BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan
keuangan
menyajikan
data
keuangan
termasuk
catatan
yang
menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atas basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajamen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Dalam SAK (2002) disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Warren (2005:24), laporan keuangan suatu entitas terdiri atas : a. Laporan Laba Rugi Laporan laba rugi melaporkan pendapatan dan beban selama periode waktu tertentu berdasarkan konsep perbandingan atau pengaitan (matching concept). Laporan laba rugi juga melaporkan kelebihan pendapatan terhadap beban yang terjadi yang disebut laba bersih.
Universitas Sumatera Utara
b. Laporan Ekuitas Pemilik Laporan ekuitas pemilik melaporkan perubahan ekuitas pemilik selama jangka waktu tertentu. Laporan tersebut disiapkan setelah laporan laba rugi karena laba bersih ataupun rugi bersih dalam periode berjalan harus dilaporkan dalam laporan ini. Laporan ekuitas pemilik dibuat sebelum mempersiapkan neraca, karena jumlah ekuitas pemilik pada akhir periode harus dilaporkan di dalam neraca. c. Neraca Neraca merupakan suatu daftar aktiva, kewajiban, dan ekuitas pemilik pada tanggal tertentu, biasanya pada akhir bulan atau akhir tahun. Pada bagian aktiva dalam neraca biasanya disusun berdasarkan urutan cepat lambatnya aktiva tersebut dikonversikan kedalam kas atau digunakan dalam operasi. d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas merupakan suatu ikhtisar penerimaan kas dan pembayaran kas selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas terdiri dari tiga bagian yaitu aktivitas operasi, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan. Laporan keuangan memiliki karateristik kualitatif yang membuat informasi dalam laporan keuangan dapat berguna bagi pemakai. Keempat karateristik tersebut adalah : 1. Dapat dipahami Informasi yang terkandung dalam laporan keuangan harus dapat dengan mudah dipahami oleh pemakai. Untuk itu, para pemakai diasumsikan telah memiliki pengetahuan yang cukup dan memadai tentang kegiatan atau aktvitas ekonomi dan bisnis, akuntansi serta memiliki kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang semestinya atau wajar. 2. Relevan Suatu informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi
Universitas Sumatera Utara
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa yang akan datang, menegaskan atau mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. 3. Keandalan Agar informasi keuangan yang disajikan bermanfaat bagi pemakai, informasi keuangan harus andal. Informasi dapat diandalkan jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalah material dan dapat diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang jujur dari apa yang seharusnya disajikan dan tepat waktu dalam penyajiannya. 4. Dapat diperbandingkan Informasi keuangan akan lebih berguna bagi para pemakainya apabila dapat diperbandingkan dengan informasi keuangan pada laporan keuangan tahun sebelumnya dan laporan keuangan antar perusahaan. Dengan demikian, pemakai laporan keuangan akan lebih mudah untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja perusahaan, dan posisi keuangan perusahaan. Dalam laporan keuangan perusahaan tercantum informasi mengenai laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu. Laporan keuangan disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban pihak manajemen perusahaan kepada pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Informasi laba merupakan informasi akuntansi yang terdapat dalam laporan keuangan suatu perusahaan. Informasi ini dapat digunakan oleh pihak intern maupun pihak
Universitas Sumatera Utara
ekstern perusahaan untuk mengetahui tingkat efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Melalui penelaahan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan, dapat diketahui tindakan perataan laba yang kemungkinan dilakukan oleh perusahaan tersebut.
2.1.2
Teori Keagenan Teori agensi adalah hubungan atau kontrak antara pemilik (principal) dan
manajer (agent). Dalam teori keagenan, terdapat perbedaan kepentingan antara agen dengan prinsipel, sehingga mungkin saja pihak manajemen tidak selalu melakukan tindakan terbaik bagi kepentingan pemilik. Scoot (2000) menjelaskan bahwa teori keagenan merupakan cabang dari game theory yang mempelajari suatu model kontraktual yag mendorong agen untuk bertindak bagi prinsipel saat kepentingan agen bisa saja bertentangan dengan kepentingan prinsipel. Prinsipel mendelegasikan pertanggungjawaban atas pengambilan keputusan kepada agen, dimana wewenang dan tanggungjawab agen maupun prinsipel diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Pada teori keagenan yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan yang disebut agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Prinsipal diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi
mereka
pada
perusahaan.
Sedangkan
menurut
Anthony
dan
Govindarajan (dalam Budiasih, 2009:44) agen diasumsikan akan menerima
Universitas Sumatera Utara
kepuasaan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan lain yang terlibat dalam hubungan. Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk kepentingan mereka sendiri. Agen diasumsikan akan menerima kepuasaan tidak hanya dari kompensasi keuangan tetapi juga dari tambahan yang terlibat dalam hubungan suatu agensi, seperti waktu luang yang banyak, kondisi kerja yang menarik dan jam kerja yang fleksibel. Sedangkan prinsipal, diasumsikan hanya tertarik pada pengembalian keuangan yang diperoleh dari investasi mereka di perusahaan tersebut. Dengan demikian teori keagenan (agency theory) berkaitan dengan usahausaha untuk memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan keagenan. Masalah keagenan muncul disebabkan oleh : 1. Terdapat perbedaan tujuan (goals) antara agen dan prinsipal. 2. Terdapat kesulitan atau membutuhkan biaya yang mahal bagi prinsipal untuk senantiasa memantau tindakan-tindakan yang diambil oleh agen. Pada sebuah perusahaan terdapat tiga pihak utama (major participant) yang memiliki kepentingan berbeda yaitu manajemen, pemegang saham (sebagai pemilik), dan buruh atau tenaga kerja. Prinsip pengambilan keputusan yang diambil oleh manajer adalah bahwa manajer harus memilih tindakan-tindakan yang akan memaksimalkan kekayaan pemegang saham. Atau dengan kata lain, pengambilan keputusan tidak didasarkan atas kepentingan manajemen (agent) namun harus mengacu pada kepentingan pemegang saham (principal). Namun
Universitas Sumatera Utara
kenyataan yang terjadi di banyak perusahaan adalah manajer cenderung memilih tindakan-tindakan yang menguntungkan kepentingannya misalnya yang dapat memaksimalkan kekayaannya daripada menguntungkan pemegang saham. 2.1.3 Manajemen Laba Manajemen laba adalah suatu proses yang dilakukan dengan sengaja dalan batasan General Accepted Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang dilaporkan. Menurut Sugiri (dalam Cahyono, 2006) membagi pengertian manajemen laba menjadi dua, yaitu: a. Dalam arti sempit Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akutansi. Dalam arti sempit, manajemen laba dapat didefenisikan sebagai perilaku manajer untuk “bermain” dengan dicretionary accruals dalam menentukan besarnya laba.
b. Dalam arti luas Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas suatu unit dimana manajer bertanggung jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka panjang unit tersebut. Scott (2000) juga menambahkan bahwa pola manajemen laba dapat dilakukan dengan cara, yaitu : 1.
Taking a Bath Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa mendatang. Strategi seperti ini dilakukan seolah-olah manajer baru melakukan kebijakan yang agresif pada perusahaan yang mengalami kerugian tersebut. Teknik taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya ada periode yang akan datang dan kerugian pada periode berjalan sehingga manajemen menghapus beberapa aktiva dan membebankan perkiraanperkiraan biaya mendatang. Akibatnya laba pada periode berikutnya akan lebih tinggi dari seharusnya.
Universitas Sumatera Utara
2.
Income Minimization Teknik ini dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya. 3.
Income Maximization Teknik ini dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximizationbertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian utang. 4.
Income Smoothing Teknik ini dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporakan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.4 Perataan Laba 2.1.4.1 Pengertian Perataan Laba Albrecht dan Richardson (1990), mendefenisikan perataan sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi pada beberapa level laba supaya dianggap sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial (melalui metode akuntansi) maupun secara rill ( melalui transaksi). Belkaoui (2000) mendefenisikan income smoothing adalah sebagai suatu upaya yang disengaja dilakukan manajemen untuk mencoba mengurangi variasi abnormal dalam laba perusahaan dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat yang normal bagi perusahaan. Zuhroh (1996) menyatakan bahwa perataan laba (income smoothing) adalah cara yang digunakan manajer untuk
mengurangi fluktuasi laba yang
Universitas Sumatera Utara
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi maupun transaksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa praktik perataan laba (income
smoothing)
yang
dilakukan
oleh
manajer
konsisten
untuk
memaksimalkan keuntungannya. Perataan laba dapat diakibatkan oleh dua jenis, yaitu : 1.
Natural Smoothing (Perataan Alami) Proses perataan laba secara inheren menghasilkan suatu aliran laba yang
rata. Perataan ini mempunyai implikasi bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat kita dapati pada perolehan penghasilan dari keperluan/pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain. 2.
Intentional Smoothing (Perataan yang disengaja) Intentional smoothing berkaitan dengan situasi dimana rangkaian laba yang
dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen. Intentional Smoothing dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Real Smoothing Pengertian real smoothing adalah usaha yang diambil oleh manajemen dalam merespon perubahan kondisi ekonomi. Dapat juga berarti suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pengaruh perataan laba. Perataan ini menyangkut pemilihan waktu kejadian transaksi rill untuk mencapai sasaran perataan.
Universitas Sumatera Utara
b. Artificial Smoothing Pengertian artificial smooting adalah usaha yang disengaja untuk mengurangi variabilitas aliran laba secara artificial. Perataan laba nni menerapkan prosedur akuntansi untuk memindahkan biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode tertentu. Dengan kata lain, artificial smoothing dicapai dengan menggunakan kebebasan memilih prosedur akuntansi yang memperbolehkan perubahan costdan revenue dari suatu periode akuntansi.
2.1.4.2 Alasan dilakukannya Praktik Perataan Laba Beberapa alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba dalam (Syahriana, 2006) adalah sebagai berikut : 1. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan para investor. 2. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan. 3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan. 4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihidarkan serta ras pesimis dan optimis dapat dikurangi.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.3 Terjadinya Perataan Laba Menurut Barnea et.al (1975) cara-cara yang dapat digunakan untuk melakukan perataan laba adalah: 1.
Melalui kejadian-kejadian dan pengakuan. Maksudnya, untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan manajemen dapat mengatur suatu tindakan atau keputusan, misalnya yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dan pengembangan.
2. Melalui alokasi. Manajemen melakukan perataan dengan mengalokasikanm pendapatan atau biaya selama beberapa periode pelaporan. 3. Melalui klasifikasi. Manajemen melakukan perataan dengan mengklasifikasi laba sebagai ordinary atau extraordinary item.
Menurut Sugiarto (2003) berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba diantaranya adalah, yaitu : 1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accrual) misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjalan pada bulan berakhir tiap kuarter dan laba stabil pada periode tertentu. 2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pedapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya : jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4.4 Faktor-faktor yang mendorong Praktik Perataan Laba Faktor-faktor pendorong perataan laba itu dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba. Faktor-faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi, sehingga perubahan akuntansi mempengaruhi kondisi itu. Kondisi yang terpengaruh oleh angka-angka akuntansi itu misalnya pembayaran bonus dan harga saham. Selain faktor-faktor konsekuensi ekonomi, faktor-faktor lain yang mendorong perataan laba adalah angka-angka laba itu sendiri. Faktor-faktor laba adalah angka-angka yang dengan sendirinya juga ikut
mendorong perilaku
perataan laba. Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya. Sebaliknya, semakin besar selisih laba yang diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka manajer akan semakin terdorong untuk meratakan laba. Maka dapat disimpulkan bahwa faktorfaktor pendorong perataan laba merupakan cerminan dari berbagai upaya manajemen
untuk
menghindari
konflik
dengan
pihak-pihak
lain
yang
berkepentingan dengan perusahaan. 2.1.4.5. Keuntungan Adanya Perataan Laba Bartov (parikesit, 2003) mengungkapkan alasan manajemen diuntungkan dengan adanya praktik perataan laba, yaitu : 1. Skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung terhadap kompensasinya.
Universitas Sumatera Utara
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat berakibat intervensi pemilik untuk
mengganti
manajemen
dengan
cara
pengambilalihan
atau
penggantian manajemen langsung. Ancaman ini mendorong manajemen membuat laporan kinerja sesuai dengan keinginan pemilik. 2.2
Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Liaw She Jin (1998) yang berjudul “Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ “. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa leverage operasi berpengaruh secara signifikan sedangkan ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan dan sektor industri tidak berpengaruh signifikan. Penelitian yang dilakukan Arwinto Septoaji (2002) yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Perataan Laba (Income Smoothing) pada Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta” . Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa net profit margin dan financial leverage berpengaruh signifikan sedangkan ukuran perusahaan dan jenis perusahaan tidak berpengaruh. Penelitian yang dilakukan Edy Suwito (2005) yang berjudul “Analisis Pengaruh Karateristik Perusahaan terhadap Tindakan Perataan Laba yang dilakukan oleh Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh dari variabel jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, net profit margin terhadap perataan laba (income smoothing). Penelitian yang dilakukan oleh Sri Mourina Samosir (2011) yang berjudul “Analisis Perataan Laba dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
Makanan dan Minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Hasil penelitian ini pengujian univariate dihasilkan bahwa ROA memiliki perbedaaan yang signifikan antar perusahaan yang melakukan perataan laba dengan yang tidak, sedangkan variabel lain tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pada pengujian multivariate faktor besaran perusahaan, NPM, OPM dan ROA tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba. Ringkasan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu NO Nama Judul Peneliti (tahun) 1 Liauw She Faktor-faktor Jin (1998) yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan yang terdaftar di BEJ
2
Arwinto Septoaji (2002)
Variabel Penelitian
Variabel independen : ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, sektor industri, dan leverage. Variabel dependen : perataan laba Analisis Variabel faktor-faktor independen : Net yang profit margin, mempengaruhi financial perataan laba leverage, ukuran (income perusahaan,jenis smoothing) perusahaan. pada Variabel perusahaan Go dependen :
Hasil Penelitian
Leverage opersi berpengaruh signifikan, ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, sektor industri tidak berpengaruh signifikan.
Variabel net profit margin dan financial leverageberpengaruh signifikan terhadap perataan laba (incom smoothing). Sedangkan untuk variabel lain, tidak ada pengaruh ukuran perusahaan dan jenis
Universitas Sumatera Utara
4
Edy Suwito (2005)
5
Juniarti dan Corolina (2005)
6
Nani Syahriana (2006)
7
Agus Yulianto (2007)
Public di Bursa Efek Jakarta Analisis pengaruh karateristik perusahaan terhadap tindakan perataan laba yang dilakukan oleh peruahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perataan laba ( income smoothing) pada perusahaanperusahaan Go Public Analisis faktor faktor yang mempengaruhi perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek Indonesia Analisis perataan laba : faktor faktor yang mempengaruhi dan kaitannya dengan kinerja
perataan laba
perusahaan perataan laba
terhadap
Variabel independen : Jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, net profit margin. Variabel dependen : perataan laba
Tidak ada pengaruh dari variabel jenis usaha, ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi, net profit margin terhadap perataan laba (income smoothing)
Variabel independen : ukuran perusahaan, net profit margin, jeni perusahaan. Variabel dependen : perataan laba
Tidak ada pengaruh ukuran perusahaan, net profit margin,d an jenis perusahaan terhadap perataan laba ( income smoothing).
Variabel independen : besaran perusahaan, net profit margin, operating profit margin, return on asset. Variabel dependen : perataan laba Variabel independen : besaran perusahaan, kelompok usaha, winner/loser stocks, net profit
Variabel besaran perusahaan, net profit margin dan return on asset tidak berpengaruh pada praktik perataan laba. Variabel operating profit margin berpengaruh pada praktik perataan laba.
Variabel besaran perusahaan, kelompok usaha, winner/loser stocks, net profit margin dan operating profit margin tidak berpengaruh pada praktik
Universitas Sumatera Utara
saham margin, dan perataan laba. perusahaan operating profit publik di margin Indonesia Variabel dependen : perataan laba 8
Olivia M Sumtaky (2007)
9
Daniel Sandres (2011)
10
Sri Mourina (2011)
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta Pengaruh Ukuran Perusahaan, Financial Leverage, Net Profit Margin dan Operating Profit Margin terhadap Perataan Laba ( Income Smoothing) pada Perusahaan Property, Real Estate, Building Construction yang Terdaftar di BEI Analisis Perataan Laba dan FaktorFaktor yang Mempengaruhi pada Perusahaan Makanan dan
Variabel independen :, ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, leverage operasi, net profit margin. Variabel dependen : perataan laba. Variabel independen : , ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, operating profit margin Variabel dependen : perataan laba.
Variabel ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, net profit margin tidak berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba, leverage operasi berpengaruh signifikan terhadap tindakan perataan laba.
Variabel independen : ROA, total aktiva, NPM, dan OPM Variabel dependen : perataan laba
Pada pengujian univariate dihasilkan bahwa ROA memiliki perbedaaan yang signifikan antar perusahaan yang melakukan perataan laba dengan yang tidak
Secara simultan, variabel ukuran perusahaan, financial leverage, net profit margin, dan operating profit margin berpengaruh secara bersama-sama terhadap perataan laba. Secara parsial, variabel ukuran perusahaan berpengaruh secara positif terhadap perataan laba dan variabel operating profit margin berpengaruh secara negatif terhadap perataan laba, sedangkan variabel financial leverage dan net profit margin tidak berpengaruh terhadap perataan laba
Universitas Sumatera Utara
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta
2.3
melakukan perataan laba, sedangkan variabel yang lain tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Pada pengujian multivariate faktor besaran perusahaan, NPM, OPM dan ROA tidak berpengaruh terhadap terjadinya tindakan perataan laba.
Kerangka Konseptual Berdasarkan konsep teori diatas maka dapat digambarkan
kerangka
konseptual dari penelitian, yaitu sebagai berikut :
Profitabilitas / ROA (X1 )
H1
Risiko Keuangan / DAR (X2 )
H2
H3
Perataan Laba (Y)
Ukuran Perusahaan (X3 )
H4 Net Profit Margin (X4 ) H𝟓 Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
Profitabilitas merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang diukur berdasarkan perbandingan antara laba setelah pajak dengan total aktiva perusahaan. Profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor dalam membuat keputusan. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik, sedangkan tingkat profitabilitas yang rendah dapat mengindikasikan kinerja suatu perusahaan itu buruk. Perusahaan yang memperoleh tingkat profitabilitas yang rendah cenderung untuk melakukan income maximization, hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang rendah akan memberikan image yang kurang baik kepada perusahaan dan akibatnya kinerja dari seorang manajer tampak buruk dimata investor. Manajer cenderung untuk menghindari pelaporan laba yang berfluktuasi agar dapat menggambarkan keadaan perusahaan dalam keadaan kondisi yang sehat. Oleh karena itu, manajer cenderung untuk melakukan praktik perataan laba jika dihubungkan dengan profitabilitas yang rendah. Tingkat profitabilitas yang stabil akan memberikan keyakinan pada investor bahwa perusahaan tersebut memiliki kinerja yang baik dalam menghasilkan laba, karena investor lebih menyukai tingkat profitabilitas yang stabil pada setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan oleh Ashari et.al (1994) dalam Suwito dan Herawaty (2005) menemukan bukti bahwa perusahaan dengan tingkat
Universitas Sumatera Utara
profitabilitas rendah mempunyai kecendetungan lebih besar untuk melakukan praktik perataan laba. Risiko keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembagian antara total kewajiban atau utang dan total aktiva yang menunjukkan berapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Ukuran ini berkaitan dengan ketat tidaknya suatu persetujuan utang. Perusahaan dengan tingkat utang yang tinggi mempunyai risiko yang tinggi pula, maka laba perusahaan berfluktuasi dan perusahaan cenderung untuk melakukan perataan laba agar perusahaan terlihat stabil karena investor cenderung mengamati fluktuasi laba suatu perusahaan. Ukuran perusahaan secara umum merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam melakukan operasi dan berinvestasi guna mencari keuntungan bagi perusahaan. Semakin besar laba yang diperoleh mengindikasikan bahwa ukuran suatu perusahaan itu besar. Salah satu alat untuk mengukur besarnya perusahaan adalah dengan total aktiva. Perusahaan yang memiliki aktiva besar dikategorikan sebagai perusahaan besar, sedangkan perusahaan yang memiliki aktiva kecil dikategorikan perusahan kecil. Perusahan yang cenderung berukuran besar akan lebih cenderung untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan kecil, karena perusahaan kecil cenderung tidak akan mendapatkan perhatian yang lebih besar dari analisis dan calon investor dibandingkan perusahaan besar.
Universitas Sumatera Utara
Net profit margin mencerminkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Net profit margin dianggap mempengaruhi perataan laba karena merupakan alat pengukur kinerja manajemen yang penting sebagai dasar pembagian dividen kepada para pemegang saham. Semakin tinggi, net profit margin yang dihasilkan perusahaan maka akan meningkatkan pula nilai tambah perusahaan tersebut di mata para investor.
2.4
Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : profitabilitas, risiko keuangan, ukuran perusahaan dan net profit margin berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap perataan laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Universitas Sumatera Utara