BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pandangan Umum tentang Keluarga 2.1.1. Pengertian Keluarga Keluarga tetap merupakan kelompok sosial pertama dan utama bagi manusia dan termasuk lembaga sosial terpenting. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta: kula dan warga "kulawarga" yang berarti "anggota" atau "kelompok kerabat". Keluarga merupakan kelompok sosial yang kecil yang umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Departemen Kesehatan RI (1988) menyatakan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Pembagian struktur keluarga (Yeni, 2008): 1. Patrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah. 2. Matrilineal Keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
Universitas Sumatera Utara
3. Matrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri. 4. Patrilokal Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami. 5. Keluarga kawinan Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri. Ciri-ciri struktur keluarga (Yeni, 2008): 1. Terorganisasi Saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota keluarga. 2. Ada keterbatasan Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing. 3. Ada perbedaan dan kekhususan Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing. Ciri-ciri keluarga Indonesia (Yeni, 2008): 1. Suami sebagai pengambil keputusan 2. Merupakan suatu kesatuan yang utuh 3. Berbentuk monogram 4. Bertanggung jawab 5. Pengambil keputusan
Universitas Sumatera Utara
6. Meneruskan nilai-nilai budaya bangsa 7. Ikatan kekeluargaan sangat erat 8. Mempunyai semangat gotong-royong Macam-macam struktur/tipe/bentuk keluarga (Yeni, 2008): 1. Tradisional : a. The nuclear family (keluarga inti) Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak. b. The dyad family Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama dalam satu rumah. c. Keluarga usila Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah memisahkan diri. d. The childless family Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang terjadi pada wanita. e. The extended family (keluarga luas/besar) Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah seperti nuclear family disertai: paman, tante, orang tua, kakak, nenek, keponakan, dll.
Universitas Sumatera Utara
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah atau ibu) dengan anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan). g. Commuter family Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end). h. Multigenerational family Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal bersama dalam satu rumah. i. Kin-network family Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama, misalnya : dapur, kamar mandi, televisi, telepon, dll. j. Blended family Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya. k. The single adult living alone/single-adult family Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti : perceraian atau ditinggal mati.
Universitas Sumatera Utara
2. Non tradisional : a. The unmarried teenage mother Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan tanpa nikah. b. The stepparent family Keluarga dengan orangtua tiri. c. Commune family Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok / membesarkan anak bersama. d. The nonmarital heterosexual cohabiting family Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan. e. Gay and lesbian families Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana pasangan suami-istri (marital partners). f.
Cohabitating couple Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
g. Group-marriage family Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama, yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu, termasuk sexual dan membesarkan anaknya. h. Group network family Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya. i. Foster family Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya. j. Homeless family Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental. k.
Gang Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Peran Keluarga dalam Persalinan Keluarga merupakan unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkut kehidupan masyarakat. Keluarga sebagai suatu kelompok yang dapat menimbulkan,
mencegah,
mengabaikan
atau
memperbaiki
masalah-masalah
kesehatan dalam kelompoknya. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu angota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarga sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambil keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Peran keluarga sangat berpengaruh dalam kesehatan ibu terkait dengan persalinan. Keluarga diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap kesehatan ibu saat dalam proses kehamilan hingga proses persalinan. Peran keluarga dalam persiapan persalinan aman (Admin, (2008): A. Membuat rencana persalinan a. Menentukan tempat persalinan Keluarga sangat berpengaruh dalam menentukan tempat bersalin seperti di rumah ibu hamil, di rumah orang tua atau di tempat pelayanan kesehatan. b. Memilih tenaga penolong persalinan
Universitas Sumatera Utara
Keluarga merupakan faktor penentu utama dalam menentukan siapa yang akan menolong persalinan. Apakah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan seperti yang kita harapkan atau oleh tenaga non kesehatan. Macam-macam tenaga kesehatan untuk menolong persalinan yang terlatih adalah bidan desa, bidan prakter swasta, dokter umum dan dokter ahli kebidanan. c. Memilih transportasi ke tempat persalinan Apabila persalinan dilakukan di sarana kesehatan maka keluarga ikut berperan dalam pemilihan transportasi dan mempertimbangkan jarak yang akan ditempuh ke tempat bersalin dengan meminjam kendaraan atau menggunakan ambulance. d. Menentukan pendamping ibu bersalin Keluarga sangat dominan dalam penentuan siapa yang sebaiknya mendampingi ibu disaat melahirkan. e. Biaya persalinan Biaya persalinan perlu untuk diketahui sebelum proses persalinan berlangsung. Berapa banyak dana yang dibutuhkan dan bagaimana cara mengumpulkan biaya tersebut. Mungkin ibu mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan, asuransi kesehatan , jaminan kesehatan sosial tenaga kerja (Jamsostek), dana sehat dan tabungan ibu bersalin (tabulin). f. Menentukan penjaga anak-anak Keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu pada saat akan menjalani proses melahirkan. Keluarga turut menentukan siapa yang akan menjaga anak-anak jika ibu bersalin dan masih dalam proses pemulihan pasca persalinan.
Universitas Sumatera Utara
B. Membuat rencana jika terjadi kegawatdaruratan a. Setiap keluarga harus mempunyai suatu rencana jika terjadi kegawatdaruratan, perlu ditentukan siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga dan siapa yang akan menggantikan membuat keputusan apabila pembuat keputusan utama tidak ada saat terjadi kegawatdaruratan. b. Menentukan sarana kesehatan tempat ibu dirujuk Peran keluarga sangatlah penting bagi ibu bila terjadi kegawatdaruratan. Jika terjadi komplikasi, dibuat keputusan kemana ibu akan dirujuk, apakah ke rumah sakit umum pemerintah atau rumah sakit swasta. c. Memilih transportasi ke tempat rujukan kegawat daruratan Keluarga juga berperan dalam merencanakan transportasi yang dapat membawa ibu ke tempat sarana kesehatan rujukan yang memberi pelayanan yang kompeten untuk menolong persalinan ibu. d. Biaya persalinan Cara mendapatkan dana jika terjadi kegawatdaruratan, bisa saja dengan meminjam uang dari keluarga atau lainnya, keluarga sudah mempersiapkan dana untuk kegawatdaruratan atau desa tempat ibu bersalin tinggal mempunyai dana mayarakat yang telah disiapkan bersama. e. Donor darah yang potensial Keluarga sangat berperan dalam mencari calon pendonor darah yang potensial, yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu. Banyak kasus keterlambatan yang terjadi di tingkat keluarga dalam mengenali tanda bahaya dan
Universitas Sumatera Utara
membuat keputusan untuk segera mendapatkan pertolongan persalinan sehingga dapat menyebabkan kematian dan kesakitan ibu. Umumnya terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih harus dengan persetujuan atau keputusan kerabat yang lebih tua atau keputusan berada ditangan suami yang sering menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi (Kandra, 2008).
2.2. Pemilihan Pertolongan Persalinan 2.2.1. Pengaruh Keluarga dalam Keputusan Memilih Pertolongan Persalinan Keluarga
sebagai
suatu
kelompok
dapat
menimbulkan,
mencegah,
mengabaikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknya, perlu melakukan suatu persiapan persalinan yang aman yaitu mengambil keputusan dalam memilih tenaga penolong persalinan. Bagi ibu lingkungan sosial adalah relasi ibu hamil dengan orang-orang sekitarnya yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam hal-hal yang terkait dengan persalinan (Buku Referensi Siap antar Jaga, 2006). Morgan dan Cerullo (1984) mendefenisikan keputusan sebagai sebuah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan. Pengambilan keputusan adalah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi (Salusu, J., 1996).
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan keputusan meliputi segala bidang kehidupan manusia, laki – laki dan perempuan serta keseluruhan bidang pembangunan, politik, ekonomi, kesehatan, sosial dan budaya. Menurut Brinckloe (1977) ada empat tingkat keputusan yaitu : a. Keputusan otomatis (automatic decisions) adalah keputusan yang dibuat dengan sangat sederhana. Meski sederhana, informasi tetap diperlukan. Hanya informasi yang ada itu sekaligus melahirkan satu keputusan. b. Keputusan berdasar informasi yang diharapkan (expected information decision) adalah informasi yang ada sudah memberi aba-aba untuk mengambil keputusan. Setelah informasi dipelajari langsung dibuat keputusan, sama seperti putusan otomatis. c. Keputusan berdasarkan pertimbangan (Factor weighting decision) adalah keputusan yang lebih kompleks. Informasi yang diperlukan lebih banyak. Informasi-informasi ini dikumpulkan dan dianalisis. Faktor-faktor yang berperan dalam informasi dipertimbangkan dan diperhitungkan. d. Keputusan berdasarkan ketidakpastian ganda (Dual-uncertainty decision) merupakan keputusan yang paling kompleks. Jumlah informasi yang diperlukan semakin bertambah banyak. Selain itu, dalam setiap informasi yang sudah ada atau informasi yang masih akan diharapkan, terdapat ketidak pastian atau ketidakpastian ganda (Salusu, J., 1996).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiri atas : 1. Pola & proses komunikasi 2. Struktur peran 3. Struktur kekuatan 4. Nilai-nilai keluarga Struktur kekuatan adalah : 1. Legilimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti orang tua terhadap anak 2. Referent power (Seseorang yang ditiru) 3. Resource or expert power (Pendapat, ahli, dll) 4. Coercive power (Pengaruh yang dipaksakan sesuai keingginannya) 5. Informational power ( Pengaruh yang dilalui melalui persuasi ) 6. Affective power (Pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih) misalnya hubungan sexual Hasil dari kekuatan tersebut yang akan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti : •
Konsesus.
•
Tawar menawar atau akomodasi.
•
Kompromi atau defacto.
•
Paksa.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Bidan Desa Bagi dunia kesehatan, khususnya tenaga bidan yang dikatakan sebagai ujung tombak pelayan kesehatan, utamanya dalam membantu proses persalinan dan pemeliharaan kesehatan bayi. Pelayanan kesehatan adalah suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, pendidikan, perlindungan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya dengan baik. Secara luas pelayanan mencakup fungsi pengembangan menyangkut memberikan pelayanan seperti pendidikan kesehatan kerumah-rumah maupun bentuk- bentuk pelayanan umum lainnya.Upaya kesehatan berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 131/MENKES/SK/II/2004 tanggal 10 Februari 2004, Sistem Kesehatan Nasional mempunyai 2 bentuk yaitu Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) meliputi: Strata 1 : Puskesmas, Strata 2 : Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Strata 3 : Dinas Kesehatan Provinsi. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) meliputi: Upaya Kesehatan Dasar, Upaya Kesehatan Spesialis dan Upaya Kesehatan Unggulan. Dari hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan desa cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama. Selain membantu penurunan angka kematian ibu juga peningkatan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana. Bidan desa juga membantu memberikan pengobatan pertama pada masyarakat yang membutuhkan pertolongan dalam pelayanan kesehatan sebelum pasien mendapat pertolongan yang lebih efesien di
Universitas Sumatera Utara
Puskesmas atau Rumah Sakit. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 900/MENKES/SK/VII/ 2002 tentang registrasi dan praktek bidan Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa dan dalam melaksanakan pelayanan medis baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bidan desa harus bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas. Dasar pelaksanaan penempatan bidan desa sesuai surat edaran Direktur Jenderal Pembina Kesehatan Masyarakat No.429/Binkesmas /DJ/III/89 pada tanggal 29 Maret 1989. Bidan Puskesmas adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di Puskesmas, mempunyai wilayah kerja di Kecamatan dan dibantu oleh bidan di Puskesmas Pembantu (Pustu) dan Bidan Desa (Bides) dalam melaksanakan tugas pelayanan medis, baik di dalam maupun di luar jam kerjanya. Bidan harus tetap bertanggung jawab kepada Kepala Puskesmas di wilayah kecamatan dimana ia ditempatkan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak. Tujuan khusus penempatan Bidan di Puskesmas (Panduan Bidan Tingkat Desa, Depkes RI, 1990) : a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat. b. Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan khususnya 5 program prioritas di desa. c. Meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas dan perinatal serta pelayanan kontrasepsi. d. Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit kehamilan, persalinan dan perinatal.
Universitas Sumatera Utara
e. Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare. f. Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan membantu pembinaan kesehatan kelompok Dasa Wisma. g. Meningkatnya peran serta masyarakat melalui pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa seperti gerakan Dana Sehat. Tugas Pokok Bidan Puskesmas (Panduan Bidan Tingkat Desa, Depkes RI, 1990) : a. Melaksanakan kegiatan Puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. b. Menggerakkan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk berperilaku hidup sehat. Fungsi bidan di wilayah kerjanya adalah (Panduan Bidan Tingkat Desa, Depkes RI, 1990) : a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat ke rumah-rumah, menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi. b. Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan yang sesuai dengan permasalahan kesehatan setempat. c. Membina dan memberikan bimbingan teknis pemasalahan kesehatan setempat. d. Membina kelompok dasa wisma dibidang kesehatan. e. Membina kerjasama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas atau Rumah Sakit. g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian obat serta adanya penyakit–penyakit dan berusaha mengatasi sesuai dengan kemampuan. Wewenang bidan yang bekerja di desa sama dengan wewenang yang diberikan kepada bidan lainnya. Hal ini diatur dengan keputusan Menteri Kesehatan No. 900/MENKES/SK/VII/2002, bidan dalam praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan kebidanan, pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kebidanan kepada wanita oleh bidan meliputi pelayanan pada masa pranikah termasuk remaja puteri, prahamil, persalinan, nifas, menyusui dan masa antara kehamilan (periode interval). Pelayanan kepada wanita dalam masa pranikah adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan menjelang pranikah. Tujuan dari pemberian pelayanan ini adalah untuk mempersiapkan wanita usia subur dan pasangannya yang akan menikah agar mengetahui kesehatan reproduksi sehingga dapat berperilaku reproduksi sehat secara mandiri dalam kehidupan rumah tangganya kelak. Pelayanan kebidanan dalam masa kehamilan, masa persalinan dan masa nifas meliputi pelayanan yang berkaitan dengan kewenangan yang diberikan. Perhatian khusus diberikan pada masa sekitar persalinan, karena kebanyakan kematian ibu dan bayi terjadi dalam masa tersebut. Pelayanan kesehatan kepada anak diberikan pada masa bayi (khususnya bayi baru lahir), balita dan anak pra sekolah. Dalam
Universitas Sumatera Utara
melaksanakam pertolongan persalinan, bidan dapat memberikan uterotonika. Pelayanan dan pengobatan kelainan ginekologik yang dapat dilakukan oleh bidan adalah kelainan ginekologik yang diberikan tersebut pada dasarnya bersifat pertolongan sementara sebelum dirujuk ke dokter atau tindak lanjut pengobatan sesuai advis dokter. Pelayanan kesehatan kepada anak meliputi : a. Pelayanan neonatal esensial dan tata laksana neonatal sakit yang meliputi : pertolongan persalinan yang bersih dan aman. Menjaga tubuh bayi tetap hangat dengan kontak dini, membersihkan jalan nafas, mempertahankan bayi bernafas spontan. Pemberian air susu ibu (ASI) dini dalam 30 menit setelah melahirkan, mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan tali pusat secara higienes, pemberian imunisasi dan pemberian ASI eksklusif. Pemeriksaan dan perawatan bayi baru lahir dilaksanakan pada bayi 0-28 hari, penyuluhan kepada ibu tentang pemberian makanan pengganti ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan, pemantauan tumbuh kembang balita untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang balita. b. Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan, sepanjang sesuai dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan segera merujuk ke dokter. Beberapa tindakan yang termasuk dalam kewenangan bidan antara lain : a. Memberikan imunisasi kepada wanita usia subur termasuk remaja puteri, calon pengantin, ibu dan bayi.
Universitas Sumatera Utara
b. Memberikan suntikan kepada peyulit kehamilan meliputi pemberian secara parental antibiotika pada infeksi/sepsis, oksitosin pada kala III dan kala IV untuk pencegahan atau penanganan perdarahan post partum karena hipotonia uteri, sadativa pada preeklamsi atau eklamsi sebagai pertolongan pertama sebelum dirujuk. c. Melakukan tindakan amniotomi pada pembukaan serviks lebih dari 4 cm pada letak belakang kepala, pada distosia karena inertia uteri dan diyakini bahwa bayi dapat lahir pervaginam. d. Kompresi bimanual internal dan/atau eksternal dapat dilakukan untuk menyelamatkan jiwa ibu pada pendarahan postpartum untuk menghentikan pendarahan, diperlukan keterampilan bidan dan pelaksanaan tindakan sesuai dengan protap yang berlaku. e. Versi luar pada gemelli pada kelahiran bayi kedua. Kehamilan ganda seharusnya sejak semula direncanakan pertolongan persalinannya di rumah sakit oleh dokter. Bila hal tersebut tidak diketahui, bidan yang menolong persalinan terlebih dahulu dapat melakukan versi luar pada bayi kedua yang tidak dalam presentasi kepala sesuai dengan protap. f.
Ekstraksi vakum atau ekstraksi cunam bila janin dalam presentasi belakang kepala dan kepala janin telah berada di dasar panggul.
g. Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan diberi wewenang melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia, yang sering terjadi pada partus lama, ketuban pecah dini, persalinan dengan tindakan dan pada
Universitas Sumatera Utara
bayi dengan berat lahir rendah, utamanya bayi prematur yang mempunyai berat kurang dari 2500 gram. h. Hipotermi pada bayi baru lahir, Bidan diberi wewenang untuk melaksanakan penanganan hipotemi pada bayi baru lahir dengan mengeringkan, menghangatkan, kontak dini dan metode kangguru. Bidan dalam melaksanakan pemberian pelayanan Keluarga Berencana (KB) harus memperhatikan kompetensi dan protap yang berlaku di wilayahnya, meliputi : a. Memberikan pelayanan Keluarga Berencana yakni: pemasangan IUD, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), suntikan, tablet, kondom, diafragma, jelly dan melaksanakan konseling. b. Memberikan pelayanan efek samping pemakaian kontrasepsi. Pertolongan yang diberikan oleh bidan bersifat pertolongan pertama yang perlu mendapatkan pengobatan oleh dokter bila gangguan berlanjut. c. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas dasar kompetensi dan pelaksanaannya berdasarkan protap. Pencabutan AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling. d. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa, bidan berwenang melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli. Dalam memberikan pertolongan bidan harus mengikuti protap yang berlaku.
Universitas Sumatera Utara
Bidan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan. Beberapa kewajiban bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan kewenangan adalah : a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan. Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang dilakukan. Pasien berhak mengetahui dan mendapat penjelasan mengenai semua tindakan yang dilakukan kepadanya. Persetujuan dari pasien dan orang terdekat dalam keluarga perlu dimintakan sebelum tindakan. b. Memberikan informasi mengenai pelayanan atau tindakan yang diberikan dan efek samping yang ditimbulkan perlu disampaikan secara jelas sehingga memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengambil keputusan yang terbaik bagi dirinya. c. Melakukan rekam medis dengan baik, setiap pelayanan yang diberikan oleh bidan perlu didokumentasi atau dicatat hasil pemeriksaan dan tindakan yang diberikan dengan menggunakan format yang berlaku. Proses dalam penyediaan dan penyerahan obat-obatan : a. Bidan harus menyediakan obat–obatan maupun obat suntik sesuai dengan ketentuan yang sudah ditetapkan. b. Bidan diperkenankan menyerahkan obat kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat dan sesuai dengan protap. Pemberian surat keterangan kelahiran dan kematian dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a.
Untuk surat keterangan lahirnya hanya dapat dibuat oleh bidan yang memberikan pertolongan persalinan tersebut dengan menyebutkan : a) Identitas bidan penolong persalinan. b) Identitas suami dan ibu yang melahirkan. c) Jenis kelamin, berat badan dan panjang badan anak yang dilahirkan. d) Waktu kelahiran (tempat, tahun, bulan, tanggal dan jam).
b.
Untuk surat keterangan kematian hanya dapat diberikan terhadap ibu dan atau bayi yang meninggal pada waktu pertolongan persalinan, dilakukan dengan menyebutkan : a) Identitas bidan. b) Identitas ibu/bayi yang meninggal. d) identitas ayah dan ibu dari bayi yang meninggal. e) Jenis kelamin. f) Waktu kematian (tempat, tahun, bulan, tanggal dan jam). g) Dugaan penyebab kematian.
c.
Setiap pemberian surat keterangan kelahiran atau surat kematian harus dilakukan pencatatan.
2.2.3. Persalinan dan Permasalahannya Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. a.
Persalinan spontan
Universitas Sumatera Utara
Persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir atau tanpa usaha dari luar. b.
Persalinan buatan Persalinan yang dibantu dengan tenaga dari luar, misalnya ekstraksi dengan forceps atau malakukan operasi sectio caesarea.
c.
Persalinan anjuran Persalinan setelah pemecahan ketuban, pemberian oksitosin atau prostaglandin. Penyebab utama kematian ibu terdiri atas beberapa faktor seperti trias klasik
yaitu perdarahan, infeksi jalan lahir
dan eklamsia, faktor-faktor lainnya seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, kondisi sosio ekonomi serta ketrampilan petugas kesehatan terutama bidan desa (Santi Martini, 1999) Penyulit dalam persalinan yang menyebabkan kematian ibu melahirkan adalah: a. Perdarahan Perdarahan yang sering terjadi tidak dapat diramalkan sebelumnya. Kematian ibu di Indonesia 28% diakibatkan oleh perdarahan. Perdarahan pasca persalinan adalah perlukaan jalan lahir akibat persalinan sulit, tindakan (vakum forsep) dan bayi besar. Perdarahan pasca persalinan dapat juga disebabkan karena retensio plasenta yaitu tertinggalnya plasenta (sebagian/seluruhnya) setelah bayi lahir, dengan gejalanya rahim berkontraksi baik namun terjadi peradarahan pervaginam, tak lengkapnya plasenta (mungkin teraba jaringan plasenta sisa/selaput ketuban).
Universitas Sumatera Utara
b. Eklampsia Eklampsia adalah kejang pada kehamilan/persalinan/nifas disebabkan oleh perubahan sistem vaskuler (peredaran darah) akibat dari proses kehamilan. Ditandai dengan peningkatan tekanan darah, edema, proteinuria. Gejala eklampsia adalah hipertensi dimana tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, sistolik naik lebih dari 30 mmHg, diastolik naik lebih dari 15 mmHg dan edema (bengkak). Eklampsia merupakan 13% penyebab kematian ibu di Indonesia, sedangkan angka rata-rata dunia adalah 12%. c. Komplikasi aborsi Abortus/aborsi adalah perdarahan pervaginam akibat pengeluaran hasil konsepsi sebelum usia normal kehamilan (< 20 minggu). Gejalanya hamil muda dan perdarahan banyak. Angka kematian ibu akibat aborsi yang tidak aman ada 11%. d. Sepsis Sepsis suatu keadaan infeksi lanjut sehingga dapat mengganggu sistem sirkulasi, mengganggu fungsi organ tubuh, persalinan yang sulit dan lama, ketuban pecah dini lanjut, penanganan persalinan yang tidak aseptik. Gejalanya adalah suhu badan sangat tinggi, bisa disertai penurunan kesadaran, tensi menurun, nadi cepat, leukositosis. Sepsis sering terjadi karena kebersihan (higiene) yang buruk pada saat persalinan atau karena penyakit infeksi menular seksual. Sepsis terjadi sebanyak 10%.
Universitas Sumatera Utara
e.
Proses persalinan yang lama Disproposi cephalopelvic, kelainan letak dan gangguan kontraksi
uterus
berkontribusi bagi 9% kematian ibu (rata-rata dunia 8%). Pola penyebab kematian di atas menunjukkan bahwa pelayanan obstetrik dan neonatal darurat serta pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih menjadi sangat penting dalam upaya penurunan kematian ibu. Walaupun sebagian besar perempuan bersalin di rumah, tenaga terlatih dapat membantu mengenali kegawatan medis dan membantu keluarga untuk mencari perawatan darurat (SDKI, 2003). Dari data yang ada pada latar belakang menunjukkan bahwa, ada fenomena menarik dimasyarakat, mereka mengetahui dan mampu mengakses pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan namun pada saat persalinan mereka pindah ke layanan dukun. Melihat fenomena ini, tampaknya faktor ekonomi menjadi hambatan utama. Apalagi fenomena ini hanya terjadi pada bidan yang banyak digunakan oleh masyarakat di pedesaan atau masyarakat dengan kemampuan ekonomi rendah. Para ibu hamil tampaknya harus menyiasati keterbatasan ekonomi yang ada dengan memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan tetapi melahirkan pada dukun adalah pilihan yang diambil. Selain itu tidak boleh mengabaikan bahwa ternyata dukun masih dipercaya oleh masyarakat dalam membantu persalinan. Keterbatasan ekonomi juga terlihat dari pilihan tempat persalinan, hampir 60% ibu melahirkan di rumah. Artinya tidak cukup banyak ibu hamil yang ditolong petugas kesehatan yang melahirkan disarana kesehatan, tetapi memilih melahirkan di
Universitas Sumatera Utara
rumah. Selain keterbatasan ekonomi, hal-hal lain seperti Puskesmas ataupun klinik bersalin yang jauh, kondisi ibu yang tidak memungkinkan untuk dibawa ketempat pelayanan kesehatan atau alasan lain yang perlu dipertimbangkan untuk melihat permasalahan yang ada di masyarakat. Persalinan juga mempunyai resiko komplikasi. Berdasarkan hasil survei SDKI, 2003 sekitar 30% ibu melahirkan mengalami komplikasi persalinan yang lama. Di sisi lain 1/3 ibu yang bayinya meninggal dalam masa 1 bulan setelah kelahiran mengalami komplikasi pesalinan yang lama (Buku Referensi Siap antar Jaga, 2006).
Universitas Sumatera Utara