BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklamsia Preeklampsia adalah kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuri, dan edema. Dimana tekanan darah meningkat selama masa kehamilan. Bila tekanan darah meningkat, tubuh menahan air, dan protein bisa ditemukan dalam urin. Hal seperti ini juga
disebut
sebagai
toxemia
atau
pregnancy
induced
hypertension
(PIH).Preeklampsia cenderung terjadi pada trimester ketiga kehamilan atau bisa juga muncul pada trimester kedua (di atas 20 minggu). Setiap ibu hamil memiliki kemungkinan untuk mengalami preeklampsia,sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singgat preeklamsia berat bahkan dapat menjadi eklamsia yaitu dengan tambahan gejala kejang – kejang atau koma (Sarwono, 2010). Pre-eklampsia timbul akibat kehamilan dan berakhir setelah terminasi kehamilan. Adapun fenomena yang berkaitan dengan kelainan pre-eklampsia ini adalah: hanya terjadi pada wanita hamil, kelainan sering terjadi pada primigravida, terkait dengan geografis/demografis/ etnis, mother-inherited, tidak sesuai mendelian sederhana, kelainan dapat terjadi berulang pada 17% kasus dan dapat terjadi dengan derajat klinis berbeda-beda, serta kelainan bersifat sistemik. Sampai saat ini preeklampsia masih merupakan penyulit utama dalam kehamilan, serta menjadi
10 Universitas Sumatera Utara
11
penyebab utama pula kematian dan kesakitan maternal maupun perinatal di Indonesia (Ai Yeyeh Rukiyah, 2010). Perkataan “ eklamsia “ berasal dari bahasa Yunani yang berarti “ halilintar “ Karena gejala eklamsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan. Dikemukakan beberapa teori yang dapat menerangkan kejadian preeklamsia dan eklamsia sehingga dapat menetapkan upaya promotif dan prevenif. a. Etiologi Preeklamsia Sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus dapat menerangkan hal-halberikut : 1. Sebab
bertambahnya
frekuensi
pada
primigraviditas,
kehamilanganda,
hidramnion dan mola hidatidosa. 2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan 3. Sebab terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus 4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya dan 5.
Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan ischaemia
rahim
dan
plascenta
(ischemaemia
uteroplacentae).Selamakehamilan
uterus
memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa,hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah
Universitas Sumatera Utara
12
ibu, diabetes , peredaran darahdalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau decidua yang menyebabkan vasospasmus dan hipertensi , tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia (Wiknyosastro,1994 ). Pada pemeriksaan darah kehamilan normal terdapat peningkata nangiotensin, renin, dan aldosteron, sebagai kompensasi sehingga peredaran darah dan metabolisme dapat berlangsung. Pada pre-eklampsia daneklampsia, terjadi penurunan angiotensin, renin, dan aldosteron, tetapi dijumpai edema, hipertensi, dan proteinuria. Berdasarkan teori iskemia implantasi plasenta, bahan trofoblas akan diserap ke dalam sirkulasi, yangdapat
meningkatkan
sensitivitas
terhadap
angiotensin
II,
renin,
dan
aldosteron,spasme pembuluh darah arteriol dan tertahannya garam dan air. Teori iskemia daerah implantasi plasenta, didukung kenyataan sebagai berikut: 1. Pre-eklampsia dan eklampsia lebih banyak terjadi pada primigravida,hamil ganda, dan mola hidatidosa. 2. Kejadiannya makin meningkat dengan makin tuanya umur kehamilan 3. Gejala penyakitnya berkurang bila terjadi kamatian janin (Manuaba, 1998). Dampak terhadap janin, pada pre-eklapsia / eklampsia terjadivasospasmus yang menyeluruh termasuk spasmus dari arteriol spiralisdeciduae dengan akibat menurunya aliran darah ke placenta.Dengan demikian terjadi gangguan sirkulasi fetoplacentair yang berfungsi baik sebagai nutritive maupun oksigenasi. Pada gangguan yang kronis akan menyebabakan gangguan pertumbuhan janin didalam
Universitas Sumatera Utara
13
kandungan disebabkan olehmengurangnya pemberian karbohidrat, protein, dan faktor-faktor pertumbuhanlainnya yang seharusnya diterima oleh janin
( Sibai,
1981). b. Manifestasi Klinis Gejala yang biasanya muncul pada ibu yang mengalami preeklamsia meliputi : Kenaikan tekanan darah, proteinuria dan edema. Pre-eklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat. Tanda /gejala preeklampsia ringan adalah:Tekanan darah sistol 140 mmHg atau kenaikan 30 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam dan Tekanan darah diastol 90 mmHg atau kenaikan 15 mmHg dengan interval pemeriksaan 6 jam.Berat badan meningkat 1 kilo atau lebih dalam seminggu. Proteinuria 0,3 gr atau lebih dengan tingkat kualitatif plus 1 sampai 2 pada urin kateter atau urin aliran pertengahan. Sedangkan penyakit preeklampsia digolongkan berat apabila satu ataulebih tanda / gejala dibawah ini ditemukan: tekanan darah sistolik 160 mmHg atau lebih, atau tekanan diastole 110 mmHg atau lebih, proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam, 3+ atau 4+ pada pemeriksaan semikuantitatif.Terjadi gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium dan edema paru-paru atau sianosis. Disamping terdapat preeklampsia ringan dan berat/eklampsia, dapat pula ditemukan hipertensi cronis yaitu kondisi dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang menetap. Kebanyakan wanita dengan hipertensi kronik (hipertensi esensial) telah didiognose sebelum kehamilan; kebanyakan wanita didapat menderita hipertensi
Universitas Sumatera Utara
14
pada kunjungan antenatal pertama yang dideteksi sebelum kehamilan minggu ke 20, diagnosis hipertensi esensial dapat ditegakkan (Prawirohardjo, 2006). c. Faktor Predisposisi Preeklamsia Beberapa faktor resiko ibu terjadinya preeklamsi: 1) Paritas Kira-kira 85% preeklamsi terjadi pada kehamilan pertama. Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari kejadian preeklamsi dan risiko meningkat lagi pada grandemultigravida. Selain itu primitua, lama perkawinan ≥4 tahun juga dapat berisiko tinggi timbul preeklamsi (Rochjati, 2003) Faktor yang mempengaruhi pre-eklampsia frekuensi primigravida lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda (Rozikhan, 2007). Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan yang paling aman. Pada The New England Journal of Medicine tercatat bahwa pada kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia 3,9% , kehamilan kedua 1,7% dan kehamilan ketiga 1,8%. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Merviell (2008) yang dikutip oleh Langelo (2012), menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia. Penelitian yang sama yang dilakukan oleh Rozikhan (2007) menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian preeklampsia.
Universitas Sumatera Utara
15
2) Usia Usia 20 – 35 tahun adalah periode paling aman untuk hamil / melahirkan, akan tetapi di negara berkembang sekitar 10% - 20% bayi dilahirkan dari ibu remaja yang sedikit lebih besar dari anak-anak. Padahal daru suatu penelitian ditemukan bahwa dua tahun setelah menstruasi yang pertama, seorang wanita masih mungkin mencapai pertumbuhan panggul antara 2 – 7 % dan tinggi badan 1 %. Dampak dari usia yang kurang, dari hasil penelitian di Nigeria, wanita usia 15 tahun mempunyai angka kematian ibu 7 kali lebih besar dari wanita berusia 20-24 tahun (Harrison, 1985). Dari hasil penelitian Rozikhan (2007), ibu yang hamil pada usia < 20 tahun dan mempunyai resiko terjadinya preeklamsia berat 3,58 kali dibandingkan ibu hamil yang berusia 20-35 tahun. Sedangkan pada ibu hamil dengan usia > 35 tahun juga memiliki resiko 3,97 kali dibandingkan ibu hamil pada usia 20-35 tahun.Selain itu ibu hamil yang berusia ≥35 tahun telah terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi sehingga lebih berisiko untuk terjadi preeklamsi (Rochjati, 2003). Hipertensi karena kehamilan paling sering mengenai wanita nullipara. Wanita yang lebih tua, yang dengan bertambahnya usia akan menunjukkan peningkatan insiden hipertensi kronis, menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi karena kehamilan atau superimposed pre-eclampsia. Jadi wanita yang berada pada awal atau akhir usia reproduksi, dahulu dianggap rentan. Misalnya, Duenhoelter dkk. (1975) mengamati bahwa setiap remaja nulligravida yang masih
Universitas Sumatera Utara
16
sangat muda, mempunyai risiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsia. Spellacy dkk. (1986) melaporkan bahwa pada wanita diatas usia 40 tahun, insiden hipertensi kerena kehamilan meningkat tiga kali lipat ( 2,7% ) dibandingkan dengan wanita kontrol yang berusia 20-30 tahun. Hansen (1986) meninjau beberapa penelitian danmelaporkan peningkatan insiden preeklampsia sebesar 2-3 kali lipat pada nullipara yang berusia di atas 40 tahun bila dibandingkan dengan yang berusia 25– 29 tahun (Cuningham, 1995). 3) Riwayat hipertensi Salah satu faktor predisposing terjadinya pre-eklampsia atau eklampsia adalah adanya riwayat hipertensi kronis, atau penyakit vaskuler hipertensi sebelumnya, atau hipertensi esensial. Sebagian besar kehamilan dengan hipertensi esensial berlangsung normal sampai cukup bulan. Pada kira-kira sepertiga diantara parawanita penderita tekanan darahnya tinggi setelah kehamilan 30 minggu tanpa disertai gejala lain. Kirakira 20% menunjukkan kenaikan yang lebih mencolok dan dapat disertai satu gejala preeklampsia atau lebih, seperti edema, proteinuria, nyeri kepala, nyeri epigastrium, muntah, gangguan visus (Supperimposed preeklampsia), bahkan dapat timbul eklampsia dan perdarahanotak ( Benzion, 1994) Riwayat hipertensi adalah ibu yang pernah mengalami hipertensi sebelum hamil atau sebelum umur kehamilan 20 minggu. Ibu yang mempunyai riwayat hipertensi berisiko lebih besar mengalami preeklamsi, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas maternal dan neonatal lebih tinggi. Diagnosa preeklamsia ditegakkan
Universitas Sumatera Utara
17
berdasarkan peningkatan tekanan darah yang disertai dengan proteinuria atau edema anasarka (Cunningham, 2006). 4) Sosial ekonomi Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang sosial ekonominya lebih maju jarang terjangkit penyakit preeklamsi. Secara umum, preeklamsi/eklamsi dapat dicegah dengan asuhan pranatal yang baik. Namun pada kalangan ekonomi yang masih rendah dan pengetahuan yang kurang seperti di negara berkembang seperti Indonesia insiden preeklamsi/eklamsi masih sering terjadi (Cunningham, 2006). Penelitian Zamli (2007) menyatakan bahwa dari 94 responden ditemukan ada hubungan status gizi ibu hamil dengan kejadian preeklampsia. Hal ini dikaitkan dengan tingkat pendapatan yang rendah sehingga mereka tidak mampu membeli makanan dengan gizi yang baik
Berdasarkan survey pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2015 oleh Badan Pusat Statistik, berdasarkan UMR ( Upah Minimum Regional ) provinsi Sumatera Utara, maka UMK (Upah Minimum Kabupaten) untuk wilayah Labuhan Batu pada tahun 2016 sebesar Rp 1.870.000,-. 5) Hiperplasentosis /kelainan trofoblast Hiperplasentosis/kelainan trofoblas juga dianggap sebagai faktor predisposisi terjadinya preeklamsi, karena trofoblas yang berlebihan dapat menurunkan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat mengakibatkan terjadinya vasospasme, dan vasospasme adalah dasar patofisiologi
Universitas Sumatera Utara
18
preeklamsi/eklamsi. Hiperplasentosis tersebut misalnya: kehamilan multiple, diabetes melitus, bayi besar, 70% terjadi pada kasus molahidatidosa (Prawirohardjo, 2008 ) 6) Genetik Terdapat bukti bahwa pre-eklampsia merupakan penyakit yang diturunkan, penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita preeklampsia atau mempunyai riwayat preeklampsia/eklampsia dalam keluarga (Manuaba,1998) Faktor ras dan genetik merupakan unsur yang penting karena mendukung insiden hipertensi kronis yang mendasari. Kami menganalisa kehamilan pada 5.622 nullipara yang melahirkan di Rumah Sakit Parkland dalam tahun 1986 dan 18% wanita kulit putih, 20% wanita Hispanik serta 22% wanita kulit hitam menderita hipertensi yang memperberat kehamilan (Cuningham ,1995). Insiden hipertensi dalam kehamilan untuk multipara adalah 6,2% pada kulit putih, 6,6% pada Hispanik, dan8,5% pada kulit hitam, yang menunjukkan bahwa wanita kulit hitam lebih sering terkena penyakit hipertensi yang mendasari. Separuh lebih dari multipara dengan hipertensi juga menderita proteinuria dan karena menderita superimposed preeclampsia. Kecenderungan untuk preekalmpsia-eklampsia akan diwariskan. Chesley dan Cooper (1986) mempelajari saudara, anak, cucu dan menantu perempuan dari wanita penderita eklampsia yang melahirkan di Margareth Hague Maternity Hospital selam jangka waktu 49 tahun, yaitu dari tahun 1935 sampai 1984. Mereka menyimpulkan bahwa preeklampsi-eklampsia bersifat sangat diturunkan, dan bahwa model gen-
Universitas Sumatera Utara
19
tunggal dengan frekuensi 0,25 paling baik untuk menerangkan hasil pengamatan ini; namun
demikian,
pewarisan
multifaktorial
juga
dipandang
mungkin
(Cuningham,1995). Genotip ibu lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika dibandingkan dengan genotip janin. Telah terbukti pada ibu yang mengalami preeklamsi 26% anak perempuannya akan mengalami preeklamsi pula, sedangkan 8% anak menantunya mengalami preeklamsi. Karena biasanya kelainan genetik juga dapat mempengaruhi penurunan perfusi uteroplasenta yang selanjutnya mempengaruhi aktivasi endotel yang dapat menyebabkan terjadinya vasospasme yang merupakan dasar patofisiologi terjadinya preeklamsi/eklamsi (Wiknjosastro, 2008; Cunningham, 2008). 7) Obesitas Obesitas adalah adanya penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh. Obesitas merupakan masalah gizi karena kelebihan kalori, biasanya disertai kelebihan lemak dan protein hewani, kelebihan gula dan garam yang kelak bisa merupakan faktor risiko terjadinya berbagai jenis penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, reumatik dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan gangguan kesehatan lain. Hubungan antara berat badan ibu dengan risiko preeklamsia bersifat progresif, meningkat dari 4,3% untuk wanita dengan indeks massa tubuh kurang dari 19,8 kg/m2 terjadi peningkatan menjadi 13,3 % untuk mereka yang indeksnya ≥35 kg/m2 (Cunningham, 2006).
Universitas Sumatera Utara
20
8) Kehamilan ganda Preeklampsia dan eklampsia 3 kali lebih sering terjadi pada kehamilan ganda dari 105 kasus kembar dua didapat 28,6% preeklampsia dan satu kematian ibu karena eklampsia. Dari hasil pada kehamilan tunggal dan sebagai faktor penyebabnya ialah distensia uterus. Dari penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa 8 (4,0%) kasus preeklampsia berat mempunyai jumlah janin lebih dari satu, sedangkan pada kelompok kontrol, 2 (1,2%) kasus mempunyai jumlah janin lebih dari satu (Rozikhan, 2007). 9) Riwayat preeklampsia Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan Sofoewan menyebutkan bahwa terdapat 83 (50,9%) kasus preeklamsia mempunyai riwayat preeklapmsia, sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 12 (7,3%) mempunyia riwayat preeklampsia berat. 10)Riwayat penderita diabetus militus Hasil penelitian Agung Supriandono dan Sulchan sofoewan menyebutkan bahwa dalam pemeriksaan kadar gula darah sewaktu lebih dari 140 mg % terdapat 23 (14,1%)
kasus
preeklampsia,
sedangkan
pada
kelompok
kontrol
(bukan
preeklampsia) terdapat 9 (5,3%). 11). Status gizi Status gizi adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang digunakan oleh
Universitas Sumatera Utara
21
tubuh untuk kelangsungan hidup dalam mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh.Cara penilaian status gizi wanita hamil meliputi, evaluasi terhadap faktor resiko, diet, pengukuran antropometrik dan biokimiawi. Antropometri sebagai indicator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter dari tubuh antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar dada, lingkar kepala, lingkar pinggul dan tebal lemak (Arisman, 2002). Dalam penelitian Rozikhan (2007) ukuran status gizi responden pada saat dilakukan pendataan dengan melihat indek masa tubuh dengan penilaian : IMT <25 adalah normal, IMT >25 adalah overweight, atau dengan mengukur Lingkar lengan atas ( LILA ), ukuran normal lingkar lengan atas (LILA) 23,5 cm-25 cm dan Obesitas dengan ukuran LILA > 25 cm. Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka makin gemuk seorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung. Sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia (Rozikhan, 2007 ). 12). Pemeriksaan Antenatal Preeklapmsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan berkelanjutan, oleh karena itu melalui antenatal care yang bertujuan untuk mencegah perkembangan preeklampsia, atau setidaknya dapat mendeteksi diagnosa dini sehingga dapat mengurangi kejadian kesakitan. Pada tingkat permulaan preeklampsia tidak
Universitas Sumatera Utara
22
memberikan gejala-gejala yang dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan antepartum care. Jika calon ibu melakukan kunjungan setiap minggu ke klinik prenatal selama 4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada kesempatan untuk melekukan tes proteinuri, mengukur tekanan darah, dan memeriksa tanda-tanda udema. Setelah diketahui diagnosa dini perlu segera dilakukan penanganan untuk mencegah masuk kedalam eklampsia. Disamping faktor-faktor yang sudah diakui, jelek tidaknya kondisi ditentukan juga oleh baik tidaknya antenatal care. Dari 70% pasien primigrafida yang menderita preeklampsia, 90% nya mereka tidak melaksanakan atenatal care. 13) Pekerjaan Aktifitas pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi kerja otot dan peredaran darah. Begitu juga bila terjadi pada seorang ibu hamil, dimana peredaran darah dalam tubuh dapat terjadi perubahan seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akibat adanya tekanan dari pembesaran rahim. Semakin bertambahnya usia kehamilan akanberdampak pada konsekuensi kerja jantung yang semakin bertambah dalam rangka memenuhi kebutuhan selama proses kehamilan. Oleh karenanya pekerjaan tetap dilakukan, asalkan tidak terlalu berat dan melelahkan seperti pegawai kantor, administrasi perusahaan atau mengajar. Semuanya untuk kelancaran peredaran darah dalam tubuh sehingga mempunyai harapan akan terhindar dari preeklamsia (Rozikhan, 2007)
Universitas Sumatera Utara
23
d. Pencegahan kejadian pre-eklampsia dan eklampsia Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan ataudiagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan hamil yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan,kenaikan tekanan darah, dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria (Wiknjosastro, 1994). Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eklampsia, dan dalam hal itu harus dilakukan penanganansemestinya. Karena para wanita biasanya tidak mengemukakan keluhan dan jarang memperhatikan tandatanda preeklampsia yang sudah terjadi, maka deteksi dini keadaan ini memerlukan pengamatan yang cermat dengan masa-masa interval yang tepat. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi seperti yang telah diuraikan diatas. Walaupun timbulnya pre-eklampsia tidak dapat dicegahsepenuhnya, namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil, antara lain: a.
Diet makanan. Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah lemak.
Kurangi garam apabila berat badan bertambah atau edema.Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk meningkatkan protein dengan tambahan satu butir telus setiap hari.
Universitas Sumatera Utara
24
b. Cukup istirahat Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan. c.
Pengawasan antenatal (hamil) Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke
tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian: 1). Uji kemungkinan pre-eklampsia: a) Pemeriksaan tekanan darah atau kenaikannya b) Pemeriksaan tinggi fundus uteri c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema d) Pemeriksaan protein urin e) Kalau mungkin dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati,gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata. 2). Penilainan kondisi janin dalam rahim a) Pemantauan tingi fundus uteri b) Pemeriksaan janin: gerakan janin dalam rahim, denyut jantungjanin, pemantauan air ketuban c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi (Manuaba, 1998). Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Berikan penerangan tentang :
Universitas Sumatera Utara
25
1. Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. 2. Minum 6-8 gelas air sehari 3. Olahraga yang cukup 4. Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein 5. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga 6. Menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan. 7. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen nutrisi. 8. Mengkonsumsi makanan berserat. Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tandatanda dini pre-eklamsia lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk ibu dan janinnya dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan semestinya. Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya pre-eklampsia berat, mencegah terjadinya eklampsia maupun komplikasi yang dapat terjadi, melahirkan janin hidup dengan trauma yang sekecil-kecilnya.
Universitas Sumatera Utara
26
e. Penanganan pre-eklampsia Eklampsia merupakan komplikasi obstetri kedua yang menyebabkan 20-30% kematian ibu. Komplikasi ini sesungguhnya dapat dikenali dan dicegah sejak masa kehamilan (preeklampsia). Preeklampsia yang tidak mendapatkan tindak lanjut yang adekuat (dirujuk ke dokter, pemantauan yang ketat, konseling dan persalinan di rumah sakit) dapat menyebabkan terjadinya eklampsia pada trimester ketiga yang dapat berakhit dengan kematian ibu danjanin.Penanganan pre-eklampsia bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsia dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal.
Pengobatan
hanya
dilakukan
secara
simtomatis
karena
etiologi
preeklampsia dan faktor-faktor apa dalam kahamilan yang menyebabkannya,belum diketahui. Tujuan utama penanganan ialah (1) mencegah terjadinya pre-eklampsia berat dan eklampsia; (2) melahirkan janin hidup; (3) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya. Pada dasarnya penanganan pre-eklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obtetrik. Pada pre-eklampsia ringan (tekanan darah140/90 mmHg samoai 160/100 mmHg) penanganan simtomatis dan berobat jalan masih mungkin ditangani di puskesmas dan dibawah pengawasan dokter,dengan tindakan yang diberikan: 1.
Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti), danmenjelaskan kemungkinan adanya bahaya.
2. Sedativa ringan. -
Phenobarbital 3 x 30 mg
Universitas Sumatera Utara
27
-
Valium 3 x 10 mg
3. Obat penunjang -
Vitamin B kompleks
-
Vitamin C atau vitamin E
-
Zat besi
4. Nasehat -
Garam dalam makan dukurangi
-
Lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin
-
Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala,mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin sesak, nyeri epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang
5. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat. Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut: a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu d) Edema bertambah dengan mendadak e) Terdapat gejala dan keluhan subyektif. Seorang bidan diperkenankan merawat penderita preeklampsia beratbersifat sementara, sampai menunggu kesempatan melakukan rujukan.Penanganan abstetri
Universitas Sumatera Utara
28
ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup di luar uterus. Setelah persalinan berakhir, jarang terjadi eklampsia, dan janin yang sudah cukup matur lebih baik hidup diluar kandungan dari pada dalam uterus (Manuaba, 1998). f. Komplikasi Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya adalah : 1. Berkurangnya aliran darah menuju plasenta Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang. 2. Lepasnya plasenta Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya. 3. Sindrom HELLP HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
Universitas Sumatera Utara
29
4. Eklamsia Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya. 5. Komplikasi lainnya -
Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
-
Hipofibrinogenemia.
-
Hemolisis.
-
Perdarahan otak, merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
-
Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
-
Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.
-
Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol umum. Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
-
Kelainan
ginjal.
kelainan
ini
berupa
endoteliosis
glomerulus
yaitu
pembengkakan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
Universitas Sumatera Utara
30
-
Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejangkejang pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).
-
Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin (Cuningham, 1995).
2.2 Aktifitas Fisik Melakukan aktivitas fisik yang cukup merupakan salah satu dari sekian banyak hal yang dikategorikan ke dalam pengobatan non farmakologis. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur terbukti dapat membantu menurunkan tekanan darah. Pada zaman sekarang, dengan berbagai kemudahan membuat orang enggan melakukan kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari mereka. Inilah penyebab mengapa hipertensi lebih banyak ditemukan pada masyarakat perkotaan daripada masyarakat di lingkungan pedesaan. Banyaknya sarana transportasi dan berbagai fasilitas lain bagi masyarakat perkotaan menyebabkan penurunan aktivitas fisik mereka. Padahal, aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha. Semakin ringan kerja jantung, semakin sedikit tekanan pada pembuluh darah arteri sehingga tekanan darah akan menurun (Marliani, 2007) Aktivitas fisik yang cukup dan teratur dapat mengurangi risiko terhadap penyakit-penyakit jantung dan pembuluh darah selain dapat membantu mengurangi berat badan pada penderita obesitas. Aktivitas fisik yang dianjurkan bagi penderita hipertensi adalah aktivitas sedang selama 30-60 menit setiap hari. Kalori yang
Universitas Sumatera Utara
31
terbakar sedikitnya 150 kalori perhari. Salah satu yang bisa dilakukan adalah aerobik. Suatu aktivitas, baik itu kegiatan sehari-hari ataupun olahraga, dikatakan aerobik jika dapat meningkatkan kemampuan kerja jantung, paru-paru, dan otot-otot (Marliani, 2007). Dalam penelitian Kosnayani ( 2007 ) aktivitas fisik juga dapat dilihat dari kebutuhan energi untuk aktivitas yang dilakukan sehari-hari dengan cara mencatat semua waktu kegiatan dalam satuan jam dan selanjutnya dikalikan dengan kebutuhan energi untuk tiap jenis aktivitas dalam satuan kalori/kg berat badan/jam.Kebutuhan energi untuk berbagai aktivitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.1 Kebutuhan Energi untuk Berbagai Aktivitas Aktivitas Bersepeda (cepat) Bersepeda (sedang) Bertukang/kayu (berat) Menyulam Berdansa (cepat) Berdansa (lambat) Mencuci piring Mengganti baju Menyetir mobil Makan Mencuci pakaian Tiduran Mengupas kentang Main pingpong Menulis Mengecat kursi
kal/kg/jam 7,6 2,5 2,3 0,4 3,8 3,0 1,0 0,7 0,9 0,4 1,3 0,1 0,6 4,4 0,4 1,5
Aktivitas Main piano (sedang) Membaca keras Berlari Menjahit, tangan Menjahit mesin jahit tangan Menjahit mesin jahit motor Menyanyi, keras Duduk diam Berdiri tegap Berdiri relaks Menyapu lantai Berenang 3 ½ km/jam Mengetik, cepat Berjalan 3 km/jam Berjalan 6,8 km/jam (cepat) Berjalan 10 km/jam (sangat cepat)
kal/kg/jam 1,4 0,4 7,0 0,4 0,6 0,4 0,8 0,4 0,6 0,5 1,4 7,9 1,0 2,0 3,4 9,3
Sumber : Guthrie (1986)
Universitas Sumatera Utara
32
Menurut FAO/WHO/UNU (2005) besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dalam 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktifitas fisik ditentukan dengan rumus sebagai berikut : PAL
= ∑ (PAR x alokasi waktu tiap aktifitas) 24 jam
Keterangan : PAL = Physical Activity Level (Tingkat aktivitas fisik) PAR = Physical Activity ratio ( Jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu. Tabel 2.2 Hitungan PAL untuk Setiap Aktivitas Orang Dewasa
PAL
Bergantung pada kursi atau temat tidur Pekerjaan duduk dengan sedikit atau tanpa pilihan untuk bergerak dan dengan sedikit atau tanpa aktivitas reaksi Pekerjaan duduk dengan keharusan bergerak dan dengan sedikit atau tanpa aktivitas reaksi. Pekerjaan berdiri Aktivitas reaksi yang intensif dengan jumlah yang signifikan (>3 kali seminggu) Pekerjaan manual yang berat atau aktivitas reaksi yang sangat aktif.
1,2 1,4 – 1,5 1,6 -1,7 1,8 + 0,3 2,0-2,4
Aktivitas fisik dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Ringan (jenis kegiatan 25% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,75 % untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 1,40 – 1,69 2. Sedang (jenis kegiatan 40% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,60 % untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 1,70 – 1,99
Universitas Sumatera Utara
33
3. Berat (jenis kegiatan 75% waktu digunakan untuk duduk atau berdiri,25 % untuk berdiri atau bergerak) atau nilai PAL 2,00 – 2,40 Agar ibu hamil tetap bugar dan dapat mempertahankan berat badan ideal sesuai kondisi kehamilannya, pola makan ibu hamil harus bergizi seimbang yang disesuaikan dengan aktivitas fisiknya.
Jenis aktivitas yang dilakukan ibu hamil
adalah : 1. Senam hamil Senam hamil adalah terapi latihan gerak untuk mempersiapkan ibu hamil secara fisik ataupun mental untuk menghadapi persalinan yang cepat aman dan spontan. Senam hamil biasanya dilakukan saat memasuki trimester ketiga yaitu sekitar usia 28-30 minggu kehamilan. Selain unruk menjaga kebugaran, senam hamil juga diperlukan untuk mempersiapkan kesiapan fisik dan mental calon ibu selama proses persalinan. Dengan gerakan yang ringan dan disesuaikan dengan kondisi tubuh ibu, senam hamil memiliki banyak manfaat yaitu : -
Memperkuat kelenturan otot Senam hamil akan memperkuat elastisitas beberapa otot pada dinding perut. Sehingga akan mengurangi nyeri pada perut dan bokong.
-
Melatih tekhnik pernapasan Dengan melakukan senam hamil secara rutin maka ibu akan mendapatkan oksigen secara optimal yang dapat membantu selama proses persalinan.
-
Melatih relaksasi
Universitas Sumatera Utara
34
Relaksasi sangant dibutuhkan saat proses persalinan, senam hamil sangat membantu ibu untuk mengatasi rasa sakit maupun ketegangan selam proses persalinan. -
Mengurangi keluhan Senam hamil juga dapat mengurangi keluhan terhadap perubahan bentuk tubuh.
-
Melancarkan persalinan Lakukan senam hamil secara teratu
setidaknya 3x dalam seminggu, selama
trimester kedua dan ketiga. Hindari berbaring telentang karena akan mengurangi aliran darah ke janin. Hindari latihan yang menguras tenaga hingga ibu terengah-engah, ini adalah tanda bahwa ibu dan janin kekurangan oksigen hindari juga gerakan atau latihan yang dapat menimbulkan trauma atau desakan pada perut ibu.Minumlah banyak cairan sebelum dan saat latihan untuk mengurangi resiko terjadinya dehidrasi. 2. Jalan santai Jalan kaki santai adalah olahraga yang paling aman yang bisa dilakukn menjelang persalinan, namun ibu tetap harus memperhatikan hal – hal berikut : Trimester pertama Jalan kaki dilakukan lebih santai, tidak terlalu cepat seperti sebelum hamil, kenakan pakaian dan sepatu yang nyaman. Trimester kedua
Universitas Sumatera Utara
35
Bagi ibu hamil yang meras tubuhnya lebih berat dan kaku, perlu melakukan penyesuaian gerakan saat jalan kaki. Posisi dagu harus tegak, gerakan panggul lebih perlahan, ayunan kaki harus memperhatikan betul keseimbangan tubuh. Trimester ketiga Pada masa ini ini, saat berjalan kaki hindari medan berat seperti menanjak atau tidak rata karena dapat mengganggu keseimbangan tubuh ibu hamil, pada saat mendekati persalinan ibu boleh berjalan kaki sebagai bentuk olah raga ringan namun sebaiknya perlu hati-hati. Bila sebelum hamil ibu jarang berolahraga, maka cara terbaik untuk memulainya adalah berjalan sejauh yang ibu mampu, dengan kecepatan yang dirasa paling aman, frekuensinya tergantung kemampuan ibu, missal 5 – 10 menit setiap pagi dan 5 – 10 menit di sore hari. Secara bertahap , tambahkan 1-2 menit setiap minggu hingga mencapai 30 menit, termasuk pemanasan dan pendinginan dengan frekuensi 3 kali seminggu. 3. Berenang Berenang bisa dilakukan sejak trimester pertama hingga trimester ketiga kehamilan, namun sebaiknya tetap berhati-hati saat usia kandungan sudah lebih besar, dikarenakan keseimbangan (Manuaba, 2008 ) 4. Olahraga statis Apabila bersepeda diluar rumah sudah merasa tidak nyaman, atau khawatir akan terjadi kecelakaan, ibu hamil dianjurkan dengan menggunakan sepeda statis didalam rumah dengan perlahan.
Universitas Sumatera Utara
36
5. Relaksasi menggunakan aroma terapi Aktifitas relaksasi menggunakan aroma terapi boleh dilakukan ibu hamil, aroma terapi ini dapat meringankan keluhan-keluhan seperti emosi tidak stabil, stree, pegal, mual, nyeri punggung dan memperlancar persalinan. 6. Berbelanja Melalui aktivitas ini ibu dapat merasa tenang dan nyaman untuk menghilangkan penat, meredakan stress dan juga menjaga kebugaran. 7. Melakukan pekerjaan rumah Ibu hamil terkadang khawatir ketika melakukan aktivitas rumah,
seperti
menyapu, membersihkan lantai, mencuci, memasak, akan mempengaruhi kehamilannya, padahal beberapa kegiatan tersebut dapat dilakukan asalkan ibu tidak mengalami kelelahan dan membuat ibu merasa tertekan. 8. Membaca Dengan membaca ibu hamil akan mengetahui fisiologi kehamilannya, sehingga dapat mengurangi keluhan-keluhan yang dirasakan.Selain itu, dengan membaca ibu hamil dapat mengetahui hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal yang harus dihindarkan. Perubahan gaya hidup “sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak fisik yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi seseorang dan selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit. Latihan fisik secara teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk mencegah hipertensi dan
Universitas Sumatera Utara
37
penyakit jantung, hipertensi yang dialami ibu saat hamil merupakan pemicu terjadinya preeklamsia – eklamsia (Sunita, 2003). Untuk menciptakan hidup yang sehat, segala sesuatu yang kita lakukan tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukanlah atau kerjakanlah sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2008).
2.3 Penambahan Berat Badan Ibu hamil biasanya mengalami penambahan berat badan, hal tersebut merupakan peristiwa alami yang disebabkan adanya fetus atau janin dalam kandungan ibu. Oleh karena itu, ibu membutuhkan nutrisi yang banyak, baik kuantitas dan kualitasnya. Makanan yang bernutrisi tinggi sangatlah diperlukan untuk kebutuhan ibu hamil dan janinnya, makanan yang di makan ibu hamil harus cukup mengandung sumber energi, karbohidrat, lemak dan protein. Ibu hamil membutuhkan energi kalori yang lebih dari pada ibu yang tidak hamil. Penambahan ekstra kalori untuk ibu hamil Trimester I 150-200 kal/hari, Trimester II 250-350 kal/hari, Trimester III 400 kal/hari dan jumlah cairan yang dibutuhkan minimal 1500 ml/hari. Ibu hamil memerlukan makan yang mempunyai kelengkapan gizi hal ini penting terutama pada kehamilan berusia 20 minggu, pada masa ini sebaiknya ibu hamil tidak mengkonsumsi nutrisi yang tinggi natrium dan rendah protein karena dapat menyebabkan gangguan kehamilan seperti preeklamsi (Almatsier, 2004).
Universitas Sumatera Utara
38
Ibu hamil disarankan untuk mengatur berat badan agar tetap berada pada kondisi ideal dan tetap menjaga pola makan dengan gizi cukup dan seimbang. Peningkatan berat badan di trimester pertama memang relatif sedikit, tidak naik atau bahkan berkurang karena muntah-muntah. Peningkatan berat badan yang cukup pesat terjadi di trimester 2 dan 3, pada periode inilah perlu dilakukan pemantauan ekstra terhadap berat badan. Kenaikan total berat badan selama kehamilan, normalnya berkisar antara 12-15 kg, sedangkan memasuki trimester 2 janin tumbuh pesat dengan pertumbuhan kurang lebih 10 gr per hari/minggu ke 16 sekitar 90 gr, minggu ke 20 sekitar 256 gr, minggu ke 24 sekitar 680 gr, minggu ke 27 sekitar 900 gr) (Herawati, 2011). Pada penelitian yang dilaukan Roberts et al (2011) menunjukkan apabila pada ada ibu hamil dengan penambahan berat badan berlebih akan menghasilkan lemak berlebih pula. Lemak tersebut akan menghasilkan CRP (Protein C-Reactif) dan sitokin inflamasi (IL 6) yang lebih pula. CRP merupakan reaktan fase akut yang dibuat di jaringan adiposa dan akan meningkat pada awal kehamilan. Sedangkan IL 6 (Interleukin 6), merupakan stimulator utama dari reaktan fase akut yang berefek pada dinding pembuluh darah dan sistem koagulasi, mediator inflamasi ini diproduksi di jaringan adiposa. Kenaikan CRP dan IL 6 akan memberikan kontribusi lebih tehadap kejadian oksidatif stress. Oksidatif stress bersama dengan zat toksik yang berasal dari lemak berlebih akan merangsang terjadinya kerusakan endotel pada pembuluh darah yang disebut dengan disfungsi endotel. Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan zat-zat
Universitas Sumatera Utara
39
gizi yang bertindak sebagai vasodilatator dengan vasokonstriktor (Endotelin I, tromboksan, Angiotensi II) sehingga akan terjadi vasokontriksi yang luas dan terjadilah hipertensi (Hillary et al, 2007). Dampak vasospasme yang berkelanjutan akan menyebabkan kegagalan pada organ seperti ginjal (proteinuria, gagal ginjal), iskemi hepar, dan akan menyebabkan preeklampsia (Lindheimer et al, 2008).
2.4 Landasan Teori Preeklamsi merupakan penyebab langsung kematian ibu setelah perdarahan, teori yang mngungkap terjadinya preeklamsia, ischemia uterolasenta, Selama kehamilan uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion, kehamilan ganda, multipara, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit pembuluh darah ibu, diabetes, peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka keluarlah zat-zat dari placenta atau decidua yang/menyebabkan vasospasmus dan hipertensi.Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit tersebut. Rupanya tidak hanya satu faktor yang menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia. Faktor predisposisi berperan dalam mendukung terjadinya preeklampsia aadalah: nullipara, kehamilan ganda, Usia < 20 atau > 35 tahun, riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsiapenyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada sebelum kehamilan obesitas. Penyebab preeklamsia pada kehamilan mempunyai pra kondisi sejak kehamilan trimester I yang diperberat oleh gaya hidup yang tidak sehat seperti aktifitas fisik yang tidak baik.
Universitas Sumatera Utara
40
Bila digambarkan maka alur pikir faktor risiko preeklamsia adalah sebagai berikut : Riwayat hipertensi
Paritas
Genetik
Sosial ekonomi rendah ANC tidak baik
Hiperplasentosi
Penurunan perfusi uterruteroplasenta
Aktivasi Endotel
Vasospasme
Preeklamsia
umur
Aktifitas Fisik
Obesitas
Penambahan Berat Badan
Gambar 2.1. Kerangka Teori Sumber: Faktor Predisposisi yang Menyebabkan Preeklamsi Modifikasi Teori (Cunningham, 1995 dan Wiknjosastro, 1994)
Universitas Sumatera Utara
41
2.5
Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori diatas, maka kerangka konsep yang digunakan dalam
penelitian ini mengadopsi dari Teori Cunningham (1995) dan Wiknjosastro (1994). Kerangka konsep penelitian ini menggambarkan variabel umur, paritas, pendapatan, aktifitas fisik dan penambahan berat badan yang diduga berpengaruh terhadap kejadian preeklamsia (Gambar 2.2). Variabel Independen
Variabel Dependen
Karakteristik : - Umur - Paritas - Pendapatan
Aktifitas Fisik
Kejadian Preeklamsia
Penambahan Berat Badan
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara