BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kompetensi
2.1.1. Definisi Kompetensi Kompetensi adalah karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja dan tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki indivindu sebagai syarat untuk dianggap mampu dan memiliki hubungan kausal atau sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan atau suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pegetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai pelayanan kesehatan secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syrarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat (Elfindri, 2011 dan PP IBI, 2004). Menurut (Sujianti, 2009 dan Mufdlilah, 2009) kompetensi bidan
adalah
kemampuan dan karakteristik yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan prilaku yang harus dimiliki oleh seorang bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan secara aman dan bertanggung jawab pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan,karakteristik pribadi atau prilaku yang relevan, yang disyaratkan untuk mencapai kinerja terbaik pada suatu pekerjaan. Di dalam lingkup praktik kebidanan, kompetensi bidan sebagai mana tertuang dalam buku kompetensi bidan di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Kompetensi tersebut dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu kompetensi inti/dasar yang merupakan kompetensi minimal yang mutlak dimiliki oleh bidan, kompetensi tambahan/lanjutan yang merupakan pengembangan dari pengetahuan dan keterampilan
dasar
untuk
mendukung
tugas
bidan
dalam
memenuhi
tuntutan/kebutuhan masyarakat yang sangat dinamis serta makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut spencer dalam Moeheriono (2009), komponen utama pembentuk kompetensi :pengetahuan, keterampilan, konsep diri dan motif. Menurut Hasibuan (2000) dan Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi kompetensi seseorang yaitu: Pendidikan, keyakinan, keterampilan, pengalaman, karakteristik pibadi, motivasi dan isu emosional. Pendapat
Siagian, (2000) dan
Gibson (1997) hal yang berperan mempengaruhi kompetensi adalah : pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi, masa kerja. Dengan mengacu pada Keprmenkes R I Nomor : 369/Menkes/SK/111/2007 tentang standar profesi bidan, maka ditetapkan standar kompetensi bidan yang harus dimiliki. Adapun kompetensi yang dimaksud yaitu ada 9 (Sembilan) dengan penjabaran sebagai berikut : Kompetensi ke 1: Bidan mempunyai persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi, sesuai dengan budaya untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. Kompetensi ke 2: Bidan memberikan asuahan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat
Universitas Sumatera Utara
dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. Kompetensi ke 3: Bidan memberi asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi deteksi dini, pengobatan atau rujukan. Kompetensi ke 4: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawat daruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Kompetensi ke 5 yaitu: Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi, tanggap terhadap budaya setempat. Kompetensi ke 6: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprenshensif pada bayi baru lahir sehat, sampai dengan umur 1 bulan. Kompetensi ke 7 yaitu: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi dan balita sehat (1 bln - 5 thn). Kompetensi ke 8 yaitu: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai budaya setempat. Kompetensi ke 9 yaitu: Bidan melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita/ibu dengan gangguan reproduksi. Dengan demikian seorang bidan dimasa sekarang dituntut memiliki kompetensi dalam memberikan pelayanan kebidanan.Hal ini semua dapat terwujud bila seorang bidan mampu menguasai konsep dasar ilmu kebidanan, keterampilan
Universitas Sumatera Utara
tambahan dan perkembanganya juga mampu bersikap professional sesuai dengan kode etik yang telah ditetapkan.Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan sebagai proveder dan lini terdepan pelayanan kesehatan yang dituntut memiliki kompetensi professional dalam dalam menyikapi tututan masyarakat didalam pelayanan kebidanan.Kompetensi bidan professional terkait dengan asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Karenanya pengetahuan keahlian dan kecakapan seorang bidan menjadi bahagian yang menentukan dalam menekan angka kematian saat melahirkan. Bidan diharapkan mampu mendukung usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yakni melalui peningkatan kualitas professional dan kompeten. Kompetensi bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk di anggap mampu oleh masyarakat Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat haruslah kompeten, kurangnya pengetahuan dan keterampilan bidan dapat menyebabkan hal-hal yang sering kali menjadi penyebab meningkatkan angka kesakitan ibu, bidan yang tidak kompeten dan tidak memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melakukan episiotomi dalam pertolongan persalinan tidak melakukan tindakan episiotomi. Oleh karna itu, kompetensi yang dimiliki seorang bidan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan (PP IBI 2004).
Universitas Sumatera Utara
Menyadari bahwa bidan di Indonesia merupakan produk dari beberapa institusi maupun area pendidikan yang berbeda, maka dengan tersusunnya kompetensi bidan tersebut sangatlah bermanfaat untuk menyatukan persepsi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki bidan di Indonesia. Didasari kompetensi tersebut, bidan dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilannya dalam memberikan asuhan kebidanan sesuai kebutuhan klien/pasien. Dari beberapa pendapat diatas banyak hal yang mempengaruhi kompetensi dan untuk penelitian ini penulis mengambil beberapa hal yang menurut penulis sangat berpengaruh terhadap kompetensi bidan dalam melaksanakan tugasnya yaitu Pendidikan, Pengetahuan, Masa kerja, pelatihan. 1.
Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemampuan
seseorang. Pendidikan dan pengalaman kerja merupakan langkah awal untuk melihat seseorang, pendidikan merupakan indicator yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk memyelesaikan pekerjaan,dengan latar belakang pendidikan pula seseorang dianggap akan mampu menduduki suatu jabatan tertentu(Hasibuan,2000). Selain
itu
pendidikan
merupakan
suatu
pembinaan
dalam
proses
perkembangan manusia untuk berfikir dan cenderung berkembangnya kemampuan dasar yang ada padanya. Menurut Nadler dalam Moekijat (1996) pendidikan adalah proses pembelajaran yang mempersiapkan individu untuk pekerjaan yang berbeda pada masa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Siagian (2000) pendidikan dapat mempengaruhi kompetensi seseorang, karena makin tinggi pendidikan seseorang makin besar keinginannya untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam pelaksanaan tugasnya. Disamping itu pegawai yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi di harapkan mampu memberikan masukan-masukan yang bermamfaat kepada atasan dalam upaya peningkatan pelaksanaan tugas. 2.
Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui indra mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran, prinsip dan keindahan terhadap suatu obyek. Pengetahuan merupakan hasil stimulasi informasi yang diperhatikan, dipahami dan diingatnya. Informasi dapat berasal dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal, percakapan harian membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari pengalaman hidup lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rogers dalam Notoatmodjo ( 2005), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru) didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: a) Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)
Universitas Sumatera Utara
b) Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus (objek) tersebut, disini sikap subjek sudah mulai timbul c) Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya d) Trial (mencoba) dimana subjek sudah mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus e) Adoption dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Dari pengalaman dan hasil penelitian, ternyata apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses tersebut yaitu didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positip, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) dan sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Tingkatan pengetahuan menurut Notoatmodjo, terbagi menjadi 6 tingkatan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif, tingkatan tersebut yakni: 1) Tahu (Know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, “tahu” ini merupakan tingkatan yang paling rendah. 2) Memahami
(Comprehension)
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar.
Universitas Sumatera Utara
3) Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi Riil (sebenarnya). 4) Analisis (Analysis) adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5) Sintesis (Synthesis) yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6) Evaluasi (Evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek, penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Lebih
lanjut
Notoatmodjo(2010),
mengemukakan
bahwa
pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan merupakan fungsi dari sikap, menurut fungsi ini manusia mempunyai dorongan
dasar
untuk
ingin
tahu,
untuk
mencari
penalaran
dan
untuk
mengorganisasikan pengalamannya. Adanya unsur-unsur pengalaman yang semula tidak konsisten dengan apa yang diketahui oleh individu akan disusun, ditata kembali atau diubah sedemikian rupa sehingga tercapai suatu konsistensi. Sikap berfungsi sebagai suatu skema, suatu cara strukturisasi agar dunia di sekitar tampak logis dan
Universitas Sumatera Utara
masuk akal untuk melakukan evaluasi terhadap fenomena luar yang ada dan mengorganisasikannya. 3.
Masa Kerja Masa kerja adalah jangka waktu yang orang Sudah bekerja (pada satu
kantor,badan, dan sebagainya), semakin lama seseorang bekerja maka semakin terampil dan makin berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaan, masa kerja merupakan faktor individu yang berhubungan dengan prilaku dan persepsi individu yang mempengaruhi kompetensi individu, minsalnya seseorang yang lebih lama bekerja akan dipertimbangkan lebih dahulu dalam hal promosi, hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut senioritas (Siagian, 2000). 4.
Pelatihan Pelatihan merupakan salah satu usaha untuk mengembangkan sumber daya
manusia, terutama dalam hal pengetahuan (Knowledge), kemampuan (Ability), keahlian (Skill) dan sikap (Attitude). Pelatihan pada dasarnya merupakan sebuah proses untuk meningkatkan kompetensi seseorang (Arep. I dan Tanjung. H, 2003). Menurut John R Schermerhorn dalam Moekijat (1996) pelatihan merupakan serangkaian aktivitas yang memberikan kesempatan untuk mendapatkan dan meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan pekerjaan, dan beberapa tujuan pelatihan bagi pegawai adalah: 1) untuk mengembangkan keterampilan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih efektif, 2) untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional,
Universitas Sumatera Utara
3) untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kerja sama dengan temanteman pegawai dan pemimpin. Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang berperan sebagai proveder dan lini terdepan pelayanan kesehatan yang dituntut memiliki kompetensi professional dalam dalam menyikapi tututan masyarakat didalam pelayanan kebidanan. Kopetensi bidan professional terkait dengan asuhan persalinan dan bayi baru lahir. Karenanya pengetahuan keahlian dan kecakapan seorang bidan menjadi bahagian yang menentukan dalam menekan angka kematian saat melahirkan. Bidan diharapkan mampu mendukung usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat, yakni melalui peningkatan kualitas professional dan kompeten. Kompetensi bidan meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki oleh bidan dalam melaksanakan praktek kebidanan pada berbagai tatanan pelayanan kesehatan, secara aman dan bertanggung jawab sesuai dengan standar sebagai syarat untuk di anggap mampu oleh masyarakat Bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada masyarakat haruslah kompeten, kurangnya pengetahuan dan keterampilan bidan dapat menyebabkan hal-hal yang sering kali menjadi penyebab meningkatkan angka kesakitan ibu, oleh karena itu kompetensi yang dimiliki seorang bidan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan kebidanan yang diberikan (PP IBI 2004). Menurut Spencer
dalam Moeheriono (2009) kompetensi didefinisikan
sebagai karakteristik dasar seseorang yang ada hubunganya sebab- akibat dengan efektifitas kerja. Wibowo (2008) kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas
Universitas Sumatera Utara
keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki atau dibutuhkans oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif. Menurut Spencer (2008), ada beberapa
komponen utama pembentuk kompetensi:
pengetahuan, keterampilan, konsep diri dan motif. Menurut Wibowo (2008), faktor yang mempengaruhi kompetensi seseorang yaitu : Pendidikan ,pengetahuan, keyakinan, keterampilan, pelatihan, masa kerja, pengalaman, kharakteristik pibadi, motivasi dan isu emosional. Pendapat Gibson (1997) hal yang berperan mempengaruhi kompetensi adalah: pendidikan, minat, motivasi dan sosial ekonomi.
2.2.
Bidan
2.2.1. Difinisi Bidan Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang telah diakui pemerintah dan telah lulus ujian sesuai dengan dengan persyaratan yang berlaku dan diberi izin secara sah untuk melaksanankan praktek (IBI, 2004). Menurut Nasriah (2009) Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah di akui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang telah berlaku, dicatat (Registrasi), di beri izin secara sah untuk menjalankan praktek.
Universitas Sumatera Utara
Secara lengkap pengertian bidan tersebut adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan Bidan diakui oleh Negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan. Bidan harus mampu memberikan supervisi, asuhan dan memberikan nasihat yang dibutuhkan kepada wanita pada masa hamil, persalinan, dan masa pasca persalinan (post partum period), memimpin persalinan atas tanggung jawabnya sendiri serta asuhan pada bayi baru lahir dan anak. Asuhan ini termasuk tindakan preventif, pendeteksian kondisi abnormal pada ibu dan bayi, dan mengupayakan bantuan medis serta melakukan tindakan pertolongan gawat darurat pada saat tidak hadirnya tenaga medis lainnya. Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita tersebut, tetapi juga termasuk keluarga dan komunitasnya. Pekerjaan itu termasuk pendidikan antenatal, dan persiapan untuk menjadi orang tua, dan meluas kebidang tertentu dari ginekologi, keluarga berencana dan asuhan anak. Bidan bias berpraktik dirumah sakit, klinik, unit kesehatan, rumah perawatan atau tempat – tempat pelayanan lainnya (Asri, 2009). Bidan sebagai suatu profesi disiapkan melalui pendidikan formal agar lulusannya dapat melaksanakan/mengerjakan yang menjadi tanggung jawabnya secara professional. Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin. Pelayanan kebidanan berada
dimana
mana dan kapan saja selama ada proses reproduksi manusia (IBI, 2004). Bidan dalam melaksanakan peran, fungsi dan tugasnya didasarkan pada kompetensi dan kewenangan yang diberikan, yang diatur melalui Peraturan Menteri
Universitas Sumatera Utara
Kesehatan (Permenkes). Sesuai permenkes No. 900/Menkes/SK/VIII/2002. Bidan merupakan profesi yang khusus atau orang yang pertama melakukan penyelamatan kelahiran sehingga ibu dan bayinya lahir dengan selamat, juga merupakan profesi yang sudah diakui baik secara nasional maupun internasional dengan jumlah praktisi diseluruh dunia. Pengertian bidan dan bidang praktiknya secara internasional telah diakui oleh Internasional Condeferation of Midwives (ICM) tahun 1972 an International federation of internation Gynaecologist and Obtretrian (FIGO) tahun 1973, WHO dan badan lainya. Ditahun 1990 pada pertemuan Dewan di kobe ICM menyempurnakan defenisi tersebut yang kemudian di sahkan oleh FIGO (1991) dan WHO (1992). Bidan sesuai dengan fungsinya dalam melaksanakan seluruh aktifitasnya baik sebagai tenaga fungsional yang secara langsung memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak, maupun sebagai tenaga structural dituntut bekerja secara professional yaitu bekerja dengan standar yang ada. Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang paling utama bagi bidan, dan dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan praktiknya. 2.3.
Konseling
2.3.1. Pengertian Konseling Konseling adalah peroses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik
Universitas Sumatera Utara
bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut. 2.3.2. Konseling Kebidanan Pertolongan dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi, yang mendalam, dan usaha bersama antara konselor (bidan) dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan, ataupun perubahan tingkah laku (sikap) dalam lingkup pelayanan kebidanan. 2.3.3. Manfaat Konseling Meningkatkan kemampuan klien dalam mengenal masalah, merumuskan alternatif, memecahkan masalah, dan memiliki pengalaman dan pemecahan masalah secara mandiri. 2.3.4. Tujuan Konseling Kebidanan a). Membantu klien memecahkan masalah, meningkatkan keefektifan individu dalam pengambilan keputusan secara tepat. b). Membantu pemenuhan kebutuhan klien, meliputi menghilangkan perasaan yang menekan mengganggu dan mencapai kesehatan mental yang positif. c). Mengubah sikap dan tingkah laku yang negatif menjadi positif dan yang merugikan klien menjadi menguntungkan klien. 2.3.5. Proses Konseling 1. Pembinaan dan pemantapan hubungan baik (rapport)
Universitas Sumatera Utara
Mempunyai makna saling memahami dan mengenal tujuan bersama. Tujuanya adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Dalam rapport ini akan tercipta hubungan yang akrab yang ditandai dengan saling mempercayai. Sikap yang ditandai kehangatan emosi, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan kesadaran terhadap hakekat klien secara alamiah. 2. Pengumpulan dan pemberian informasai Merupakan tugas utama konselor. Ini dapat dilakukan dengan cara: mendengar keluhan klien, mengamati komunikasi non verbal klien, bertanya tentang riwayat kesehatan latar belakang kluarga, latar belakang masalah, memberikan penjelasan tentang masalah yang dihadapi. 3. Perencanaan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah Setelah data yang dari klien diperoleh secara lengkap, maka Bidan membantu klien untuk memecahkan masalahnya atau membuat perencanan untuk memecahkan masalahnya.
Keterampilan
memecahkan
masalah
sangat
diperlukan
dalam
komunikasi konseling. 4. Menindak lanjut pertemuan. Adapun sikap yang sebaiknya dimiliki oleh bidan adalah mempunyai motivasi yang tinggi untuk membantu orang lain, bersikap rahmah, sopan santu menerima klien apa adanya, empati terhadap pasien, membantu dengan iklas dan terbuka terhadap pendapat orang lain.
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Konseling pada Ibu Bersalin tentang Perawatan Episiotomi Cara perawatan luka episiotomi: a) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka episiotomi b) Bila melakukan pembersihan pada daerah perinium, menggosok mulai dari depan kebelakang dan jangan berulang - ulang c) Luka dibersihkan minimal 3 kali sehari d) Daerah luka harus selalu kering e) Ganti pembalut minimal 3 kali sehari f) Untuk menghindari kelembapan yang berlebihan daerah perineum dapat dilakukan penjinaran minimal 2 kali sehari g) Berikan salep atau betadine pada luka episiotomi bila diperlukan h) Minum obat sesuai intruksi Dokter i) Bila ada keluhan atau nyeri pada daerah luka episiotomi hubungi bidan atau petugas kesehatan terdekat Mobilisasi : -
Ibu post episiotomi tidak perlu bedres total
-
Luka episiotomi tidak terpengaruh pada aktivitas yang ringan
-
Boleh melakukan senam nifas sesuai intruksi instruktur senam
Kunjungan nifas : -
6 hari setelah persalinan
-
2 mg setelah persalinan
-
6 mg setelah persalinan
Universitas Sumatera Utara
2. 4.
Pengetahuan dan Kepatuhan Ibu tentang Episiotomi
2.4.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan yang diperlukan seorang ibu post episiotomi tentang perawatan luka episiotomi yang meliputi pengetahuan mengenai pengetian episiotomi, Prosedur tindakan episiotomi, mamfaat episiotomi bagi ibu dan janin dan cara perawatan episiotomi 2.4.2. Pengertian Kepatuhan Kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Seseorang dikatakan patuh apabila ia dapat memahami, menyadari dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan, tanpa paksaan dari siapapun, dikatakan bahwa kepatuhan seseorang terhadap suatu standar atau peraturan dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan pendidikan individu tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin mempengaruhi ketaatan seseorang terhadap peraturan atau standar yang berlaku, seseorang dikatakan patuh apabila orang tersebut mau mengikuti dan mentaati peraturan atau kebijakan yang telah ditentukan tanpa harus ada paksaan dan tuntutan dari orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah faktor internal dan eksternal individu serta karakteristik. Kepatuhan sulit diukur tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah pasien tidak mengakui bahwa mereka tidak melakukan apa yang dianjurkan. Antuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan mereka dalam melaksanakan pengobatan,Cara meningkatkan kepatuhan melalui
Universitas Sumatera Utara
perilaku sehat dan pengontrolan prilaku dari anggota keluarga yang lain (Niven, 2002). 2.4.3. Ibu Post Episiotomi Ibu Post episiotomi adalah ibu yang pada proses persalinanya di lakukan tindakan pengguntingan atau insisi pada daerah perinium atau jalan lahir untuk memeperluas atau memperlebar jalan lahir dalam mempepercepat proses kelahiran janin 2.4.4. Pengertian Episiotomi Episiotomi adalah mengiris atau menggunting perineum (Ai Yeyeh, 2009). menurut Yanti (2010) Episiotomi adalah memotong alat genetalia. Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum. Episiotomi (Perineotomi) adalah insisi perineum untuk memperlebar ruang pada lubang-keluar jalan-lahir sehingga memudahkan kelahiran anak. Fielding Ould, pada tahun 1872, mungkin merupakan dokter ahli kebidanan pertama yang melaksanakan episiotomi. Episiotomi merupakan tindakan insisi pada daerah genetalia ekterna dengan tujuan mempelancar persalinan. istilah yang paling tepat sebenarnya adalah perineotomi, tetapi intilah Episiotomi telah terlanjur diterima secara umum sehingga istilah ini tetap di pakai sampai saat ini. Secara definisi Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang menjebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum retrovagina, otot- otot dan fasia perineum serta kulit sebelah depan perinium. dengan
Universitas Sumatera Utara
tujuan agar tidak terjadi robekan- robekan perineum yang tidak teratur dan robekan musculus princter ani (Ruptur Perinea Totalis) yang bila tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinesia alvi . Istilah “episiotomi” secara harfiah berarti “ memotong pudenda atau genital”, tetapi istilah ini sebenarnya merujuk pada suatu operasi perineotomi atau suatu insisi perineum. Episiotomi dilakukan dengan membuat insisi bedah kecil ke dalam perineum, yang membantu mencegah peregangan berlebihan oleh kepala bayi pada jaringan vulva posterior serta otot – otot perineum, dan mengganti robekan vagina serta perineum yang tidak beraturan dengan jaringan yang terpotong rapi dan bersih sehingga memungkinkan perbaikan optimal. Episiotomi juga membantu mengurangi resistensi terhadap bagian terendah yang terus maju dan dianjurkan pada kelahiran bayi premature (Atlas Teknik Kebidanan,1991). 2.4.5. Tujuan Tindakan Episiotomi -
Membuat luka lurus dan bersih dengan pinggir tajam sehingga mudah di jahit. Mengurangi
tekanan perineum pada kepala bayi untuk menghindari
terjadinya perdarahan intracranial. -
Mempercepat kala pengeluaran sehingga dapat dihindari terjadinya regangan berlebihan pada dasar panggul.
-
Menghindari terjadinya rupture perineum totalis.
-
Mengurangi tekanan terhadap kepala bayi sehingga mengurangi terjadinya asfiksia akibat kekurangan O 2.
Universitas Sumatera Utara
-
Mengurangi hambatan persalinan oleh perineum, jika elastisitasnya tidak mendukung proses persalinan.
2.4.6. Indikasi untuk Melakukan Episiotomi -
Indikasi janin : Janin premature, letak sunsang,persalinan buatan pervaginam, janin besar.
-
Indikasi ibu :Peregangan perineum yang berlebihan, primipara,perineum kaku.
2.4.7. Keuntungan Episiotomi -
Perlukaan teratur sehingga memudahkan untuk menjahit kembali.
-
Luas insiasi episiotomi dapat diatur sesuai dengan kebutuhan.
2.4.8. Kerugian Episiotomi -
Mungkin tidak diperlukan karena elastisitas perineum baik. Pada primigravida sebagian besar terjadi robekan spontan yang tidak teratur sehingga melakukan adaptasinya lebih sulit saat menjahitnya.
-
Dapat terjadi rupture total bila bila penilaian klinis salah.
2.4.9. Jenis Episiotomi yang Umum adalah sebagai berikut : -
Episiotomi Medialis.
-
Episiotomi lateralis.
-
Episiotomi mediolateralis.
Universitas Sumatera Utara
2.4.10 Alasan tidak Boleh Melakukan Episiotomi Secara Rutin adalah sebagai berikut : -
Persalinan dan kelahiran merupakan peruses normal dan tidak memerlukan intervesi, kecuali ada indikasi.
-
Belum ada bukti ilmiah yang menunjukan adanya manfaat Episiotomi bagi kelahiran yang tidak mengalami komplikasi.
-
Episiotomi akan meningkatkan pendarahan.
-
Menambah lamanya laserasi perineal.
-
Menambah resiko kerusakan sfingter ani.
-
Menambah rasa sakit selama hari-hari pertama pascapartum
2.4.11 Waktu yang Tepat Melakukan Episiotomi : -
Pada waktu puncak his dan mengejan
-
Perineum sudah tipis dan pucat
-
Lingkaran kepala pada perineum 5 cm
2.4.12 Alasan Lain Episiotomi Harus Dilakukan : -
Bila tanda- tanda robekan vagina menjadi jelas, tindakan ini di indikasikan dengan keluarnya darah segar ketika bahagian presentasi janin meregang perineum saat ibu mengejan
-
Bila perineum yang terlalu teregang terlihat akan robek
2.4.13 Prosedur Episiotomi -
Surat persetujuan tindakan (infomen consent)
-
Persiapan alat
Universitas Sumatera Utara
-
Persiapan Penolong
-
Persiapan pasien
2.4.14 Komplikasi Luka Episiotomi -
Kehilangan darah sering terjadi pada episiotomi mediolateteralis dan bila tindakan episiotomi terlalu dini dilakukan sedangkan persalinan masih jauh. Perdarahan merembes yang tidak diketahui sehingga menimbulkan hematoma lokal
-
Kerusakan jalan lahir Kerusakan yang terjadi bisa berupa laserasi sampai rupture perineum totalis. Penyebab timbulnya kerusakan jalan lahir adalah akibat kepala janin lahir terlalu cepat, persalinan dengan distosia bahu. Sikatrik akibat persalinan sebelumya, dan sebagainya, berdasarkan derajat kerusakan jaringan, rupture perineum dibedakan atas empat tingkat:Ruptur tingkat I : robekan terjadi pada mucosa vagina dan kulit perineum sebelah poeterior.Rupture tingkat II : robekan mengenai perineum,otot levator ani dan fasia endopelvis.Ruptur tingkat III : robekan mengenai perineum, sebahagian atau seluruh otot spinter ani externa.Ruptur tingkat IV :robekan mengenai perineum, otot spinter ani, mucosa rectum.
-
InfeksiInfeksi luka Episiotomi sebahagian besar terjadi karena kurangnya tindakan aseptic saat melakukan penjahitan luka
Episiotomi. Antomi
perineum dekat dengan anus dan uretra maka kebersihan luka perineum memerlukan perawatan yang lebih dibandingkan luka ditempat lain.
Universitas Sumatera Utara
-
Hematom vulva, terjadinya hematom vulva disebabkan robeknya pembuluh darah terutama vena yang terletak di bawah kulit perineum dan mukosa vagina.hal ini dapat terjadi akibat penjahitan yang tidak sempurna atau robekan pada dinding vagina yang tidak diketahui,Hematom dapat menjadi sumber infeksi skunder dan dapat menyebabkan terjadi luka kembali.
-
Dispareunia mungkin hanya bersifat sementara, karena takut, tetapi sekitar 5% dapat menjadi permanen dan dapat menyebabkan libido menurun.
2.5.
Landasan Teori Menurut Nevin (2002) bahwa kepatuhan seseorang terhadap suatu standar
atau peraturan dipengaruhi juga oleh pengetahuan dan pendidikan individu tersebut. Semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka semakin mempengaruhi ketaatan seseorang terhadap peraturan atau standar yang berlaku, kepatuhan dipengaruhi juga oleh pendidikan individu tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin mempengaruhi ketaatan seseorang terhadap peraturan atau standar yang berlaku. Menurut Azwar, seseorang dikatakan patuh apabila orang tersebut
mau
mengikuti dan mentaati peraturan atau kebijakan yang telah ditentukan tanpa harus ada paksaan dan tuntutan dari orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah faktor internal dan eksternal individu serta karakteristik petugas. Kepatuhan sulit diukur tergantung pada banyak faktor, diantaranya adalah pasien tidak mengakui bahwa mereka tidak melakukan apa yang dianjurkan. Untuk itu diperlukan pendekatan yang baik dengan pasien agar dapat mengetahui kepatuhan
Universitas Sumatera Utara
mereka dalam melaksanakan pengobatan, cara meningkatkan kepatuhan melalui perilaku sehat dan pengontrolan prilaku dari anggota keluarga yang lain.
2.6.
Kerangka Teori
Landasan Teori Kepatuhan -
Pendidikan Pengetahuan Faktor internal Faktor ekternal
Perawatan Luka Episiotomi
- Karateristik
Gambar 2.1. Kerangka Tioritis
2.7.
Kerangka Konsep
Berdasarkan landasan tiori diatas maka dapat disusun kerangka konsep penelitian adalah sebagai berikut :
Variabel Independen
Variabel Dependen Konseling Perawatan luka
Bidan Kompeten Ibu Post Episiotomi - Pengetahuan - Kepatuhan
Bidan Tidak Kompeten Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara