan lain- lain). d. Buah, yaitu yang siap konsumsi. Bila buah berkulit yang harus dikupas dan atau dipotong antara lain pepaya, nenas, semangka dan melon. 2.3.2
Lima Kunci Keamanan Pangan Anak Sekolah Berikut adalah lima kunci keamanan pangan dari Badan Pengawas
Makanan dan Obat (BPOM) yang dapat menjadi pedoman untuk mengajarkan pada siswa, bagaimana cara memilih jajanan yang aman. Kunci pertama yaitu kenali jajanan yang aman. Pangan yang aman adalah pangan yang bebas dari bahaya biologis, kimia, dan benda lain.
Pangan dapat tercemar oleh ketiga jenis bahaya tersebut, yang bila terkonsumsi dapat menyebabkan sakit. Agar pangan yang kita makan dapat bermanfaat bagi tubuh dan tidak menyebabkan penyakit, maka kita harus memilih pangan yang aman. Pangan yang aman harus bebas dari beberapa hal yaitu: a. Aman dari bahaya biologis, seperti pangan terlihat bersih, kemasan pangan tidak rusak, pangan tidak basi ( tekstur tidak menyimpang dari keadaan normal, bau tidak menyimpang seperti bau asam atau busuk ) b. Aman dari bahaya kimia, seperti pangan tidak terlalu kenyal atau gosong, pangan tidak berasa pahit atau getir, pangan tidak berwarna yang terlalu mencolok, pangan tidak dibungkus engan kertas koran atau kertas bekas, dan pangan tidak menggunakan Bahan Tambahan Pangan (BTP) berlebih c. Aman dari bahaya benda lain seperti rambut, serpihan kayu, kerikil dan staples Kunci kedua yaitu beli jajanan yang aman. Saat membeli pangan, kita harus memilih tempat dengan tepat yaitu harus aman dari bahaya biologis, kimia, maupun benda lain. Untuk menghindari bahaya tersebut ada dalam pangan yang dibeli maka kita harus mengetahui cara- cara membeli pangan yang aman, seperti: a. Beli pangan ditempat yang bersih (terlindung dari sinar matahari, debu, hujan dan angin ) b. Beli pangan dari penjual yang sehat dan bersih (penjual tidak sakit, baju penjual bersih, kuku dan tangan penjual bersih, penjual selalu mencuci tangannyadengan
baik, dan penjual tidak melakukan tindakan merokok, meludah, makan dan memegang rambut dengan tangan) c. Pilih makanan yang telah dimasak d. Beli pangan yang dipajang, disimpan, dan disajikan dengan baik e. Konsumsi pangan secara benar (jangan beli minuman yang dibuat dengan menggunakan air mentah, jangan membeli minuman yang dicampur es kotor ) Kunci ketiga yaitubaca label dengan seksama. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan dengan bentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan. Penting untuk memperhatikan/membaca/memahami informasi pada label yang tercantum di kemasan. Informasi yang perlu dilihat pada label antara lain: nama pangan olahan, berat/isi bersih, nama dan alamat yang memproduksi atau yang memasukan ke Indonesia, daftar bahan yang digunakan, nomor pendaftaran pangan, keterangan kedaluwarsa, dan kode produksi. Selain itu, informasi lain yang juga perlu diperhatikan antara lain : a. Keterangan kandungan zat gizi b. Pangan halal ( tulisan “halal” hanya dapat dicantumkan pada pangan olahan yang mempunyai sertifikat “halal” ) c. Keterangan tentang produk penyimpanan
d. Peringatan ( label pangan tertentu harus dicantumkan tulisan atau peringatan, misalnya
pada
pangan
olahan
yang
mengandung
bahan
berasal
babi
mencantumkan “mengandung babi” dan pada produk susu kental manis mencantumkan “perhatikan! Tidak cocok untuk bayi) Kunci keempat adalahjaga kebersihan. Meskipun tidak semua mikroba dapat menyebabkan sakit, mikroba berbahaya/kuman banyak ditemukan pada tanah, air, hewan, dan manusia. Kuman dapat terbawa oleh udara atau melalui tangan, lap, dan peralatan makan. Oleh karenanya, mencuci tangan dengan baik sebelum makan perlu dilakukan. Kuman dan bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari kita mungkin berasal dari udaram peralatan atau sumber-sumber lainnya. Mencuci peralatan dapat menghilangkan sebagian kotoran yang membawa kuman, namun untuk membunuhnya perlu digunakan bahan pensanitasi. Mencuci tangan yang paling baik menggunakan sabun dan air yang mengalir. Berikut ini adalah beberapa langkah mencuci tangan yang baik : (1) basahi tangan, (2) tuangkan sabun ke telapak tangan, (3) gosok telapak tangan dari mulai telapak tangan, punggung tangan, sela- sela jari, ujung kuku, sampai pergelangan tangan dengan sikat yang lembut, (4) bilas tangan dengan air bersih dan (5) Keringkan tangan dengan lap bersih yang kering. Selain menjaga kebersihan tangan, menjaga lingkungan kantin agar tetap bersih juga penting. Kantin harus terbebas dari hama antara lain tikus, curut, burung, kecoa, lalat dan serangga lainnya. Binatang
peliharaan juga tidak boleh ada disekitar kantin. Agar kantin tetap bersih sebaiknya melakukan beberapa hal seperti, buanglah sampah pada tempatnya, setelah membuang sampah tutup kembali tempat sampah, usir bila ada hewan peliharaan disekitar kantin, setelah menggunakan peralatan makan, letakkan di tempat yang disediakan dan aktif berpartisipasi menjaga kebersihan sekolah. Kunci kelima adalahcatat apa yang ditemui. Setelah mengenali dengan baik pangan jajanan di sekolah, siswa sekolah bisa melaporkan jika ada panganan yang dinilai aman dan tidak aman ke
guru sekolah,
kemudian guru sekolah akan melaporkannya ke sistem e-notifikasi dari BPOM. Sistem ini bertujuan untuk menginformasikan secara cepat barbagai hal terkait keamanan pangan jajanan anak sekolah baik yang sifanya positif maupun negatif ( BPOM, 2012). 2.4 Landasan Teori Penyuluhan gizi adalah kegiatan pendidikan gizi, yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan gizi (Azrul & Azwar, 1983).
Menurut Skiner dalam Notoatmodjo (2010) keefektifan suatu komunikasi dapat dilihat melalui proses : StimulusOrganisme
Respons,
sehingga teori Skiner ini disebut teori ”S-O-R” (stimulus-organismerespons). STIMULU
RESPON TERTUTUP Pengetahuan Sikap
ORGANISME
RESPON TERBUKA Praktik Tindakan Gambar 2.2 Teori S-O-R Menurut teori perubahan perilaku S-O-R ini , efek merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus (rangsangan) tertentu, sehingga orang dapat melakukan proses belajar dalam mencerna serta mengingat pesan yang telah diterimanya. Kondisi ini tentunya tanpa disadari sebagai upaya mengubah sikap. Proses penyuluhan
perubahan gizi
perilaku
tentang
berdasarkan
keamanan
teori
pangan,
S-O-R diawali
dalam dengan
pemberianstimulus (rangsangan) berupa pesan - pesan keamanan pangan yang diberikan oleh penyuluh dengan media poster dan film. Isi pesan dibuat semenarik mungkin sehingga stimulus (rangsangan) yang diberikan
pada murid dapat diterima. Setelah mendapat stimulus, murid sekolah mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya tadi. Dalam hal ini, murid sekolah memahami, tahu dan bersikap sesuai pesan- pesan keamanan pangan. Stimulus yang telah diterima oleh murid sekolah (organisme) tadi akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu atau yang bisa kita katakan telah terjadi perubahan perilaku dari si organisme yakni dari yang berperilaku keamanan pangan tidak baik diharapkan berubah ke perilaku keamanan pangan yang baik. 2.5
Kerangka Konsep Berdasarkan landasan teori maka kerangka konsep penelitian ini
adalah : Penyuluhan Gizi dengan Media Poster Tentang Keamanan P J j PengetahuanKeaman an Pangan Murid
Sikap Keamanan Pangan Murid
Tindakan Keamanan Pangan
Penyuluhan Gizi dengan Media Film Tentang Keamanan Pangan J j Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep dapat dijelaskan bahwa penyuluhan gizi dengan media poster dan film adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan-pesan gizi tentang keamanan pangan jajanan kepada murid sekolah dasar, dengan adanya pesan gizi tersebut, murid sekolah dasar dapat memperoleh pengetahuan tentang keamanan pangan yang lebih baik. Pengetahuan keamanan tersebut diharapkan dapat berpengaruh terhadap perubahan sikap dan tindakan keamanan pangan. Untuk mengetahui ada
tidaknya peningkatan perilaku (pengetahuan,sikap dan tindakan) maka sebelum dilakukan intervensi dilakukan pre-test dan untuk melihat sejauh mana perubahan setelah penyuluhan gizi dengan media poster dan film dilakukan post-test.