BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam
menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran, dan konsumsi. Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi. 2.1.1
Definisi Pemasaran Beberapa definisi mengenai pemasaran diantaranya adalah: a.
Menurut Philip Kotler (2009:45) Pemasaran adalah kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
b.
Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2003:7) Pemasaran adalah sebagai suatu proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan nilai dengan orang lain.
c.
Menurut W.Y. Stanton (1996:5) Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang, dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik pembeli yang ada maupun pembeli potensial. d.
Menurut Asosiasi Pemasaran Amerika (2009:6) 12
13
Pemasaran adalah satu fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Definisi pemasaran ini bersandar pada konsep inti yang meliputi kebutuhan (needs), keinginan (wants), dan permintaan (demands). Manusia harus menemukan kebutuhannya terlebih dahulu sebelum memenuhinya. Usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengadakan suatu hubungan. 2.1.2
Strategi Pemasaran Strategi pemasaran adalah suatu rencana yang didesain untuk mempengaruhi
pertukaran dalam mencapai tujuan organisasi (J.Paul Peter and Jerry C. Olson, 1999:10). Dalam strategi pemasaran, ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan strategi dalam pemasaran yaitu: 1.
Daur hidup produk Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan dan tahap kemunduran.
2.
Posisi persaingan perusahaan di pasar Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam persaingan, apakah memimpin, menantang, mengikuti atau hanya mengambil sebagian kecil dari pasar.
3.
Situasi ekonomi Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan situasi ekonomi, apakah ekonomi berada dalam situasi makmur atau inflasi tinggi.
14
Macam-macam strategi pemasaran yaitu: 1.
Strategi kebutuhan primer Strategi - strategi pemasaran untuk merancang kebutuhan primer yaitu:
2.
a.
Menambah jumlah pemakai, dan
b.
Meningkatkan jumlah pembeli.
Strategi kebutuhan selektif Strategi - strategi pemasaran untuk merancang kebutuhan selektif yaitu: a.
b.
Mempertahankan pelanggan misalnya: 1.
Memelihara kepuasan pelanggan,
2.
Menyederhanakan proses pembelian, dan
3.
Mengurangi daya tarik atau jelang untuk beralih merk.
Menjaring pelanggan (Acquistion Strategier) 1.
Mengambil posisi berhadapan (head to head positioning), dan
2.
Mengambil posisi berbeda (differentiated positioning).
Berikut ini adalah hal - hal yang perlu diperhatikan untuk pemasaran: Dari sudut pandang penjual: 1.
Tempat yang strategis (place),
2.
Produk yang bermutu (product),
3.
Harga yang kompetitif (price), dan
4.
Promosi yang gencar (promotion).
Dari sudut pandang konsumen: 1.
Kebutuhan dan keinginan konsumen (customer needs and wants),
2.
Biaya konsumen (cost to the customer),
3.
Kenyamanan (convenience), dan
15
4. 2.1.3
Komunikasi (communication).
Riset Pemasaran (Marketing Research) Riset Pemasaran adalah suatu metode yang sistematik dan obyektif dalam
mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mendistribusikan, dan menggunakan informasi dengan tujuan memperbaiki pembuatan keputusan yang berkaitan dengan pengidentifikasian dan pemecahan masalah serta peluang dalam pemasaran (Malhotra, 2007:7). Pengertian lainnya adalah desain, pengumpulan, analisis, dan pelaporan data secara sistematis yang relevan bagi suatu situasi pemasaran tertentu yang dihadapi oleh sebuah organisasi (Kotler dan Armstrong, 2001:148). Klasifikasi riset pemasaran terdiri dari: a.
Riset identifikasi masalah Membantu mengidentifikasi masalah yang mungkin tidak atau belum muncul ke permukaan, namun telah atau bakal terjadi di masa depan. Riset identifikasi masalah terdiri dari : riset potensi pasar, riset pangsa pasar, riset citra merek atau perusahaan, riset karakteristik pasar, riset analisis penjualan, riset peramalan bisnis, dan riset trend bisnis.
b.
Riset pemecahan masalah Digunakan dalam pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah pemasaran spesifik. Riset pemecahan masalah meliputi: riset segmentasi, riset produk, riset penetapan harga, riset promosi, riset distribusi.
2.1.4
Segmentasi Pasar Pasar terdiri atas pembeli dan pembeli berbeda dalam banyak hal. Pasar dapat
dibedakan atau disegmentasikan dalam berbagai cara. Pasar bisa diartikan sebagai orang-
16
orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakannya. Basu Swastha dan Irawan (2003 : 69), menjelaskan strategi pemasaran dari setiap perusahaan sebagai suatu rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan. Penentuan strategi tersebut dapat dilakukan oleh manajer pemasaran dengan membuat tiga macam keputusan yaitu : 1. Konsumen yang dituju (Target Consumen), yaitu individu-individu / kelompok tertentu yang harus dilayani oleh perusahaan dengan memuaskan. 2. Menentukan keinginan konsumen, yaitu mengumpulkan informasi dari beberapa sumber untuk menentukan keinginan konsumen. 3. Marketing Mix, merupakan variabel-variabel (produk, harga, promosi, dan distribusi) yang dipakai perusahaan sebagai sarana untuk memenuhi atau melayani kebutuhan dan keinginan konsumen. Segmentasi pasar merupakan suatu falsafah yang berorientasi pada konsumen. Falsafah ini menunjukan usaha untuk meningkatkan ketepatan penetapan sasaran dari suatu perusahaan. Segmen pasar ini dapat dibentuk dengan banyak cara. Dengan mengacu pada demografi atau gaya hidup, segmentasi pasar dapat dilakukan. Ada beberapa pola berbeda yang akan muncul dalam melakukan segmentasi pasar ini, yaitu: preferensi homogen, preferensi yang tersebar dan preferensi terkelompok (Kotler, 1992:355). Dengan menyatukan program pemasaran yang ditujukan kepada segmen-segmen pasar yang dituju, manajemen dapat melaksanakan pemasaran dengan lebih baik dan dapat menggunakan sumber daya pemasaran secara efisien. Segmentasi pasar dapat membantu manajemen dalam hal menyalurkan uang dan usaha ke pasar potensial yang paling menguntungkan, merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar, menentukan
17
cara-cara promosi yang paling efektif, memilih media advertensi, dan mengatur waktu yang sebaik-baiknya. Dalam melakukan segmentasi pasar ini juga perlu suatu alasan yang cukup baik, misalnya, adanya pasar yang bersifat dinamis dan adanya pasar untuk suatu produk tertentu. Akan tetapi tidak semua segmentasi pasar yang dilakukan efektif. Dengan demikian perlu suatu upaya agar segmentasi pasar yang dilakukan itu berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Ada beberapa hal yang mungkin perlu untuk diperhatikan dalam melakukan segmentasi, diantaranya: dapat diukur, dalam jumlah besar, dapat diakses dengan mudah, bisa dibedakan serta dapat diambil tindakan. Perusahaan yang mengidentifikasi segmen pasarnya harus bisa mengevaluasi berbagai segmen dan memutuskan berapa banyak segmen yang akan dimasuki. Ada dua faktor penting yang mesti diperhatikan dalam melakukan evaluasi segmen pasar, yaitu daya tarik segmen secara keseluruhan dan sumber daya perusahaan (Kotler, 1997). Setelah evaluasi dilakukan, perusahaan kemudian mengambil keputusan seberapa banyak segmen yang akan dilayani. Pada tahap evaluasi, ada berapa hal tambahan yang dapat dijadikan pertimbangan untuk memilih segmen yaitu pilihan etika atas pasar sasaran, interelasi dan segmen-super, rencana serangan segmen per segmen dan kerjasama antar segmen. 2.2
Perilaku Konsumen Menurut Basu dan Hani
(2008:10), Perilaku konsumen dapat diartikan sebagai
kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang dan jasa, termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari perilaku konsumen yaitu: (1) proses pengambilan keputusan, dan (2) kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan
18
individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang-barang dan jasa-jasa ekonomis. Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001:6). Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang-barang atau jasa yang dipengaruhi lingkungan termasuk proses pengambilan keputusan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, pemasar harus mampu mengenal dan memahami tentang perilaku konsumennya. 2.3
Persepsi Persepsi merupakan aktivitas penting yang menghubungkan konsumen individual
dengan kelompok, situasi dan pengaruh pemasar (Hawkins et al, 1996). Menurut Kotler (2001:214) persepsi merupakan proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambarang yang berarti mengenai dunia. Persepsi meliputi semua proses yang dilakukan seseorang dalam memahami informasi mengenai lingkungannya. Proses pemahaman ini melalui penglihatan, pendengaran, penyentuhan perasaan dan penciuman. Jika informasi berasal dari suatu situasi yang telah diketahui oleh seseorang, maka informasi yang datang tersebut akan mempengaruhi cara seseorang mengorganisasikan persepsinya. Hasil pengorganisasian persepsinya mengenai suatu informasi dapat berupa pengertian tentang sesuatu obyek tersebut.
19
2.4
Positioning Posisi produk adalah cara produk ditetapkan oleh konsumen berdasarkan atribut
penting yang ada pada produk dalam ingatan konsumen dalam hubungannya dengan pesaing. Menurut Kotler & Armstrong (2001:320), posisi suatu produk adalah bagaimana suatu produk didefinisikan oleh konsumen melalui sifat-sifat pentingnya serta tempat di benak konsumen yang dimiliki oleh produk tersebut relatif terhadap produk pesaingnya. Menurut Al Ries & Trout (1981), positioning adalah suatu strategi yang berusaha menciptakan diferensiasi yang unik dalam benak pelanggan sasaran, sehingga terbentuk citra (image) merek atau produk yang lebih unggul dibandingkan merek atau produk pesaing. Konsep
positioning mulai dikenal pada tahun 1972 kemudian istilah tersebut mulai
diperkenalkan oleh Jack Trout dan Al Ries dalam serangkaian artikel yang berjudul “The Position Area” yang dimuat dalam surat kabar bisnis Advertising Age. Menurut Engel, Warsaw dan Kinner (1991) dalam kasali (1999), Positioning didefinisikan sebagai berikut “Competitive positioning is the perception that targeted consumers of a firm’s offering relative to competitor”. Positioning merupakan elemen yang sangat penting dalam suatu strategi pemasaran karena ini akan menentukan persepsi dari konsumen terhadap produk atau jasa perusahaan. Positioning secara langsung berhubungan dengan bauran pemasaran perusahaan. Pernyataan positioning yang jelas adalah kunci melaksanakan aktifitas promosi. 2.4.1
Prosedur Pelaksanaan Positioning Perlu disadari bahwa proses menentukan positioning dari produk yang ditawarkan
adalah memposisikan produk sebagai pendatang baru, mengembangkan posisi yang sudah ada atau memposisikan kembali suatu produk.
20
Menurut Walker, JR. Orville (1992), langkah-langkah untuk melakukan positioning adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasikan pesaing relevan dan mengidentifikasi atribut determinan.
2.
Mengumpulkan informasi dari konsumen untuk mengetahui persepsinya berdasarkan atribut determinan terhadap posisi produk dan pesaing dengan menggunakan perceptual map.
3.
Analisa kekuatan dari posisi produk.
4.
Menetapkan dan melihat berbagai peluang yang ada dan menetapkan lokasi produk sendiri.
5.
Menentukan kombinasi keinginan dan atribut utama yang diinginkan oleh konsumen sebagai dasar untuk menciptakan persepsi.
6. 2.5
Melakukan pemilihan strategi positioning.
Pengertian Merek Pengertian merek menurut David A. Aaker adalah nama dan atau simbol yang
bersifat membedakan (seperti sebuah logo, cap atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau sebuah kelompok penjual tertentu. Dengan demikian suatu merek membedakannya dari barang dan jasa yang dihasilkan
oleh
kompetitor.
Sedangkan
menurut
Asosiasi
Pemasaran
Amerika
mendefinisikan merek (brand) sebagai “nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa penjual atau kelompok penjual dan untuk mendiferensiasikannya dari produk atau jasa pesaing” (2009:332). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai dua unsur, yaitu brand name yang terdiri dari huruf-huruf atau kata-kata yang dapat terbaca, serta brand mark
21
yang berbentuk simbol. Merek mengandung janji perusahaan untuk secara konsisten memberikan ciri, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek lebih dari sekadar jaminan kualitas karena di dalamnya tercakup enam pengertian berikut ini: 1.
Atribut Produk Seperti halnya kualitas, gengsi, nilai jual kembali desain, dan lain - lain.
2.
Manfaat Meskipun suatu merek membawa sejumlah atribut konsumen yang sebenarnya membeli manfaat dari produk tersebut. Dalam hal ini atribut merek diperlukan untuk diterjemahkan menjadi manfaat fungsional atau manfaat emosional.
3.
Nilai Merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.
4.
Budaya Merek juga mencerminkan budaya tertentu.
5.
Kepribadian Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Sering kali produk tertentu menggunakan kepribadian orang yang terkenal untuk mendongkrak atau menopang merek produknya.
6.
Pemakai Merek juga menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut.
Jadi, merek adalah nama, terminologi, tanda, simbol atau desain atau kombinasi diantaranya, yang ditujukan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari satu penjual atau
22
kelompok penjual dan untuk membedakannya dari pesaing. Beberapa bagian merek antara lain adalah nama merek, tanda merek, merek dagang, dan copyright. Nama merek adalah bagian dari merek di mana bagian dari merek yang dapat disebutkan atau dieja. Tanda merek adalah bagian dari merek yang tidak dapat dieja atau disebutkan, seperti simbol, desain atau warna atau huruf yang berbeda. Merek dagang adalah merek atau bagian merek yang diberikan untuk melindungi secara hukum yaitu melindungi penjual untuk menggunakan hak eksklusif untuk menggunakan nama merek atau tanda merek. Copyright adalah hak hukum eksklusif yang diberikan untuk menggandakan, mempublikasikan, dan menjual segala sesuatu yang berbentuk buku, musik atau karya artistik. 2.6
Uji Cochran’s Q Uji cochran’s Q digunakan untuk menguji hipotesis antara k sampel berpasangan bila
data berbentuk nominal dari frekuensi dikotomi, yang berkaitan mempunyai mean yang sama. Uji ini diukur dalam skala nominal atau ordinal yang di pisah-duakan (dikotomi), misalnya ya dan tidak, sukses dan gagal, dan lain-lain (Wahid Sulaiman, 2004:102-103). Hipotesis pengujian: Ho = semua perlakuan mempunyai efek yang sama Ha = minimal ada satu perlakuan mempunyai efek yang sama Rumus statistik Cochran’s Q test : (2-1) Keterangan : k = jumlah variabel n = jumlah responden (pengamatan)
23
Cj = total respon pada j variabel dalam (kolom) Ri = total respon pada i pengamatan (baris) 2.7
Uji Validitas Uji validitas bertujuan untuk mengetahui valid tidaknya suatu angket. Menurut
Masrun dalam Sugiyono (2009:188-189) menyatakan “Teknik Korelasi untuk menentukan validitas item ini sampai sekarang merupakan teknik yang paling banyak digunakan”. Selanjutnya dalam memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi, Masrun menyatakan “Item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi, menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Langkah dalam menguji validitas: a.
Menentukan hipotesa Ho = Skor butir tidak berkolerasi positif dengan skor faktor. H1 = Skor butir berkolerasi positif dengan skor faktor.
b.
Menentukan nilai r tabel df = jumlah kasus – 2 Tingkat signifikansi 5%
c.
Mencari r hasil
Rumus dari validitas adalah: (2-2) Keterangan :
r
=
koefisien korelasi
x
=
nilai skor butir
y
=
nilai skor total
24
N d.
=
jumlah responden
Mengambil keputusan Dasar pengambilan keputusan: a.
Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir tersebut valid.
b.
Jika r hasil negatif , serta r hasil < r tabel, maka butir tersebut tidak valid.
2.8
Uji Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (Skala
pengukuran). Instrumen yang reliabel belum tentu valid.
Reliabilitas berbeda dengan
validitas, karena yang pertama memusatkan perhatian pada masalah konsistensi, sedangkan yang kedua lebih memperhatikan masalah ketepatan. Suatu instrumen akan reliabel apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur berkali-kali dan menghasilkan data yang konsisten (Sugiyono, 2009:175). Suatu angket dikatakan reliabel atau tidak dapat dilihat dari nilai cronbach alpha-nya, jika cronbach alpha diatas 0,6, maka angket dikatakan memiliki reliabel yang tinggi (Imam Ghozali, 2002:133). Ada pendapat lain yang menyatakan baik / buruknya reliabilitas instrumen dapat dikonsultasikan dengan nilai r tabel. Rumus dari reliabilitas adalah: (2-3) Keterangan : r
=
koefisien reliabilitas instrumen (cronbach alpha)
k
=
banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
=
total varians butir
=
total varians
25
2.9
Statistik Deskriptif Statistika deskriptif adalah bagian dari ilmu statistika yang hanya mengolah,
menyajikan data tanpa mengambil keputusan untuk populasi. Dengan kata lain hanya melihat gambaran secara umum dari data yang didapatkan. Iqbal Hasan (2001:7) menjelaskan statistik deskriptif adalah bagian dari statistik yang mempelajari cara pengumpulan data dan penyajian data sehingga mudah dipahami. Statistik deskriptif hanya berhubungan dengan hal yang menguraikan atau memberikan keteranganketerangan mengenai suatu data atau keadaan atau fenomena. Dengan kata lain, statistik deskriptif berfungsi menerangkan keadaan gejala atau persoalan. Penarikan kesimpulan pada statistik deskriptif (jika ada). Didasarkan pada ruang lingkup bahasannya statistik deskriptif mencakup distribusi frekuensi beserta bagian-bagiannya seperti grafik distribusi (histogram, poligon frekuensi, dan ogif), ukuran nilai pusat (rata-rata, median, modus, kuartil dan sebagainya), ukuran dispersi (jangkauan, simpangan rata-rata, variasi, simpangan baku dan sebagainya), kemencengan dan keruncingan kurva. 2.10
Multidimensional Scaling (MDS) MDS atau penetapan skala multidimensi merupakan sebuah kelas prosedur untuk
merepresentasikan persepsi dan preferensi responden secara spasial dengan menggunakan sebuah tampilan visual (Malhotra, 2004:349). MDS juga dikenal sebagai pemetaan persepsi, yaitu berhubungan dengan pembuatan map untuk menggambarkan posisi sebuah obyek dengan obyek lainnya berdasarkan kemiripan obyek–obyek tersebut. MDS dapat juga diaplikasikan ke dalam rating subyektif dalam perbedaan (dissimilarity) antara obyek atau konsep. Lebih lanjut teknik ini dapat mengolah data yang berbeda dari berbagai sumber yang berasal dari responden. Teknik
26
MDS dapat digunakan untuk mengidentifikasi dimensi-dimensi yang menggambarkan persepsi konsumen. 2.10.1 Konsep Dasar dalam Analisis Multidimensional Scaling Analisis multidimensional scaling (MDS) adalah suatu kelas prosedur untuk menyajikan persepsi dan preferensi pelanggan secara spasial dengan menggunakan tayangan yang biasa dilihat (Supranto,2004:177). Analisis penskalaan multidimensional scaling dipergunakan di dalam pemasaran untuk mengenali (mengidentifikasi) hal-hal berikut: 1. Banyaknya dimensi dan sifat/cirinya yang dipergunakan untuk mempersepsikan merek yang berbeda di pasar. 2. Penempatan (positioning) merek yang diteliti dalam dimensi ini. 3. Penempatan merek ideal dari pelanggan dalam dimensi ini. Informasi sebagai hasil analisis penskalaan MDS telah dipergunakan untuk berbagai aplikasi pemasaran, antara lain sebagai berikut: 1. Ukuran citra (image measurement) Membandingkan persepsi pelanggan dan bukan pelanggan dari perusahaan dengan persepsi perusahaan sendiri. 2. Segmentasi pasar (market segmentation). 3. Pengembangan produk baru (new product development). Melihat adanya celah (gap) dalam peta spasial yang menunjukkan adanya peluang untuk penempatan produk baru. 4. Menilai keefektifan iklan (assesing advertising effectiveness) Peta spasial digunakan untuk menentukan apakah iklan/advertensi telah berhasil di dalam mencapai penempatan merek yang diinginkan.
27
5. Analisis harga (pricing analysis) Peta spasial dikembangkan dengan dan tanpa informasi harga dapat dibandingkan untuk menentukan dampak yang ditimbulkan harga. 6. Keputusan saluran (channel decisions) Pertimbangan pada kecocokan dari merek toko dengan eceran yang berbeda dapat mengarah ke peta spasial yang berguna untuk keputusan saluran. 7. Pembentukan skala sikap (attitude scale construction) Teknik MDS dapat dipergunakan untuk mengembangkan dimensi yang cocok dan pengaturan ruang sikap. 2.10.2 Pendekatan dalam membuat Perceptual Map MDS dikenal sebagai pemetaan persepsi data non atribut. Pendekatan dalam membuat pemetaan persepsi dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1 Perceptual Map Sumber : Aaker et al. (2011)
28
2.10.3 Jenis Multidimensional Scaling Berdasarkan pendekatannya, MDS dibedakan atas: 1. Pendekatan turunan Pendekatan yang mengumpulkan data persepsi dengan pendekatan berbasis pada atribut. Keuntungannya: - Untuk mengidentifikasi atau mengenali responden dengan persepsi yang homogen. - Responden dikelompokkan berdasarkan penilaian atribut. - Memudahkan pembuatan nama pada dimensi. Kelemahannya: - Peneliti harus mengidentifikasi semua atribut yang penting - Peta spasial yang diperoleh tergantung pada atribut yang dikenali. 2. Pendekatan Langsung Pendekatan yang mengumpulkan data persepsi dengan pendekatan berbasis pada non atribut. Keuntungannya: - Peneliti tidak harus mengenali/mengidentifikasi suatu set atribut yang penting. - Responden membuat pertimbangan kemiripan dengan kriterianya sendiri, seperti dalam situasi normal. Kelemahannya: - Kriteria tersebut sangat dipengaruhi oleh merek atau stimulus yang sedang dievaluasi.
29
- Sulit dalam pemberian nama pada dimensi peta spasial. Pendekatan langsung lebih sering dipergunakan daripada pendekatan berbasis atribut. Namun demikian, mungkin lebih baik menggunakan keduanya sebagai suatau komplemen (Supranto,2004:183-184) Berdasarkan skala pengukuran dari data kemiripan, MDS dibedakan atas: 1. MDS berskala metrik MDS metrik mengasumsikan bahwa data adalah kuantitatif (interval dan ratio). 2. MDS berskala nonmetrik MDS nonmetrik mengasumsikan bahwa data adalah kualitatif (nominal dan ordinal). Prosedur penskalaan multidimensional scaling mengasumsikan bahwa input data ordinal akan tetapi menghasilkan data metrik. Jarak dalam peta spasial yang dihasilkan diasumsikan sebagai skala interval (metrik). Prosedur ini menemukan dalam suatu dimensionality tertentu, bahwa suatu peta spasial yang rank order-nya berasal dari jarak antara merek atau stimulus yang diperkirakan akan mempertahankan atau menghasilkan kembali input urutan peringkat atau
input rank order. Sebaliknya, metode penskalaan
mutidimensional metrik mengasumsikan bahwa input data berupa metrik. Oleh karena output atau hasil juga metrik, suatu hubungan yang kuat antara data input dan output dipertahankan dan mutu metrik dari input data juga dipertahankan. Seperti diketahui data metrik biasa berupa skala interval atau rasio. Metode metrik dan non-metrik memberikan hasil yang sama (Supranto, 2004:185). Menurut Malhotra (2010:354), prosedur MDS dengan menggunakan data metrik maupun non metrik akan memberikan hasil yang sama.
30
2.10.4 Langkah – Langkah Multidimensional Scaling Langkah – langkah multidimensional scaling adalah sebagai berikut: 1.
Pertama - tama mencari nilai dari jarak euclidean (dij)
2.
Carilah nilai A =
3.
Cari nilai B = (
4.
Cari nilai eigen λ1, . . ., λp dan cari vektor eigen ϒ1, . . ., ϒp dimana vektor eigen
)
adalah normal, maka 5.
Pilih jumlah dimensi p (secara ideal p=2)
6.
Tentukan koordinat dari n dengan jarak euclidean
dimana i =
1, . . . , n dan j = 1, . . ., p 2.11
Peta Citra (Image Map) Lerner dan Denegre (1994) menguraikan bahwa peta citra (image map) adalah peta
dengan latar belakang seluruh atau sebagian citra penginderaan jauh, yang selanjutnya informasi tematik (informasi grafis) disajikan padanya dalam berbagai cara visualisasi. Dalam pembuatan peta citra biasanya mengkombinasikan penyajian grafis simbol-simbol titik, garis dan area. Demikian pula dengan teknik dan kombinasi pola bayangan (shades) maupun warna. Dalam peta citra dapat digunakan warna-warna teks yang berbeda meskipun namanama tersebut memiliki kategori unsur yang sama. Umumnya digunakan teks warna putih atau kuning untuk area yang gelap, sedangkan untuk area yang terang dapat digunakan teks berwarna hitam atau coklat. Di luar hal itu tetap sama mengikuti kaidah yang sudah ditetapkan untuk peta garis, misalnya untuk jenis dan ukuran huruf.
31
2.12
Berbasis Komputer Secara teori, penerapan sebuah sistem informasi memang tidak harus menggunakan
komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem informasi yang sangat kompleks itu dapat berjalan dengan baik jika tanpa adanya komputer. Sistem informasi berbasis komputer merupakan sistem pengolah data menjadi sebuah informasi yang berkualitas dan dipergunakan untuk suatu alat bantu pengambilan keputusan. Yang dimaksud berbasis komputer dalam skripsi adalah kegiatan perancangan dan pembuatan suatu program komputer yang dapat menganalisis statistika deskriptif, multidimensional scaling, dan juga image mapping. Untuk merancang dan membuat program dibutuhkan metode perancangan, yang dalam hal ini digunakan metode perancangan UML. 2.13
UML (Unified Modelling Language) Menurut Booch, et al (2000:1) UML merupakan bahasa pemodelan, bukan sebuah
metode. Sebagian besar metode itu sifatnya konsisten, setidaknya mempunyai dasar atau aturan, terdiri atas bahasa pemodelan dan proses. Bahasa pemodelan
dipakai untuk
mengekspresikan desain. 2.13.1 Metodologi UML (Unified Modeling Language) Ada 3 (tiga) macam diagram dalam Unified Modeling Language (UML) yang digunakan pada penelitian ini yaitu: a.
State Transition Diagram Diagram ini untuk menggambarkan urutan dan variasi layar yang dapat muncul ketika pengguna sistem mengunjungi terminal (Whitten et al., 2004).
32
b.
Use Case Diagram Diagram ini mempelihatkan himpunan use case dan user-user (suatu jenis khusus dari kelas). Diagram ini terutama sangat penting untuk mengorganisasi dan memodelkan perilaku dari suatu sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna.
c.
Sequence Diagram Diagram ini memperlihatkan interaksi yang menekankan pada pengiriman pesan (message) dalam suatu waktu tertentu.
2.14
C# C# (baca: See-Sharp) adalah bahasa pemrograman baru yang diciptakan Microsoft
yang digunakan oleh banyak developer .NET untuk mengembangkan aplikasi dengan platform .NET. Karakteristik dari C#: 1.
Sederhana (Simple) C# bersifat sederhana, karena bahasa ini didasarkan kepada bahasa C dan C++. Jika anda familiar dengan C dan C++ atau bahkan Java, anda akan menemukan aspek-aspek yang begitu familiar, seperti statements, expression, operators, dan beberapa fungsi yang diadopsi langsung dari C dan C++, tetapi dengan berbagai perbaikan yang membuat bahasanya menjadi lebih sederhana.
2.
Object Oriented Language C# memenuhi syarat-syarat sebagai sebuah bahasa pemrograman yang bersifat Object Oriented, yaitu encapsulation, inheritance dan polymorphism.
3.
Powerful dan Fleksibel
33
C# bisa digunakan untuk membuat berbagai macam aplikasi, seperti aplikasi pengolah kata, grafik, spreadsheets, atau bahkan membuat kompiler untuk sebuah bahasa pemrograman. 4.
Efisien C# tidak memiliki terlalu banyak keyword, sehingga dapat mengurangi kerumitan.
5.
Modular Kode C# ditulis dengan pembagian masing Class-Class (classes) yang terdiri dari beberapa routines yang disebut sebagai member methods. Class-Class dan metode-metode ini dapat digunakan kembali oleh program atau aplikasi lain. Hanya dengan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh class dan metode yang dimaksud, maka kita akan dapat membuat suatu kode yang dapat digunakan oleh satu atau beberapa aplikasi dan program (reusable code).