BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teori Tentang Kompetensi 2.1.1. Pengertian dan Tingkatan Kompetensi Kompetensi adalah karakteristik dasar dari seseorang yang memungkinkan mereka mengeluarkan kinerja superior dalam pekerjaannya. Berdasarkan uraian di tersebut makna kompetensi mengandung bagian kepribadian yang mendalam dan melekat pada seseorang dengan perilaku yang dapat diprediksi pada berbagai keadaan dan tugas pekerjaan. Prediksi siapa yang berkinerja baik dan kurang baik dapat diukur dari kriteria atau standar yang digunakan. Analisis kompetensi disusun sebagian besar untuk pengembangan karier, tetapi penentuan tingkat kompetensi dibutuhkan untuk mengetahui efektivitas tingkat kinerja yang diharapkan (Boulter, Dalziel dan Hill, 1996). Menurut Boulter, Dalziel dan Hill (1996) level kompetensi adalah sebagai berikut : Skill, Knowledge, Self-concept, Self Image, Trait dan Motive. 1. Skill adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik misalnya seorang programer computer. 2. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus (tertentu), misalnya bahasa komputer.
Universitas Sumatera Utara
3. Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai-nilai diri), misalnya: pemimpin. 4. Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri, merekflesikan identitas, contoh: melihat diri sendiri sebagai seorang ahli. 5. Trait adalah karakteristik abadi dari seorang karakteristik yang membuat orang untuk berperilaku, misalnya: percaya diri sendiri. 6. Motive adalah sesuatu dorongan seseorang secara konsisten berperilaku, sebab perilaku seperti hal tersebut sebagai sumber kenyamanan, contoh: prestasi mengemudi. Kompetensi Skill dan Knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada di permukaan (ujung) sebagai karakteristik yang di miliki manusia. Social role dan self image cenderung sedikit visibel dan dapat di kontrol perilaku dari luar. Sedangkan trait dan motive letaknya lebih dalam pada titik sentral kepribadian (Boulter, Dalziel dan Hill, 1996). Kompetensi pengetahuan dan keahlian relatif mudah untuk dikembangkan, misalnya dengan program pelatihan untuk meningkatkan tingkat kemampuan sumber daya manusia. Sedangkan motif kompetensi dan trait berada pada kepribadian sesorang, sehingga cukup sulit di nilai dan dikembangkan. Salah satu cara yang paling efektif adalah memilih karakteristik tersebut dalam proses seleksi (Boulter, Dalziel dan Hill, 1996).
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Kompetensi Minimal Perawat Puskesmas Untuk dapat melaksanakan kegiatan, Perawat Puskesmas diharapkan mempunyai kompetensi minimal berdasarkan kode etik keperawatan dalam: (1) Promosi
kesehatan
dalam
rangka
pemberdayaan
individu,
keluarga,
kelompok/masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri. (2) Pengamatan penyakit menular dan tidak menular (surveillance) khususnya mengidentifikasi faktor resiko terjadinya
penyakit/masalah
kesehatan;
menemukan
kasus
secara
dini,
mengidentifikasi, pelacakan; melaporkan kasus. (3) Pelayanan keperawatan terhadap individu, keluarga, kelompok/masyarakat dengan masalah kesehatan prioritas terkait dengan komitmen global, nasional, maupun daerah (P2M, Gizi, KIA-KB, Kesling, dan lainnya), antara lain: (a) Tindakan keperawatan langsung (direct care), (b) Pendidikan/penyuluhan kesehatan, (c) Pengobatan dasar sesuai kewenangan dan tata laksana standar, (d) Penanggulangan gawat darurat dasar termasuk penanggulangan bencana alam, (e) Pencegahan infeksi. (4) Memotivasi individu, keluarga, kelompok masyarakat
dalam pembentukan
pelayanan
kesehatan
yang
bersumberdaya
masyarakat (contoh: Posyandu, Posyandu Usila, Pos obat desa, dan lainnya). (5) Membina pelayanan kesehatan yang bersumber daya masyarakat, misalnya: melakukan pembinaan pelayanan Posyandu, Posyandu Usila, Pos obat desa, dan lainnya) di wilayah kerjanya. (6) Konseling keperawatan/kesehatan terhadap individu dan keluarga untuk membantu memecahkan masalah. (7) Pelatihan dan atau penyegaran kader/masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah
Universitas Sumatera Utara
kerjanya. (8) Kerjasama tim dengan tenaga kesehatan lain, baik lintas program maupun lintas sektor. (9) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan baik oleh Perawat dan masyarakat. (10) Pendokumentasian kegiatan termasuk pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan (Depkes RI, 2006). 2.1.3. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003), pengetahuan tercakup dalam domain atau ranah kognitif yang terdiri dari 6 tingkatan, yakni: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini termasuk mengingat kembali atau recall sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
Universitas Sumatera Utara
c. Aplikasi (Application) Aplikasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan materi yang telah dipelajarinya kedalam situasi yang nyata atau sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan penggunaan rumus, hukum, metode, prinsip kedalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata-kata kerja, seperti: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, dan mengelompokan. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis
merujuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis ini merupakan suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formula-formula yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini didasarkan kepada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.1.4. Sikap (Attitude) Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2003) sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: (a) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek. (b) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. dan (c) Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Tingkatan sikap atau attitude yakni: a. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa seseorang mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan. b. Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila di tanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. c. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu sikap tingkat tiga. d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah di pilih dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Keterampilan (Phsicomotor) Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan ke dalam bentuk tindakan (Notoatmodjo, 2003). Tingkatan praktek atau keterampilan, yakni: a. Persepsi (perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan di ambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. b. Respon terpimpin (guided respons) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. c. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka seseorang tersebut sudah mencapai praktek tingkat ketiga. d. Adaptasi (adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut (Notoatmodjo, 2003). 2.2. Teori Tentang Perawat dan Keperawatan 2.2.1. Pengertian Perawat dan Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya di peroleh melalui pendidikan keperawatan (UU Nomor. 36 Tahun 2009). Perawat di Puskesmas adalah semua tenaga lulusan pendidikan keperawatan yang di beri tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melaksanakan pelayanan keperawatan kesehatan kepada masyarakat di Puskesmas yaitu sebagai pelaksana keperawatan di Puskesmas (Depkes RI, 2006). Keperawatan yaitu suatu pelayanan profesional sebagai bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang komprehensif, ditujukan kepada individu, keluarga maupun masyarakat yang sehat maupun sakit yang mencakup siklus hidup manusia (Gafar, 1999). 2.2.2. Jenis dan Jenjang Pendidikan Keperawatan Jenis dan jenjang pendidikan keperawatan, adalah sebagai berikut: a. Pendidikan Keperawatan Vokasional Jenis pendidikan vokasional ini mencakup Sekolah Perawat Kesehatan (SPK). Selain itu terdapat jenis pendidikan penjenang kesehatan (SLTP ditambah 2 tahun) yang secara bertahap telah disetarakan dengan SPK sejak tahun 1995. b. Program Pendidikan Jenjang Diploma 1. Program Pendidikan Diploma III Keperawatan,
Universitas Sumatera Utara
Program pendidikan ini menghasilkan Perawat profesional pemula dengan sebutan ahli madya keperawatan(Amd Kep). Program D III Keperawatan dapat diikuti oleh: (a) Lulusan SLTA dengan lama pendidikan 6 semester (3 tahun), (b) Lulusan SPK yang akan menempuh pendidikan di jalur khusus yaitu: D III Khusus Rumah Sakit (RS) dengan lama pendidikan 4 semester (2 tahun), (c) D III Khusus Puskesmas dengan lama pendidikan 5 semester (2,5 tahun), (d) D III Khusus masa kerja 0 tahun dengan lama pendidikan 6 semester (3 tahun). 2. Program Pendidikan Diploma IV Keperawatan Pendidikan pada program ini lebih bersifat spesialisasi dalam keperawatan dengan sebutan ahli keperawatan (A.Kep). Jenis spesialisasi disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan dalam bidang medis terutama keperawatan. Lama pendidikan 2 semester (1 tahun) setelah menyelesaikan Program D III Keperawatan. c. Program Pendidikan Sarjana Keperawatan Program pendidikan sarjana keperawatan menghasilkan lulusan Perawat profesional dengan gelar sarjana keperawatan (S.Kep) dan sebutan profesi yaitu Ners (Ns). Program pendidikan kesarjanaan bersifat akademik profesional yang mempunyai landasan keilmuan dan profesi sehingga lulusannya diharapkan mampu melaksanakan fungsi keperawatan profesional. Program pendidikan sarjana keperawatan dan profesi Ners ini berlangsung selama 10 semester (5
Universitas Sumatera Utara
tahun) bagi lulusan SMA dan 5 semester (2,5 tahun) bagi lulusan D III Keperawatan. d. Program Pendidikan Pasca Sarjana Keperawatan Lulusan program ini diharapkan mampu memenuhi tuntutan sebagai Ners konsultan dan peneliti. Program pendidikan ini dilaksanakan dengan lama studi 4 semester (2 tahun). Lulusan ini mendapat gelar Master Keperawatan (M.Kep). e. Program Spesialisasi Keperawatan Program pendidikan spesialisasi keperawatan menekankan pada pengembangan pengetahuan dan keterampilan profesional hanya pada salah satu disiplin ilmu keperawatan. Dalam hal ini jenis spesialisasi berdasarkan peran perlu dipertimbangkan, misalnya Ners pendidik, Ners penyelia, atau Ners peneliti. f. Program Pendidikan Doktoral Untuk sementara program ini belum ada di Indonesia sehingga perlu mendapat perhatian yang lebih serius pada masa yang akan datang mengingat semakin besarnya tuntutan masyarakat terhadap profesi ini dan semakin pesatnya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Ali, 2002). 2.2.3. Peran dan Fungsi Perawat Di Puskesmas Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, Perawat kesehatan masyarakat idealnya memiliki 12 peran dan fungsi yang diuraikan sebagai berikut: 1. Pemberi Pelayanan Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Perawat Puskesmas memberikan pelayanan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok/masyarakat berupa asuhan keperawatan/kesehatan masyarakat yang utuh (holistic), komprehensif meliputi: pemberian asuhan pencegahan tingkat pertama, tingkat kedua maupun tingkat ketiga. Asuhan keperawatan yang diberikan baik asuhan langsung (direct care) kepada pasien/klien maupun tidak langsung (indirect care) di berbagai tatanan pelayanan kesehatan antara lain: klinik Puskesmas, ruang rawat inap Puskesmas, Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, Sekolah, Rutan/lapas, panti, Posyandu, Keluarga, dan lainnya. 2. Penemu Kasus Perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta melakukan penelusuran terjadinya penyakit. Temuan kasus dapat dilakukan dengan mencari langsung di masyarakat (aktif case finding) atau pada saat pasien/klien berkunjung ke pelayanan kesehatan (pasif case finding). 3. Pendidik/Penyuluh Kesehatan Sebagai pendidik kesehatan, Perawat Puskesmas mampu: mengkaji kebutuhan pasien/klien, mengajarkan kepada individu, keluarga, kelompok/masyarakat untuk melakukan pencegahan tingkat pertama dan peningkatan kesehatan dari suatu penyakit, menyusun program penyuluhan/pendidikan kesehatan baik untuk topik sehat maupun sakit, seperti: nutrisi, latihan/olah raga (exercise), manajemen stress, penyakit dan pengelolaan penyakit, pengobatan, serta menolong
Universitas Sumatera Utara
pasien/klien menyeleksi informasi kesehatan yang bersumber dari buku-buku, koran, televisi, atau teman. 4. Koordinator, Kolaborator dan Penghubung Perawat Puskesmas melakukan koordinasi terhadap semua pelayanan kesehatan yang di terima oleh keluarga dari berbagai program, dan bekerjasama (kolaborasi) dengan tenaga kesehatan lain dan atau keluarga dalam perencanaan pelayanan keperawatan serta sebagai penghubung dengan institusi pelayanan kesehatan dan sektor terkait lainnya. 5. Pelaksana Konseling Dalam fungsinya sebagai konselor, Perawat Puskesmas membantu pasien/klien untuk mencari pemecahan masalah kesehatan atau perubahan perilaku yang terjadi dan dihadapi pasien/klien. Pemberian konseling dapat dilakukan di klinik Puskesmas, Puskesmas pembantu, rumah pasien/klien, Posyandu, dan tatanan pelayanan kesehatan lainnya dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Kegiatan dapat dilakukan Perawat Puskesmas antara lain: menyediakan informasi, mendengar secara objektif, memberi dukungan, memberi asuhan dan meyakinkan pasien/klien, menolong pasien/klien mengidentifikasi masalah dan faktor-faktor yang terkait, memandu klien menggali permasalahan dan memilih pemecahan masalah yang dapat dikerjakan.
Universitas Sumatera Utara
6. Panutan atau Model Peran (role model) Perawat Puskesmas sebagai panutan atau role model, dimaksudkan bahwa perilakunya sehari-hari di contoh oleh orang lain. Panutan ini digunakan pada semua tingkatan pencegahan terutama Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). 7. Pemodifikasi Lingkungan Perawat Puskesmas melakukan kerjasama/konsultasi dengan berbagai pihak terutama tenaga kesehatan lain untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat baik di sarana kesehatan maupun di keluarga/masyarakat. 8. Konsultan Perawat Puskesmas memberikan nasehat profesional, pelayanan, atau informasi kepada pasien/klien untuk menolong memecahkan masalah yang cakupannya lebih luas atau meningkatkan keterampilan pasien/klien. 9. Advokasi Perawat Puskesmas mampu melakukan advokasi dalam rangka pemberdayaan pasien/klien dan peningkatan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien/klien. Kegiatan yang dilakukan oleh Perawat Puskesmas seperti: merencanakan pelayanan kesehatan untuk pasien/klien yang tidak mampu, menjangkau pelayanan kesehatan dengan melakukan pendekatan kepada pengambil keputusan.
Universitas Sumatera Utara
10. Manajer Kasus Perawat Puskesmas menggunakan kemampuan untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan lain untuk mencapai tujuan asuhan. Manajemen yang efektif dapat menolong mencapai tujuan dalam setiap tingkatan pencegahan. Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan supervisi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien/klien maupun terhadap anggota tim lainnya, seperti: kader kesehatan, anggota keluarga. 11. Peneliti Perawat Puskesmas seharusnya mengidentifikasi masalah kesehatan yang ditemukan dan mencari solusi yang terbaik melalui proses penyelidikan yang ilmiah dan memanfaatkan hasil penelitian untuk meningkatkan mutu pelayanan. 12. Pemimpin dan Pembaharu Perawat Puskesmas diharapkan mampu mempengaruhi klien dan pihak lain untuk mencapai tujuan pelayanan yang telah ditetapkan dan berupaya menciptakan perubahan. Kegiatan ini dilakukan antara lain: (a) Memberi masukan proses pengambilan keputusan untuk pasien/klien dan anggota tim lain, (b) Menstimulasi minat terhadap promosi kesehatan melalui asuhan keperawatan pada tingkat pencegahan, (c) Membagi (share) informasi terkait dengan promosi kesehatan kepada pasien/klien dan tenaga kesehatan lain, (d) Mendukung program promosi kesehatan (Depkes RI, 2006).
Universitas Sumatera Utara
2.3. Teori Tentang Puskesmas 2.3.1. Pengertian dan Fungsi Puskesmas Puskesmas
adalah
unit
pelaksana
teknis
dari
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja (Depkes RI, 2004). Adapun fungsi dari Puskesmas pada saat sekarang ini, antara lain: 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Puskesmas selalu berupaya mengerakkan dan memantau penyelenggaraan pembangunan lintas sektoral termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan dan mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu Puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan Puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan
kesehatan
dan
pencegahan
penyakit
tanpa
mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif
dalam
pembiayaan,
memperjuangkan serta
ikut
kepentingan
menetapkan,
kesehatan
menyelenggarakan
termasuk dan
sumber
memantau
Universitas Sumatera Utara
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat. 3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama tersebut meliputi: a. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan bersifat pribadi (private goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk Puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. b. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain: promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan
kesehatan
keluarga,
keluarga
berencana,
kesehatan
jiwa
Universitas Sumatera Utara
masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat lainnya (Depkes RI, 2004). 2.3.2. Upaya Kesehatan Puskesmas Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan melalui Puskesmas yakni: Terwujudnya Kecamatan Sehat Menuju Indonesia Sehat. Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduannya bila di tinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua, yakni: 1. Upaya kesehatan wajib Upaya kesehatan wajib tersebut adalah: upaya promosi kesehatan, upaya kesehatan lingkungan, upaya kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, dan upaya pengobatan. 2. Upaya kesehatan pengembangan Upaya kesehatan pengembangan, meliputi: upaya kesehatan sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya kesehatan mata, dan upaya kesehatan usia lanjut, serta upaya pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Upaya laboratorium medis dan laboratorium kesehatan masyarakat serta pencatatan pelaporan tidak termasuk karena ketiga upaya ini merupakan pelayanan penunjang dari setiap upaya wajib dan upaya pengembangan Puskesmas (Depkes RI, 2004). 2.4. Teori Tentang Kinerja 2.4.1. Pengertian Kinerja dan Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kinerja Kinerja adalah suatu hasil kerja yang di capai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dan didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu (Hasibuan, 2005). Gibson et.all (1997) menyampaikan model teori kinerja dan melakukan analisa terhadap sejumlah variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja atau prestasi individu. Secara teoritis ada 3 variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja individu, yaitu: 1. Variabel individu terdiri dari: kemampuan dan ketrampilan, latar belakang pribadi dan demografis. Sub variabel dari kemampuan dan keterampilan merupakan faktor utama yang mempengaruhi perilaku dan kinerja individu. Sedangkan variabel demografis mempunyai efek tidak langsung pada perilaku dan kinerja individu. 2. Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Variabel organisasi ini digolongkan berefek tidak langsung terhadap perilaku dan kinerja individu.
Universitas Sumatera Utara
3. Variabel psikologis terdiri dari: persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel psikologis ini banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial, pengalaman kerja sebelumnya dan demografis (Gibson et.all, 1997). 2.4.2. Penilaian Kinerja Menurut Bernardin dan Russel (1993) dalam Gomes (2003) penilaian kinerja adalah cara mengukur konstribusi individu (karyawan) kepada organisasi tempat mereka bekerja. Penilaian kinerja adalah proses yang di pakai oleh organisasi untuk mengevaluasi pelaksanaan kerja individu karyawan (Henri, 2006). Metode penilaian kinerja atau performance appraisal, meliputi: 1. Metode penilaian berorientasi masa lalu Ada beberapa metode penilaian untuk menilai prestasi kerja karyawan di waktu yang lalu, yakni: a. Rating scale Pada metode ini evaluasi subjektif dilakukan oleh penilai terhadap prestasi kerja karyawan dengan skala tertentu mulai dari rendah sampai dengan tinggi. Formulir penilaian biasanya di isi langsung oleh atasan dengan menandai tanggapan paling sesuai untuk setiap dimensi pelaksanaan kerja. Tanggapan penilaian bisa diberikan dengan nilai numerik agar memungkinkan skor ratarata dihitung dan diperbandingkan di antara para karyawan. Penilaian terhadap
Universitas Sumatera Utara
aspek penilaian disini meliputi: sangat baik dengan skor 5, baik dengan skor 4, sedang dengan skor 3, jelek dengan skor 2, dan sangat jelek dengan skor 1. b. Checklist Metode penilaian ini dimaksudkan untuk mengurangi beban penilai. Penilai tinggal memilih kalimat atau kata yang menggambarkan prestasi kerja karyawan. Pemberian bobot memungkinkan penilaian dapat dikuantifikasikan sehingga skor total dapat ditentukan. Bobot dalam kurung biasanya di hilangkan dari formulir yang digunakan oleh penilai. c. Critical incident method Metode peristiwa kritis merupakan metode penilaian yang berdasarkan catatan penilai yang menggambarkan perilaku karyawan sangat baik atau sangat jelek dalam melaksanakan pekerjaan. Catatan-catatan ini disebut dengan peristiwaperistiwa kritis. Peristiwa-peristiwa diklasifikasikan menjadi berbagai kategori, seperti pengendalian keamanan, pengawasan sisa bahan atau pengembangan karyawan. d. Field review method Agar tercapai penilaian yang lebih terstandarisasi, penilai dapat melakukan metode peninjauan lapangan. Bagian personalia mendapat informasi khusus dari atasan langsung tentang prestasi kerja karyawan. Evaluasi di kirim kepada penyelia untuk review, perubahan, persetujuan dan pembahasan dengan karyawan atau pekerja yang di nilai.
Universitas Sumatera Utara
e. Tes dan observasi prestasi kerja Metode ini dilakukan bila jumlah pekerjaan terbatas, penilaian prestasi kerja didasarkan kepada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes dapat secara tertulis atau peragaan keterampilan. Agar berguna tes harus reliabel dan valid. f. Metode evaluasi kelompok Metode penilaian kelompok berguna untuk pengambilan keputusan kenaikan upah, promosi dan berbagai bentuk penghargaan organisasional karena dapat menghasilkan rangking karyawan dari yang terbaik sampai terjelek. 2. Metode penilaian berorientasi masa depan Penilaian yang berorientasi masa depan memusatkan pada prestasi kerja di waktu yang akan datang melalui proses penilaian potensi karyawan di masa mendatang. Teknik-teknik yang bisa digunakan adalah: a. Penilaian diri (self-appraisals) Tehnik evaluasi ini berguna bila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan pengembangan diri. Bila karyawan menilai dirinya, perilaku defensif cenderung tidak terjadi, sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung dilaksanakan. b. Penilaian psikologis (psychological appraisals) Penilaian ini umumnya terdiri dari: wawancara mendalam, tes psikologis, diskusi dengan atasan langsung dan review evaluasi-evaluasi lainnya. Evaluasi terhadap intelektual, emosi, motivasi karyawan dan karakteristik hubungan
Universitas Sumatera Utara
pekerjaan lainnya sebagai hasil penilaian diharapkan dapat menjadi perkiraan prestasi kerja karyawan pada masa yang akan datang. c. Pendekatan Management By Objectives (MBO) Pendekatan ini dilakukan melalui setiap karyawan dan penyelia secara bersamasama menetapkan tujuan atau sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang akan datang. Kemudian dengan menggunakan sasaran-sasaran tersebut, penilaian prestasi kerja dilakukan secara bersamaan juga. d. Tehnik pusat penilaian Assessment centers adalah bentuk penilaian karyawan yang distandarisasikan, dimana tergantung kepada berbagai tipe penilaian dari penilai. Penilaian meliputi: wawancara secara mendalam, tes psikologi, diskusi kelompok, simulasi untuk mengevaluasi potensi karyawan di waktu yang akan datang (Handoko, 2000). 3. Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan (DP3) Metode penilaian yang digunakan dalam penilaian kinerja tidak ada kesepakatan para ahli. Lazimnya metode penilaian kinerja pada pegawai negeri yang sudah baku secara umum di Indonesia yakni: daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan (DP3). DP3 adalah suatu daftar yang memuat hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan calon/pegawai yang dilaksanakan sebagai usaha untuk lebih menjamin objektivitas dalam pembinaan pegawai atau personel berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja.
Universitas Sumatera Utara
Unsur-unsur penilaian kinerja yang terdapat pada DP3 adalah: (1) kesetiaan, (2) prestasi kerja, (3) tanggung jawab, (4) ketaatan, (5) kejujuran, (6) kerjasama, (7) prakarsa, (8) kepemimpinan (Ilyas, 2001). 2.5. Landasan Teoritis Landasan teoritis penelitian ini adalah Pedoman Peningkatan Kinerja Perawat di Puskesmas (Panduan bagi Kabupaten/Kota) dari Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan Depkes RI Tahun 2006. Dalam pelaksanaan kegiatan, Perawat Puskesmas diharapkan mempunyai kompetensi minimal dalam: (1) Promosi kesehatan dalam rangka pemberdayaan individu, keluarga, kelompok/masyarakat untuk hidup sehat secara mandiri, (2) Pengamatan penyakit menular dan tidak menular (surveillance) khususnya mengidentifikasi faktor resiko terjadinya penyakit/masalah kesehatan; menemukan kasus secara dini, mengidentifikasi, pelacakan; melaporkan kasus, (3) Pelayanan asuhan keperawatan terhadap individu, keluarga, kelompok/masyarakat dengan masalah kesehatan prioritas terkait dengan komitment global, nasional, maupun daerah (P2M, Gizi, KIA-KB, Kesling, dan lainnya), antara lain: (a) Tindakan keperawatan langsung (direct care), (b) Pendidikan/penyuluhan kesehatan, (c) Pengobatan dasar sesuai kewenangan dan tata laksana standar, (d) Penanggulangan gawat darurat dasar termasuk penanggulangan bencana alam, (e) Pencegahan infeksi. (4) Memotivasi individu, keluarga, kelompok masyarakat
dalam pembentukan
pelayanan
kesehatan
yang
bersumberdaya
masyarakat (contoh Posyandu, Posyandu Usila, Pos obat desa, dan lainnya). (5)
Universitas Sumatera Utara
Membina pelayanan kesehatan yang bersumber daya masyarakat, misalnya melakukan pembinaan pelayanan Posyandu, Posyandu Usila, Pos obat desa, dan lainnya) di wilayah kerjanya. (6) Konseling keperawatan/kesehatan terhadap individu dan keluarga untuk membantu memecahkan masalah. (7) Pelatihan dan atau penyegaran kader/masyarakat untuk mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerja. (8) Kerjasama tim dengan tenaga kesehatan lain, baik lintas program maupun lintas sektor. (9) Monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan baik oleh Perawat dan masyarakat. (10) Pendokumentasian kegiatan termasuk pencatatan dan pelaporan sesuai ketentuan. 2.6. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teoritis, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut: Variabel Independen
Variabel Dependen
Kompetensi Perawat: Pengetahuan Sikap
Kinerja Perawat
Keterampilan
Gambar 2.1. Kerangka konsep penelitian
Universitas Sumatera Utara