ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aloi Aloi adalah bahan yang sering digunakan untuk pembuatan gigi tiruan rangka logam (metal frame denture). Aloi didefinisikan sebagai peleburan campuran dua macam atau lebih logam. Pencampuran ini bertujuan untuk menambah kekerasan, kekuatan, keuletan, elastisitas atau kekuatan meregang, menurunkan titik cair dan menambah daya alir, modifikasi struktur dan warna (Anusavice, 2003). Aloi pengganti logam mulia harus memenuhi atau mendekati persyaratan American Dental Association Spesification nomor lima yaitu merupakan aloi sederhana, terdiri dari campuran tiga macam logam (ternary alloy), suhu pengecoran relatif rendah dan kemampuan cor yang baik mengingat peralatan yang dipakai untuk pengecoran aloi kedokteran gigi masih sederhana, serta harganya relatif murah (Craig dan Powers, 2004). 2.2. Aloi nikel kromium Aloi berbahan dasar nikel pada umumnya mempunyai bentuk kristal face centered cubic (FCC) yang merupakan struktur kristal berbentuk kubik. Pola kristal kubik tersusun dalam sumbu yang sama panjang dan bertemu pada sudut 90° (Craig dan Powers, 2004).
SKRIPSI
KOROSI NIKEL PADA ...
CINITRA ANINDYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Nikel bersifat ferromagnetik tetapi diatas suhu 353° C bersifat paramagnetik. Nikel memiliki kekuatan dan kekerasan sedang, keliatan dan keuletannya baik daya hantar listrik dan termal juga baik. Pada suhu biasa, nikel tidak terserang udara basah atau kering. Nikel di udara kota tercemar mengalami tarnish (bercak noda), maka perlu dilapisi oleh khrom (Suarsana, 2008). Komposisi aloi nikel kromium terdiri dari nikel 68-80% dan kromium 11,926,3%. Untuk meningkatkan sifat-sifat mekanis dan daya tahan terhadap korosi, maka perlu ditambahkan logam-logam lain seperti niobium, molibdenum, berilium, silikon, aluminium, dan titanium dengan variasi persentasi 0,1-14%. Aloi nikel kromium banyak digunakan untuk konstruksi fixed prosthodontics (mahkota dan jembatan), serta dapat juga dikombinasikan dengan porselen (Bauer et al, 2006). 2.3. Sifat kimia aloi nikel kromium Paduan nikel kromium merupakan suatu base metal alloy. Secara umum, sifat dari base metal alloy sendiri antara lain : a. Warna : putih b. Melting range : 1155 – 1304° C c. Densitas : 7,8 - 8,4 gr/cm3 d. Castability : sensitif pada teknik yang ekstrem e. Hardness : 175 – 360 VHN f. Yield Strength : 310 – 828 Mpa g. Percent Elongation : 1- - 28 %
SKRIPSI
KOROSI NIKEL PADA ...
CINITRA ANINDYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
h. Porcelain Bonding : membentuk lapisan oksida adekuat yang merupakan kunci perlekatan porcelain i. Sag resistance : sangat tidak stabil pada firing temperature dari porselen j. Biocompatibility : nikel yang terkandung dalam base metal alloy dapat memicu reaksi alergi pada beberapa orang k. Scrap value : buruk (Manappallil, 2003). Produk oksidasi dan korosi dari aloi berbahan dasar nikel yang terlepas dapat mengurangi proliferasi seluler fibroblas gingiva manusia. Ion logam yang terlepas berpengaruh pada metabolisme selular dengan menghambat aktivitas glukosa-6-fosfat dehidrogenase dan adenosin trifosfat (ATP) (O’Brien, 2002) 2.4. Stainless Steel Crown Stainless steel crown (SSC) adalah restorasi sangat tahan lama dengan beberapa indikasi yang jelas untuk digunakan pada gigi sulung meliputi : pulpotomi atau pulpektomi, karena gigi dengan defek perkembangan atau lesi karies besar yang melibatkan beberapa permukaan di mana penggunaan amalgam cenderung gagal ; dan untuk gigi retak. Dalam situasi lain, umur restorasi dan efektivitas biaya adalah pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan SSC. Literatur tentang faktor risiko karies pada anak-anak menunjukkan bahwa anak-anak berisiko tinggi menunjukkan kerusakan gigi anterior dan karies molar dapat merasakan manfaat dari pengobatan dengan SSC untuk melindungi permukaan gigi tersisa yang beresiko. Anak-anak dengan kerusakan yang luas, lesi besar atau lesi multipel di
SKRIPSI
KOROSI NIKEL PADA ...
CINITRA ANINDYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
permukaan geraham harus ditangani dengan SSC. Karena perlindungan dari kerusakan lanjutan dapat dilakukan mengingat kelebihan SSC yang memiliki daya tahan besar dan umur panjang (Seale, 2002). 2.5. Saliva Saliva adalah suatu cairan mulut yang kompleks, tidak berwarna, yang disekresikan dari kelenjar saliva mayor dan minor untuk mempertahankan homeostasis dalam rongga mulut. Pada orang dewasa yang sehat, saliva diproduksi lebih kurang 1,5 liter dalam waktu 24 jam. Sekresi saliva dikendalikan oleh sistem persarafan, terutama sekali oleh reseptor kolinergik. Rangsang utama untuk peningkatan sekresi saliva adalah melalui rangsang mekanik. Saliva mempunyai beberapa fungsi penting di dalam rongga mulut, diantaranya sebagai pelumas, aksi pembersihan, pelarutan, pengunyahan dan penelanan makanan, proses bicara, sistem buffer dan yang paling penting adalah fungsi sebagai pelindung dalam melawan karies gigi. Kelenjar saliva dan saliva juga merupakan bagian dari sistem imun mukosa. Sel-sel plasma dalam kelenjar saliva menghasilkan antibodi, terutama sekali dari kelas Ig A, yang ditransportasikan ke dalam saliva. Selain itu, beberapa jenis enzim antimikrobial terkandung dalam saliva seperti lisozim, laktoferin dan peroksidase (Hasibuan, 2002).
SKRIPSI
KOROSI NIKEL PADA ...
CINITRA ANINDYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dalam penelitian ini, saliva buatan yang digunakan adalah saliva buatan yang menurut Mareci et al (2005) dengan komposisi yaitu NaCl 36,0 gr; KCl 1,69 gr; CaCl2 0,956 gr; NaHCO3 0,850 gr; dan air destilasi 400 cc. 2.6. Korosi aloi nikel kromium Sebagaimana sifat logam paduan pada umumnya, maka paduan logam dental (alloy) akan mengalami korosi dalam saliva sebagai cairan elektrolit rongga mulut (Geurtsen, 2002). Efek yang kurang menguntungkan dari bahan logam dental adalah karena proses korosi, yang berakibat terlepasnya ion-ion logam. Korosi ditandai dengan reaksi elektrokimia pada batas fasa logam yang menyebabkan dibebaskannya ion-ion logam yang disebut kation (Geurtsen, 2002; Indriyanti, 2006). Menurut Kornik dan Zug (2008), sensitivitas nikel sendiri bersifat umum dan prevalensinya terus meningkat. Bahkan nikel disebut sebagai “kontak allergen tahun ini.” Pada tahun 2008 oleh American Contact Dermatitis Society (ACD). Paduan berbasis nikel menunjukkan peningkatan korosi yang berarti dan pelepasan ion-ion Ni setelah penyimpanan pada pH 1 atau 4, akan tetapi paduan logam high noble (sangat mulia) dan noble (mulia) tidak terpengaruh oleh pH rendah. Paduan yang mengandung Ni dan Cr, tanpa berilium lebih tahan terhadap korosi dari pada yang mengandung berilium (Janeway, 2005). Potensi logam menyebabkan reaksi alergi berhubungan dengan pola dan modus korosi, yang diikuti pelepasan ion-ion logam seperti nikel ke dalam rongga mulut. Hal ini tidak hanya tergantung pada komposisi logam, tetapi juga suhu dan pH lingkungan (Rahilly dan Price, 2003).
SKRIPSI
KOROSI NIKEL PADA ...
CINITRA ANINDYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.7. Toksisitas Toksikologi didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek toksik berbagai bahan terhadap makhluk hidup dan sistem biologis lainnya. Semua efek toksik terjadi karena interaksi biokimiawi antara toksikan (dan atau metabolitnya) dengan struktur reseptor tertentu dalam tubuh. Struktur ini dapat bersifat nonspesifik, seperti jaringan yang berkontak langsung dengan bahan korosif (Frank, 2006). 2.7.1. Toksisitas logam Mekanisme keracunan logam ada tiga kategori, yaitu dengan cara memblokir atau menghalangi kerja gugus fungsi biomolekul yang esensial untuk proses-proses biologis seperti protein dan enzim, menggantikan ion-ion logam esensial yang terdapat dalam molekul terkait, serta mengadakan modifikasi atau perubahan bentuk dari gugus-gugus aktif yang dimiliki oleh biomolekul. Jika terjadi pertemuan atau reaksi antara bahan toksikan dan enzim menyebabkan kerja enzim terhalang, sehingga mempengaruhi proses metabolisme tubuh dan akhirnya merusak sistem kerja enzim dalam tubuh (Frank 2006). 2.8. Inflamasi Inflamasi adalah perubahan yang terlihat pada jaringan yang terkait dengan perubahan permeabilitas vaskular dan peregangan (dilatasi) yang seringkali diikuti oleh perembesan lekosit ke dalam jaringan yang dipengaruhi. Perubahan ini
SKRIPSI
KOROSI NIKEL PADA ...
CINITRA ANINDYA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
menyebabkan eritema, edema, panas, nyeri, dan functio laesa dan merupakan tandatanda utama adanya inflamasi (Roeslan, 2002; Carranza, 2006). Secara khusus, inflamasi dapat berlangsung melalui tiga tahap yaitu seketika, akut, dan kronis (Janeway et al, 2005; Carranza, 2006). Inflamasi seketika hanya dalam hitungan menit diikuti oleh inflamasi akut (acute inflammation) yang juga berlangsung singkat (dalam hitungan jam) dan ditandai dengan adanya aliran netrofil ke area inflamasi setelah keluar dari darah. Jika masalah belum dapat diatasi, inflamasi akut memberi jalan bagi suatu proses yang mungkin tidak akan pernah berakhir yakni inflamasi kronis (chronic inflammation) yang didominasi oleh migrasi limfosit dan makrofag ke dalam jaringan lokal. Lekosit-lekosit yang dikirim ke dalam jaringan-jaringan lokal pada inflamasi akut dan kronis dinamakan lekosit inflamasi (Knoernchild dan Campbell, 2000; Carranza, 2006).
SKRIPSI
KOROSI NIKEL PADA ...
CINITRA ANINDYA