ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu 2.1.1. Smith dan Watts (1992) Penelitian Smith dan Watts (1992) melihat pengaruh investment opportunity set (IOS) dengan kebijakan pendanaan, dividen dan kompensasi pada level industri dengan menggunakan ordinary least square regression (OLS). Menurut Smith dan Watts (1992), nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi berbagai jenis proksi yang mengimplikasikan nilai aktiva di tempat (berupa nilai buku baik aktiva maupun ekuitas perusahaan) dan nilai kesempatan tumbuh suatu perusahaan di masa yang akan datang (berupa nilai pasar perusahaan). Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbandingan antara nilai pasar saham dengan nilai bukunya. Perusahaan yang berpotensi tumbuh akan memiliki skor nilai pasar terhadap nilai bukunya lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak berpotensi tumbuh. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan pendanaan, dividen, kompensasi (menggunakan incentive plan) sebagai variabel dependen, IOS sebagai variabel indepeden dan regulasi, ukuran perusahaan, accounting return sebagai variabel kontrol. Sampel penelitian tersebut adalah 106 perusahaan dari 16 sektor industri. Proksi gabungan yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan melakukan analisis sensitifitas. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa, rasio book to market value of asset, depreciation to firm value, research, development to firm value, variance of
8 Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
9
rate of return dan earning to price memiliki signifikan dalam pengujian level IOS dengan kebijakan pendanaan dan dividen. Jadi, jika perusahaan memiliki peluang pertumbuhan yang lebih tinggi maka perusahaan akan menggunakan hutang dan membayar dividen lebih kecil, dan membayar kompensasi eksekutif lebih besar daripada perusahaan tidak bertumbuh. Hal tersebut dilakukan untuk menurunkan masalah-masalah agensi yang berasosiasi dengan aliran kas bebas perusahaan. Secara keseluruhan mereka memberikan bukti yang mendukung pandangan bahwa keputusan kebijakan perusahaan dimotivasi oleh hasrat manajer untuk menyelesaikan potensi konflik secara efisien antara perusahaan dengan pihakpihak internal dan eksternal yang melakukan kontrak.
2.1.2. Gaver dan Gaver (1993) Penelitian Gaver dan Gaver (1993) bertujuan memperoleh bukti tambahan terkait penelitian smith dan watts (1992). Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS adalah nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran yang akan datang yang ditetapkan oleh manajemen, yang pada saat ini sebagai alternatif investasi yang memiliki expected return lebih besar. Opsi investasi masa depan tidak semata-mata hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga dengan kemampuan
perusahaan
yang lebih
dalam
mengeksploitasi
kesempatan
mengambil keuntungan dibandingkan dengan perusahaan yang setara dalam suatu kelompok industrinya. Kemampuan perusahaan yang lebih tinggi ini bersifat tidak dapat diobservasi (unobservable).
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
10
Variabel dalam penelitian Gaver dan Gaver adalah kebijakan pendanaan (book value of debt to total equity, book value of debt to market value of equity), kebijakan dividen (dividend payout, dividend yield), kebijakan kompensasi (log "cash compensation", stock option, bonus, performance plan, restricted stock) sebagai variabel dependen, IOS sebagai variabel independen, dan ukuran perusahaan, kinerja perusahaan sebagai variabel kontrol. Peneliti menggunakan proksi IOS gabungan dengan maksud untuk meminimalisir measurement error. Beberapa proksi gabungan yang digunakan yaitu, analisis sensitifitas dan common factor analysis untuk menghitung factor score sebagai indeks umum IOS. Dengan sampel 237 perusahaan bertumbuh dan 237 perusahaan tidak bertumbuh (diperoleh dengan menggunakan proksi IOS). Hasil penelitian membuktikan IOS berpengaruh terhadap kebijakan pendanaan, deviden, dan kompensasi dengan sampel pada level perusahaan. Semua alternatif proksi IOS memiliki korelasi signifikan dengan faktor umum (common factor). Hasil analisis konsisten dengan hipotesis, menyatakan adanya pengaruh antara IOS dan keputusan kebijakan pendanaan dan kebijakan lainnya. Selain itu, perusahaan bertumbuh yang memiliki rasio debt to equity yang lebih rendah membayar kompensasi eksekutif yang lebih tinggi dari perusahaan yang tidak bertumbuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi optimalisasi kontrak berdasarkan pada penelitian tersebut meliputi beberapa faktor yang bersumber pada teori keagenan yaitu terjadinya konflik antara shareholder-debtholder, adanya agency cost, dan permasalahan pengukuran kinerja.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
11
Penggunaan proksi yang lebih banyak berdampak pada ketepatan penentuan kelompok/karakteristik perusahaan dan dapat mengurangi kesalahan penentuan klasifikasi. Penelitian selanjutnya perlu melihat adanya interaksi antara tax environment dan pemilihan kebijakan pendanaan yang juga akurat.
2.1.3. Mahmud Hossain (1998) Penelitian Hossain (1998) melihat pengaruh corporate ownership, directorship, auditing dan kebijakan voluntary disclosure di New Zealand. Dari 10 (sepuluh) hipotesis, hipotesis ke 7 (tujuh) menyatakan bahwa dengan mengasumsikan
voluntary
disclosure
konstan
maka
perusahaan
akan
meningkatkan atau menurunkan corporate ownership (board composition) untuk meningkatkan atau me nurunkan investment opportunity set (IOS). Penelitian tersebut menggunakan ordinary least square regression (OLS) untuk menguji hipotesis. Hasil dari pngujian hipotesis menyatakan bahwa keseluruhan hipotesis tidak signifikan merubah nilai IOS, namun hipotesis ke 9 dan 10 (sembilan dan sepuluh) secara parsial signifikan bahwa pengaruh outside directors dan eksternal auditor terhadap IOS diperkuat oleh corporate ownership (board composition). Hossain menyatakan juga bahwa, penggunaan data time series sangat lemah dalam mendukung pengujian hipotesisnya.
2.1.4. Fitrijanti dan Jogiyanto (2002) Penelitian Fitrijanti dan Jogiyanto menguji analisis korelasi investment opportunity set (IOS) dengan realisasi pertumbuhan, kebijakan pendanaan dan
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
12
deviden dengan tingkat IOS pada level (t+1 sampai dengan t+5). Tiga proksi IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio empiris tunggal (market to book value of assets or MVABVA, market to book value of equity or MVEBVE, price to earning per price or PER, capital expenditure to book value of asset or CAPBVA dan capital expenditure to market value of asset or CAPMVA), instrumental variable (VIOS), dan factor score (Skor). Sampel yang digunakan untuk menguji hipotesa ini adalah laporan keuangan yang dipublikasi BEJ antara tahun 19901998 dengan total sample 68 sampel. Hasil yang dicapai dalam penelitian tersebut adalah rasio individual MVABVA, MVEBVE, PER, CAPBVA, dan CAPMVA serta indeks umum IOS yakni variabel faktor skor (SKOR) dan variabel instrumental (VIOS) berkorelasi positif dan signifikan dengan realisasi pertumbuhan pada periode setelah tahun penetapan level IOS (tahun dasar) diterima. Signifikansinya hanya pada rentan satu tahun setelah penetapan level IOS. Penelitian mendukung kontrak kompensasi bahwa perusahaan bertumbuh memiliki leverage dan kebijakan dividen relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan tidak bertumbuh, perusahaan bertumbuh cenderung merupakan perusahaan besar, dan ukuran perusahaan memiliki korelasi positif dengan kebijakan investasi melalui hutang. Terdapat keterbatasan penelitian yaitu, proksi individual IOS terbatas, jumlah sampel kecil, penggunaan nilai buku dan nilai pasar, pengaruh industri dan peraturan pemerintah, dan pengaruh struktur kepemilikan.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
13
2.1.5. Akhtaruddin dan Hossain (2008) Penelitian Akhtaruddin dan Hossain menguji pengaruh antara voluntary disclosure dengan investment opportunity set di Malaysia. Pengaruh dari kepemilikan perusahaan dalam penelitian ini menjadi penghubung dari variabel yang juga diteliti. Sampel dalam penelitian ini menggunakan 104 perusahaan. Hasil penelitian menunjukan bahwa voluntary disclosure memiliki pengaruh yang positif dengan investment opportunity set. Secara keseluruhan dapat diprediksi bahwa perusahaan bertumbuh cenderung mengungkapkan informasi sukarela lebih banyak dibanding perusahaan yang pertumbuhannya rendah. Hal tersebut konsisten dengan perspektif pengawasan pada teori agensi, penelitian tersebut mencatat bahwa, tingkat kepemilikan perusahaan yang lebih besar pada pemegang saham dari luar perusahaan memiliki pengaruh yang positif dengan voluntary disclosure. Penemuan ini menyatakan juga bahwa, perusahaan yang bertumbuh memperoleh keuntungan dari pengungkapan sukarela yang lebih banyak dan semakin besar kepemilikan perusahaan oleh pihak luar, maka akan meningkatkan biaya agensi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah dengan tingkat kepemilikian perusahaan lebih banyak dimiliki oleh anggota dewan dan rendahnya tingkat pengungkapan sukarela, maka biaya agensinya rendah. Lebih lanjut hasil penelitian ini menunjukan bahwa teori agensi tentang pengawasan lebih relevan terjadi dalam perusahaan yang bertumbuh.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
14
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Agensi Teori agensi pertamakali dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), yang didasari asumsi bahwa manajemen perusahaan merupakan agen dari pemegang saham dan pemegang saham sebagai prinsipal atau pemilik perusahaan yang saling berinteraksi. Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan (agency conflict) yang disebabkan karena masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang saling bertentangan,
yaitu
berusaha
mencapai
kemakmurannya
sendiri.
Untuk
meminimalkan konflik tersebut, maka pemilik dan manajemen melakukan kesepakatan kontrak kerja dengan cara mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing guna mencapai utilitas yang diharapkan. Lambert
(1984)
menyatakan
bahwa
dalam
kesepakatan
tersebut
diharapkan dapat memaksimumkan utilitas pemilik, dan dapat memuaskan serta menjamin manajemen untuk menerima reward atas hasil pengelolaan perusahaan. Adapun manfaat yang diterima oleh kedua belah pihak didasarkan atas kinerja perusahaan. Hubungan antara pemilik dan manajemen sangat tergantung pada penilaian pemilik tentang kinerja manajemen. Untuk itu, pemilik menuntut pengembalian atas investasi yang dipercayakan untuk dikelola oleh manajemen. Oleh karenanya, manajemen harus memberikan pengembalian yang memuaskan kepada pemilik perusahaan, karena kinerja yang baik akan berpengaruh positif pada kompensasi yang diterima, dan sebaliknya kinerja yang buruk akan berpengaruh negatif.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
15
2.2.2. Teori Signal Teori sinyal pertama kali dikemukakan oleh Akerlof (1970) yang membahas bagaimana seharusnya signal-signal keberhasilan atau kegagalan manajemen (agen) disampaikan kepada pemilik (principal). Teori signal menjelaskan bahwa pemberian signal dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi informasi asimetris. Asimetri informasi akan terjadi jika manajemen tidak secara penuh menyampaikan semua informasi yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Asimetris informasi perlu diminimalkan, sehingga perusahaan, terutama yang telah go public, dapat menginformasikan keadaan perusahaan secara transparan kepada investor. Hal positif dalam teori signal adalah bahwa perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus” dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka. Sinyal tentang bagusnya kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya tidak bagus, akan sulit dipercaya oleh pasar.
2.2.3. Voluntary Disclosure Menurut
Meek
et.al
(1995)
mandatory
disclosure
merupakan
pengungkapan yang diwajibkan oleh peraturan pemerintah, sedangkan voluntary disclosure merupakan pengungkapan yang tidak diwajibkan oleh peraturan pemerintah, sehingga perusahaan bebas untuk memilih jenis informasi yang akan diungkapkan dan dipandang relevan untuk pengambilan keputusan para pihak.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Menurut
Singhvi
dan
Desai
(1971).
Pertimbangan
16
manajemen
untuk
mengungkapkan informasi secara sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan mengungkapkan informasi secara sukarela bila manfaat yang diperoleh dari pengungkapan informasi lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk pengungkapan informasi tersebut. Aida (2006:280) menyatakan bahwa pengungkapan yang disajikan dalam annual report merupakan media dalam penyampaian corporate disclosure, yaitu semua informasi baik tentang keuangan maupun non keuangan yang relevan sebagai dasar pengambilan keputusan investor dan calon investor. Menurut Susanto (2001). voluntary disclosure dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan kualitas manajemen, mengirim summary story, membedakan perusahaan dengan pesaingnya dan menciptakan harga saham. Dengan voluntary disclosure maka manajemen dapat meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata investor, karena hal ini akan membantu investor untuk dapat memahami strategi bisnis manajemen dan resiko investasi, selain itu perusahaan yang melakukan voluntary disclosure juga akan menarik perhatian analis karena akan meningkatkan akurasi dari ekspektasi pasar dan menurunkan ketidaksimetrisan informasi pasar. Indeks voluntary disclosure yang digunakan adalah indeks yang digunakan dalam Annual Report Award (ARA) dengan 78 item (Lihat lampiran 10).
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
17
2.2.4. Kebijakan Pendanaan Myers (1984) menyatakan bahwa, struktur modal merupakan suatu tekateki yang belum bisa dijawab sebab tidak dapat diketahui bagaimana perusahaan memilih debt, equity atau campuran dari keduanya. Kebijakan pendanaan berkaitan dengan sumber dana, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Sumber dana internal berasal dari dana yang terkumpul dari laba yang ditahan yang berasal dari kegiatan perusahaan dan depresiasi. Sumber dana eksternal berasal dari pemilik yang merupakan komponen modal sendiri dan dana yang berasal dari para kreditur yang merupakan modal pinjaman atau hutang. Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat melaksanakan aktivitasnya. Terkait kebijakan pendanaan dan struktur modal, Sawir (2004:81-82) menyatakan bahwa: Dalam teori struktur modal telah disimpulkan bahwa bauran pendanaan (financing mix) dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Hal ini memotivasi manajemen perusahaan untuk mencari suatu struktur modal yang optimal bagi perusahaannya. Berbagai alat analisis digunakan dalam pemilihan struktur modal yang bisa meminimumkan biaya modal, sehingga nilai perusahaan menjadi maksimum. Analisis yang umum digunakan adalah analisis EBIT-EPS, analisis komparatif rasio-rasio leverage, dan analisis arus kas. Menurut Winarko (2005) pendanaan dapat berasal dari modal sendiri (ekuitas) atau hutang. Modal sendiri ini dapat diperoleh dari internal berupa retaied earnings maupun eksternal perusahaan berupa hutang dan saham. Kebijakan hutang perusahaan bisa juga didasarkan pada upaya mempertahankan pengendalian, terutama pada perusahaan yang dikontrol oleh keluarga, jadi
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
18
semakin terkonsentrasi struktur kepemilikan di perusahaan, maka semakin besar porsi hutang yang dapat ditolerir. Manajer yang kepemilikannya relatif besar cenderung memiliki tambahan hutang daripada tambahan ekuitas supaya kepemilikannya tidak terdilusi. Menurut Winarko (2005) manfaat hutang juga terkait dengan besarnya pajak penghasilan selain biaya hutang yang ditanggung perusahaan, perusahaan lebih suka menggunakan hutang dibanding ekuitas, karena mampu mengurangi pajak atas pembayaran bunga. Agency cost/ tax shield trade off model mengambil asumsi bahwa struktur modal perusahaan ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat disatu sisi dan meningkatnya agency cost ketika hutang menigkat di sisi lain. Hal itu sejalan dengan asumsi Modigliani dan Miller (1963) yaitu ketika manfaat pengurangan pajak lebih tinggi dibandingkan agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya. Argumentasi bahwa, pemilihan kebijakan perusahaan bertujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan mulai populer setelah adanya perdebatan tentang eksistensi ide akuntansi positif oleh Watts dan Zimmerman (1990) yang menyatakan bahwa, adanya banyak perbedaan dalam kebijakan prosedur akuntansi diantara perusahaan disebabkan oleh perilaku manajer sesuai dengan kepentingannya. Hal ini berkaitan dengan perspektif efficiency contracting dan perilaku manajemen yang oppotunistism. Dalam perspektif efficiency contracting, secara khusus manajer akan memilih metode akuntansi yang akan meminimkan
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
19
kos agensi (agency cost). Dengan demikian, manajer akan memaksimalkan nilai perusahaan.
2.2.5. Kebijakan Dividen Dalam beroperasi setiap periodenya, perusahaan mengharapkan akan mendapatkan laba. Salah satu komponen laba yang akan dibagikan oleh perusahaan yang berbentuk korporasi adalah deviden. Ardiyos (1998:80) berpendapat bahwa dividen adalah bagian dari laba atau pendapatan perusahaan yang ditetapkan oleh direksi (dan disahkan oleh rapat pemegang saham) untuk dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Warsono (2003:271) dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earning available for common stockholders) dalam bentuk tunai. Menurut Warsono (2003:272) macam-macam dividen dapat dikategorikan menjadi tiga macam,yaitu: dividen tunai, dividen saham, dan dividen kekayaan. a. Cash Devidend (Dividen Tunai), yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk tunai atau kas. Dividen tunai diterima oleh para pemegang saham biasa melalui cek atau terkadang mereka menginvestasikannya kembali dalam saham biasa di perusahaan. b. Stock Devidend (Dividen Saham), yaitu yaitu dividen yang dibagikan oleh perusahaan dalam bentuk saham. Perusahaan yang akan memberikan dividen saham biasanya mengumumkan besarnya dividen tersebut kedalam presentase tertentu. c. Property Devidend (Dividen Kekayaan), yaitu dividen yang dibagikan berupa aset fisik yang dihasilkan oleh perusahaan selain kas. Menurut Warsono (2003: 271) keputusan keuangan yang berkaitan dengan penentuan berapa besarnya laba yang tersedia bagi para pemegeng saham biasa sebagai dividen dan berapa banyak jumlah yang ditahan sering disebut sebagai keputusan dividen. Keputusan dividen dalam perusahaan akan menghasilkan
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
20
kebijakan dividen. Copeland dan Weston (1997:125) mendefinisikan kebijakan dividen sebagai kebijakan dalam menentukan pembagian laba antara pembayaran kepada pemegang saham dan investasi kembali ke perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan keputusan yang penting karena dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen yang tepat dapat berimplikasi terhadap kekayaan para pemegang saham perusahaan. Menurut Brigham dan Houston (1994: 198) kebijakan dividen yang optimal adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham. Menurut Sawir (2004: 137) kebijakan dividen menyangkut keputusan apakah laba akan dibayarkan sebagai dividen atau ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan. Hal ini berdampak pada penentuan besarnya alokasi laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa dalam bentuk dividen dan berdampak juga pada laba ditahan terhadap nilai perusahaan yang berlaku.
2.2.6. Kebijakan Kompensasi Kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar kompensasi yang dibayarkan memperoleh imbalan prestasi kerja yang lebih besar dari karyawan. Jadi, nilai prestasi kerja karyawan harus lebih besar dari kompensasi yang dibayarkan perusahaan, supaya perusahaan mendapatkan laba dan kontinuitas perusahaan terjamin. Penghitungan kompensasi ini dapat didasarkan pada angka akuntansi, maupun pada harga saham. Angka akuntansi memiliki peran dalam melaporkan
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
21
kinerja perusahaan dan memberikan informasi kepada investor. Dalam hal ini tujuan sosial yang ingin dicapai adalah memotivasi manajer dan peningkatan operasi pasar tenaga kerja yang tepat, ini sama pentingnya dengan tujuan IOS sendiri untuk keputusan investasi yang baik dan operasi pasar sekuritas yang tepat. Kompensasi
yang
didasarkan
pada
angka
akuntansi
biasanya
menggunakan acuan dari pendapatan bersih perusahaan. Menurut Rao (1989) IOS yang didasarkan pada angka akuntansi asset memiliki reliabilitas yang tinggi. Menurut Scott (2009: 357) pendapatan bersih yang memiliki kualitas (sensitivitas dan ketepatan) sangat berperan dalam memberikan informasi tentang upaya manajer dalam meningkatkan nilai perusahaan. Namun demikian, informasi akuntansi sering kali tidak tepat, sehingga pengukuran kinerja manajer terkait dengan kebijakan kontrak kompensasi menjadi tidak akurat dan perencanaan kompensasi tidak bisa optimal dan efisien. Menurut Smith dan Watts (1992) hal tersebut terkait dengan upaya manajemen laba oleh manajer. Perusahaan dengan investment opportunity set tinggi lebih senang menggunakan kompensasi yang didasarkan pada harga saham. Namun, hal ini tidak sesuai untuk target jangka panjang. Menurut Smith dan Watts (1992) angka akuntansi juga digunakan dalam kontrak kompensasi manajer, yaitu untuk meminimalkan agency cost. Ini menggunakan nomor akuntansi dalam rencana bonus menyarankan kemungkinan bahwa pilihan akuntansi dapat mempengaruhi kekayaan dan sehingga peneliti
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
22
akuntansi mulai mempekerjakan yang digunakan untuk menjelaskan pilihan akuntansi. Watts dan Zimmerman (1978) adalah contoh awal dari pendekatan ini. Menurut Fama dan Jensen (1983a dan 1983b), dalam persaingan antara perusahaan, mereka yang mengorganisir diri untuk meminimalkan biaya kontrak lebih mungkin untuk bertahan hidup. Hal tersebut mendukung pendapat Watts (1974 dan 1977) bahwa hal tersebut adalah langkah pendek untuk menunjukkan bahwa metode akuntansi yang mempengaruhi biaya organisasi perusahaan dan metode akuntansi yang bertahan hidup adalah hasil dari keseimbangan ekonomi serupa.
2.2.7. Insider Ownership Insider ownership merupakan kepemilikan saham perusahaan oleh pihak yang berada dalam perusahaan (insider). Insiders adalah semua pihak yang mempunyai peluang terlibat dalam pengambilan keputusan dan mengakses informasi yang terdapat dalam perusahaan. Besley dan Brigham (2005:659) mendefinisikan insiders sebagai pejabat perusahaan, para direksi, pemegang saham utama dan semua pihak yang mempunyai informasi tentang kegiatan operasi perusahaan. Menurut UU RI Penjelasan Pasal 95 No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang dimaksud dengan insiders adalah: a. Komisaris, direktur, atau pegawai Emiten atau Perusahaan Publik. b. Pemegang saham utama Emiten atau Perusahaan Publik.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
23
c. Orang perseorangan yang karena kedudukan atau karena hubungan usahanya dengan Emiten atau Perusahaan Publik memungkinkan orang tersebut memperileh informasi orang dalam. d. Pihak yang dalam waktu 6 (enam) bulan terakhir tidak lagi menjadi pihak sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, atau hurf c diatas. Menurut Jensen dan Meckling (1976) insider ownership berhubungan negatif dengan biaya keagenan. Meningkatnya persentase insider ownership membuat tindakan yang dilakukan oleh manajer akan mencerminkan kepentingan pemegang saham. Manajer diharapkan dapat memaksimalkan nilai perusahaan sesuai dengan kepentingan pemegang saham lainnya. Selain itu manajer juga akan terdorong untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian ini mendasarkan definisi insiders pada UU RI No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal pada poin a yaitu kepemilikan saham perusahaan oleh komisaris dan direktur.
2.2.8. Investment Opportunity Set Menurut Christie (1989) investment opportunity set (IOS) berkaitan dengan faktor industri dan siklus hidup produk. Faktor industri berkaitan dengan ada atau tidaknya hambatan masuk dalam sebuah industri, sedangkan siklus hidup produk berkaitan dengan investasi pada siklus hidup produk yang pendek (R&D/Sumber Daya Manusia) yang tujuannya lebih kepada produktivitas perusahaan (hasil akhir berupa peningkatan keuntungan komparatif dan nilai perusahaan). Menurut Smith dan Watts (1992), IOS merupakan komponen dari
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
24
nilai perusahaan dan hasil dari pilihan-pilihan untuk membuat investasi yang akan datang. Menurut Gaver dan Gaver (1993) IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung dari pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang dan pada saat ini merupakan pilihan investasi yang diharapkan menghasilkan return lebih besar. Kondisi ini membutuhkan kemampuan
perusahaan
yang lebih
dalam
mengeksploitasi
kesempatan
mengambil keuntungan yang sifatnya tidak dapat diobservasi. Nilai IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi. Berbagai variabel yang digunakan sebagai proksi telah banyak diteliti dan diuji pada berbagai penelitian. Menurut Kallapur dan Trombley (1999), proksi IOS dapat diklasifikasikan menjadi tiga proksi, yaitu proksi berbasis harga (price-based proxies), proksi berbasis investasi (investmentbased proxies) dan proksi berbasis varian (varian measures). Proksi berbasis harga mendasarkan perbedaan antara asset dan nilai perusahaan, proksi berdasarkan harga percaya pada gagasan bahwa jika prospek yang tumbuh dari suatu perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar, maka perusahaan yang berpotensi tumbuh akan mempunyai nilai pasar relatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva riilnya (assets in place), oleh karena itu proksi ini tergantung pada harga saham. Proksi berbasis harga ini di antaranya adalah market to book value of equity (MVE/BVE), market to book value of asset (MVA/BVA), replacement value of asset to market value (tobin’s Q), price earning ratio (P/E), ratio of property, plant, equipment to firm value (PPE/BVA), firm
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
25
value to depreciation ratio, Market value of equity plus book value of debt (MVE+BVD). Proksi berbasis investasi menunjukkan tingkat aktivitas investasi yang tinggi, yang kemudian dikonversi menjadi asset yang dimiliki, dengan kata lain, proksi berdasarkan investasi ini percaya pada gagasan bahwa satu level kegiatan investasi yang tinggi berkaitan secara positif pada nilai IOS suatu perusahaan yang diharapkan dapat memberikan peluang investasi berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan. Proksi berbasi investasi ini diantaranya adalah R&D expense to total asset ratio, R&D expense to sales, R&D expense to firm value ratio, capital expenditure to market value of asset (CAP/MVA), investment to sales ratio, capital expenditure to book value of asset (CAP/BVA), investment to earning ratio, log of firm value. Sedangkan menurut Kallapur dan Trombley (1999), proksi berbasis varian didasarkan pilihan pertumbuhan akan menjadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan asset, dengan kata lain, proksi berdasarkan varian ini percaya pada gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggurtakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Proksi berbasis varian ini diantaranya adalah variance of total returns, assets betas, the variance of assets deflated sales. Ketiga proksi di atas menggambarkan keberagaman ukuran IOS yang memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi. Hal ini di karenakan sifat IOS yang unobservable seperti yang diungkapkan oleh
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
26
Gaver dan Gaver (1993). Dengan demikian IOS kurang tepat bila diproksikan dari satu ukuran tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit. Dengan menggunakan pendekatan proksi komposit, maka akan dapat mengurangi measurement error yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal untuk proksi IOS. Gaver dan Gaver (1993), Ahmar dan Fauziah (2006), Wiyono (2009) menggunakan proksi gabungan, yaitu mengkombinasikan ukuran tunggal menjadi ukuran gabungan dengan menggunakan common factor analysis untuk memperoleh factor score sebagai indeks umum IOS. Proksi gabungan dari proksi tunggal IOS digunakan untuk mengklasifikasikan perusahaan bertumbuh (growth firms) dan perusahaan tidak bertumbuh (nongrowth firms), agar dapat digunakan untuk analisis selanjutnya. Berdasarkan Collins dan Kothari (1989) dan didukung juga oleh Smith dan Watts (1992), serta Gaver dan Gaver (1993), dalam suatu penelitian tentang IOS ada tiga bentuk proksi yang biasanya digunakan. Pertama, menggunakan sebuah rasio saja sebagai proksi IOS, misalnya BE/MVE (book to market value ratio) yang merupakan rasio nilai buku ekuitas terhadap nilai pasar ekuitas. Kedua, menggunakan metoda statistik analisis faktor untuk memperoleh skor faktor yang digunakan sebagai indeks umum IOS dalam mengklasifikasikan perusahaan menjadi perusahaan bertumbuh dan perusahaan tidak bertumbuh. Ketiga, menggunakan analisis sensitivitas terhadap beberapa rasio individual dan kemudian membentuk variabel instrumental sebagai alternatif lain dari proksi IOS.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
27
Alternatif proksi IOS yang digunakan Smith dan Watts (1992) yaitu dengan melakukan analisis sensitivitas terhadap beberapa rasio individual dan membentuk variabel instrumental IOS dalam rangka menemukan proksi IOS yang lebih baik, dan analisis faktor oleh Gaver dan Gaver (1993) untuk memperoleh proksi gabungan IOS, hal ini karena pada sebagian besar rasio individual terkandung potensi measurement error. Gaver dan Gaver (1993) mencatat bahwa market to book of equity, market to book of asset, earning per-share to price, research and development to total asset, variance of total return dan funds memiliki korelasi signifikan dengan faktor umum IOS. Sedangkan Sami, et.al (1999) mencatat bahwa variabel yang memiliki korelasi cukup tinggi dengan faktor umum IOS adalah MVA/BVA, MVE/BVE,
PPE/BVA,
Capital
Expenditure
Committed/EVA,
CAPX
Incurred/EVA dan DEP/EVA, sedangkan EPS/Price dan VARSALE (variance of sale) memiliki koefisien korelasi yang sangat kecil sehingga tidak dapat digunakan sebagai proksi IOS. Alasan penggunaan skor faktor serta variabel dummy dalam Sami, et.al (1999) adalah karena level IOS yang bersifat tidak dapat diobservasi cenderung tidak sempurna jika diukur dengan menggunakan hanya satu rasio saja (single empirical proxy), sehingga diperlukan scbuah proksi berupa satu set variabel (an ensemble of variables). Sesuai dengan penelitian Gaver dan Gaver (1993) serta Sami, et.al (1999) maka dalam penelitian ini rasio yang diuji antara lain: market to book value of asset (MVABVA), dengan dasar pemikiran bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham dan bahwa pasar menilai perusahaan
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
28
bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya; market to book value of equity (MVEBVE), dengan dasar pemikiran bahwa MVEBVE menunjukan pasar akan menilai return investasi di masa depan lebih besar dari return yang diharapkan dari ekuitasnya; Price to earning (PER), dengan dasar pemikiran bahwa nilai ekuitas merupakan jumlah dari nilai kapitalisasi laba dan pengelolaan aset plus nilai sekarang netto (NPV) dan juga pilihan investasi masa datang sehingga, semakin besar PER, semakin kecil proporsi nilai ekuitas yang diatribusikan kedalam laba yang dihasilkan dan aset relatif terhadap kesempatan bertumbuh; Capital expenditure to book value of asset (CAPBVA) dan capital expenditure to market value of asset (CAPMVA), dengan dasar pemikiran sejalan dengan Kallapur dan Trombley (1999) bahwa, perusahaan bertumbuh memiliki level aklivitas investasi lebih tinggi. Berdasarkan beberapa penelitian, kelima proksi individual di atas merupakan proksi yang memiliki korelasi signifikan dengan realisasi pertumbuhan perusahaan. Pada penelitian ini tidak digunakan proksi berbasis varian karena menurut Winarko (2005) proksi ini menggunakan beta untuk mengukur variabilitas return dalam suatu periode tertentu, sehingga diduga akan menimbulkan beta yg bias yang disebabkan adanya perdagangan yang tidak singkron di pasar modal Indonesia (ketidakstabilan kondisi pasar modal).
2.2.9. Pertumbuhan Perusahaan melalui Pendekatan Proksi IOS Nilai perusahaan merupakan gabungan antara aktiva riil dengan pilihan investasi di masa yang akan datang. Oleh karena itu, perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi diidentif ikasi sebagai perusahaan yang mengalami
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
29
peningkatan pada aktiva riilnya dan peningkatan pada peluang investasi yang ada. Perusahaan yang memiliki potensi tumbuh rendah diidentifikasi sebagai perusahaan yang kurang mengalami peningkatan pada aktiva riilnya atau bahkan mengalami penurunan nilai karena perusahaan tersebut tidak mampu menangkap peluang investasi yang ada. Myers (1977) menyatakan bahwa nilai perusahaan merupakan gabungan antara asset in place dan opsi future invesment. Opsi future investment tersebut tidak hanya ditunjukkan dengan adanya proyek-proyek yang didukung oleh kegiatan riset dan pengembangan saja, tetapi juga kemampuan perusahaan yang lebih dalam mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibanding perusahaan lain dalam satu kelompok industri.
2.2.10. Pengaruh Voluntary Disclosure dengan IOS Akhtaruddin dan Hossain (2008) menunjukan bahwa investment opportunity set memiliki pengaruh yang positif dengan voluntary disclosure. Secara keseluruhan dapat diprediksi bahwa perusahaan bertumbuh cenderung mengungkapkan informasi sukarela lebih banyak dibanding perusahaan yang pertumbuhannya rendah. Penemuan ini menyatakan juga bahwa, perusahaan yang bertumbuh yang memperoleh keuntungan dari pengungkapan sukarela yang lebih banyak memiliki biaya agensi lebih besar. Lebih lanjut hasil penelitian ini menunjukan bahwa teori agensi tentang pengawasan lebih relevan terjadi dalam perusahaan yang bertumbuh.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
30
Lebih lanjut Akhtaruddin dan Hossain (2008) menyatakan bahwa struktur kepemilikan memperkuat pengaruh variabel voluntary disclosure terhadap investment opportunity set. Hal ini sejalan dengan pernyataan Watts dan Zimmerman (1986) bahwa, pengungkapan (disclosure) yang detail dan memberikan
gambaran
kinerja,
serta
operasionalisasi
perusahaan
yang
sesungguhnya akan menimbulkan kepercayaan dari pihak stakeholder akan kinerja manajemen dan kapabilitas perusahaan. Peningkatan kepemilikan manajerial (insider ownership) dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan. Perusahaan meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga manajer akan bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggungjawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik daripada perusahaan dengan kepemilikan manajerial kecil. Kepemilikan manajerial yang besar merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham.
2.2.11. Pengaruh Kebijakan Pendanaan dengan IOS Kebijakan pendanaan adalah kebijakan yang berpengaruh dengan penentuan sumber dana yang
akan
digunakan,
penentuan perimbangan
pembelanjaan yang optimal, dan perusahaan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan atau akan mengambil dana dari luar perusahaan. Salah satu
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
31
tolak ukur pertumbuhan perusahaan ditunjukkan oleh besarnya investasi. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan pendanaan yang dibuat. Oleh karena itu, diduga bahwa perusahaan yang memilik potensi tumbuh tinggi mempunyai kebijakan pendanaan yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki potensi tumbuh rendah. Perusahaan bertumbuh membutuhkan dana yang besar untuk membiayai investasinya.
Perusahaan
harus
membuat
keputusan
pendanaan
dengan
menggunakan dana yang bersumber dari dalam perusahaan (berupa retained earning) atau mengambil dana dari luar perusahaan (berupa hutang dan ekuitas). Perusahaan yang mempunyai investasi tinggi akan menyebabkan hutang menjadi tinggi. Hal tersebut terjadi karena hutang yang tinggi digunakan untuk membiayai kesempatan investasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan oleh Fama (2000) bahwa, hutang biasanya akan bertambah ketika investasi melebihi retained earning dan hutang akan berkurang jika investasi kurang dari retained earning.
2.2.12. Pengaruh Kebijakan Dividen dengan IOS Kebijakan dividen merupakan kebijakan yang menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau menahannya guna diinvestasikan kembali dalam perusahaan. Tingkat pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap pembayaran dividen. Perusahaan yang pertumbuhannya tinggi mempunyai kesempatan yang memungkinkan untuk membayar dividen yang lebih rendah karena mereka mempunyai kesempatan yang menguntungkan dalam mendanai investasinya secara internal, sehingga tidak terdorong untuk membayar bagian laba yang lebih besar kepada para investor. Sebaliknya perusahaan yang pertumbuhannya rendah
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
32
berusaha menarik dana dari luar untuk mendanai investasinya dengan mengorbankan sebagian besar labanya dalam bentuk dividen. Pernyataan tersebut didukung oleh Sulistyowati (2003) yang berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki peluang investasi akan lebih memilih pendanaan internal daripada eksternal, akibatnya kebijakan dividen lebih menekankan pada pembayaran dividen yang kecil.
2.2.13. Pengaruh Kebijakan Kompensasi dengan IOS Smith dan Watts (1992:274) dalam size hypotheses-nya menyatakan bahwa, secara umum manajer dari perusahaan yang besar dengan persediaan sumber daya yang besar akan memberikan dampak pada keputusan manajerial yang akan diberikan. Hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993) pada level perusahaan mendukung hasil penelitian Smith dan Watts (1992) pada level industri, yang menunjukan adanya hubungan yang positif antara investment opportunity set dengan kebijakan kompensasi, bahwa perusahaan tumbuh akan memberikan kompensasi lebih besar dibanding perusahaan tidak tumbuh. Apa yang dilaporkan oleh Healy (1985) dan Holthausen, et.al (1995) merupakan cermin dari pentingnya pemahaman tentang perilaku manajer terhadap keberadaan rencana kompensasi yang dapat mempengaruhi kemakmurannya baik saat ini maupun waktu mendatang. Hasil penelitian Gaver dan Gaver (1993) pada level perusahaan mendukung hasil penelitian Smith dan Watts (1992) pada level industri, yang menunjukan hasil adanya hubungan yang positif antara investment opportunity set dengan kebijakan kompensasi dan mereka menyimpulkan bahwa
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
33
perusahaan tidak tumbuh akan memberikan kompensasi lebih kecil dibanding perusahaan tumbuh.
Tesis
PENGARUH VOLUNTARY ....
NOVI WULANDARI