II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dijelaskan beberapa teori terkait dengan penelitian. Teori-teori tersebut diantaranya mengenai integrasi ekonomi, pertumbuhan ekonomi, foreign direct investment, dan perdagangan internasional. Penelitian terdahulu, yang merupakan acuan dari penelitian ini juga akan disampaikan dalam bab ini yang selanjutnya pada akhir bab ditutup dengan kerangka pemikiran.
2.1
Integrasi Ekonomi Integrasi ekonomi merupakan suatu kebijakan komersial atau kebijakan
perdagangan yang secara diskriminatif menghapuskan atau menurunkan hambatan-hambatan perdagangan, baik dalam bentuk tarif maupun non-tarif. Artinya, kebijakan ini hanya akan berlaku bagi negara-negara teretentu yang sudah saling sepakat untuk membentuk suatu integrasi ekonomi. Tujuannya yaitu untuk mencapai kesejahteraan serta stabilitas yang tinggi untuk negara-negara anggotanya (Salvatore, 1997). Menurut Todaro dan Smith (2006), negara-negara yang menjadi anggota dari suatu integrasi ekonomi tersebut biasanya bedekatan secara geografis. Integrasi ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara dalam kawasan tertentu, mempunyai beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut menunjukkan seberapa kuatnya kerjasama yang berlangsung diantara negara-negara yang terlibat dalam integrasi tersebut. Balassa dalam Oktaviani et al (2010) mengatakan ada beberapa tahapan dari integrasi ekonomi. Berikut tahapan-tahapan tersebut beserta penjelasannya pada Tabel 2.1.
13
Tabel 2.1. Tahapan Integrasi Ekonomi Keterangan Tahapan Suatu kawasan di mana tarif dan dan kuota antara negara anggota dihapuskan, namun Free Trade Area (FTA) masing-masing negara tetap menerapkan tarif terhadap negara bukan anggota. Merupakan FTA yang meniadakan hambatan pergerakan komoditi antar negara, tetapi Customs Union (CU) menerapkan hambatan yang sama terhadap negara bukan anggota. Merupakan Customs Union yang juga meniadakan hambatan-hambatan pada pergerakan faktor-faktor produksi (barang, jasa, Common Market dan aliran modal). Kesamaan harga dari faktorfaktor produktif diharapkan dapat menghasilkan alokasi sumber yang efisien. Merupakan Common Market dengan tingkat Economic Union Integration harmonisasi kebijakan ekonomi nasional yang signifikan, termasuk kebijakan struktural. Penyatuan moneter, fiskal, dan kebijakan sosial yang diikuti dengan pembentukan lembaga Total Economic Integration supranasional dengan keputusan-keputusan yang mengikat bagi seluruh anggota. Sumber: Balassa dalam Oktaviani et al (2010)
Oktaviani et al (2010) juga mengemukakan hal yang tidak jauh berbeda mengenai tingkatan integrasi ekonomi, yaitu: 1.
Pengaturan Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Arrangements) Ini merupakan bentuk integrasi ekonomi yang paling longgar. Negaranegara yang menjadi anggota dalam integrasi ini sepakat menurunkan hambatan-hambatan perdagangan yang berlangsung di antara mereka, dan membedakannya dengan yang diberlakukan terhadap negara-negara luar yang bukan merupakan anggota. Contoh: Skema Preferensi Persemakmuran Inggris (British Commonwealth Preference Scheme).
14
2.
Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area) Bentuk integrasi ekonomi yang lebih tinggi dimana semua hambatan perdagangan tarif maupun non-tarif di antara negara-negara anggota telah dihilangkan sepenuhnya, namun setiap negara anggota masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan-hambatan perdagangan yang diterapkan untuk negara-negara luar yang bukan anggota. Contoh: AFTA dan NAFTA.
3.
Persekutuan Pabean (Customs Union) Semua negara anggota diwajibkan untuk menghilangkan semua bentuk perdagangan di antara negara-negara anggota. Selain itu, mereka juga harus menyeragamkan kebijakan perdagangannya terhadap negaranegara luar yang bukan anggota. Penyelarasan kebijakan perdagangan ini merupakan ciri utama Persekutuan Pabean. Contohnya: Uni Eropa atau Europan Union (EU).
4.
Pasar Bersama (Common Market) Pada bentuk integrasi ekonomi ini, bukan hanya perdagangan barang saja yang dibebaskan, tetapi juga arus-arus faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal. Contoh: Uni Eropa yang telah mencapai status pasaran bersama itu pada akhir tahun 1992.
5.
Uni Ekonomi (Economic Union) Integrasi ini berada pada tingkatan tertinggi dari integrasi ekonomi. Harmonisasi dilakukan lebih jauh, bahkan dengan menyeragamkan kebijakan-kebijakan moneter dan fiskal dari masing-masing negara anggota. Contohnya: Benelux
15
2.2
Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dari kemajuan
ekonomi suatu negara. Menurut Kuznets, pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya (Todaro dan Smith, 2003). Ada tiga faktor utama berkaitan dengan pembangunan ekonomi suatu bangsa, yaitu: 1.
Akumulasi modal Akumulasi modal meliputi bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik, dan modal atau sumber daya manusia. Akumulasi modal terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung serta diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan di kemudian hari.
2.
Pertumbuhan penduduk Secara tradisional, pertumbuhan penduduk dianggap mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk pada akhirnya akan meningkatkan jumlah angkatan kerja. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah jumlah tenaga produktif, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti meningkatkan ukuran pasar domestiknya.
3.
Kemajuan teknologi Kemajuan teknologi bagi kebanyakan ekonom merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang paling penting. Kemajuan teknologi terjadi
16
karena ditemukan cara baru sebagai perbaikan dari cara-cara lama dalam menangani pekerjaan-pekerjaan tradisional. Dalam argumen pasar bebas neoklasik merupakan keyakinan bahwa liberalisasi pasar-pasar nasional akan merangsang investasi, baik itu investasi domestik maupun yang berasal dari luar negeri, sehingga dengan sendirinya akan memacu tingkat akumulasi modal. Bila diukur berdasarkan satuan tingkat pertumbuhan Gross National Product (GNP), hal tersebut sama dengan penambahan tingkat tabungan domestik, yang pada gilirannya akan meningkatkan rasio modal-tenaga kerja (capital-labor ratios) dan pendapatan per kapita negaranegara berkembang yang pada umumnya miskin modal. Model-model pertumbuhan neoklasik tradisional sesungguhnya bertolak secara langsung dari model Harrod-Domar dan Solow.
2.2.1
Model Pertumbuhan Harrod-Domar Model
pertumbuhan
Harrod-Domar
menjelaskan
mekanisme
perekonomian yang mengandalkan peningkatan investasi dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Model ini menyarankan bahwa setiap perekonomian pada dasarnya harus senantiasa mencadangkan atau menabung sebagian tertentu dari pendapatan nasionalnya untuk menambah atau menggantikan barang-barang modal (gedung, alat-alat, dan bahan baku) yang telah susut atau rusak. Namun, untuk memacu pertumbuhan ekonomi dibutuhkan investasi baru yang merupakan tambahan neto terhadap cadangan atau stok modal (capital stock). Bila kita asumsikan bahwa ada hubungan ekonomi langsung antara besarnya total stok modal (K), dengan GNP total (Y), maka hal itu berarti bahwa setiap tambahan
17
netto terhadap stok modal dalam bentuk investasi baru akan menghasilkan kenaikan arus output nasional atau GNP. Y Y
s ............................................................................................. (2.1) k
Persamaan diatas merupakan versi sederhana dari persamaan teori pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar. Persamaan tersebut menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (ΔY/Y) ditentukan secara bersamasama oleh tabungan nasional (s) serta rasio modal-output nasional (k).
2.2.2
Model Pertumbuhan Solow Model pertumbuhan neoklasik selanjutnya yaitu model pertumbuhan
neoklasik Solow. Pada intinya, model ini merupakan pengembangan dari formulasi Harrod-Domar dengan menambahkan faktor kedua, yakni tenaga kerja, serta memperkenalkan variabel independen ketiga, yaitu persamaan
pertumbuhan.
Berbeda
dengan
model
teknologi ke dalam Harrod-Domar
yang
mengasumsikan skala hasil tetap (constant return to scale) dengan koefisien baku, model pertumbuhan neoklasik Solow berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (diminishing returns) dari input tenaga kerja dan modal jika keduanya dianalisis secara terpisah; jika keduanya dianalisis secara bersamaan atau sekaligus, Solow juga memakai asumsi skala hasil tetap tersebut. Kemajuan teknologi ditetapkan sebagai faktor residu untuk menjelaskan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, dan tinggi rendahnya pertumbuhan itu sendiri oleh Solow maupun para teoretisi lainnya diasumsikan bersifat eksogen atau tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
18
Dalam bentuk yang lebih formal, model pertumbuhan neoklasik Solow memakai fungsi produksi agregat standar, yakni: Y
K
AL
1
................................................................................. (2.2)
Pada persamaan tersebut Y adalah Produk Domestik Bruto (PDB), K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah tenaga kerja, dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen. Adapun simbol α melambangkan elastisitas output terhadap modal. Karena tingkat kemajuan teknologi ditentukan secara eksogen, model neoklasik Solow terkadang juga disebut sebagi model pertumbuhan “eksogen”. Menurut teori pertumbuhan neoklasik tradisional pertumbuhan output bersumber dari satu atau lebih dari tiga faktor, yaitu kenaikan kuantitas dan kualitas tenaga kerja, penambahan modal, dan penyempurnaan teknologi. Kenaikan kuantitas dan kualitas dari tenaga kerja dapat dilihat dari pertumbuhan jumlah penduduk dan juga perbaikan pendidikan. Faktor penambahan modal dapat dilihat melalui tabungan dan investasi.
2.1.1
Kenaikan dalam Faktor-Faktor Produksi Menurut Mankiw (2007), kenaikan dalam faktor-faktor produksi
memberikan kontribusi pada kenaikan output. Kita mulai dengan mengasumsikan tidak ada perubahan teknologi, sehingga fungsi produksi yang mengaitkan Y dengan modal (K) dan tenaga kerja (L) adalah konstan: Y = F(K,L) .......................................................................................... (2.3)
19
Ini artinya, output berubah karena jumlah modal dan tenaga kerja berubah. Berikut merupakan penjelasan lebih lanjut dari fungsi tersebut. 1.
Kenaikan Modal Produk marjinal modal (MPK) menyatakan berapa banyak output meningkat ketika modal meningkat sebesar satu unit. MPK = F(K+1, L) – F(K,L) ............................................................... (2.4) Oleh karena itu, ketika modal meningkat sebesar ΔK unit output meningkat mendekati MPK x ΔK. ΔY = MPK x ΔK ................................................................................. (2.5)
2.
Kenaikan Tenaga Kerja Produk marjinal tenaga kerja (MPL) menyatakan berapa banyak perubahan output ketika tenaga kerja meningkat sebesar satu unit, yaitu MPL = F(K, L+1) – F(K,L) ................................................................ (2.6) Karena itu, ketika jumlah tenaga kerja meningkat sebesar ΔL unit, maka output meningkat sampai mendekati MPL x ΔL. ΔY = MPL x ΔL .................................................................................. (2.7)
3.
Kenaikan Modal dan Tenaga kerja Anggaplah bahwa jumlah modal meningkat sebesar ΔK dan jumlah tenaga kerja meningkat sebesar ΔL. Kenaikan output kemudian berasal dari dua sumber. Kita bisa membagi kenaikan ini menjadi dua sumber dengan menggunakan produk marjinal dari dua input: ΔY = (MPK x ΔK) + (MPL x ΔL) ....................................................... (2.8)
20
2.3
Foreign Direct Investment (FDI) FDI merupakan salah satu bentuk aliran modal internasional. Menurut
Hady (2004), FDI merupakan investasi riil dalam bentuk pendirian perusahaan, pembangunan pabrik, pembelian barang modal, tanah, bahan baku, dan persediaan dimana investor terlibat langsung dalam manajemen perusahaan dan mengontrol penanaman modal tersebut. Bentuk aliran modal internasional tersebut biasanya dimulai dengan pendirian subsidiary atau pembelian saham mayoritas dari suatu perusahaan. Dalam konteks internasional, bentuk investasi ini biasanya dilakukan oleh multinational corporation (MNC) dengan operasi di bidang manufaktur, industri pengolahan, ekstraksi sumber alam, industri jasa, dan sebagainya.
2.3.1
Motif Foreign Direct Investment Berikut merupakan motif suatu negara memilih investasi dalam bentuk
FDI diantaranya: a.
Untuk
mendapatkan
return
yang lebih
tinggi
melalui
tingkat
pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi, perpajakan yang lebih menguntungkan, dan infrastruktur yang lebih baik, yang merupakan motif utama dari FDI. b.
Untuk melakukan diversifikasi resiko.
c.
Untuk tetap memiliki competitive advantage melalui direct control dengan melakukan hal-hal berikut: 1) Horizontal Integration Hal ini banyak dilakukan oleh perusahaan besar atau MNC yang biasanya berada dalam posisi monopolistic atau oligopolistic dengan
21
tujuan untuk melakukan direct control, khususnya yang berkenaan dengan
penguasaan
ilmu
pengetahuan
atau
teknologi,
dan
managerial skill tertentu sehingga tetap memiliki competitive advantage di setiap pasar luar negeri yang dimasuki. 2) Vertical Integration Competitive advantage melalui direct control juga dapat dilakukan dengan vertical integration, baik melalui “backward” maupun “forward integration”. Backward integration dilakukan dengan jalan FDI di bidang pertambangan dan pertanian/perkebunan untuk memperoleh jaminan supply bahan baku tertentu dengan harga semurah mungkin. Forward integration dilakukan dengan jalan membangun jaringan distribusi, misalnya untuk produk automotive dan elektronik. d.
Untuk menghindari hambatan tarif dan non-tarif yang dibebankan kepada impor dan sekaligus memanfaatkan berbagai insentif dalam bentuk subsidi yang diberikan oleh pemerintah lokal untuk mendorong FDI.
2.3.2
Dampak Foreign Direct Investment FDI mempunyai pengaruh bagi negara tujuan investasi atau yang biasa
disebut dengan host country. Dampak positif dari keberadaan FDI di host country, menurut Oktaviani et al (2010) yaitu: a.
Sumbangan positif penanaman modal asing ini, yaitu peranannya dalam mengisi kekosongan atau kekurangan sumber daya antara tingkat
22
investasi yang ditargetkan dengan jumlah aktual “tabungan domestik” yang dapat dimobilisasikan. b.
Dengan memungut pajak atas keuntungan MNC dan ikut serta secara finansial dalam kegiatan-kegiatan mereka di dalam negeri, pemerintah negara-negara berkembang berharap bahwa mereka akan dapat turut memobilisasikan sumber-sumber finansial dalam rangka membiayai proyek-proyek pembangunan secara lebih baik.
c.
MNC tersebut tidak hanya akan menyediakan sumber-sumber finansial dan pabrik-pabrik baru saja kepada negara-negara miskin yang bertindak sebagai host country, akan tetapi mereka juga menyediakan suatu “paket” sumber daya yang dibutuhkan bagi proses pembangunan secara keseluruhan, termasuk juga pengalaman dan kecakapan manajerial, kemampuan kewirausahaan, yang pada akhirnya dapat dimanifestasikan dan diajarkan kepada pengusaha-pengusaha domestik.
d.
MNC juga berguna untuk mendidik para manajer lokal agar mengetahui strategi dalam rangka membuat relasi dengan bank-bank luar negeri, mencari alternatif pasokan sumber daya, serta memperluas jaringanjaringan pemasaran sampai ke tingkat internasional.
e.
MNC akan membawa pengetahuan dan teknologi yang tentu saja dinilai sangat maju oleh negara-negara berkembang mengenai proses produksi sekaligus memperkenalkan mesin-mesin dan peralatan modern kepada negara-negara Dunia Ketiga. Selain dampak positif yang telah disebutkan di atas, MNC dalam
kegiatan ekonominya, tentu juga memiliki dampak negatif, diantaranya:
23
a.
Keberadaan MNC seringkali memberi pengaruh negatif terhadap tingkat upah rata-rata.
b.
Dalam jangka panjang, keberadaan MNC dapat mengurangi penghasilan devisa, baik dari sisi neraca transaksi berjalan maupun neraca modal.
c.
MNC berpotensi besar untuk merusak perekonomian tuan rumah dengan cara menekan semangat bisnis para usahawan lokal.
d.
MNC juga sering menggunakan kekuatan ekonomi mereka untuk memengaruhi,
menyuap,
dan
memanipulasi
berbagai
kebijakan
pemerintah di host country ke arah yang tidak menguntungkan bagi pembangunannya.
2.4
Perdagangan Internasional Setiap negara di dunia mempunyai banyak keterbatasan. Baik itu
keterbatasan sumber daya alam, sumber daya manusia, maupun teknologi. Tidak semua kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi oleh sumber daya yang tersedia di negara tersebut. Sehingga, setiap negara di dunia perlu melakukan interaksi dengan negara lainnya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di dalam negara tersebut, salah satunya melalui perdagangan internasional. Menurut Damanhuri (2010), perdagangan luar negeri memiliki peranan yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pembangunan di suatu negara. Model pertumbuhan
ekonomi
yang
dikembangkan
oleh
Keynes,
perdagangan
internasional merupakan salah satu determinan bagi pendapatan suatu negara. Secara sederhana, pemikiran Keynes tersebut dapat dijelaskan dalam persamaan di bawah ini:
24
Y
C I G
N
X
.................................................................... (2.9)
Dalam persamaan tersebut, Y adalah pendapatan sebuah negara, C merupakan pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga, I adalah simbol untuk investasi atau pengeluaran modal yang dilakukan oleh sektor produsen, G adalah pengeluaran yang dikeluarkan oleh pemerintah, X merupakan ekspor yang dilakukan oleh negara, sementara M adalah simbol untuk impor yang dilakukan oleh sebuah negara. Dalam persamaan tersebut, perdagangan internasional disimbolkan dengan (X-M).
2.4.1
Dampak Perdagangan Internasional terhadap Perekonomian Perdagangan internasional sering pula dikatakan sebagai “mesin
pertumbuhan” (engine of growth). Menurut Salvatore (1997), sekalipun perdagangan internasional tidak bisa menjadi “mesin pertumbuhan” yang efektif bagi negara-negara berkembang, namun bukan berarti perdagangan internasional tidak ada kegunaannya. Para ekonom seperti Haberler mengatakan keuntungankeuntungan yang bisa diperoleh dari perdagangan internasional, diantaranya: a.
Perdagangan dapat meningkatkan pendayagunaan sumber-sumber daya domestik di suatu negara berkembang.
b.
Perdagangan internasional dapat menciptakan pembagian kerja dan skala ekonomi (economies of scale) yang lebih tinggi, melalui peningkatan ukuran pasar.
c.
Perdagangan internasional juga berfungsi sebagai wahana transmisi gagasan-gagasan baru, teknologi yang lebih baik, serta kecakapan
25
manajerial, dan bidang-bidang keahlian lainnya yang diperlukan bagi kegiatan bisnis. d.
Perdagangan
antar
negara
juga
merangsang
dan
memudahkan
mengalirnya arus modal internasional dari negara maju ke negara berkembang. e.
Impor produk-produk baru dapat merangsang permintaan domestik serta dapat memberikan inspirasi dan membuka lahan bisnis baru yang menguntungkan bagi para produsen setempat.
f.
Perdagangan internasional merupakan instrumen yang efektif untuk mencegah
monopoli
karena
perdagangan
pada
dasarnya
dapat
merangsang peningkatan efisiensi setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari negara lain. Menurut Oktaviani et al (2010), kegiatan perdagangan internasional tidak hanya memberikan dampak positif, namun juga dapat menimbulkan dampak negatif, yaitu: a.
Terpengaruhnya perekonomian nasional oleh situasi dan kondisi pasar dunia. Apabila kita tidak merespon situasi pasar dunia, maka kita akan ditinggalkan oleh negara-negara lain.
b.
Berpengaruh pada perubahan terhadap kebijakan pembangunan nasional yang telah ditetapkan apabila pengaruh global tersebut berdampak buruk terhadap kehidupan masyarakat.
c.
Menciptakan ketergantungan produk terhadap suatu negara.
d.
Eksploitasi terhadap sumber daya karena untuk memenuhi permintaan pasar dunia.
26
e.
2.5
Terbentuknya proteksi non-tarif yang dapat menghambat produk ekspor.
Penelitian Terdahulu Hubungan antara FDI, perdagangan internasional, serta pertumbuhan
ekonomi telah menjadi satu topik yang menarik bagi para ekonom dalam beberapa tahun terakhir. Banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kejelasan dari hubungan tersebut. Beberapa penelitian untuk kasus-kasus negara tertentu berhasil membuktikan adanya hubungan timbal balik antara variabel-variabel yang diuji, sementara untuk kasus lainnya tidak ditemukan hubungan yang saling memengaruhi antar variabel-variabelnya. Li dan Liu (2005) melakukan penelitian untuk menguji hubungan endogen antara FDI dan pertumbuhan ekonomi di 84 negara. Metode yang digunakan adalah 3SLS (3 Stages Least Squares). Hasil penelitian menemukan adanya hubungan komplemen yang kuat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi baik di negara-negara maju maupun di negara-negara berkembang. Penelitian ini juga menyampaikan bahwa modal manusia dan kemampuan menyerap teknologi sangat penting bagi aliran masuk FDI dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang. Selama ada hubungan endogen yang terus meningkat antara FDI dan pertumbuhan ekonomi, peningkatan modal manusia, kecanggihan teknologi, dan pembangunan ekonomi akan membuat aliran masuk FDI lebih banyak. Pada gilirannya, hal ini akan menaikkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan daya saing. Miankhel et al (2009) mempelajari hubungan dinamis antara ekspor, FDI, Produk Domestik Bruto (PDB) di enam emerging countries, yaitu Chile,
27
India, Meksiko, Malaysia, Pakistan, dan Thailand. Negara-negara tersebut dipilih karena mempunyai tahap pertumbuhan yang berbeda-beda. Penelitian ini menggunakan kerangka time series dari Vector Error Correction Model (VECM). Hasil menunjukkan bahwa di Asia Selatan ada bukti hipotesis pertumbuhan yang dipicu oleh ekspor. Pada kasus lain, dalam jangka panjang, ditemukan bahwa pertumbuhan PDB sebagai faktor umum yang mengendalikan pertumbuhan variabel lain seperti ekspor untuk kasus di Pakistan dan FDI untuk kasus di India. Negara-negara Amerika Latin, Meksiko dan Chile menunjukkan hubungan yang berbeda dalam jangka pendek, tetapi dalam jangka panjang ekspor memengaruhi pertumbuhan FDI dan output. Pada kasus negara-negara Asia Timur, ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara PDB dan FDI di Thailand, sementara tidak ditemukan hubungan antara variabel-variabel dalam kasus di Malaysia. Nath (2009) melakukan sebuah penelitian untuk menguji dampak perdagangan dan FDI terhadap pertumbuhan PDB riil per kapita di tiga belas ekonomi transisi Eropa Timur dan Tengah, serta wilayah Baltik (CEEB) dari tahun 1991 sampai 2005. Penelitian ini menggunakan pendekatan data panel fixed effects. Hasil menunjukkan bahwa terdapat dampak positif yang signifikan dari perdagangan terhadap pertumbuhan. Penelitian ini juga menemukan bahwa determinan penting dari pertumbuhan di wilayah CEEB adalah investasi domestik. Secara umum, FDI tidak mempunyai dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan di ekonomi transisi. Yu et al (2010) melakukan penelitian berkaitan dengan FDI dan pertumbuhan ekonomi di Cina. Hal yang berbeda dari penelitian ini adalah peneliti menggunakan model dua sektor. Dua sektor yang dimaksud yaitu sektor
28
yang didanai oleh asing dan sektor yang didanai oleh domestik. Penelitian ini menggunakan metode regresi OLS (Ordinary Least Square) dan Koyek Geometric Lag Model. Hasil uji menunjukkan bahwa investasi modal mempunyai hubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi di Cina. Penelitian ini juga menemukan bahwa sektor yang didanai asing mendorong perkembangan sektor yang didanai domestik serta pertumbuhan ekonomi. Penelitian yang dilakukan Iqbal et al (2010) tidak jauh berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Mereka menguji hubungan kausalitas antara FDI, perdagangan internasional, dan pertumbuhan ekonomi di Pakistan menggunakan data kuartalan time series dari tahun 1988 sampai 2005. Metode yang digunakan adalah model Vector Autoregression (VAR) dan Vector Error Correction Mechanism (VECM). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan kausalitas dua arah antara FDI dan PDB, FDI dan ekspor, PDB dan ekspor, serta impor dan ekspor. Sementara hanya terjadi hubungan kausalitas satu arah untuk variabel impor terhadap FDI dan PDB. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil uji tersebut bahwa FDI yang diinvestasikan di Pakistan telah meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan strategi perdagangan asing negara Pakistan. Hasil uji juga menggambarkan bahwa FDI dan perdagangan adalah dua faktor penting yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di Pakistan. Jayachandran dan Seilan (2010) meneliti tentang perdagangan, FDI, dan pertumbuhan ekonomi di India selama periode 1970-2007. Penelitian ini menggunakan uji kausalitas Granger. Hasil menunjukkkan bahwa tidak ada hubungan kausalitas timbal balik antara variabel-variabel tersebut di India. FDI dan ekspor di India adalah salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan
29
ekonomi, namun, tinggi atau rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi tidak mempunyai pengaruh terhadap keberadaan FDI dan ekspor di India. Moudatsou dan Kyrkilis (2011) melakukan uji terhadap hubungan FDI dan pertumbuhan ekonomi di dua Asosiasi Ekonomi yang berbeda yaitu, European Union (EU) dan Association of South East Asian Nations (ASEAN). Penelitian ini menggunakan data panel selama periode 1970 sampai 2003. Objek dari penelitian ini, untuk EU yaitu, Austria, Belgia, Siprus, Denmark, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Malta, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Anggota ASEAN tidak dilibatkan seluruhnya dalam penelitian ini, seperti halnya dengan EU, yaitu hanya negara Indonesia, Singapura, Filipina, dan Thailand. Penelitian tersebut menemukan bahwa pertumbuhan ekonomi dari host country mendorong aliran FDI untuk masuk ke negara tersebut baik di negara maju atau negara berkembang. Hasil empiris panel data menunjukkan untuk negara-negara anggota EU, hasilnya mendukung hipotesis hubungan kausalitas FDI dan PDB, dimana pertumbuhan didorong oleh FDI. Sementara untuk negara-negara anggota ASEAN ada hubungan kausalitas dua arah antara PDB riil per kapita dan FDI, khususnya untuk kasus di Indonesia dan Thailand. Omer dan Yao (2011) melakukan penelitian dengan dimensi yang berbeda. Penelitian tersebut dilakukan untuk menguji hubungan kausalitas antara aliran masuk FDI dan siklus bisnis di Malaysia. Model yang digunakan adalah uji kausalitas Granger dan VAR Impulse Responses. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas antara aliran masuk FDI dan siklus bisnis. Penemuan juga menunjukkan bahwa kegiatan perusahaan asing dalam bentuk
30
aliran masuk FDI dan perkembangan siklus bisnis negara tuan rumah berhubungan dalam jangka panjang. Tiwari dan Mutascu (2011) menguji dampak dari FDI terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Penelitian ini menganalisis menggunakan data panel untuk periode 1986 sampai 2008. Penelitian ini juga menguji nonlinearitas terkait FDI dan ekspor dalam proses pertumbuhan ekonomi negara-negara Asia. Hasil menemukan bahwa baik FDI maupun ekspor telah mendorong proses pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja serta modal juga mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di negara-negara Asia. Penelitian ini kemudian menyarankan bagi negara-negara di Asia untuk menggunakan cara pertumbuhan yang dipicu oleh ekspor pada tahap awal pertumbuhan. Pada periode berikutnya, mungkin pertumbuhan yang dipicu oleh FDI merupakan pilihan yang layak untuk dilakukan. Penelitian ini juga telah menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian kali ini.
2.6
Kerangka Pemikiran Globalisasi memberikan suatu peluang sekaligus ancaman bagi negara-
negara di dunia. Keterbukaan ekonomi yang muncul dari adanya globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk melakukan integrasi ekonomi. Integrasi ekonomi dibentuk oleh suatu negara, yang biasanya berada dalam kawasan geografis yang sama, dalam rangka memperkuat posisi mereka di dunia internasional. Saat ini ada tiga integrasi ekonomi terbesar di dunia, yaitu ASEAN, Uni Eropa, dan Amerika Utara. Kondisi tersebut semakin membuat pergerakan barang, jasa, serta modal begitu cepat dari dan menuju suatu negara yang
31
menyebabkan ekspansi perdagangan internasional serta investasi, khususnya investasi dalam bentuk FDI. Kedua kegiatan ekonomi tersebut semakin banyak dipilih oleh berbagai negara karena dianggap mempunyai pengaruh positif bagi proses pertumbuhan ekonomi negara mereka, tak terkecuali negara maju dan negara berkembang. Mereka berlomba-lomba meningkatkan aliran masuk FDI serta pangsa ekspornya untuk mempercepat proses pertumbuhan ekonomi negaranya. Namun, kedua strategi ini memiliki pengaruh yang berbeda-beda antar satu negara dengan negara lainnya. Faktor pendukung lainnya seperti tenaga kerja serta jumlah modal di suatu negara juga akan disertakan dalam penelitian ini sebagai bagian dari faktorfaktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Keputusan tersebut didasarkan pada teori pertumbuhan ekonomi neoklasik, yaitu teori Harrod-Domar dan Solow. Keterkaitan antara FDI, perdagangan internasional, dan pertumbuhan ekonomi menjadi suatu hal yang perlu dikaji lebih lanjut untuk melihat pengaruh dari masing-masing variabel makroekonomi tersebut. Metode Granger causality test digunakan untuk mengetahui hubungan kausalitas antara pertumbuhan ekonomi dengan variabel-variabel lain dalam penelitian. Penelitian ini juga akan membandingkan dua strategi untuk mendapatkan strategi yang terbaik dan paling efisien dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kedua strategi tersebut yaitu, FDI-led growth dan export-led growth. Metode yang akan digunakan untuk menganalisis permasalahan tersebut yaitu metode panel data dinamis. Analisis deskriptif juga akan dilakukan untuk menggambarkan kondisi umum yang terjadi mengenai fenomena yang sedang diselidiki dan untuk mendukung hasil dari penelitian.
32
Integrasi Ekonomi ASEAN+6, UNI EROPA, DAN AMERIKA UTARA
NEGARA-NEGARA BERKEMBANG
NEGARA-NEGARA MAJU
Singapura, Jepang, Korea Selatan, New Zealand, Australia, Perancis, Jerman, United Kingdom, United States, dan Kanada
Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Cina, India, dan
Meksiko
Teori Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik
Teori Harrod-Domar
Teori Solow
Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Modal
FDI
Impor
Ekspor
Tenaga Kerja
perbandingan
Pertumbuhan Ekonomi
Analisis Deskriptif
Granger Causality Test
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Metode Panel Data Dinamis
33
Penulis berharap dengan mengetahui hubungan antara FDI, perdagangan internasional, jumlah modal, angkatan kerja, dan pertumbuhan ekonomi; serta dengan mengetahui strategi ekonomi yang terbaik dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi, dapat menjadi bahan pertimbangan bagi para pembuat kebijakan di negara maju dan negara berkembang yang berada di kawasan ASEAN+6, Uni Eropa, dan Amerika Utara agar dapat menentukan kebijakan yang tepat sesuai dengan kondisi dari negara masing-masing. Gambar 2.1 merupakan bagan kerangka pemikiran untuk lebih memperjelas sistematika dari penelitian yang akan dilakukan.
Hipotesis Penelitian
2.7
Berdasarkan permasalahan dan literatur yang terkait dengan penelitian ini, maka dapat diterapkan dua hipotesis sebagai berikut: 1.
Ada hubungan kausalitas antara Foreign Direct Investment, perdagangan internasional, jumlah modal, tenaga kerja, dengan pertumbuhan ekonomi.
2.
Strategi pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh ekspor (export-led growth) jauh lebih memungkinkan dan dapat menjadi strategi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada tahap awal pertumbuhan, seperti di negara-negara berkembang.
3.
Strategi pertumbuhan ekonomi yang dipicu oleh FDI (FDI-led growth) jauh
lebih
meningkatkan
memungkinkan pertumbuhan
dan
dapat
ekonomi
berikutnya, seperti di negara-negara maju.
menjadi pada
strategi
tahap
dalam
pertumbuhan