BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum Panti Asuhan 2.1.1 Definisi Panti sosial asuhan anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial pada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar, memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial kepada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi pengembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut serta aktif dalam bidang pembangunan nasional (Depsos RI, 2004:4). Santoso (2005) memberikan pengertian sebuah panti asuhan sebagai suatu lembaga yang sangat terkenal untuk membentuk perkembangan anakanak yang tidak memiliki keluarga ataupun yang tidak tinggal bersama dengan keluarga. Anak-anak panti asuhan diasuh oleh pengasuh yang menggantikan peran orang tua dalam mengasuh, menjaga dan memberikan bimbingan kepada anak agar anak menjadi manusia dewasa yang berguna dan bertanggung jawab atas dirinya dan terhadap masyarakat di kemudian hari. Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa panti asuhan merupakan salah satu lembaga perlindungan anak yang berfungsi memberikan perlindungan terhadap hak anak-anak sebagai wakil orang tua 8
9
dalam memenuhi kebutuhan mental dan sosial pada anak asuh agar mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri sampai mencapai tingkat kedewasaan yang matang serta mampu melaksanakan perannya sebagai individu dan warga negara didalam kehidupan bermasyarakat.
2.1.2 Sejarah Umum Dalam sejarah, pertama kalinya rumah yatim piatu di Batavia didirikan secara sederhana yaitu pada tahun 1629 tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Jacques Specx. Rumah panti asuhan ini dikelola oleh para diakon (pelayan) Gereja Protestan yang berada di Jalan Kaaimansgracht, kini Jl. Kemukus. Rumah sederhana ini kemudian diganti dengan gedung baru yang konstruksinya terbuat dari batu yang dapat menampung puluhan anak pada tahun 1639 (Heuken, 2005). Pada tahun 1662, rumah yatim piatu baru yang besar dibangun di Jl.Orpa (dari kata Portugis orfan, artinya anak yatim piatu) kemudian berganti nama menjadi jalan Roa Malaka II. Dalam weeshuis (rumah yatim piatu dalam Bahasa Belanda) ini tinggal anak campuran atau Indo yang lahir di luar pernikahan. Selain itu tinggal pula kurang lebih sepuluh orang lanjut usia dan dua puluh lima budak yang sebagian besar wanita. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Leonard du Bus de Gisignies (1826-1830) terjadi penutupan rumah yatim piatu. Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan Kota Batavia yang saat itu sudah tidak sehat lagi terbukti dari jumlah angka kematian yang tinggi ditambah dengan banyaknya jumlah anak yatim piatu yang terlantar akibat kurang memadainya rumah yatim piatu ini.
10
Gereja milik orang Inggris baru mulai merintis weezengestich (rumah untuk menampung orang tidak waras) di Jl. Prapatan yang juga menampung anak-anak yatim piatu pada tahun 1834 yang kemudian dipindah ke bangunan yang kini dipakai oleh Lembaga Administrasi Negara di Jl. Veteran di tahun 1854. Sebuah rumah panti asuhan yang besar akhirnya dibuka pada tahun 1844 di Jl. Gajah Mada, yang kini menjadi Gedung Arsip Nasional. Rumah tersebut merupakan rumah mewah bekas kediaman Reiner de klerk yang dibeli oleh College van der Hervormde Gemeente (Dewan Gereja Jemaat Pembaharuan), dan diperuntukkan sebagai gereja dan rumah yatim piatu. Namun, rumah yatim piatu itu akhirnya dijual kepada pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1900 dikarenakan pendapat dewan gereja yang menyatakan bahwa tempat itu kurang cocok untuk gereja dan rumah yatim piatu berhubung banyak sekali orang Cina dan Arab yang membangun rumah di daerah Molenvliet. Kurang lebih dua puluh lima anak dipindahkan sementara waktu ke beberapa rumah sederhana di kompleks yang kini dipakai oleh Galeri nasional di Jl. Merdeka Timur pada tahun 1915 (Maulana, 2009). Beberapa panti asuhan juga didirikan, tetapi baru pada awal abad ke20 sebuah bangunan yang khusus diperuntukkan menjadi panti asuhan didirikan dibawah naungan Perhimpunan Vincentius. Bangunan tersebut menjadi asrama anak laki-laki dan perempuan. Meski sempat diambil alih oleh tentara Jepang untuk digunakan oleh Romusha, namun ketika Jepang kalah perang, gedung-gedung dikembalikan pada tahun 1946 walau dalam keadaan kotor dan rusak. (Maulana, 2009).
11
Sejak tahun 1946, panti asuhan semakin marak didirikan sebagai salah satu solusi untuk menampung anak-anak korban perang. Dan sampai sekarang, beragam jenis panti asuhan telah dibangun menurut kebijakan dan tujuan masing-masing lembaga maupun organisasi yang berkembang di Indonesia.
2.1.3 Fungsi dan Tujuan Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997), panti asuhan memiliki fungsi sebagai berikut: 1) Pusat pelayanan kesejahteraan sosial anak. Panti asuhan berfungsi sebagai pemulihan, perlindungan, pengembangan dan pencegahan. 2) Pusat data dan informasi serta konsultasi kesejahteraan sosial anak. 3) Pusat pengembangan keterampilan (yang merupakan fungsi penunjang). Panti asuhan sebagai lembaga yang melaksanakan fungsi keluarga dan masyarakat dalam perkembangan dan kepribadian anak-anak remaja. Tujuan panti asuhan menurut Departemen Sosial Republik Indonesia (1997) yaitu: 1) Memberikan pelayanan yang berdasarkan pada profesi pekerja sosial kepada anak terlantar dengan cara membantu dan membimbing mereka ke arah perkembangan pribadi yang wajar serta mempunyai keterampilan kerja, sehingga mereka menjadi anggota masyarakat yang dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab, baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat. 2) Penyelenggara pelayanan kesejahteraan sosial anak di panti asuhan sehingga terbentuk manusia-manusia yang berkepribadian matang dan
12
berdedikasi, mempunyai keterampilan kerja yang mampu menopang hidupnya dan hidup keluarganya. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan panti asuhan adalah memberikan pelayanan, bimbingan dan keterampilan kepada anak asuh agar menjadi manusia yang berkualitas. Standar Nasional Pengasuhan untuk Lembaga Kesejahteraan Nasional menyatakan standar pelayanan panti asuhan adalah seperti orang tua bagi anak-anak yang ditempatkan di panti asuhan, dan selayaknya orang tua maka panti asuhan bertanggung jawab untuk memenuhi pemenuhan hak-hak anakanak yang meliputi hak terhadap perlindungan, (terkait dengan martabat anak dan meliindungi anak dari kekerasan); hak terhadap tumbuh kembang (mendukung perkembangan kepribadian anak, memfasilitasi relasi anak dengan keluarga dan pihak lainnya secara positif dan menyekolahkan anak); hak
terhadap
partisipasi
(mendengar,
mempertimbangkan
serta
mengimplementasikan suara dan pilihan anak); serta memenuhi hak anak terhadap kelangsungan hidup (memenuhi kebutuhan dasar anak terhadap makanan, minuman dan fasilitas yang aman). Panti asuhan sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak juga memfasilitasi pemeriksaan kesehatan oleh tenaga profesional seperti memastikan setiap anak menerima vaksinasi, imunisasi, vitamin, obat cacing, dan berbagai kebutuhan lain sesuai dengan usia dan kebutuhan tumbuh kembang mereka. Pertolongan Pertama pada Kecelakan (P3K) juga disediakan untuk kebutuhan darurat.
13
2.1.4 Klasifikasi Jenis Kegiatan/Pekerjaan Berdasarkan
Standar
Nasional
Pengasuhan
Untuk
Lembaga
Kesejahteraan Sosial Anak, klasifikasi kegiatan/pekerjaan dapat disimpulkan menjadi: 1) Penghuni a. Anak-anak Pada dasarnya seorang anak yang menjadi penghuni panti asuhan tidak diperkenankan/dilarang untuk diperkerjakan dalam pekerjaan berbahaya atau yang pekerjaan yang dapat membahayakan kesehatan, keselamatan, dan moral anak-anak. Anak-anak di panti asuhan juga tidak dilibatkan dalam pekerjaan yang dapat menghambat pemenuhan kebutuhan dan hak-hak anak. Kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh anak-anak panti asuhan seperti piket dibatasi pada jenis pekerjaan yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan hidup/life skill seperti membersihkan kamar anak, mencuci dan menyetrika baju pribadi, serta membantu menyiapkan makanan pada hari libur anak. Anak-anak diberi kesempatan untuk mengatur sendiri waktu mereka
dengan
tetap memberi
berbagai pertimbangan
pengaturan waktu secara bertanggung jawab mencakup waktu makan, waktu sekolah, waktu belajar, waktu ibadah, waktu bermain,
waktu
proporsional.
beristirahat
dan
waktu
piket
secara
14
Selain itu, anak-anak panti asuhan juga didukung untuk melaksanakan praktek dan praktek budaya. Anak-anak mendapatkan
fasilitas
dan
sarana
yang
mendukung
komunikasi seperti penggunaan telepon ataupun internet dalam waktu yang telah ditentukan yaitu pukul 09.00 WIB sampai 21.00 WIB dalam pengawasan pengasuh. b. Pengasuh Pengasuh dalam sebuah panti asuhan tidak diperkenankan merangkap tugas lain selain mengasuh anak-anak panti asuhan. Jumlah pengasuh juga disesuaikan dengan gender serta
kebutuhan
anak
berdasarkan
usia
dan
tahap
perkembangan anak penghuni panti asuhan. Sangat disarankan bagi panti asuhan untuk menciptakan lingkungan tempat tinggal yang menyerupai keluarga dan memungkinkan anak asuh untuk memperoleh pengasuhan dari pengasuh tetap/tidak berubah-ubah
seperti
halnya
dari
orang
tua
dengan
perbandingan minimal satu orang pengasuh bagi lima anak. Pengasuh berperan membantu kehidupan dan kegiatan anak panti asuhan secara kontinu 24 jam yang meliputi kegiatan merawat anak, mengawasi anak, mendampingi anak dan mendukung aktivitas anak dari sisi psikologi dan mental. Pengasuh juga berkewajiban untuk menyimpan segala berkas/dokumen yang menyangkut privasi anak dalam tempat penyimpanan tertutup yang tidak terbuka untuk umum.
15
c. Petugas Keamanan Melakukan pengamanan di lingkungan panti asuhan dan memahami tentang perlindungan anak, mencakup berpatroli malam. d. Petugas Kebersihan Membersihkan lingkungan panti asuhan. e. Juru Masak Menyiapkan makanan yang memenuhi standar pemenuhan nutrisi dengan prinsip higienis. 2) Pekerja Sosial Profesional Mengacu
kepada
Permensos
No.
108/HUK/2009
tentang
sertifikasi bagi Pekerja Sosial Profesional dan Tenaga Kesejahteraan Sosial, seorang pekerja sosial melaksanakan fungsi dan peran/tugas secara langsung yang mencakup fungsi penanganan masalah anak dan keluarganya, fungsi pengelolaan sumber dan fungsi edukasi. Pelayanan yang dilakukan oleh seorang pekerja sosial mencakup lingkup anak-anak sebagai penghuni panti asuhan, pengasuh anakanak panti asuhan, keluarga anak, komunitas dan pemerintah yang diwakili oleh Dinas Sosial/Instansi Sosial.
2.1.5 Klasifikasi Fasilitas Panti asuhan harus menyediakan fasilitas yang lengkap, memadai, sehat dan aman bagi anak untuk mendukung pelaksanaan pengasuhan. Sebuah panti asuhan harus dibangun di tengah-tengah masyarakat yang memungkinkan anak-anak untuk mengakses berbagai fasilitas edukasi
16
maupun rekreasi, serta mendukung anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan kemasyarakatan dan jauh dari kemungkinan untuk mengalami kekerasan di lingkungan panti asuhan. Apabila perlu, panti asuhan dapat menyediakan fasilitas umum yang dapat digunakan bersama dengan masyarakat sekitar seperti sarana olahraga, sarana untuk ibadah, sarana bermain dan berkesenian selama tidak membahayakan kepentingan anak. Selain itu, panti asuhan harus aman untuk dijadikan tempat tinggal dan tempat beraktivitas bagi anak, dalam hal ini standar keselamatan dan keamanan haruslah diperhatikan.
2.1.6 Persyaratan Umum Keputusan Menteri Sosial RI No. 50/HUK/2004 tentang Standarisasi Panti Sosial dan Pedoman Akreditasi Panti Sosial memuat kondisi dan kinerja tertentu bagi penyelenggaraan sebuah panti sosial dan atau lembaga pelayanan sosial lainnya yang sejenis, dalam hal ini panti asuhan termasuk salah satunya. Persyaratan umum sebuah panti asuhan adalah: 1. Kelembagaan, meliputi: -
Legalitas Organisasi. Mencakup bukti legalitas dari instansi yang berwenang dalam rangka memperoleh perlindungan dan pembinaan profesionalnya.
-
Visi dan Misi. Memiliki landasan yang berpijak pada visi dan misi.
-
Organisasi dan Tata Kerja. Memiliki struktur organisasi dan tata kerja dalam rangka penyelenggaraan kegiatan.
17
2. Sumber Daya Manusia, mencakup dua aspek: -
Aspek penyelenggara panti, terdiri dari tiga unsur: o Unsur Pimpinan, yaitu kepala panti dan kepala-kepala unit yang ada dibawahnya. o Unsur Operasional, meliputi pekerja sosial, instruktur, pembimbing rohani, dan pejabat fungsional lainnya. o Unsur Penunjang, meliputi pembina asrama, pengasuh, juru masak, petugas kebersihan, satpam dan sopir.
-
Pengembangan personil panti seperti SDM.
3. Sarana Prasarana, mencakup: -
Pelayanan Teknis. Mencakup peralatan asesmen, bimbingan sosial, ketrampilan fisik dan mental.
-
Perkantoran. Memiliki ruang kantor, ruang rapat, ruang tamu, kamar mandi, WC, dan peralatan kantor seperti: alat komunikasi, alat transportasi dan tempat penyimpanan dokumen.
-
Umum. Memiliki ruang makan, ruang tidur, mandi dan cuci, kerapihan diri, belajar, kesehatan dan peralatannya (serta ruang perlengkapan).
4. Pembiayaan -
Memiliki anggaran yang berasal dari sumber tetap maupun tidak tetap.
18
5. Pelayanan Sosial Dasar -
Memiliki pelayanan sosial dasar untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari klien, meliputi: makan, tempat tinggal, pakaian, pendidikan, dan kesehatan.
6. Monitoring dan Evaluasi, meliputi: -
Monev Proses, yakni penilaian terhadap proses pelayanan yang diberikan kepada klien.
-
Monev Hasil, yakni monitoring dan evaluasi terhadap klien, untuk melihat tingkat pencapaian dan keberhasilan klien setelah memperoleh proses pelayanan.
2.1.7 Persyaratan Fasilitas Standar Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak mewajibkan panti asuhan untuk menyediakan tempat tinggal yang memenuhi kebutuhan dan privasi anak. Dalam hal ini dapat dipraktekkan dengan cara: -
Menyediakan tempat tinggal dan ruang tidur yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
-
Menyediakan ruangan untuk memenuhi kebutuhan dan aktivitas anak, seperti ruang belajar, ruang bermain, ruang olahraga, perpustakaan, ruang kesenian, ruang pelayanan kesehatan, ruang ibadah, ruang makan, dsb.
-
Ruang yang terkait dengan privasi anak, misalnya kamar tidur, kamar mandi, dan toilet harus dilengkapi pintu yang dapat dikunci agar keamanan anak terjaga.
19
-
Menyediakan tempat tinggal untuk pengasuh agar pengasuh dapat memantau aktivitas anak sepanjang hari termasuk di malam hari.
-
Menyediakan kamar tidur dengan ukuran 9 m² untuk 2 anak, yang dilengkapi lemari untuk menyimpan barang pribadi anak, meja dan kursi belajar.
-
Setiap anak memiliki tempat tidur sendiri yang dilengkapi dengan seprei, kasur, bantal dan selimut.
-
Kamar tidur memiliki ventilasi dan pencahayaan yang cukup di siang maupun malam hari, serta memiliki pintu dan jendela yang terkunci.
-
Di dalam kamar anak tidak terdapat barang yang membahayakan anak, misalnya kompor.
-
Menyediakan perlengkapan kebersihan seperti sapu, pembersih debu (lap, kemoceng) di setiap kamar.
-
Dekorasi kamar anak disesuaikan dengan selera dan perkembangan anak, termasuk ketersediaan cermin.
-
Kamar mandi dalam keadaan bersih, dilengkapi sarana kebersihan seperti sikat kamar mandi, sabun pembersih lantai, dan pewangi ruangan. Memiliki pencahayaan yang cukup baik pada siang maupun malam hari dan memiliki ventilasi untuk sirkulasi udara, serta lantai yang tidak licin. Ratio penyediaan kamar mandi 1 : 5 anak.
-
Ruang makan mengakomodasikan kegiatan berkomunikasi selama makan baik antar anak maupun dengan pengasuh.
-
Ruang dapur disertai perlengkapan memasak yang memadai, bersih dan aman untuk digunakan kepentingan anak.
20
-
Menyediakan tempat beribadah yang dilengkapi prasarana untuk kegiatan ibadah.
-
Menyediakan ruang kesehatan yang memberikan pelayanan regular yang dilengkapi petugas medis, perlengkapan medis dan obat-obatan sesuai kebutuhan penyakit anak.
-
Menyediakan ruang belajar dan perpustakaan dengan pencahayaan yang cukup baik siang maupun malam hari dilengkapi dengan meja dan kursi, serta lemari buku yang bisa dijangkau oleh anak.
-
Menyediakan ruang bermain, olahraga dan kesenian yang dilengkapi peralatan yang sesuai dengan minat dan bakat anak, bersifat terbuka untuk umum dengan mempertimbangkan jenis olahraga yang dapat dilakukan bersama.
-
Ruang dan fasilitas yang dimiliki harus dapat dimanfaatkan oleh anak laki-laki dan perempuan bahkan anak cacat tanpa diskriminasi.
-
Menyediakan ruangan yang dapat digunakan untuk berkonsultasi secara pribadi.
-
Ruang tamu mengakomodasikan kegiatan pengisian buku tamu bagi orang yang datang berkunjung.
2.2
Tinjauan Khusus Panti Asuhan 2.2.1 Panti Asuhan Vincentius Putera Panti Asuhan Vincentius Putera berlokasi di Jl. Kramat Raya no. 134, Jakarta. Panti asuhan ini merupakan panti asuhan pertama yang didirikan di Indonesia dan masih beroperasi sampai saat ini. Panti asuhan ini bernaung di bawah Perhimpunan Vincentius Jakarta (PVJ) dengan sumber dana utama
21
berasal dari Yayasan Vincentius dibantu oleh sumbangan umat Katolik dari berbagai gereja di seluruh Keuskupan Agung Jakarta, sumbangan donatur tetap, Pemda DKI Jakarta, Yayasan Dharmais dan donasi lainnya.
Gambar 2.1 Akses Lokasi Panti Asuhan Vincentius Putera. (sumber: maps.google.com)
Bangunan Panti Asuhan Vincentius Putera ini menghadap ke arah Timur Laut dengan halaman depan yang tidak begitu luas karena berdekatan dengan jalan raya. Lokasi panti asuhan yang berada tepat di samping jalan raya memberikan kemudahan bagi anak-anak panti, pengasuh serta pengurus untuk mendapatkan alat transportasi. Halaman belakang panti asuhan sangat luas hingga memungkinkan anak-anak panti untuk melakukan kegiatan olahraga seperti bermain bola dan sebagainya.
22
Panti asuhan ini berada dalam satu kompleks yang terdiri dari bangunan lama panti asuhan, kantor, gereja, sekolah SD, SMP, dan STM serta mess pegawai. Bangunan tidak terlihat mencolok dikarenakan terhalang dengan pepohonan dan gedung di sekitarnya.
a. Sejarah Pada tahun 1983, Pastor Van Santen SJ membuka dan memberkati St. Joseph Stichting di Kwini yang menampung 29 anak laki-laki yang sampai saat itu dititipkan oleh Vincentius kepada beberapa keluarga Katolik setempat. Rumah dan pola hidup berlangsung sederhana karena kemiskinan
yang
melanda
dan
banyak
sekali
anak-anak
yang
membutuhkan uluran tangan serta tempat berlindung. Pada tahun 1910 sebidang tanah luas di Jl. Kramat Raya 134 dibeli oleh Vincentius untuk membangun rumah penampungan anak-anak. Disusul lima tahun kemudian dibuat bangunan yang lebih modern yang dirancang dan dibangun oleh Biro Arsitek Hulswit-Fermon-Cuypers yang merancang dan mendirikan banyak gedung untuk Gereja. Bangunan baru itu menjadi asrama anak laki-laki sedangkan anak perempuan dipindahkan dari Jl. Pos bersama dengan delapan suster Ursulin ke Kramat dan tinggal di bagian belakang. Pada tahun 1920-an dan 1930-an, jumlah anak yang ditampung oleh Vincentius semakin naik. Dana yang diperlukan semakin banyak, kesulitan yang dihadapi mencakup mencari dana yang memadai untuk memperoleh dan membiayai pegawai yang pandai mendidik dan mengawasi anak-anak hingga solusi yang diambil adalah mengajak
23
pensiunan tentara untuk menjadi pegawai. Namun pada tahun 1929 Pater Fransiskan tiba dan tugas para Pastor Jesuit di Rumah Vincentius (bagian putra) diserahkan kepada Ordo Fransiskan. Selama kurun waktu 1942-1943 (masa penjajahan Jepang) para pastor, bruder maupun suster masuk kamp-kamp tahanan, sedangkan rumahrumah panti asuhan digunakan sebagai markas oleh serdadu Jepang dan untuk sementara sebagian anak asuh ditampung di Jl. Nusantara, Jl. Pos dan Rumah Yatim Piatu Prapatan di Jl. Veteran. Rumah Vincentius digunakan sebagai tempat persinggahan Romusha yang menunggu pemberangkatan. Selama perang, Batavia Vereeniging sangat didukung oleh ketabahan Mgr. Wilekens dalam menghadapi tentara Jepang dan kelihaian Tuan Helfrich yang mengumpulkan derma berharga murah, memperoleh pembantu-pembantu sederhana namun berdedikasi dan memikirkan kesibukan bagi 204 anak laki-laki serta 193 anak perempuan. Pater van der Veldt OFM kembali ke Kramat dan menemukan Tuan Helfrich dengan 224 anak. Rehabilitasi gedung dimulai, banyak masalah dihadapi: dari segi materiil gedung-gedung harus diperbaiki, dana untuk makanan, pakaian dan kesehatan anak-anak (banyak anak mengidap TBC). Sampai pada masa akhir pemerintah koloninal, mayoritas adalah anak Indo (sesuai tujuan para pendiri Yayasan Vincentius pada pertengahan abad ke-19). Kebijakan itu diubah pada 26 Februari 1946 dimana anak dari semua suku bangsa yang perlu dan dapat dibantu akan diterima di
24
Rumah Vincentius yang mengakibatkan dominasi anak Indo sudah tidak ditemukan lagi. b. Visi dan Misi Visi yang dipaparkan oleh Panti Asuhan Vincentius Putera adalah: Membangun masyarakat bahagia dengan mempersiapkan anak yang beriman, tangguh, dan mandiri dalam sebuah komunitas cinta kasih. Misi yang diemban oleh panti asuhan ini adalah: -
Menghadirkan Kristus yang berempati kepada manusia.
-
Menanamkan kegembiraan agar dapat menumbuhkan rasa syukur.
-
Memberikan pembinaan pendidikan, ketrampilan untuk bekal masa depan dalam mewujudkan pribadi yang beriman, tangguh dan mandiri sebagai manusia yang utuh.
-
Menyediakan tempat pelayanan untuk meningkatkan mutu hidup. Struktur organisasi Panti Asuhan Vincentius Putera adalah sebagai berikut:
Bagan 2.1 Struktur organisasi Panti Asuhan Vincentius Putera.
c. Data Penghuni dan Pengurus
25
Penghuni dan pengasuh dibagi menjadi 3 grup berdasarkan tingkat pendidikan anak-anak panti asuhan, yaitu: Jumlah Penghuni
Jumlah Pengasuh
SD
84
13
SMP
41
6
STM/SMA
19
6
Total
144
25
Tabel 2.1 Jumlah penghuni & pengasuh Panti Asuhan Vincentius Putera.
Berikut daftar pengurus dan pekerja sosial profesional panti asuhan: Jumlah Pengurus/Pekerja Sosial Profesional Juru Masak
9
Petugas Kebersihan
8
Petugas Keamanan
5
Kepala Panti Asuhan
1
Psikolog
1
Sekretariat
2
Administrasi
3
Personalia
3
Total
32
Tabel 2.2 Jumlah pengurus & pekerja sosial profesional Panti Asuhan Vincentius Putera.
d. Program Kegiatan -
Rohani:
26
o Misa. o Pendalaman Iman Masa Advent & Prapaskah. o Pendalaman Kitab Suci. o Doa Rosario. o Rekoleksi. o Koor. -
Non Rohani: o Seni Musik: band, gitar, organ, koor, paduan suara. o Olahraga: futsal, volley ball, basket, sepakbola, badminton. o Bimbingan Konseling. o Komputer. o Humaniora: komunitas film, pelatihan, seminar. o Praktek Elektro.
e. Aktifitas Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan adalah sebagai berikut: Aktifitas
Waktu
Bangun
4.30 WIB
Kerja Lingkungan
4.45 WIB
Mandi
5.15 WIB
Doa Pagi/Misa
5.45 WIB
Sarapan
6.15 WIB
Sekolah
7.00 WIB
Makan Siang
13.00 WIB
Mandi
14.00 WIB
27 Hobby / Olahraga / Belajar
15.00 WIB
Mandi
17.00 WIB
Makan Malam
18.00 WIB
Belajar
19.00 WIB
Doa Malam
20.30 WIB
Tidur
21.00 WIB
Tabel 2.3 Alur kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan.
Apabila memasuki masa libur sekolah, sebagian besar anak-anak panti asuhan dikembalikan ke rumah orang tua/wali masing-masing. Namun bagi anak yang sudah tidak memiliki orang tua/wali lagi maka akan tetap berada di dalam panti asuhan dengan kegiatan seperti berikut: Aktifitas
Waktu
Bangun
4.30 WIB
Kerja Lingkungan
4.45 WIB
Mandi
5.15 WIB
Doa Pagi/Misa
5.45 WIB
Sarapan
6.15 WIB
Hobby / Belajar / Menonton TV
7.00 WIB
Makan Siang
13.00 WIB
Bermain / Istirahat / Olahraga
14.00 WIB
Mandi
17.00 WIB
Makan Malam
18.00 WIB
28
Menonton TV / Belajar
19.00 WIB
Doa Malam
20.30 WIB
Tidur
21.00 WIB
Tabel 2.4 Alur kegiatan hari libur anak-anak panti asuhan
Kegiatan para pengasuh sendiri mengikuti kegiatan anak-anak panti asuhan karena memang para pengasuh membantu anak-anak panti dalam kehidupan sehari-hari. Pekerjaan pengasuh dilakukan secara bergiliran dalam waktu 24 jam, yaitu: Shift 1
05.30 WIB - 14.30 WIB
Shift 2
14.30 WIB - 21.00 WIB
Shift 3
21.00 WIB - 05.30 WIB
Tabel 2.5 Jadwal pergantian shift pengasuh.
f. Fasilitas Luasnya bangunan panti asuhan ini memungkinkan anak-anak panti asuhan untuk melakukan beragam aktifitas. Fasilitas-fasilitas yang disediakan berupa: -
Ruang Tamu: menerima tamu yang datang ke panti asuhan.
-
Kantor Sekretariat: mengurus proses pendaftaran dan penerimaan anakanak ke dalam panti asuhan, serta mengurus penerimaan donasi dari donatur.
29 -
Kantor Administrasi: mengurus masalah yang berhubungan dengan keuangan dan pendataan pembelanjaan, dll.
-
Kantor Personalia: mengurus masalah sumber daya manusia.
-
Kantor Berkas: menyimpan segala berkas dan dokumen.
-
Kantor Kepala Panti
-
Ruang Pameran: memamerkan segala penghargaan yang didapat oleh panti asuhan melalui beragam jenis perlombaan yang telah diikuti.
-
Ruang Pengasuh: tempat para pengasuh menyimpan barang-barang pribadi dan beristirahat.
-
Ruang Rapat: pengurus dan pengasuh panti asuhan mengikuti rapat bulanan.
-
Ruang Makan
-
Dapur
-
Ruang Belajar: terdapat tiga ruang belajar sesuai dengan pembagian anak-anak berdasarkan tingkat pendidikan sekolah. Ketiga ruang belajar ini memiliki bentuk yang sama dengan fasilitas yang sama.
-
Ruang Tidur
-
Kamar Mandi/Toilet
-
Klinik: terbagi atas klinik untuk anak dengan penyakit biasa dan klinik untuk anak dengan penyakit menular.
-
Ruang Laundry: mesin cuci hanya digunakan oleh pengasuh, anak-anak panti asuhan hanya membantu untuk menjemur pakaian saja.
-
Ruang Jahit: digunakan hanya oleh pengasuh panti asuhan untuk memperbaiki baju anak-anak panti yang telah rusak.
-
Ruang Komputer: disertai dengan area server.
-
Kapel: tempat pelaksanaan doa pagi dan misa.
-
Ruang Hobby Musik: dilengkapi dengan studio rekaman.
-
Ruang Hobby Kesenian
-
Perpustakaan
30 -
Ruang Olahraga
-
Area Taekwondo & Karate
-
Lapangan Sepakbola
-
Lapangan Volley dan Futsal
-
Lapangan Badminton
-
Lapangan Basket
-
Area Pemilahan Sampah
-
Tempat Bermain
-
Area Parkir
2.2.2 Panti Asuhan Desa Putera Panti asuhan ini berlokasi di Jl. Desa Putera No. 24, Srengseng Sawah Jagakarsa, Jakarta Selatan. Bangunan menghadap Barat.
31
Gambar 2.43 Akses lokasi Panti Asuhan Desa Putera. (sumber: http://padestra.org/2011/kontak)
Bangunan terletak jauh dari jalan raya, namun dikelilingi oleh lapangan rumput yang hijau. Panti asuhan ini terletak dalam kompleks yang sama dengan sekolah SD – SMA Yayasan Budi Mulia.
a. Sejarah Waktu Perang Dunia II berakhir, banyak sekali anak-anak yang menjadi korban dan terlantar hidupnya karena kehilangan orang
32
tua dan saudara. Ribuan anak hidup dengan menggelandang, mengemis dan bergerombol. Residen Batavia pada waktu itu Mr. J.E. Ysebart merasa prihatin dengan nasib mereka dan mendekati Mgr. Willekens (Vikaris Apostolik) agar umat Katolik dapat menolong. Pemerintah kota meminjamkan sebidang tanah beserta bangunan di atasnya di daerah Lenteng Agung, Jakarta Selatan yang dipakai untuk merawat orang sakit jiwa. Mgr. Willekens meminta agar Kongregasi Bruder Budi Mulia di Gunung Sahari dan Batavia's Vereeniging (Yayasan Vincentius) untuk menanggulangi masalah berat anak-anak terlantar ini. Bruder-bruder Budi Mulia dengan cepat membangun rumah bambu dan memilih tenaga bantu, karena pada Juni 1947 sudah tiba 250 anak yang dikumpulkan dalam hunian Rustenburg (kini Cawang), di Rawa Badok dan Tanjungpriok. Panti Asuhan Desa Putera didirikan pada tanggal 30 Juni 1947 dan pengelolaan Panti Asuhan ini dipercayakan sepenuhnya kepada Bruder Budi Mulia (BM). Beberapa hari sesudahnya sebagian anak yang lebih besar melarikan diri. Mereka sudah besar dan terlatih, maka malam hari melarikan diri dengan membawa barang apa saja. Pada tahuntahun pertama, dari seribu anak yang diterima, kurang lebih tujuh ratus keluar dengan diam-diam. Pada tahun 1951 sekitar 40 anak pada suatu malam menyerang ketiga Bruder, mengunci mereka di kantor, lalu kabur dengan membawa barang apa saja. Akhirnya
33
secara perlahan-lahan anak yang hanya tahu bermain ini dilatih dan dibiasakan bekerja di bengkel kayu sederhana (1954; pada 1974 diperluas dengan bengkel besi dan latihan montir). Bengkel kayu itu pada 1998 diganti dengan tempat pembuatan lilin indah. Penjilidan buku, peternakan sapi (1962-1985), kuda, itik dan ayam serta perkebunan kelapa dan ceruk menjadi tempat kesibukan dan pelatihan anak-anak. Anak yang pernah sekolah diberi kursus, supaya menjadi guru bagi yang lain. Bangku untuk sekolah dan peralatan lain dibuat di bengkel sendiri. Pada akhir 1950 dibuka Sekolah Guru Bantu selama dua tahun sesudah SD, yang pada 1952 sudah menjadi SBG dengan 172 siswa, lalu pada 1960 menjadi SMP. Penerimaan anak jalanan dihentikan karena daya tampung terbatas, mutu pendidikan ditingkatkan, rumah bambu diganti bangunan batu, sekolah dilengkapi dengan Sekolah Rakyat (SR), SR Pertanian, SR Pertukangan dan kursus agama dibuka dengan kapel bagus yang didirikan di kompleks Desa Putera (1950). Kapel ini menjadi Stasi untuk umat Katolik yang tinggal di sekitarnya. Karena banyak gedung terbakar pada 1963, maka dibangun kembali dengan yang lebih baik dan luas. Bengkel penjilidan berkembang menjadi percetakan sederhana dan dengan bantuan CEBEMO dan mesin cetak bekas dari Belanda ditingkatkan menjadi Sekolah Tehnik Menengah Grafika (1972). Kini Desa Putera diakui sebagai Perguruan Grafika Terbaik dengan percetakan modern yang menghasilkan cetakan bermutu.
34
Anak yang tidak mendapatkan pendidikan formal dilatih dalam Graphic Training Centre (1993). Usaha lain adalah klinik sederhana untuk anak-anak asrama (1956), yang kemudian menjadi poliklinik (1970) untuk umum juga, yang dikelola oleh yayasan Melania (1973; sejak 1992 oleh yayasan Budi Mulia) sebagai Balai Kesehatan Masyarakat dengan dokter dan perawat. b. Visi dan Misi Visi yang diikuti oleh Panti Asuhan Desa Putera adalah ikut serta dalam karya penyelamatan Allah melalui pelayanan kepada masyarakat kecil, lemah, miskin dan tersingkir sehingga mampu mandiri. Misi yang diemban oleh panti asuhan ini adalah: -
Memperjuangkan keadilan dan membebaskan masyarakat Panti Asuhan dari kesusahan melalui: perlindungan anak, pendidikan, pembinaan, pendampingan dan memberikan kehidupan yang layak.
-
Membimbing, mengasuh, mengarahkan dan memberdayakan anak Panti Asuhan agar menjadi manusia mandiri, berbudi pekerti luhur dan bertaqwa kepada Tuhan. Struktur organisasi Panti Asuhan Desa Putera adalah sebagai berikut:
35
Bagan 2.2 Struktur organisasi Panti Asuhan Desa Putera.
c. Data Penghuni dan Pengurus Anak-anak panti asuhan terbagi atas 4 grup berdasarkan tingkat pendidikan, yaitu: Jumlah Penghuni SD 1,2,3
25
SD 4,5,6
27
SMP
25
SMK
10
Total
87
Jumlah Pengasuh
8
8
Tabel 2.6 Jumlah penghuni & pengurus Panti Asuhan Desa Putera.
Pengurus panti asuhan dibagi menjadi:
36 Jumlah Pengurus/Pekerja Sosial Profesional Pimpinan Panti Asuhan
1
Sekretaris
1
Bendahara
1
Logistik
1
Juru Masak
6
Petugas Laundry
3
Tukang Kebun
2
Petugas Kebersihan
2
Supir
1
Total
18
Tabel 2.7 Daftar pengurus & pekerja sosial profesional Panti Asuhan Desa Putera.
d. -
Program Kegiatan Rohani: o Misa Harian. o Misa Jumat Pertama. o Doa Bersama
-
Non Rohani: o Lab. Komputer. o Koor. o Menari. o Kebersihan Umum
37
o Bimbingan Psikologi. o Bimbingan Mental dan Kepribadian. o Olahraga: sepak bola, futsal, basket, volley, badminton, tenis meja. e. Aktifitas Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan ini adalah: Aktifitas
Waktu
Bangun
5.00 WIB
Mandi
5.15 WIB
Doa Pagi
5.45 WIB
Sarapan
6.15 WIB
Sekolah
7.00 WIB
Mandi
13.00
Makan Siang
13.30 WIB
Tidur Siang/Belajar
14.00 WIB
Bermain
15.30 WIB
Mandi
17.30 WIB
Makan Malam
18.00 WIB
Belajar
19.00 WIB
Tidur
21.00 WIB
Tabel 2.8 Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan.
38
Apabila memasuki masa libur sekolah, sebagian besar anak-anak panti asuhan dikembalikan ke rumah orang tua/wali masingmasing. Namun apabila terdapat anak yang sudah tidak memiliki orang tua/wali lagi maka akan tetap berada di dalam panti asuhan dengan kegiatan seperti berikut: Aktifitas
Waktu
Bangun
5.30 WIB
Mandi
5.45 WIB
Doa Pagi
6.00 WIB
Sarapan
7.00 WIB
Olahraga
8.00 WIB
Mandi
11.00 WIB
Makan Siang
13.00 WIB
Tidur Siang
14.00 WIB
Bermain
15.30 WIB
Mandi
17.30 WIB
Makan Malam
18.00 WIB
Menonton TV/Belajar
19.00 WIB
Tidur
21.00 WIB
Tabel 2.9 Kegiatan anak-anak panti asuhan ketika libur sekolah.
Kegiatan pengasuh sendiri hanya mendampingi dan memantau kegiatan anak-anak panti asuhan. Pengasuh di panti asuhan ini
39
tidak tinggal di dalam panti selama 24 jam melainkan pengurus panti asuhanlah yang tinggal di dalam panti asuhan. f. Fasilitas -
Ruang Tamu
-
Kantor Pengurus
-
Ruang Konsultasi
-
Ruang Pengasuh
-
Ruang Makan/Belajar/Rekreasi
-
Dapur
-
Area Mandi
-
Area Laundry: mencakup area menggosok pakaian.
-
Ruang Komputer.
-
Ruang Tidur: pada dasarnya ruang tidur untuk anak SD dan SMP/SMK adalah sama bentuk dan isinya.
-
Area Kesenian
-
Lapangan Bola
-
Lapangan Badminton
-
Lapangan Volley
-
Lapangan Futsal
-
Lapangan Basket
-
Tenis Meja
2.2.3 Panti Asuhan Abigail Panti Asuhan Abigail terletak di Jalan Setia Kawan No. 12, Pamulang Barat. Bangunan panti asuhan ini menghadap ke arah Utara.
40
Gambar 2.61 Akses lokasi Panti Asuhan Abigail. (sumber: maps.google.co.id)
Bangunan panti asuhan terletak jauh dari jalan raya, dengan akses jalan yang sempit dan hanya selebar satu mobil. Di sekeliling bangunan panti asuhan terdapat rumah warga yang saling berhimpitan. Di belakang bangunan panti asuhan terdapat waduk yang dikelilingi pepohonan. Panti Asuhan Abigail memiliki gedung kamar laki-laki dan gedung kamar perempuan yang terpisah dan dihubungkan oleh kantor pengasuh panti asuhan. a. Sejarah
Yayasan Abigail berdiri pada tanggal 14 Agustus 1993, sebuah yayasan yang menampung anak yatim piatu dan anak terlantar dengan cara mendirikan rumah asuh bagi anak-anak tersebut. Pada awal berdiri, panti asuhan menampung 5 orang anak terlantar akibat korban kekerasan dalam rumah tangga atau yang biasa disebut anak korban KDRT. Dalam perkembangannya, Yayasan Abigail membeli tanah seluas ±800 m² di daerah Pamulang.
41
Selanjutnya di atas tanah tersebut dibangun sebuah asrama dengan bantuan dana dari Ibu Jeane Sondakh selaku salah satu pendiri yayasan. Asrama ini dibagun dua lantai dilengkapi dengan aula dan sebuah kantor. Lima anak terlantar tersebut menjadi fokus awal pelayanan Panti Asuhan Abigail. Sejalan dengan waktu, anak asuh berkembang hingga pernah mencapai 78 anak dengan kisaran umur 0 tahun hingga usia tamat SMU. Anak-anak yang diasuh di Panti Asuhan Abigail adalah korban KDRT, kehilangan kedua orang tua, dari daerah-daerah konflik, anak yang lahir karena pergaulan bebas, atau anak-anak yang lari dari orang tua/kerabat dekatnya karena akan dijual ke luar negeri. b. Visi & Misi Visi yang dijunjung oleh Panti Asuhan Abigail adalah menjadi garam dan terang dunia melalui pelayanan kepada anak-anak terlantar yang dipercayakan Tuhan dalam pengasuhan kami. Misi yang diteraptkan oleh Panti Asuhan Abigail dalam mendukung visi yang dimiliki adalah memberikan makanan jasmani dan rohani bagi anak-anak, karena itu sekalipun ada anak yang tidak memiliki orang tua atau sudah diserahkan sepenuhnya oleh orang tuanya kepada Panti Asuhan Abigail maka pihak panti asuhan tidak akan menyerahkan anak-anak untuk diadopsi oleh siapapun. Anak-anak yang sudah diserakan kedalam pengasuhan Panti Asuhan Abigail akan dididik hingga tamat belajar setingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), selanjutnya dikembalikan kepada
42
orang tua atau walinya. Bagi yang tidak memiliki orang tua/wali akan tetap tinggal di asrama hingga mandiri. Struktur organisasi Panti Asuhan Abigail berdasarkan beban kerja:
Bagan 2.3 Struktur organisasi Panti Asuhan Abigail berdasarkan beban kerja.
c. Data Penghuni dan Pengurus Berdasarkan tingkat pendidikan, anak-anak panti asuhan dapat dibagi menjadi:
Laki-laki
Perempuan
Balita
2
Balita
2
TK
3
TK
1
SD
6
SD
2
SMP
4
SMP
4
43
SMA/SMK
4
SMA/SMK
13
Kuliah
4
Kuliah
6
Jumlah
23
Jumlah
28
Total 51 anak
Tabel 2.10 Jumlah anak-anak penghuni Panti Asuhan Abigail.
Panti Asuhan Abigail memiliki beberapa pengasuh yang merangkap sebagai pengurus panti asuhan yang dibagi menurut jenis kelaminnya, yaitu: Jumlah Pengasuh/Pengurus Laki-laki
2
Perempuan
4
Total
6
Tabel 2.11 Jumlah pengasuh/pengurus Panti Asuhan Abigail.
d. Program Kegiatan -
Rohani: o Doa Bersama. o Kebaktian Minggu.
-
Non Rohani: o Catering Abigail. o Badut. o Panggung Boneka. o Dekorasi Pesta (pernikahan dan ulang tahun).
44
o Tata Rias (baju pengantin modern). o Musik. e. Aktifitas Pola pengajaran utama Panti Asuhan Abigail adalah kekeluargaan. Hal ini yang menjadi acuan akan pola aktifitas anak-anak panti asuhan dalam melakukan kegiatan sehari-hari mereka. Segala peraturan yang diberikan dapat diubah/ditangguhkan sewaktuwaktu sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh masing-masing anak. Secara umum, kegiatan sehari-hari anak-anak Panti Asuhan Abigail adalah:
Kegiatan
Waktu TK - SD
SMP
SMA/SMK
Kuliah
Bangun
4.00 WIB
4.00 WIB
4.00 WIB
4.00 WIB
Doa Pagi
4.30 WIB
4.30 WIB
4.30 WIB
4.30 WIB
Sarapan
5.30 WIB
5.30 WIB
5.30 WIB
5.30 WIB
Kerja Rutin
6.00 WIB
6.00 WIB
6.00 WIB
6.00 WIB
Mandi
6.15 WIB
6.15 WIB
6.15 WIB
6.15 WIB
Sekolah
6.45 WIB
6.45 WIB
6.45 WIB
6.45 WIB
Makan Siang
11.00 WIB
13.00 WIB
14.00 WIB
16.00 WIB
Mandi
12.00 WIB
13.30 WIB
14.30 WIB
16.30 WIB
Belajar / Les Privat
12.30 WIB
14.00 WIB
15.00 WIB
17.00 WIB
Bermain / Kegiatan Tari / Tidur Siang
14.00 WIB
16.00 WIB
17.00 WIB
18.00 WIB
45
Mandi
17.00 WIB
18.00 WIB
18.30 WIB
19.00 WIB
Makan Malam
19.30 WIB
19.30 WIB
19.30 WIB
19.30 WIB
Doa Malam
20.00 WIB
20.00 WIB
20.00 WIB
20.00 WIB
Belajar
20.30 WIB
20.30 WIB
20.30 WIB
21.00 WIB
Tidur
21.00 WIB
21.00 WIB
22.00 WIB
23.00 WIB
Tabel 2.12 Kegiatan sehari-hari anak-anak Panti Asuhan Abigail.
Panti Asuhan Abigail tidak mengizinkan anak-anak panti asuhan untuk dikembalikan ke orang tua/wali selama menjadi tanggung jawab Panti Asuhan Abigail. Hal ini menyebabkan semua penghuni panti asuhan tetap berada di dalam lingkungan Panti Asuhan Abigail. Anak-anak panti asuhan mendapat kebebasan lebih untuk mengisi kegiatan mereka selama masa liburan sekolah. Kegiatan sehari-hari anak-anak panti asuhan selama libur sekolah secara umum adalah:
Kegiatan
Waktu
Bangun
4.00 WIB
Doa Pagi
4.30 WIB
Sarapan
5.30 WIB
Kerja Rutin
6.00 WIB
Mandi
7.00 WIB
Bebas / Rekreasi
8.00 WIB
46
Mandi
18.00 WIB
Makan Malam
19.30 WIB
Doa Malam
20.00 WIB
Tidur
21.00 WIB
Tabel 2.13 Kegiatan sehari-hari anak-anak Panti Asuhan Abigail selama libur sekolah.
Pengasuh yang bekerja di Panti Asuhan Abigail melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan memantau setiap kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak panti asuhan. Pengasuh tersebut bekerja merangkap sebagai pengurus yang mencakup tugas seorang juru masak dan petugas kebersihan. Pola pengajaran kekeluargaan diterapkan dengan menganggap para pengasuh tersebut adalah keluarga dari anak-anak panti asuhan
sehingga
semua
pekerjaan
yang
menyangkut
keberlangsungan Panti Asuhan Abigail dikerjakan bersama oleh pengasuh dan anak-anak penghuni panti asuhan selayaknya berada di rumah sendiri. f. Fasilitas -
Aula: merupakan tempat berkumpul untuk beribadah di hari Minggu, namun pada hari biasa digunakan sebagai ruang multiguna yang mengakomodasi kegiatan belajar/les privat dan kegiatan tari.
-
Kantor: selain sebagai tempat menerima tamu, ruang kantor juga digunakan sebagai tempat menyortir donasi dari donatur.
47
-
Dapur: kegiatan mempersiapkan makanan dilakukan secara bersama oleh pengasuh dan anak-anak panti asuhan.
-
Ruang Komputer & Perpustakaan
-
Kamar Tidur Perempuan: pengasuh perempuan tidur bersama anak-anak panti asuhan di ruangan yang sama.
-
Kamar Tidur Laki-laki: pengasuh laki-laki tidur dalam ruangan yang sama dengan anak-anak panti asuhan.
-
Toilet
-
Area Laundry
-
Area Menonton TV
-
Taman
-
Lapangan Bola
-
Area Parkir