BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1.
Konsep Hipertensi
1.1 Pengertian Hipertensi Tekanan darah secara alami berfluktuasi sepanjang hari. Tekanan darah tinggi menjadi masalah bila tekanan darah tersebut persisten (Palmer, 2007). Artinya, tekanan darah bertahan terus menerus secara konsisten pada level tinggi. Hipertensi dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu lama dan terus menerus bisa memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung dan merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik (Agrina, dkk, 2011). Oleh karena itu, setiap orang harus waspada dengan rutin memeriksakan tekanan darahnya. Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa Amerika Serikat menderita hipertensi sehingga hipertensi menjadi salah satu penyebab utama kematian di negara tersebut. Penderita hipertensi tidak hanya berisiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah. Makin tinggi tekanan darah, makin besar risikonya. Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Tekanan darah diukur dengan sphygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset menutupi lengan) setelah pasien beristirahat
Universitas Sumatera Utara
nyaman, posisi duduk punggung tegak atau terlentang paling sedikit selama 5 menit sampai 30 menit setelah merokok atau minum kopi (Anggraini, dkk, 2009).
1.2 Klasifikasi Hipertensi The Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) mengklasifikasikan tekanan darah untuk dewasa usia 18 tahun atau lebih menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I, dan hipertensi derajat II (Chobanian, et al, 2004). Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Normal < 120 dan < 80 Prehipertensi 120 – 139 atau 80 – 89 Hipertensi Derajat I 140 – 159 atau 90 – 99 Hipertensi Derajat II ≥ 160 atau ≥ 100 Sumber: Chobanian, et al, (2004)
1.3 Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu hipertensi primer atau hipertensi esensial dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui dengan pasti. Sekitar 95% kasus tekanan darah tinggi digolongkan hipertensi primer (Palmer, 2007). Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan (Anggraini, dkk, 2009). Faktor risiko yang menyebabkan seseorang lebih mudah terkena hipertensi dibagi menjadi faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat diubah. Faktor-faktor yang tidak dapat diubah antara lain riwayat keluarga, usia, ras, dan jenis kelamin. Sedangkan
Universitas Sumatera Utara
faktor-faktor yang dapat diubah antara lain obesitas, kurang gerak, merokok, sensitivitas natrium, kalium rendah, minum minuman berakohol secara berlebihan, dan stres (Sheps, 2005). Sementara, hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui. Hipertensi sekunder lebih jarang terjadi, hanya sekitar 5% dari seluruh kasus tekanan darah tinggi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, reaksi terhadap obat-obatan tertentu misalnya pil KB, hipertiroid, hiperaldosteronisme, dan lain sebagainya (Palmer, 2007; Rusdi, 2009).
1.4 Patofisiologi Hipertensi Hal yang mempengaruhi pengaturan tekanan darah adalah curah jantung , tahanan vaskular perifer, dan refleks baroreseptor. Curah jantung ditentukan oleh volume sekuncup dan frekuensi jantung. Tahanan perifer ditentukan oleh diameter arteriol. Bila diameternya mengecil (vasokonstriksi), maka tahanan perifer meningkat dan bila diameternya membesar (vasodilatasi), maka tahanan perifer akan menurun. Selain itu, peningkatan tekanan darah juga dipengaruhi oleh faktor ginjal. Jika tekanan dan volume darah menurun, maka ginjal akan melepaskan renin dan eritropoetin. Renin akan mengakibatkan terbentuknya angiotensin I, yang akan berubah menjadi angiotensi II. Angiotensin II akan meningkatkan curah jantung dan tahanan perifer. Sedangkan eritropoetin yang dilepaskan akan meningkatkan pembentukan sel darah merah. Manifestasi dari ginjal ini secara keseluruhan akan menyebabkan peningkatan volume darah dan tekanan darah (Muttaqin, 2009).
Universitas Sumatera Utara
1.5 Tanda dan Gejala Hipertensi Hipertensi jarang menimbulkan gejala yang khas dan satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan mengukur tekanan darah. British Hypertension Society merekomendasikan untuk mengukur tekanan darah setidaknya sekali dalam lima tahun bahkan lebih sering jika memungkinkan (Palmer, 2007). Tanda dan gejala yang khas tidak akan timbul sampai pada taraf hipertensi yang sudah lanjut dan membahayakan nyawa penderita, tetapi banyak orang dengan tekanan darah yang sangat tnggi sekalipun tidak menunjukkan tanda atau gejala. Tanda dan gejala yang sering dihubungkan dengan hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih, denyut jantung yang cepat atau tak beraturan (palpitasi), dan umumnya disebabkan oleh masalah lain yang kemudian dapat menjadi hipertensi (Sheps, 2005).
1.6 Komplikasi Hipertensi Beberapa penyakit yang bisa ditimbulkan akibat menderita hipertensi antara lain stroke, serangan jantung dan gagal jantung, penyakit ginjal, dan mata. Stroke lazim disebut dengan “serangan otak” yang terjadi karena terputusnya aliran darah yang mengalir ke otak (Rusdi, 2009). Hipertensi mengakibatkan munculnya perdarahan di otak yang disebabkan pecahnya pembuluh darah. Hal ini disebut dengan stroke hemoragik. Dan ada juga yang diakibatkan oleh thrombosis (pembekuan darah pada pembuluh darah) serta emboli (benda asing yang terbawa aliran darah di dalam pembuluh darah) yang bisa menyumbat bagian distal
Universitas Sumatera Utara
pembuluh. Sumbatan ini dapat menyebabkan sel-sel otah tidak tersuplai oksigen. Hal ini disebut dengan stroke iskemik (Ridwan, 2002). Serangan jantung merupakan kematian jaringan otot jantung yang diakibatkan oleh penyumbatan pada arteri koroner dalam jangka waktu lama. Penyumbatan ini dapat diakibatkan oleh gumpalan darah atau thrombus (Ridwan, 2009). Gagal jantung adalah lemahnya gerak jantung memompa darah sehingga keperluan tubuh yang terus-menerus akan oksigen dan zat nutrisi tidak terpenuhi. Penyebab utama gagal jantung adalah adanya penyempitan atau penyumbatan pada arteri koroner oleh plak di dinding arteri yang disebut aterosklerosis (Rusdi, 2009). Hipertensi dapat menyebabkan penumpukan lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri. Untuk mengatasi kekurangan darah pada organ-organ dan jaringan tubuh karena menyempitnya pembuluh darah maka tubuh menaikkan tekanan darah. Hal ini dapat memperparah kerusakan pembuluh darah (Sheps, 2005). Hipertensi merupakan penyebab utama gagal ginjal. Jika tekanan darah terlalu tinggi, maka aliran darah ke nefron akan menurun sehingga ginjal tidak dapat membuang produk sisa dari dalam darah. Lama-kelamaan produk sisa akan menumpuk dalam darah, ginjal akan mengecil dan berhenti berfungsi (Sheps, 2005). Hipertensi juga mempercepat penuaan pembuluh darah halus dalam mata serta menyebabkan pembuluh darah halus dalam retina robek, berdarah dan cairan merembes ke jaringan sekitarnya. Pada keadaan berat, saraf yang membawa
Universitas Sumatera Utara
sinyal-sinyal dari mata ke otak (saraf optik) akan mulai membengkak dan bisa menyebabkan kebutaan (Sheps, 2005).
1.7 Penatalaksanaan Hipertensi Tujuan program penanganan bagi setiap pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah di bawah 140/90 mmHg. Pengobatan hipertensi dapat dibagi menjadi dua bagian, pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) dan pengobatan farmakologis (Chobanian, et al, 2004). Pengobatan nonfarmakologis (modifikasi gaya hidup) meliputi penurunan berat badan pada pasien dengan overweight atau obesitas, perencanaan diet berdasarkan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yaitu kaya buahbuahan, sayuran, dan produk susu rendah kolesterol dan lemak jenuh dan total, mengonsumsi makanan yang tinggi kalium dan kalsium, rendah natrium, olahraga, membatasi asupan alkohol, dan berhenti rokok. Perubahan gaya hidup selain
menurunkan
tekanan
darah
juga
meningkatkan
efektivitas
obat
antihipertensi dan menurunkan risiko kardiovaskular (Chobanian, et al 2004). Penurunan kelebihan berat badan yang dapat dilakukan dengan menerapkan gaya hidup sehat dengan olahraga dan pola makan seimbang. Penurunan berat badan sebesar 4,5 kg dapat menurunkan tekanan darah. Cara menentukan berat badan sehat adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) dan mengukur lingkar pinggang. Menentukan IMT yaitu membagi angka berat badan (dalam kg) dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). IMT 18,5–22,9 dinyatakan sehat, 23– 24,9 menyatakan kondisi berat badan lebih dan 25 atau lebih menyatakan
Universitas Sumatera Utara
obesitas. Cara mengukur lingkar pinggang yaitu dengan melingkari perut tepat di atas titik tertinggi pada kedua tulang pinggul. Pengukuran sebesar lebih dari 102 cm pada pria dan 88 cm pada wanita menunjukkan peningkatan risiko terhadap kesehatan (Sheps, 2005). Meningkatkan konsumsi buah-buahan dan sayuran juga dapat menurunkan tekanan darah. Dianjurkan makan lima porsi atau lebih buah dan sayuran sehari (Palmer, 2007). Tekanan darah, kolesterol, dan risiko penyakit kardiovaskular dapat diturunkan dengan mengganti lemak jenuh dengan lemak tak jenuh tunggal (misalnya minyak zaitun) dan lemak tak jenuh ganda (misalnya lemak omega-3 dalam minyak ikan) (Palmer, 2007). Para ahli gizi menyarankan konsumsi ikan sedikitnya dua kali seminggu, tetapi hindari makan ikan besar karena ikan besar dapat mengandung metilmerkuri yang berbahaya bagi tubuh (Sheps, 2005). Dalam
mengurangi
asupan
garam,
British
Hypertension
Society
menganjurkan asupan garam dibatasi sampai kurang dari 2,4 g sehari atau setara dengan 6 g garam atau sekitar satu sendok teh per hari. Cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi asupan garam seperti jangan menambah garam meja pada makanan, jangan menambah garam saat memasak, gunakan bumbu lain untuk menambah rasa makanan, perhatikan berapa banyak garam yang terkandung dalam saus dan makanan yang diproses, dan hindari makan yang berkadar natrium tinggi (Palmer, 2007). Ketentuan mengonsumsi garam natrium bagi penderita hipertensi antara lain bagi yang menjalani diet ringan diperbolehkan mengonsumsi garam tidak lebih dari 3,75 – 7,5 g per hari, bagi yang menjalani diet menengah diperbolehkan
Universitas Sumatera Utara
mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 – 3,75 g per hari, sedangkan bagi yang menjalani diet berat diperbolehkan mengonsumsi garam tidak lebih dari 1,25 g per hari (Rusdi, 2009). Pengobatan
nonfarmakologis
berikutnya
dapat
dilakukan
dengan
berolahraga atau mengaktivitaskan fisik. Olahraga mampu menyusutkan hormon noradrenalin dan hormon-hormon lainnya yang menjadi penyebab menciutnya pembuluh darah sehigga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Rusdi, 2009). Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik karena kedua sifat ini dapat menurunkan tekanan darah serta sebaiknya dilakukan 30 menit sehari dan usahakan setiap hari. Latihan aerobik misalnya bersepeda, berenang, berlari dan berjalan cepat (Palmer, 2007). Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg (Sheps, 2005). Hal yang penting dalam mengobati hipertensi adalah menghindari rokok dan batasi konsumsi alkohol dan kafein. Mengonsumsi rokok, alkohol, dan kafein secara berlebihan akan merangsang otak mengeluarkan hormon yang membuat pembuluh darah menyempit sehingga memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi serta menyebabkan penumpukan lebih banyak natrium dan air. Hal ini menyebabkan kenaikan tekanan darah. Merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Meminum alkohol dapat mempengaruhi efektivitas beberapa obat hipertensi dan memperparah efek sampingnya. Mengurangi alkohol dapat menurunkan tekanan sistolik 5 mmHg dan diastolik 3 mmHg. Kafein dalam dua sampai tiga cangkir kopi juga dapat meningkatkan tekanan sistolik 3-14
Universitas Sumatera Utara
mmHg dan diastolik 4-13 mmHg pada orang yang tidak mempunyai hipertensi (Sheps, 2005). Oleh karena itu, menghindari konsumsi rokok, alkohol, dan kafein akan lebih baik untuk menurunkan tekanan darah. Bila tidak mampu, berhentilah secara bertahap. Hal lain yang perlu dilakukan untuk menurunkan tekanan darah adalah mengendalikan stres. Orang yang stres, pembuluh darahnya akan mengkerut dan menyempit sehingga mengakibatkan naiknya tekanan darah (Ridwan, 2009). Oleh karena itu, orang yang terkena hipertensi sebaiknya dapat mengendalikan stresnya. Tabel 2.
Modifikasi Gaya Hidup untuk Mencegah dan Mengontrol Hipertensi Berdasarkan JNC VII * Perkiraan penurunan Tekanan Modifikasi Rekomendasi Darah Sistolik (Skala) † Menurunkan berat Menjaga berat badan normal 5-20 mmHg/ 10 kg badan (indeks massa tubuh 18,5 – 24,9 penurunan berat 2 kg/m ) badan Melakukan pola diet Mengkonsumsi makanan yang 8-14 mmHg berdasarkan DASH kaya dengan buah-buahan, sayuran, dan produk makanan yang rendah lemak total, dengan kadar lemak total dan saturasi yang rendah Diet rendah natrium Mengurangi asupan natrium 2-8 mmHg tidak lebih dari 100 mmol per hari (2,4 g natrium klorida atau 6 g sodium). Aktivitas fisik Melakukan aktivitas aerobik 4-9 mmHg fisik secara teratur seperti jalan cepat (setidaknya 30 menit per hari, hampir setiap hari dalam seminggu) Membatasi Membatasi konsumsi alkohol 2-4 mmHg
Universitas Sumatera Utara
penggunaan alkohol
tidak lebih dari 2 gelas (misalnya, 24 oz bir, 10 oz anggur, atau 3 oz 80 whiski) per hari pada sebagian besar lakilaki, dan tidak lebih dari 1 gelas per hari pada wanita dan lakilaki dengan bobot yang lebih ringan
Keterangan: DASH : Dietary Approaches to Stop Hypertension (pendekatan diet untuk menghentikan hipertensi) * Untuk semua penurunan resiko kardiovaskuler, berhenti merokok † Efek implementasi dari modifikasi di atas bergantung pada dosis dan waktu, dan lebih baik pada beberapa orang Sumber :Chobanian, et al, (2004)
Selain pengobatan nonfarmakologis, ada juga pengobatan farmakologis. Terdapat beberapa obat antihipertensi yang sering digunakan yaitu angiotensin converting enzim inhibitor (ACEI), angiotensin receptor blocker (ARB), betablocker (BB), calsium canal blocker (CCB), dan diuretik (Chobanian, et al, 2004). Pengobatan dimulai dengan modifikasi gaya hidup, dan jika tekanan darah yang dikehendaki tidak tercapai, obat diuretik jenis tiazide harus digunakan sebagai pengobatan awal pada semua pasien dengan hipertensi, baik penggunaan secara tunggal maupun secara kombinasi dengan satu kelas antihipertensi lainnya yang memperlihatkan manfaatnya untuk mengurangi satu atau lebih komplikasi hipertensi pada hasil percobaan random terkontrol (Chobanian, et al, 2004). Saat obat antihipertensi telah diberikan, pasien diharuskan kembali untuk follow up paling tidak dalam interval sebulan sekali sampai tekanan darah target tercapai. Kunjungan yang lebih sering dibutuhkan untuk pasien dengan kategori hipertensi derajat 2 atau jika disertai dengan komplikasi penyakit penyerta. Pemeriksaan kadar serum kalium dan kreatinin harus dilakukan paling tidak
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 1-2 kali per tahun. Setelah tekanan darah mencapai target dan stabil, follow up dan kunjungan harus dilakukan dalam interval 3-6 bulan sekali. Penyakit penyerta seperti gagal jantung, dan diabetes dapat mempengaruhi frekuensi jumlah kunjungan. Faktor resiko penyakit kardiovaskuler lainnya harus diobati untuk mendapatkan nilai tekanan darah target, dan penghindaran merokok harus dilakukan. Penggunaan aspirin dosis rendah dilakukan hanya ketika tekanan darah terkontrol, oleh karena resiko stroke hemoragik yang meningkat pada pasien dengan hipertensi tidak terkontrol (Chobanian, et al, 2004). Ada beberapa keadaan di mana seseorang akan langsung diberi obat antihipertensi, misalnya, tekanan darah lebih dari 180/110 mmHg, tekanan darah lebih dari 160/100 mmHg yang menetap selama kurun waktu tertentu, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dengan disertai salah satu atau lebih keadaan seperti diabetes, kerusakan organ target (misalnya penyakit jantung, ginjal, atau stroke), risiko penyakit kardiovaskular dalam 10 tahun lebih dari 20%. Namun, jika tekanan darah hanya sedikit meningkat (kurang dari 140/90), seseorang akan diberi obat antihipertensi bila perubahan gaya hidup tidak cukup menurunkan tekanan darah (Palmer, 2007).
2.
Konsep Keluarga
2.1 Definisi Keluarga Keluarga didefinisikan berbeda-beda tergantung kepada orientasi teoritis “pendefinisi” yaitu dengan menggunakan penjelasan yang penulis cari untuk menghubungkan keluarga (Friedman, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang disatukan oleh ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. Dari definisi ini juga termasuk keluarga besar yang hidup dalam satu atau dua rumah tangga, pasangan yang hidup bersama sebagai pasangan suami istri, keluarga-keluarga tanpa anak, keluarga lesbian dan homoseks, dan keluarga-keluarga dengan orang tua tunggal (Friedman, 1998). Keluarga menurut Duvall adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan
mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota. WHO (1969) mendefinisikan keluarga yaitu anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau perkawinan. Sedangkan menurut Departemen kesehatan RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Mubarak, 2009). Indonesia merupakan salah satu negara yang menjunjung tinggi adat ketimuran yang menekankan bahwa keluarga harus dibentuk atas dasar perkawinan, seperti yang tertulis dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 21 tahun 1994 bahwa keluarga dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah (Suprajitno, 2004).
2.2 Struktur Keluarga Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Struktur peran keluarga Peran menunjukkan serangkaian perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari seorang yang memegang suatu posisi dalam situasi sosial tertentu (Friedman, 1998). Struktur peran menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran formal dan informal (Suprajitno, 2004). 2.2.2 Nilai atau norma keluarga Nilai-nilai keluarga merupakan suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar maupun tidak sadar mengikat secara bersama-sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim (Friedman, 1998). 2.2.3 Pola komunikasi keluarga Komunikasi adalah proses tukar-menukar perasaan, keinginan, kebutuhankebutuhan, opini-opini yang berfungsi penting untuk mengikat subsistemsubsistem secara bersama-sama dalam rangka membentuk ikatan (kohesif) menyeluruh dan memelihara seluruh sistem. Pola-pola komunikasi dalam sistem keluarga mempunyai suatu pengaruh besar terhadap anggota individu. Individualisasi, belajar tentang orang lain, dan
Universitas Sumatera Utara
mampu membuat pilihan, semuanya tergantung kepada informasi yang masuk melewati para anggota keluarga. Komunikasi dalam keluarga yang sehat merupakan proses dua arah yang sangat dinamis. Pengirim pesan sebaiknya menyatakan dengan tegas masalahnya, menjelaskan dan mengubah apa yang dikatakan pada saat yang sama, meminta dan menerima umpan balik. Sedangkan penerima pesan sebaiknya menjadi pendengar yang aktif, memberikan umpan balik, dan melakukan validasi (Friedman, 1998). 2.2.4 Struktur kekuatan keluarga Kekuatan keluarga menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan (Suprajitno, 2004). Komponen utama dari kekuatan keluarga adalah pengaruh dan pengambilan keputusan. Pengaruh didefinisikan sebagai tingkat penggunaan tekanan formal maupun informal oleh seorang anggota keluarga terhadap orang lain dan berhasil dalam memaksakan pandangan orang tersebut, walaupun pada awalnya menjadi lawan. Pembuatan keputusan yaitu proses pencapaian persetujuan dan komitmen anggota keluarga untuk melakukan serangkaian tindakan atau merupakan alat untuk menyelesaikan segala sesuatu (Friedman, 1998). Struktur kekuatan berupa hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (expert power), hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan afektif (affektif power) (Mubarak, 2009).
2.3 Peran Keluarga
Universitas Sumatera Utara
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat (Setiadi, 2008).
2.3.1 Peran formal keluarga Peran formal dalam keluarga adalah peran-peran yang terkait, yaitu sejumlah perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peranperannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Ada peran yang membutuhkan keterampilan dan kemampuan tertentu, ada juga peran yang tidak terlalu kompleks sehingga dapat didelegasikan kepada mereka yang kurang terampil atau kepada mereka yang kurang memiliki kekuasaan. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga seperti pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan, dan tukang masak. Jika dalam keluarga hanya terdapat sedikit orang yang memenuhi peran ini, maka akan lebih banyak tuntutan dan kesempatan bagi anggota keluarga untuk memerankan beberapa peran pada waktu yang berbeda (Mubarak, 2009). 2.3.2 Peran informal keluarga Peran-peran formal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu dan/atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran informal mempunyai tuntutan yang
Universitas Sumatera Utara
berbeda, tidak terlalu didasarkan pada usia, ataupun jenis kelamin, melainkan didasarkan pada atribut-atribut personalitas atau kepribadian anggota keluarga individual. Beberapa contoh peran informal adaptif seperti pendorong, pengharmonis, inisiator-kontributor, pendamai, perawatan keluarga, penghubung keluarga, pionir keluarga, sahabat, penghibur, koordinator, pengikut, dan saksi. Contoh peran informal yang merusak seperti penghalang, dominator, penyalah, martir, keras hati, kambing hitam keluarga, dan distraktor (Mubarak, 2009).
2.4 Fungsi Keluarga Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998 dalam Setiadi 2008) adalah sebagai berikut: 2.4.1 Fungsi afektif Fungsi afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. 2.4.2 Fungsi sosialisasi Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah. 2.4.3 Fungsi reproduksi Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga. 2.4.4 Fungsi ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Fungsi ekonomi yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
2.4.5 Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan Fungsi
perawatan/pemeliharaan
kesehatan
yaitu
fungsi
untuk
mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
2.5 Tugas Keluarga di Bidang Kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Freeman (1981 dalam Suprajitno, 2004) meliput i: 1. Mengenal masalah kesehatan keluarga Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti. Orang tua perlu mengenal keadaan kesehatan dan perubahan-perubahan yang dialami anggota keluarga walaupun perubahan tersebut sedikit. Perubahan keluarga perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi , dan sebesar apa perubahannya. 2. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga
Universitas Sumatera Utara
Keluarga mempunyai tugas utama untuk mengupayakan pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa di antara
anggota
memutuskan atau
keluarga
yang
mempunyai
kemampuan
untuk
menentukan tindakan keluarga. Jika keluarga
mempunyai keterbatasan dapat meminta bantuan kepada orang di sekitar lingkungan tempat tinggal keluarga.
3. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui keluarga sendiri. Oleh karena itu, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan atau di rumah jika keluarga telah memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama. 4. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga. 5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.
3.
Konsep Dukungan Keluarga
3.1 Definisi Dukungan Keluarga Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu yang dapat diadakan untuk keluarga. Kane mendefinisikan dukungan sosial keluarga sebagai suatu proses hubungan antara keluarga dengan lingkungan sosialnya (Friedman, 1998).
Universitas Sumatera Utara
Dukungan keluarga merupakan proses yang terjadi sepanjang hidup dan sifat serta jenis dukungan sosial berbeda-beda dalam berbagai tahap siklus kehidupan. Misalnya, jenis dan kuantitas dukungan sosial dalam fase perkawinan (sebelum mendapat anak) sangat berbeda dengan banyaknya dan jenis dukungan sosial dalam siklus kehidupan terakhir. Namun demikian, dalam semua tahap siklus kehidupan, dukungan keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan berbagai kepandaian dan akal yang mengakibatkan meningkatnya kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 1998). 3.2
Jenis Dukungan Keluarga Dukungan keluarga menurut Friedman (1998) dapat dibagi menjadi empat
jenis antara lain dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan validator identitas keluarga. Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit. Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.
3.3 Bentuk Dukungan Keluarga Ciri-ciri bentuk dukungan sosial keluarga menurut House (Setiadi, 2008) antara lain:
Universitas Sumatera Utara
3.3.1 Informatif Bantuan informasi yang disediakan dapat digunakan seseorang untuk menanggulangi persolan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasihat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan dan dapat disampaikan kembali kepada orang lain yang mungkin menghadapi persoalan yang sama atau hampir sama. Informasi mengenai pengobatan hipertensi dapat diterima seorang penderita hipertensi dari keluarganya. 3.3.2 Perhatian emosional Setiap orang membutuhkan bantuan afeksi dari orang lain, dukungan ini berupa dukungan simpatik dan empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian, seorang penderita hipertensi merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikan, mau mendengar segala keluhannya, bersimpati dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, dan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya, yang ini semua dapat dilakukan oleh keluarga sebagai orang terdekat. 3.3.3 Bantuan instrumental Bantuan bentuk ini bertujuan untuk mempermudah seseorang dalam melakukan aktifitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya, atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obatobatan hipertensi yang dibutuhkan dan lain-lain. 3.3.4 Bantuan penilaian
Universitas Sumatera Utara
Bantuan penilaian yaitu suatu bentuk penghargaan yang diberikan seseorang kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita. Penilaian yang diberikan keluarga kepada penderita hipertensi akan sangat membatu jika penilaian tersebut adalah penilaian yang positif, misalnya keluarga menilai bahwa penderita hipertensi jarang mengalami kekambuhan semenjak mematuhi pengobatan. 4.
Konsep Kepatuhan Kepatuhan adalah perilaku positif yang diperlihatkan klien saat mengarah
ke tujuan terapeutik yang ditentukan bersama (DeGreest, et al., 1998). Kepatuhan menuntut adanya perubahan perilaku yang dipengaruhi positif oleh rasa percaya yang terbentuk sejak awal dan berkelanjutan terhadap tenaga kesehatan professional, penguatan dari orang terdekat, persepsi tentang kerentanan diri terhadap penyakit, persepsi bahwa penyakit yang diderita serius, bukti bahwa kepatuhan mampu mengontrol munculnya gejala atau penyakit, efek samping yang bisa ditoleransi, tidak terlalu mengganggu aktivitas kesehariaan individu atau orang terdekat lainnya, rasa positif terhadap diri sendiri. Sedangkan kepatuhan dihambat oleh penjelasan yang tidak adekuat, perbedaan pendapat antara klien dengan tenaga kesehatan, terapi jangka panjang, tingginya komplekitas atau biaya pengobatan (Carpenito, 2009). Kepatuhan menurut Sackett (1976 dalam Niven, 2000) adalah sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Usaha bersama antara pasien dan dokter yang menanganinya menentukan keberhasilan dalam mengendalikan tekanan darah tinggi. Kepatuhan seorang pasien yang menderita hipertensi tidak hanya dilihat berdasarkan kepatuhan dalam meminum obat antihipertensi tetapi juga dituntut peran aktif pasien dan kesediaannya untuk memeriksakan kesehatannya ke dokter sesuai dengan jadwal yang ditentukan serta perubahan gaya hidup sehat yang dianjurkan (Burnier, 2001 dalam Manurung, 2011). Perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi dilakukan dengan kepatuhan menjalankan diit, menurunkan kegemukan, rajin olahraga, mengurangi konsumsi garam, diit rendah lemak, rendah kolesterol, tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, kurangi makan yang mengandung kalium tinggi, batasi kafein, hindari stres, dan kontrol tekanan darah secara teratur (Tarney, 2002 dalam Nainggolan, dkk, 2012). Faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan menurut Brunner & Suddarth (2002) adalah: 1. Faktor demografi seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa, status sosio ekonomi dan pendidikan. 2. Faktor penyakit seperti keparahan penyakit dan hilangnya gejala akibat terapi. 3. Faktor program terapeutik seperti kompleksitas program dan efek samping obat yang tidak menyenangkan. 4. Faktor psikososial seperti intelegensia, sikap terhadap tenaga kesehatan, penerimaan, atau penyangkalan terhadap penyakit, keyakinan agama atau budaya dan biaya financial dan lainnya yang termasuk dalam menjalankan program pengobatan.
Universitas Sumatera Utara