BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Persepsi Ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang apakah yang dimaksud dengan persepsi itu. Beberapa pendapat tersebut menurut hemat penulis di samping berbeda di dalam penulisannya, namun mempunyai pokok pengertian yang hampir bersamaan. Berikut ini penulis sajikan beberapa pendapat para ahli yang mencoba untuk menjelaskannya, antara lain Winardi (2002), mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai fakta dan metode untuk mengorganisasikan stimulus yang mungkin kita hadapi dilingkungan. Menurut Mar'at dalam Rusmini (2002), persepsi di pengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, motivasi, dan pengetahuan terhadap objek psikologis. Selanjutnya Rahmat dalam Rusmini (2002), mengemukakan bahwa persepsi juga ditentukan juga oleh faktor fungsional dan struktural. Beberapa faktor fungsional atau faktor yang bersifat personal antara kebutuhan individu, pengalaman, usia, masa lalu, kepribadian, jenis kelamin, dan lain-lain yang bersifat subyektif. Faktor struktural atau faktor dari luar individu antara lain: lingkungan keluarga, hukum-hukum yang berlaku, dan nilai-nilai dalam masyarakat. Jadi, faktorfaktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor personal dan struktural. Faktorfaktor personal antara lain pengalaman, proses belajar, kebutuhan, motif dan pengetahuan terhadap obyek psikologis. Faktor-faktor struktural meliputi lingkungan
Universitas Sumatera Utara
keadaan sosial, hukum yang berlaku, nilai-nilai dalam masyarakat. Sesuai dengan teori persepsi yang dikemukakan oleh para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembentukan persepsi tersebut sangat dipengaruhi oleh pengamatan, pengindraan terhadap proses berpikir yang dapat mewujudkan suatu kenyataan yang diinginkan oleh seseorang terhadap suatu obyek yang diamati. Dengan demikian persepsi merupakan proses transaksi penilaian terhadap suatu obyek, situasi, peristiwa orang lain berdasarkan pengalaman masa lampau, sikap, harapan dan nilai yang ada pada diri individu. 2.1.1. Pengalaman Menurut Knoers dalam Dwi (2006), pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan pengalaman, pemahaman dan praktek. Menurut Trijoko dalam Dwi (2006), pengalaman kerja adalah pengetahuan atau keterampilan yang telah diketahui dan dikuasai seseorang yang akibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan selama beberapa waktu tertentu. Menurut
Taylor
dalam
Nano
(2005), Pengalaman kerja seseorang
menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan
Universitas Sumatera Utara
semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Handoko dalam Nano (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengalaman kerja karyawan. Beberapa faktor lain mungkin juga berpengaruh dalam kondisi–kondisi tertentu, tetapi adalah tidak mungkin untuk menyatakan secara tepat semua faktor yang dicari dalam diri karyawan potensial. Beberapa faktor tersebut yaitu : 1) Latar belakang pribadi, mencakup pendidikan, kursus, latihan, bekerja. Untuk menunjukkan apa yang telah dilakukan seseorang di waktu yang lalu; 2) Bakat dan minat untuk memperkirakan minat dan kapasitas atau kemampuan seseorang; 3) Sikap dan kebutuhan (attitudes and needs) untuk meramalkan tanggungjawab dan wewenang seseorang; 4) Kemampuan–kemampuan analitis dan manipulatif untuk mempelajari kemampuan penilaian dan penganalisaan; 5) Keterampilan dan kemampuan tehnik, untuk menilai kemampuan dalam pelaksanaan aspek–aspek tehnik pekerjaan. Menurut Boner dan Walker dalam Nano (2005), peningkatan pengetahuan yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang professional. Perencanaan anggaran bencana harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya, dan kegiatan penunjang keterampilan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Proses Belajar Menurut Suharto dalam Hery (2007), belajar adalah suatu proses untuk mempermudah pengetahuan atau pandangan dan keterampilan yang akan menghasilkan suatu kekuatan (tahu, mau dan mampu) pemecahan sesuatu bagi seseorang, menghadapi suatu keadaan tertentu. Menurut Gagne dalam Hery (2007), belajar merupakan kegiatan yang kompleks setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas yaitu dari stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif eksekutif dan legislatif. Dengan demikian, belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru. Sedangkan menurut Winkel dalam Darsono (2000), belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Belajar berlangsung melalui 4 fase atau tahap yaitu pertama individu memperoleh pengalaman langsung yang konkrit. Karena ia mengembangkan observasinya dan memikirkan atau merefleksikannya. Fase yang ketiga yaitu membentuknya generalisasi dan abstraksi. Fase keempat implikasi yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru (Nasution, 2000)
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Motivasi Kata motif seringkali diartikan dengan istilah dorongan. Dorongan atau tenaga tersebut merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat. Motif merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah-laku, dan di dalam perbuatanya itu mempunyai tujuan tertentu. Menurut Poerwanto dalam Femi (2009), motivasi adalah usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku sesorang agar tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu yang mencapai hasil atau tujuan tertentu. Menurut Manullang dalam Hery (2007), motivasi berarti sesuatu hal yang menimbulkan dorongan atau keadaan yang menimbulkan dorongan. Jadi motivasi dapat pula diartikan faktor yang mendorong orang untuk bertindak dengan cara tertentu. Menurut Sarwoto dalam Sondang (200, motivasi adalah sesuatu yang menimbulkan proses pemberian dorongan bekerja kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi secara efisien.
2.2. Pengertian Kompetensi Kompetensi didefinisikan sebagai gambaran tentang apa yang harus dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik (Miller, Ranking dan Neathey, 2001). Kompetensi dimaknai pula sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
Universitas Sumatera Utara
nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir, dan bertindak (Parulian, 2008) Menurut Boyatzis dalam Parulian (2008), kompetensi didefinisikan sebagai kapasitas yang ada pada seseorang yang bisa membuat orang tersebut mampu memenuhi apa yang disyaratkan oleh pekerjaan dalam suatu organisasi sehingga organisasi tersebut mampu mencapai hasil yang diharapkan. Menurut Standar Nasional Kompetensi adalah apa yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk kinerja yang efektif dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas organisasi, dimana secara umum merupakan : a) Sikap, keterampilan dan pengetahuan. b) Sikap, keterampilan dan pengetahuan pribadi yang merupakan apa yang dibawa orang untuk bekerja, meliputi kualitas pribadi, keterampilan dan pengetahuan, sikap, pengalaman, tanggungjawab, dan pertanggungan jawab. 2.2.1. Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap obyek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap obyek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan tercakup dalam 6 domain atau ranah kognitif yang terdiri dari 6 tingkatan sebagai berikut : a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. b. Memahami (Comprehentio) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dimana dapat menginterprestasikan secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Universitas Sumatera Utara
d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluatio) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. 2.2.2. Keterampilan Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan kedalam bentuk tindakan. Keterampilan seseorang karyawan atau pekerja diperoleh melalui pendidikan dan latihan (Natoatmodjo, 2003) Menurut Justine (2006), pelatihan memberikan pegawai baru atau yang ada sekarang ketarampilan yang mereka butuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan pelatihan yakni: 1) membantu individu untuk dapat membuat keputusan pemecahan masalah secara lebih baik; 2) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja, prestasi, dan
Universitas Sumatera Utara
tanggungjawab kemajuan; 3) mempertinggi rasa percaya diri pengembangan diri; 4) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi tugas-tugas baru. Menurut Natoatmodjo (2003), ada beberapa tindakan keterampilan yaitu: 1) persepsi (perseption) adalah mengenal atau memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil; 2) respon terpimpin (guided respons) adalah melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar atau sesuai dengan contoh; 3) mekanisme (mechanism) adalah seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuai dengan kebiasaan; 4) adaptasi (adaptation) adalah suatu praktek yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.2.3. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Menurut Gibson (1995) dalam Natoatmodjo (2003), sikap merupakan faktor penentu perilaku. Sikap menggambarkan suka tidak sukanya seseorang terhadap objek. Sikap diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Artinya sikap eksekutif dan legislatif dalam melakukan perencanaan anggaran bencana tidak serta merta hadir, tetapi dilandasi oleh faktor lain yaitu pengetahuan, dan pengalaman sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Rahmat dalam Gultom (2008), menyimpulkan beberapa hal tentang Sikap (Attitude) yaitu: 1) Kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi atau nilai; 2) Mendorong dan memotivasi pro atau kontra terhadap sesuatu, menentukan sesuatu apa-apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan, mengenyampingkan apa yang tidak diinginkan, apa yang harus dihindari; 3) Cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan; 4) mengandung nilai menyenangkan dan tidak menyenangkan; 5) Sikap timbul dari pengalaman yaitu tidak dibawa sejak lahir tapi merupakan hasil belajar. Menurut Natoatmodjo (2003), ada 4 tindakan sikap atau (attitude) yaitu: 1) menerima (receiving) adalah seseorang mau dan memperhatikan stimulus atau objek yang diberikan; 2) merespon (responding) adalah memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan; 3) menghargai (valuing) adalah mengajak untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah; 4) bertanggung jawab (responsible) adalah bertanggung jawab atas segala yang telah dipilih dengan segala risiko.
2.3. Pengertian Perencanaan Anggaran Perencanaan merupakan suatu aktivitas yang bertujuan dan dinamis yang berkenaan dengan pencapaian tujuan yang diinginkan. Dalam definisi lain Perencanaan dijelaskan sebagai suatu proses menentukan sasaran yang ingin dicapai, tindakan yang seharusnya dilaksanakan, bentuk organisasi yang tepat untuk
Universitas Sumatera Utara
mencapainya dan SDM yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan (Nurlan, 2008) Menurut Branch dalam Robin (2002), perencanaan (merencanakan) merupakan proses mengarahkan kegiatan manusia dan sumber daya alam dengan berorientasi ke masa depan. Kapasitas sumber daya alam bersifat terbatas sedangkan populasi semakin meningkat maka pemanfaatan hendaknya bersifat tepat guna dan tepat sasaran. Pengertian perencanaan selanjutnya dikemukan Alexander dalam Robin (2002), perencanaan adalah suatu kegiatan masyarakat dan organisasi untuk mengembangkan strategi yang optimal terkait tindakan masa depan untuk mencapai seperangkat tujuan yang diinginkan, guna mengatasi permasalahan yang nyata dalam kontek yang komplek dan di dukung oleh kewenangan dan keinginan untuk mengalokasikan sumber daya serta bertindak sesuai yang diperlukan untuk melaksanakan strategi-strategi yang sudah ditetapkan Menurut Wijono (2000), perencanaan adalah proses rumusan misi, rumusan masalah, rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, rumusan kegiatan, asumsi perencanaan, strategi pendekatan, kelompok sasaran, waktu, biaya, serta metode penilain dan kriteria keberhasilan. Proses perencanaan adalah menetapkan prioritas masalah dan menetapkan prioritas jalan keluar Menurut Bryson (2005), langkah-langkah perencanaan anggaran adalah identifikasi mandat organisai, memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi, penilaian terhadap lingkungan eksternal, penilaian lingkungan internal, identifikasi isu-isu
Universitas Sumatera Utara
strategis yan dihadapi, merumuskan strategi untuk mengelola isu dan penetapan visi organisasi yang efektif dan efesien. Selanjutnya Koontz dan O’Donnel dalam Robbin (2002), perencanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berkaitan dengan pemilihan satu diantara berbagai alternatif untuk mencapai tujuan, melaksanakan kebijaksanaan, prosedur program. Macam perencanaan dibedakan menurut jangka waktu berlakunya rencana (perencanaan jangka panjang, menengah dan pendek), frekuensi penggunaan (perencanaan induk, operasional dan harian), filosofi perencanaan (perencanaan memuaskan, optimal dan adaptasi), waktu (perencanaan yang berorientasi masa lalukini dan masa depan, serta menurut ruang lingkup (perencanaan strategik, taktis, menyeluruh dan perencanaan terpadu).
2.4. Langkah-Langkah Perencanaan Anggaran Bencana Menurut Stoner (2002), ada 4 langkah proses perencanaan anggaran sebagai berikut : 1. Tetapkan sasaran atau perangkat tujuan. Perencanaan diawali dengan keputusan mengenai apa yang diinginkan atau dibutuhkan oleh sebuah organisasi. 2. Tentukan situasi sekarang. Berapa jauhkah organisasi dari tujuannya, sumber daya apa yang tersedia. Setelah keadaan terakhir dianalisis, rencana dapat disusun untuk membuat peta kemajuan selanjutnya. Jalur komunikasi yang
Universitas Sumatera Utara
terbuka di dalam organisasi akan memberikan informasi tentang data keuangan dan data statistik 3. Identifikasi pendukung dan penghambat tujuan. Faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat membantu organisasi untuk mencapai tujuan 4. Kembangkan rencana atau perangkat tindakan untuk mencapai tujuan. Langkah terakhir dalam proses perencanaan adalah pengembangan berbagai alternatif
cara
bertindak
untuk
mencapai
tujuan
yang
diinginkan,
mengevaluasi alternatif-alternatif yang paling sesuai.
2.5. Proses Perencanaan Anggaran Bencana Perencanaan anggaran daerah secara keseluruhan yang mencakup penyusunan Kebijakan Umum APBD sampai dengan disusunnya Rancangan APBD terdiri dari beberapa tahapan proses perencanaan anggaran daerah. Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 dan Undang-Undang No. 32 serta 33 Tahun 2004, tahapan proses perencanaan anggaran daerah tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD (Rencana Kerja Pembangunan Daerah). Proses penyusunan RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur-unsur pemerintahan juga mengikutsertakan dan atau menyerap
Universitas Sumatera Utara
aspirasi masyarakat terkait, antara lain asosiasi profesi, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM), pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha. 2. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya. 3. Berdasarkan Kebijakan Umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD, pemerintah daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafon anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap SKPD. 4. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun RKA-SKPD tahun berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD. 5. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD. 6. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan rancangan perda tentang APBD tahun berikutnya. 7. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai dengan penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD pada minggu pertama bulan Oktober tahun sebelumnya.
Universitas Sumatera Utara
8. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang APBD dilakukan selambat-lambatnya satu bulan sebelum tahun anggaran yang bersangkutan dilaksanakan. Namun bila diterjemahkan kedalam langkah-langkah proses perencanaan anggaran daerah tahunan yang berlaku adalah seperti dijelaskan pada Gambar 2.1 di bawah ini : Musbangdes
RPJMDes
Pagu &Strategi Jangka Menengah
MusbangCam
Forum SKPD
Musrenbang Kabupaten
Rencana Kerja Awal Tahunan Pemda
RPJM Sektor
RPJMD
Pagu & Strategis Jangka Menengah
Pengecekan Prioritas & Pagu
Finalisasi Anggaran APBD
Keputusan DPRD
Sumber : Sistem Perencanaan dan Penganggaran pemerintah Daerah di Indonesia (Bastian, 2006) Gambar 2.1. Proses Perencanaan Penganggaran Tahunan.
Universitas Sumatera Utara
2.6. Jadwal Kegiatan Perencanaan Anggaran Daerah Adapun jadwal kegiatan perencanaan anggaran daerah untuk tahun berikutnya seperti tergambar pada Tabel 2.1 sebagai berikut : Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Perencanaan Anggaran No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.
Jenis Kegiatan Waktu Persiapan dan Pelaksanaan Musrenbangda Tahunan Januari s/d Maret dalam Rangka Penyusunan RKPD Penyusunan Kebijakan Umum APBD Periode Maret s/d medio Juni Penyampaian Kebijakan Umum APBD kepada DPRD Medio Juni Pembahasan Kebijakan Umum APBD, PPAS dengan DPRD untuk tahun anggaran berikutnya Penyusunan RKA SKPD Pembahasan RKA SKPD dengan DPRD Periode Penyampaian dan Evaluasi RKA SKPD oleh Tim Medio Juni s/d Minggu Anggaran Eksekutif Daerah I Oktober Penyusunan Raperda APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD dan Dok. Pendukung Penyebarluasan Raperda tentang APBD kepada masyarakat Pengajuan Raperda tentang APBD kepada DPRD Minggu disertai Penjelasan dan Dokumen Pendukung I Oktober Pembahasan Raperda APBD dan persetujuan bersama DPRD Mg I – IV November Penyusunan Raper KDH tentang Penjabaran APBD dan Rancangan DPA SKPD Penyampaian Raperda APBD dan Raper KDH tenang Penjabaran APBD untuk dievaluasi (3 hari) Evaluasi Raperda APBD dan Raper KDH tentang Penjabaran APBD 15 hari) Penyempurnaan hasil evaluasi (7 hari) Pengesahan Raperda APBD Minggu IV Desember
Sumber : Sistem perencanaan dan penganggaran pemerintah Daerah di Indonesia (Bastian, 2006)
Universitas Sumatera Utara
2.7. Landasan Teori Berdasarkan tinjauan pustaka dapat disimpulkan beberapa konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini yaitu : Menurut Thoha (1999), mengemukakan bahwa proses pembentukan persepsi antara satu individu dengan individu yang lain berbeda-beda. Pembentukan persepsi tergantung pada berbagai faktor yang mempengaruhi, baik internal seperti pengalaman, keinginan, proses belajar, pengetahuan, motivasi, pendidikan, maupun faktor eksternal seperti : lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah, faktor sosial budaya lingkungan fisik dan hayati dimana seseorang bertempat tinggal. Kompetensi didefinisiskan sebagai gambaran tentang yang harus diketahui atau dilakukan seseorang agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik (Miller, Rangkin dan
Neathey, 2001). Kompetensi dapat pula dimaksudkan sebagai
kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan (Parulian, 2008). Menurut Roe dalam Parulian ( 2008), Competency is defined as the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skill, personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired through work experience and learning by doing Menurut Salim (2007), langkah-langkah perencanaan dilakukan sebagai berikut: (1) Menentukan tujuan dan sasaran yang menyertakan seluruh warga; (2) Mengetahui fakta-fakta tentang kondisi yang ada serta memperkirakan apa yang terjadi; (3) Mengkaji pilihan pilihan tindakan yang dapat dilakukan dengan
Universitas Sumatera Utara
mengingat potensi dan hambatan yang ada; (4) Menentukan pilihan-pilihan yang terbaik berdasarkan pertimbangan normatif maupun teknis: (5) Mengusulkan rangkaian kebijakan dan tindakan yang perlu diambil; (6) Melakukan sosialisasi, penegakan, pemberian insentif dsb. Serta membantu pelaksanaan secara sistematik dan teratur Berdasarkan landasan teori penelitian tentang persepsi dan kompetensi tersebut diarahkan kepada persepsi dan kompetensi eksekutif dan legislatif dalam membuat perencanaan anggaran bencana sampai pada finalisasi anggaran. Secara skematis persepsi dan kompetensi eksekutif dan legislatif tentang bencana terhadap perencanaan anggaran bencana dapat digambarkan seperti Gambar 2.2
2.8. Kerangka Konsep Berdasarkan tinjauan pustaka dan landasan teori, dapat digambarkan kerangka konsep penelitian sebagai berikut : Variabel Independen (X) Persepsi 1. Pengalaman 2. Proses Belajar 3. Motivasi
Kompetensi 1. Pengetahuan 2. Keterampilan 3. Sikap
Variabel Dependen (Y)
Perencanaan Anggaran Bencana
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara