BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Susu Ibu (ASI) ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama hidupnya (Gupte, 2004). ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia (susu formula) dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi, seperti yang diperoleh dari susu kolostrum (Krisnatuti & Yenrina, 2001). ASI meningkatkan kesehatan bayi sepanjang hidupnya. Bukti eksperimental menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu mengikuti prisnsip demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi inginkan. Pemberian minuman tambahan (susu formula, air glukosa, dll) hanya akan mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman tambahan (Picciano, 2001).
Universitas Sumatera Utara
2. Makanan Pendamping ASI 2.1 Pengertian MPASI Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya. MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan keterampilan motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayi/anak . Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini (Ariani, 2008).
2.2 Tujuan Pemberian MPASI Tujuan pemberian MPASI adalah karena ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi yang dikarenakan olleh pertambahan umur bayi yang diiringi pertumbuhan dan aktifitasnya yang bertambah. Selain itu ketika bayi berumur lebih dari 6 bulan, timbul perbedaan antara jumlah makanan yang diperlukan dan makanan yang dapat disediakan oleh ASI. Maka kekurangan tersebut dapat dilengkapi dari MPASI. Selain itu pada saat bayi berumur diatas 6 bulan, syaraf dan otot di mulut bayi sudah mulai berkembang dan dapat digunakan untuk menggigit atau
Universitas Sumatera Utara
mengunyah. Pada umur tersebut bayi juga sudah mulai tumbuh gigi, bias mengontrol pergerakan lidah, mulai menaruh barang di mulutnya dan tertarik untuk mencoba rasa yang baru. Ditambah lagi pencernaan bayi mulai umur 6 bulan sudah cukup baik untuk mencerna makanan (Ariani, 2008).
2.3. Jenis MPASI a. Makanan lumat halus yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung dan tampak homogeny (sama/rata). Contoh: bubur susu, bubur sumsum, biscuit ditambah air panas, papaya saring. b. Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak kurang rata. Contoh: papaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang hijau saring, kentang rebus. c. Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair. Contoh: bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang hijau. d. Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak air. Contoh: lontong, nasi tim, kentang rebus, biscuit (Nadesul, 2001).
2.4. Waktu dan Cara Pemberian MPASI Waktu dan cara pemberian MPASI sesuai dengan umur adalah: a. Makanan Bayi Umur 6-7 Bulan Pemberian ASI diteruskan dan MPASI diberikan dalam bentuk lumat halus karena bayi sudah bias mengunyah, contoh MPASI berbentuk halus antara
Universitas Sumatera Utara
lain bubur susu, biscuit yang ditambah air atau susu, pisang dan papaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MPASI, misalnya pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap kemudian baru dapat diberikan jenis MPASI yang lainnya. Berikan ASI dulu kemudian MPASI berbentuk cairan berikan dengan sendok dan jangan menggunakan botol dan dot. b. Makanan Bayi Umur 7-9 Bulan Pemberian ASI diteruskan semau bayi. Pada bulan ini bayi diberikan nasi tim ditambah sedikit demi sedikit sumber lemak yaitu santan atau minyak kelapa/margarine. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi, di samping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat lain yang larut dalam lemak. Waktu pemberian MPASI pada masa ini adalah umur 7 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah dua kali. Umur 8 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan nasi tim saring satu kali dan umur 9 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah satu kali, nasi tim saring satu kali dan ditambah telur satu kali. c. Makanan Bayi Umur 10-12 Bulan Pemberian ASI dapat diteruskan semau bayi. Pemberian MPASI pada bayi umur 10 bulan adalah dapat diperkenalkan dengan makanan keluarga secara bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsurangsur, kemudian lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan keluarga. Berikan makanan selingan satu kali sehari dengan memilih makanan
Universitas Sumatera Utara
yang bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain. Waktu pemberian MPASI pada umur 10-11 bulan adalah bubur susu dua kali sehari, sari buah satu kali dan nasi tim saring satu kali dan berikan telur satu kali dan umur 12 bulan adalah bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan nasi tim saring dua kali dan ditambah telur satu kali (Krisnatuti, 2002).
2.5. Syarat MPASI Beberapa syarat MPASI yang baik yaitu: a. Kaya energy, protein dan zat besi, vitamin A, vitamin C, kalsium dan folat. b. Bersih dan sehat, yaitu tidak mengandung kuman penyakit atau bahan berbahaya lain. Tidak keras sehingga tidak menyebabkan bayi tersedak, mudah dimakan oleh bayi, tidak terlalu asin atau terlalu pedas serta disukai bayi. c. Merupakan makanan local yang mudah didapat dengan harga terjangkau serta mudah disiapkan (Ariani, 2008).
3. Diare 3.1 Definisi Diare Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (3 kali dalam sehari), namun tak selamanya mencret dikatakan diare. Misalnya pada bayi yang berusia kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga lima kali sehari dan fesesnya lunak (Masri, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Biasanya ibu akan mengetahui kapan anaknya menderita diare. Bila diare timbul, ibu bisa mengatakan bahwa tinjanya sangat bau atau dikeluarkan dengan banyak suara angin atau seperti air. Diare sering didefenisikan sebagai buang air encer tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare sering terjadi pada anak terutama antara usia 6 bulan sampai 2 tahun atau pada bayi berusia dibawah 6 bulan yang minum susu sapi atau formula makanan bayi (Adrianto, 1995).
3.2 Etiologi Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi: -
virus : rotavirus (40-60%), adenovirus.
-
Bakteri: echerichia coli (20-30%), shigella sp. (1-2%), vibriao cholerae, dan lain-lain.
-
Parasit: entamoeba histolitica (<1%), giardia lamblia, crytossporidium (411%).
-
Keracunan makanan.
-
Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein.
-
Alergi: makanan, susu sapi.
-
Imunodefisiensi: AIDS.
3.3 Patofisiologi Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
Universitas Sumatera Utara
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga
gangguan
motalitas
usus,
terjadinya
hiperperistaltik
akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya
bila peristaltik
usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam
usus
setelah
berhasil
melewati
rintangan
asam
lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare ( Kusmaul, 2002).
3.4 Manifestasi Klinis -
Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
-
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer.
-
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
-
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
Universitas Sumatera Utara
-
Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
-
Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
-
Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
-
Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam (Kusmaul, 2002).
3.5 Komplikasi -
Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
-
Renjatan hipovolemik.
-
Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
-
Hipoglikemia.
-
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
-
Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
-
Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan (kusmaul, 2002).
Universitas Sumatera Utara
3.6 Penatalaksanaan Dasar pengobatan diare adalah: -
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya. 1) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO 3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa 2) Cairan parentral Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut: Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg -
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
-
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
- 16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg -
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %.
Universitas Sumatera Utara
-
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts). Untuk bayi berat badan lahir rendah
-
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian glukosa 10% + 1 bagian NaHCO 3 1½ %) (kusmaul, 2002).
3.7. Pencegahan Penyakit Diare. Menurut Masri (2004), cara mencegah diare pada bayi yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI sebagai makanan yang paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4-6 bulan. ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat mencegah secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
3.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insiden Diare. Kejadian diare pada bayi dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Universitas Sumatera Utara
-
Pemberian ASI Pemberian ASI pada bayi sampai berusia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu, dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi yang diberi ASI dapat terlindung dari penyakit diare (Utami, 2001).
-
Status Gizi. Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh terutama penyakit diare (Moehji, 2003).
-
Laktosa Intoleran. Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah dihidrolisis menjadi monosakarida oleh laktosa, namun dalam keadaan tertentu aktivitas laktosa menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga pencernaan laktosa terganggu dan laktosapun tidak dapat dicerna. Laktosa yang tidak dapat dicerna tersebut akan masuk ke usus besar, dan di dalam usus besar ini akan di fermentasi oleh mikro flora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa macam gas. Adanya produksi gas ini dapat menyebabkan diare (Moehji, 2003).
Universitas Sumatera Utara