BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Terjadinya transisi epidemiologi, transisis demografi dan transisi teknologi di
Indonesia telah mengakibatakan perubahan pada pola penyakit dari penyakit infeksi menjadi penyakit tidak menular. Terjadinya transisi epidemiologi ini disebabkan terjadinya perubahan sosial ekonomi, lingkungan dan perubahan struktur penduduk yang mengakibatkan masyarakat mengadopsi gaya hidup yang tidak sehat, misalnya kurangnya aktivias fisik, kebiasaan merokok, makanan tinggi lemak dan kalori, serta kebiasaan mengonsumsi alkohol, diduga menjadi faktor risiko terjadinya penyakit tidak menular (Rahajeng & Sulistyowati, 2011). Salah satu penyakit degeneratif yang ada kaitannya dengan faktor risiko tersebut adalah penyakit hipertensi (Sarwanto, 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Penyakit ini dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang semua kelompok umur (Divine, 2012). Umumnya tekanan darah bertambah secara perlahan dengan bertambahnya umur. Kebanyakan pasien mempunyai tekanan darah pre-hipertenai sebelum mereka didiagnosisi menderita hipertensi, dan kebanyakan diagnosis hipertensi tersebut terdiagnosis pada umur diantara dekade ketiga dan dekade kelima (Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 2006). Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (angka bawah) pada pemeriksaan tensi darah 1
2
dengan menggunakan alat ukur tekanan darah, keadaan peningkatan tekanan darah ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi seperti stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Pudiastuti, 2011). American Heart Association menyatakan penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun yang menderita hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, dan hampir 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2013). Data Global Status Report on Noncommunicable Disease (2010) menyebutkan 40% negara ekonomi berkembang memiliki penderita hipertensi, sedangkan negara maju hanya 35%. Menurut WHO yang dikutip oleh Rahajeng (2009) memperkirakan bahwa pada tahun 2020 penyakit tidak menular akan menyebabkan 73 % kematian dan 60% kesakitan di dunia, dan diperkirakan negara yang paling merasakan dampaknya adalah negara berkembang termasuk Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI (2013), menyatakan bahwa di Indonesia penyakit hipertensi sampai sekarang masih menjadi masalah kesehatan. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang lanjut usia namun juga menyerang kelompok usia produktif. Prevalensi penyakit hipertensi di Indonesia pada penduduk usia ≥18 tahun berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah adalah sebesar 25,8%. Jika dilihat berdasarkan provinsi, pada tahun 2013 prevalensi kejadian hipertensi tertinggi terjadi di Bangka Belitung (30,9%) dan prevalensi kejadian hipertensi terendah terjadi di Papua (16,8%). Dilihat secara Nasional prevalensi kejadian hipertensi pada tahun 2013 di provinsi Bali adalah sebesar 19,9%, pada tahun 2013 jumlah penduduk Indonesia adalah sebesar 252.124.458 jiwa dan jumlah penduduk di provinsi Bali sebanyak 4.225.384 jiwa, maka dapat diketahui jumlah individu yang absolut
3
menderita hipertensi di provinsi Bali pada tahun 2013 sebanyak 840.851 jiwa hal ini menunjukan bahwa hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di provinsi Bali. Pada Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2014, berdasarkan pola 10 besar penyakit pada pasien rawat jalan di RSUD di Provinsi Bali kejadian hipertensi kususnya hipertensi essensial (Primer) menduduki peringkat ke-2 dengan jumlah kasus sebesar 6.801 kasus. Sedangkan berdasarkan pola 10 besar penyakit terbanyak pada pasien di puskesmas di provinsi Bali tahun 2014 hipertensi essensial juga menduduki pringkat ke-2 (158.262 kasus) disusul pharingitis, kecelakaan, dermatitis kontak alergi, penyakit lain pada saluran nafas. Hasil Riskesdas Provinsi Bali tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi pada umur ≥18 tahun di provinsi Bali berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah sebesar 19.9%
dan berdasarkan
wawancara tentang penyakitnya sebesar 8.7%. Jika dilihat berdasarkan kabupaten/kota prevalensi hipertensi tertinggi berdasarkan pengukuran tekanan darah
adalah di
kabupaten Bangli yaitu 23.9% sedangkan di kabupaten Gianyar prevalensinya sebesar 13.3% hasil ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi di Bali masih tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar Tahun 2014, penyakit hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian, pada tahun 2014 jumlah kematian akibat hipertensi di Kabupaten Gianyar sebanyak 34 kasus. Jika dilihat dari kunjungan ke pusat pelayanan kesehatan penyakit hipertensi menempati urutan pertama jumlah kunjungan terbanyak dengan total kunjungan kasus baru sebanyak 2081 kasus dan sebanyak 7438 kasus lama dengan prevalensi sebesar 20,3% berdasakan total kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan. Sedangkan berdasarkan Unit Pelaksana Teknis (UPT) jumlah kunjungan kasus hipertensi paling banyak yaitu di Puskesmas Payangan.
4
Pada data 10 besar penyakit di Puskesmas Payangan Tahun 2015, kejadian hipertensi mendudukin peringkat kedua setelah ISPA dengan jumlah kasus kunjungan 2.231 (12.82%), hal ini menunjukkan bahwa kejadian hipertensi masih sangat tinggi di Puskesmas Payangan. Jika dilihat dari jumlah kunjungan kasus baru penderita hipertensi selama tiga tahun terakhir, yaitu pada tahun 2013 sebayak 638 kunjung; tahun 2014 sebanyak 447 kunjungan; dan pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus baru hipertensi sebesar 1.209 orang, berdasarkan uraian data tersebut dapat dilihat bahwa terjadi penurunan jumlah kunjungan penderita hipertensi ke puskesmas pada tahun 2013 dan 2014 namun pada tahun 2015 jumlah kunjungan kasus hipertensi kembali meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gama (2013) terhadap penyebab ketidak patuhan kontrol penderita hipertensi di Puskesmas Payangan pada studi pendahuluan didapatkan hasil 55% penduduk memiliki gaya hidup yang tidak sehat seperti merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol. Jika dilihat dari data jumlah kunjungan kasus hipertensi tahun 2015 di Puskesmas Payangan, maka jumlah kasus baru hipertensi sebanyak 1.209 orang. Berdasarkan jenis kelamin, di Puskesmas Payangan penduduk yang lebih banyak menderita hipertensi adalah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 666 kunjungan kasus. Sedangkan jika dilihat berdasarkan kelomok umur, penduduk yang berada diwilayah kerja Puskesmas Payangan adalah penduduk yang berada pada kelumpok umur 60-69 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 312 (Laporan Tahuna UPT Kesmas Payangan, 2015). Melihat kecenderungan hipertensi terjadi pada usia lanjut dan lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki dibandingakan jenis kelamin perempuan, maka dipandang perlu untuk mengadakan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi
5
pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan Kabupaten Gianyar, mengingat di lokasi tersebut belum pernah diadakan penelitian sejenis. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa kejadian hipertensi
masih sangat tinggi di Puskesmas Payangan dengan kecenderungan kejadian hipertensi terjadi lebih banyak pada usia lanjut dan jenis kelamin laki-laki lebih berisiko dibandingakan jenis kelamin perempuan, dengan demikian maka perlu dilakukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi pada lakilaki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Tahun 2016. 1.3
Pertanyaan Penelitian 1. Apakah status obesitas berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ? 2. Apakah riwayat keluarga hipertensi berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ? 3.
Apakah diabetes melitus berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ?
4. Apakah konsumsi garam berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan? 5. Apakah kebiasaan merokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan ? 6. Apakah aktivitas fisik berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan?
6
7. Apakah konsumsi alkohol berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Payangan 1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1
Tujuan Umum Mengetahui faktor- faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki
dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan, Kecamatan Payangan, Kabuaten Gianyar Tahun 2016. 1.4.2
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengaruh status obesitas terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan 2. Untuk mengetahui pengaruh riwayat keluarha hipertensi terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan 3. Untuk mengetahui pengaruh diabetes melitus terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan 4. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi garam terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan 5. Untuk mengetahui pengaruh kebiasaan merokok terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan 6. Untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Payangan 7. Untuk mengetahui pengaruh konsumsi alkohol terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Payangan
7
1.5
Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini dibagi menjadi manfaat praktis dan manfaat teoritis yang dapat diuraikan sebagai berikut. 1.5.1
Manfaat Teoritis
1. Dapat menambah wawasan serta konsistensi antara teori dengan hasil penelitian bahwa terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi. 2. Sebagai acuan atau bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar. 1.5.2
Manfaat Praktis 1. Untuk memberikan informasi kepada Puskesmas Payangan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar sehingga dapat dilakukan upaya pencegahan. 2. Untuk memberikan masukan kepada Puskesmas Payangan sehingga pihak puskesmas dapat membuat program pencegahan atau skrining hipertensi lebih dini dan tepat, sesuai dengan faktor risiko yang paling mempengaruhi kejadian hipertensi di wilayah kerja puskesmas Payangan.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah epidemiologi penyakit tidak menular, yaitu
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada laki-laki dewasa di wilayah kerja Puskesmas Payangan Kabupaten Gianyar pada tahun 2016.