BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Database / Basisdata Menurut Conolly dan Begg (2005, p15) pengertian database adalah kumpulan dari data yang saling berelasi secara logikal dan sebuah deskripsi dari data tersebut, yang didesain untuk menemukan informasi yang dibutuhkan organisasi. Dimana deskripsi dari data dikenal sebagai system catalog (data dictionary atau metadata – ‘data tentang data’). Metadata mengambarkan dirinya sendiri dalam sebuah database yang menyediakan program-data independence Basis data (Bambang Harianto, 2004, p.4) adalah kumpulan data (elementer) yang secara logik berkaitan dalam merepresentasikan fenomena/fakta secara terstruktur dalam domain tertentu untuk mendukung aplikasi pada sistem tertentu. Atau bisa juga diartikan sebagai kumpulan data yang saling berhubungan yang merefleksikan fakta-fakta yang terdapat di organisasi. Basis data mendeskripsikan state organisasi/perusahaan/sistem.
2.1.2 Pengertian DBMS (Database Management System) Menurut Conolly dan Begg (2005, p15), pengertian DBMS adalah sebuah perangkat
lunak
yang
memberikan
kebebasan
pada
pengguna
untuk
mendefinisikan, membuat, memelihara dan mengontrol akses ke database. Fasilitas-fasilitas yang disediakan DBMS antara lain : 7
1. Data Definition Language (DDL) DDL
memberikan
kebebasan
pada
pengguna
untuk
mendefinisikan database. Dalam DDL Pengguna dapat membuat struktur, tipe data dan constraints dari data yang akan disimpan ke dalam database. 2. Data Manipulation Language (DML) DML memberikan kebebasan pada pengguna untuk melakukan insert, update, delete dan retrieve data dari database. DML menyediakan pengguna sebuah fasilitas untuk melakukan pencarian data yang disebut query language. Query Language yang umum digunakan adalah Structured Query Language (SQL) 3. DBMS juga menyediakan kontrol akses ke database, yaitu : a. Security System, mencegah pengguna yang tidak memiliki hak akses untuk mengakses database. b. Integrity System, menjaga konsistensi data yang disimpan dalam database. c. Concurency Control System, memungkinkan akses ke database secara bersamaan. d. Recovery Control System, me-restore database ke keadaan yang sebelumnya jika terjadi kesalahan hardware atau software. e. User Accesible-Catalog, terdapat deskripsi dari data yang ada dalam database
8
4. Dalam DBMS environment terdapat 5 komponen utama. Komponen tersebut antara lain : a. Perangkat keras DBMS dan aplikasi membutuhkan perangkat keras agar dapat berjalan. Perangkat keras yang digunakan bergantung pada kebutuhan organisasi dan DBMS yang digunakan. Beberapa DBMS hanya berfungsi pada beberapa perangkat keras yang digunakan atau sistem operasi tertentu, ketika yang lain berjalan pada sebuah keberagaman perangkat keras dan sistem operasi yang luas. b. Perangkat lunak Komponen perangkat lunak terdiri dari perangkat lunak DBMS itu sendiri dan program-program aplikasi, bersama dengan sistem operasi mencakup perangkat lunak jaringan jika digunakan pada sebuah jaringan Target dari DBMS ialah memiliki peralatan generasi keempatnya sendiri yang memberikan kebebasan untuk pengembangan aplikasi yang cepat melalui ketentuan nonprocedural query language, reports generators, forms generators, graphic generators, application generators. c. Data Komponen utama yang paling penting dari DBMS environment adalah Data. Data berperan sebagai jembatan penghubung antara komponen mesin dan komponen manusia. d. Procedure 9
Procedure lebih cenderung pada instruksi dan peraturan yang mengatur desain dan penggunaan database. Pengguna dari sistem dan staff yang mengelola database membutuhkan dokumentasi procedures untuk mengetahui cara mengunakan dan menjalankan sistem. e. People / Masyarakat Komponen akhir dari DBMS ialah masyarakat yang terlibat dengan sistem.
2.1.3 Data Definition Language (DDL) Menurut Connolly dan Begg (2005, p39), DDL ialah sebuah bahasa yang mengizinkan DBA atau pengguna untuk mengambarkan dan dan memberi nama entity-entity, atribut-atribut dan hubungan-hubungan yang diperlukan untuk sebuah aplikasi. Database schema dispesifikasikan oleh sekumpulan definisidefinisi yang ditunjukan dengan artian sebuah bahasa yang spesial yang disebut dengan Data Definition Language.
2.1.4 Data Manipulation Language (DML) Menurut Connolly dan Begg (2005, p40), DML ialah sebuah bahasa yang menyediakan sekumpulan operasi yang mendukung operasi manipulasi dari basis data pada data yang terdapat dalam database. Operasi manipulasi data biasanya meliputi sebagai berikut : a. Insertion data baru ke dalam database b. Modification data yang disimpan dalam database 10
c. Retrieval data yang terdapat dalam database d. Deletion data dari database
2.1.5 Entity-Relationship Modeling Menurut Connolly dan Begg (2005, p343), ada beberapa konsep-konsep dasar dari Entity-Relationship Model antara lain entity, relationship, attribute.
2.1.5.1 Entity Types Menurut Connolly dan Begg (2005, p343), Konsep dasar dari ER model adalah entity type (tipe entity). Tipe entity ialah sekumpulan kelompok dari ‘objek’ dengan properti yang sama dimana diidentifikasi oleh sebuah perusahaan sebagai suatu keberadaan yang berdiri sendiri. Setiap objek yang dapat diidentifikasi secara unique dari sebuah tipe entity disebut sebagai entity occurrence. Tipe entity dapat diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
2.1.5.1.1 Strong Entity Menurut Connolly dan Begg (2005, p354-355), strong entity type adalah sebuah tipe entity dimana keberadaannya tidak bergantung pada beberapa tipe entity lain. Karakteristik dari strong
entity
type ialah
setiap entity
occurrence
dapat
diidentifikasi secara unique menggunakan sebuah atribut atau beberapa atribut primary key dari tipe entitynya.
11
2.1.5.1.2 Weak Entity Menurut Connolly dan Begg (2005, p354-355), weak entity type ialah sebuah tipe entity yang keberadaannya bergantung pada beberapa tipe entity lain. Karakteristik dari weak entity ialah setiap entity occurrence tidak dapat diidentifikasi secara unique hanya menggunakan atribut yang berhubungan dengan tipe entity lain yang berupa foreign key yang dijadikan sebagai primary key. Strong Entity
Weak Entity
Gambar 2.1 Strong Entity dan Weak Entity 2.1.5.2 Relationship Types Menurut Connolly dan Begg (2005, p346), sebuah relationship type ialah sekumpulan sosiasi antara satu atau lebih tipe entity yang ikut 12
serta. Setiap relationship type diberi nama sesuai dengan fungsinya. Relationship occurrence ialah sebuah asosiasi yang dapat diidentifikasikan secara unique dimana mencakup sebuah kejadian dari setiap entity yang ikut serta. Relationship Name
Student
Class
Has
Gambar 2.2 Relationship Menurut Connolly dan Begg (2005, p347), dalam relationship types terdapat degree of Relationship Type. Degree of Relationship Type adalah jumlah tipe entity yang ikut serta dalam relationship. Entity yang terkait dalam sebuah fakta relationship type ditunjuk sebagai participants dalam relationship. Jumlah participants dalam relationship type disebut degree (derajat) dari relationship tersebut Sebuah relationship yang memiliki derajat dua disebut sebagai binary.
13
Powns Student
Class
Gambar 2.3 Binary Relationship Sedangkan, sebuah relationship yang memiliki derajat tiga disebut sebagai ternary.
Gambar 2.4 Ternary Relationship Kemudian, querternary panggilan untuk sebuah relationship yang memiliki derajat empat.
14
POSISI
Gambar 2.5 Quertenary Relationship
2.1.5.3 Attributes Menurut Connolly dan Begg (2005, p350), attributes ialah properti dari sebuah entity atau sebuah relationship type. Sebuah atribut memegang nilai yang menggambarkan setiap entity occurrence dan mewakili bagian utama dari data yang disimpan dalam database. Attributes dapat diklasifikasikan menjadi : simple atau composite, singlevalued atau multi-valued dan derived.
2.1.5.3.1 Simple dan Composite Attributes Menurut Connolly dan Begg (2005, p350), simple attribute adalah sebuah atribut dari komponen tunggal dengan keberadaan yang berdiri sendiri. Simple attribute kadang-kadang 15
disebut sebagai atomic attributes. Menurut Connolly dan Begg (2005, p350), composite attribute ialah sebuah atribut dari komponen yang banyak, tiap-tiap atributnya memiliki keberadaan yang berdiri sendiri.
2.1.5.3.2 Single-valued dan Multi-valued Attributes Menurut
Connolly
dan
Begg
(2005,
p351-352),
singlevalued attribute ialah sebuah atribut yang memegang sebuah nilai tunggal untuk setiap kejadian dari sebuah tipe entity. Sedangkan, multi-valued attribute ialah sebuah atribut yang memegang banyak nilai untuk setiap kejadian dari sebuah tipe entity.
2.1.5.3.3 Derived Attributes Menurut Connolly dan Begg (2005, p352), derived attribute adalah sebuah atribut yang mewakili sebuah nilai yang dapat diturunkan dari nilai sebuah atribut yang berhubungan atau sekumpulan atribut yang tidak diperlukan dalam tipe entity yang sama.
2.1.5.3.4 Keys Menurut Connolly dan Begg (2005, p352), candidate key adalah jumlah minimal dari atribut-atribut, yang nilainya secara unique mengidentifikasi setiap entity occurrence. Primary key 16
ialah sebuah candidate key yang terpilih secara unique, yang mengidentifikasi setiap kejadian dalam sebuah tipe entity. Sedangkan composite key ialah sebuah candidate key yang terdiri dari 2 atau lebih atribut.
2.1.5.4 Structural constraints Menurut Connolly dan Begg (2005, p356-357), Constraints seharusnya mencerminkan batasan dari hubungan sebagai suatu tanggapan dalam dunia nyata. Tipe utama constraints dalam hubungan disebut multiplicity. Multiplicity adalah sejumlah kejadian yang mungkin terjadi pada sebuah tipe entity dimana memungkinkan berhubungan dengan satu kejadian lain yang bergantung pada sebuah tipe entity melalui sebuah hubungan yang nyata. Multiplicity membatasi jalan setiap entity-entity yang terhubung. Derajat yang paling umum untuk relationship ialah binary (degree two) Binary relationship pada umumnya mengarah pada : 1. One-to-one (1:1) Terjadi bila setiap anggota entity A hanya boleh berpasangan dengan satu anggota dari entity B. Sebaliknya, tiap anggota dari entity B hanya boleh berpasangan dengan satu anggota entity A.
17
2. One-to-many (1:*) Terjadi bila setiap anggota entity A boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entity B. Sebaliknya, tiap anggota entity B. hanya boleh berpasangan dengan satu anggota entity A. 3. Many-to-many (*:*) Terjadi bila tiap anggota entity A boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entity B. Sebaliknya, tiap anggota entity B juga boleh berpasangan dengan lebih dari satu anggota entity A.
2.1.6 Normalisasi Menurut Connolly dan Begg (2005, p388), normalisasi ialah sebuah teknik untuk menghasilkan sekumpulan relasi dengan properti yang diinginkan guna memberikan data yang dibutuhkan perusahaan. Tujuan dari normalisasi adalah untuk mengidentifikasi sekumpulan relasi yang sesuai yang mendukung data yang dibutuhkan oleh sebuah perusahaan. Karakteristik dari sekumpulan relasi yang sesuai termasuk sebagai berikut : a. Jumlah minimal dari atribut-atribut yang dibutuhkan untuk mendukung data yang dibutuhkan oleh perusahaan. b. Atribut-atribut dengan relasi logika yang dekat ditemukan dalam relasi yang sama. c. Redudansi minimal dengan setiap atribut yang digambarkan hanya sekali dengan pengecualian yang sangat penting dari setiap atribut yang
18
membentuk keseluruhan atau sebagian dari foreign keys, dimana dibutuhkan untuk penggabungan relasi yang saling terkait.
2.1.7 Proses Normalisasi Sebuah tabel yang belum dinormalisasi disebut dengan Unnormalize Form (UNF). UNF adalah sebuah tabel yang memiliki satu atau lebih repeating groups.
2.1.7.1 Normalisasi Pertama (1st NF) Untuk membentuk normalisasi pertama (1NF) repeating groups harus dihilangkan. Untuk memindahkan tabel unnormalize ke tabel normalisasi pertama kita harus mencari dan memindahkan data-data yang berulang. Suatu hubungan dikatakan normal pertama jika : 1. Setiap baris dan kolom berisi atribut yang bernilai tunggal. 2. Kunci primer (Primary Key) telah ditentukan. 3. Atribut nilai banyak (multi value) telah dihilangkan.
2.1.7.2 Normalisasi Kedua (2nd NF) Normalisasi kedua (2NF) adalah sebuah relasi pada 1NF dan setiap atribut yang non-primary key adalah fully functional dependent dapat diciptakan dengan menghilangkan partial dependency. Suatu hubungan dikatakan normal kedua jika : 1. Berada pada normal pertama. 19
2. Atribut bukan kunci primer (non-primary key) telah dihilangkan atau semua atribut non-primary key bergantung sepenuhnya kepada primary key.
2.1.7.3 Normalisasi Ketiga (3rd NF) Normalisasi ketiga (3NF) dilakukan dengan cara melihat apakah terdapat atribut non-primary key yang tergantung fungsional terhadap atribut non-primary key lainnya (Transitive Dependence). Dengan cara yang sama maka setiap ketergantungan transitif dipisahkan. Suatu hubungan dikatakan normal ketiga jika : 1. Berada pada normal pertama dan normal kedua. 2. Setiap atribut non-primary key tidak memiliki transitive dependency terhadap primary key.
2.1.7.4 Bentuk Normal Boyce-Codd (BCNF) Normalisasi BCNF dapat dilakukan bila terdapat kondisi dimana relasi memiliki dua atau lebih composite key dimana candidate key-nya saling melengkapi, yang sedikitnya memiliki satu atribut pada umumnya. Sebuah relasi dikatakan BCNF, jika dan hanya jika setiap determinant adalah candidate key.
2.1.7.5 Bentuk Normal Keempat (4NF) Sebuah relasi dikatakan memiliki multi-value dependency apabila dua atau lebih one to many relationship saling bebas terdapat pada relasi 20
tersebut. Multi-Value dependency dapat dihilangkan dengan memisahkan masingmasing relasi one to many menjadi sebuah tabel baru dengan mengikutsertakan determinantnya. Bentuk 4NF diperoleh apabila relasi tersebut telah BCNF dan tidak terdapat multivalue dependency.
2.1.7.6 Bentuk Normal Kelima (5NF) Relasi dikatakan telah 5NF bila relasi tersebut tidak memiliki joint dependency.
2.1.8 Fourth-Generation Language (4GLs) Menurut Connolly dan Begg (2005, p42), tidak terdapat persetujuan umum tentang bahasa generasi keempat. Berbeda dengan bahasa generasi ketiga yang membutuhkan banyak baris untuk sebuah operasi, generasi keempat ini membutuhkan lebih sedikit baris untuk sebuah operasi dibanding dengan bahasa generasi sebelumnya. Sebuah bahasa generasi keempat sangat diharapkan dapat menjadi tumpuan yang sangat besar untuk komponenkomponen yang levelnya lebih tinggi yang dikenal dengan fourth-generation tools. Bahasa generasi keempat meliputi : 1. Presentation language, seperti query languages dan report generators 2. Speciality language, seperti spreadsheets dan database language 3. Application generators yang mendefinisi, melakukan insert, update, delete data dari database ke aplikasi yang sedang dibangun 4. Very high-level languages yang digunakan untuk mengenerate application code 21
2.1.9 The Database System Development Lifecycle
Gambar 2.6 Database Lifecycle Menurut Connolly dan Begg (2005, p284-285), ada beberapa aktivitas utama yang berhubungan dengan tingkatan dalam Database System Development Lifecycle. Aktivitas–aktivitas tersebut antara lain:
22
2.1.9.1 Database Planning Database planning adalah merencanakan bagaimana tahap-tahap dari lifecycle dapat direalisasikan dengan cara yang paling efisien dan efektif. Perencanaan basis data harus terintegrasi dengan sistem informasi. (2005, p285-286) 1. Identifikasi rencana dan tujuan perusahaan dengan menentukan sistem informasi yang diperlukan. 2. Evaluasi sistem informasi yang sekarang digunakan untuk menentukan kelemahan dan kekuatannya. 3. Penilaian tentang peluang IT yang mungkin menghasilkan keuntungan yang kompetitif. Metodologi untuk mengatasi tiga hal tersebut diatas, yaitu : 1. Database Planning-Mission Statement Mission
Statement
untuk
database
project
mendefinisikan tujuan utama dari aplikasi database. Mengarahkan database project, biasanya mendefinisikan perintah tugas (mission statement). Mission statement membantu menjelaskan kegunaan dari database project dan menyediakan alur yang lebih jelas untuk mencapai efektifitas dan efisiensi penciptaan dari suatu aplikasi database yang diinginkan. 2. Database Planning-Mission Objectives Ketika mission statement telah didefinisikan, maka mission objectives didefinisikan. Setiap objective (tujuan) 23
harus mengidentifikasikan tugas khusus yang harus didukung oleh database. Dapat juga disertai dengan beberapa informasi tambahan yang menspesifikasikan pekerjaan yang harus diselesaikan. Sumber daya yang digunakan dan biaya untuk membayar ke semuanya itu. Perencanaan database juga harus meliputi pengembangan standar pengumpulan data, bagaimana penetapan format, dokumentasi yang diperlukan, bagaimana desain dan implementasi diproses.
2.1.9.2 System Definition System definition menspesifikasikan jangkauan dan batasan dari aplikasi basis data, penggunaannya, dan lingkungan aplikasi. User view mendefinisikan apa yang diwajibkan dari suatu aplikasi database dari perspektif aturan kerja khusus (seperti: manajer atau supervisor) atau area aplikasi perusahaan (seperti: marketing, personel, atau stock control). Aplikasi database memiliki satu atau lebih user view. Identifikasi user view membantu memastikan bahwa tidak ada pengguna utama dari suatu basis data yang terlupa ketika pembuatan aplikasi baru yang dibutuhkan. User views juga membantu dalam pengembangan aplikasi basis data yang rumit atau kompleks memungkinkan permintaan-permintaan dipecah ke dalam bagianbagian yang lebih sederhana.
24
2.1.9.3 Requirements Collection and Analysis Proses pengumpulan dan analisis informasi mengenai bagian dari organisasi yang akan mendukung aplikasi basis data dan mengunakan informasi ini untuk mengidentifikasi kebutuhan pengguna pada sistem baru. Pada bagian ini dilakukan pengumpulan dan analisis informasi mengenai bagian-bagian dari entreprise yang akan menggunakan atau terkait dengan basis data yang akan dibuat. Untuk itu digunakan teknik yang disebut Fact Finding Technique. Terdapat lima teknik fact finding yang umum digunakan (Conolly & Begg, 2002. p305): 1. Mengevaluasi dokumen 2. Wawancara 3. Mengobservasi jalannya kegiatan kerja pada perusahaan 4. Penelitian 5. Kuisioner
2.1.9.4 Database Design Database design adalah proses membuat sebuah desain untuk sebuat sistem basis data yang mendukung kegiatan operasional suatu perusahaan (Connolly & Begg, 2002, p279) pada bagian ini dibagi menjadi tiga tahap yaitu konseptual, logikal, dan fisikal. 1. Perancangan konseptual basis data Perancangan
konseptual
merupakan
proses
konstuksi suatu informasi yang digunakan dalam sebuah organisasi. Fase perancangan konseptual bermula dari 25
pembuatan data model konseptual dari organisasi, yang sepenuhnya bebas mengimplementasikan rincian-rincian seperti mengenal sasaran dari manajemen sistem basis data (DBMS), pemrograman,
program-program platform
aplikasi,
bahasa
keras,
persoalan
perangkat
kinerja, atau pertimbangan fisik lainnya. 2. Perancangan logikal basis data Perancangan basis data logikal adalah proses konstruksi suatu informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan berdasarkan pada sebuah model data yang spesifik, tetapi bebas dari fakta-fakta DBMS dan pertimbangan fisik lainnya. Fase perancangan basis data secara logikal memetakan model perancangan konseptual pada sebuah model logikal, yang mana dipengaruhi oleh model data untuk target basis data (Contoh: model relational). Model data logikal adalah sumber informasi bagi fase perancangan fisik dengan wahana untuk pembuatan penjualan yang sangat penting untuk sebuah perancangan basis data yang efisien. 3. Perancangan fisikal basis data Perancangan
basis
data
secara
fisik
yang
merupakan proses pembuatan deskripsi dari implementasi basis data pada media penyimpanan sekunder dan fase ini mendeskripsikan dasar relasi berkas organisasi dan indeks 26
untuk mencapai pengaksesan data yang efisien dan beberapa batasan hubungan yang utuh dan tingkatan keamanan. Fase perancangan basis data secara fisik memperbolehkan
perancangan
membuat
keputusan-
keputusan berdasarkan pada bagaimana basis data diimplementasikan. Agar, perancangan fisikal ditoleransi untuk sebuah manajemen sistem basis data yang spesifik. Ada timbal balik antar perancangan logikal dan fisikal, karena
keputusan-keputusan
yang
diambil
selama
perancangan fisikal mengembangkan kinerja yang bisa memperngaruhi model data logikal. Tujuan utama dari perancangan basis data, yaitu: 1. Merepresentasikan data dan relationship antara data yang dibutuhkan oleh seluruh area aplikasi utama dan user group. 2. Menyediakan model data yang mendukung segala transaksi yang diperlukan pada data. 3. Menspesifikasi perancangan minimal yang secara tepat disusun untuk memenuhi kebutuhan kinerja yang ditetapkan pada sistem
2.1.9.5 DBMS Selection DBMS Selection yaitu pemilihan DBMS (Database management system) yang sesuai untuk aplikasi-aplikasi basis data. Berikut ini adalah 27
langkah-langkah utama dalam pemilihan DBMS (Conolly & Begg, 2002, p284): 1. Menggambarkan cakupan tugas berdasarkan kebutuhan perusahaan. 2. Membuat perbandingan mengenai dua atau tiga produk DBMS. 3. Mengevaluasi produk-produk DBMS tersebut. 4. Merekomendasikan pemilihan DBMS dan membuat laporan hasil dari evaluasi produk DBMS tersebut.
2.1.9.6 Application Design (Conolly & Begg, 2002, p287), perancangan aplikasi yaitu merancang antar muka dan program aplikasi yang menggunakan dan memproses basis data. Perancangan basis data dan aplikasi merupakan aktivitas paralel yang meliputi dua aktivitas penting yaitu: 1. Transaction Design Transaksi adalah satu aksi atau serangkaian aksi yang dilakukan oleh user tunggal atau program aplikasi, yang mengakses atau merubah isi dari basis data, Kegunaan dari desain transaksi adalah untuk menetapkan dan keterangan karakteristik high-level dari suatu transaksi yang dibutuhkan pada basis data, diantaranya: a. Data yang digunakan oleh transaksi. b. Karakteristik fungsional dari suatu transaksi. c. Output transaksi. 28
d. Keuntungan bagi user. e. Tingkat kegunaan yang diharapkan. Terdapat tiga tipe transaksi, yaitu: a. Retrieval transaction Digunakan untuk pemanggilan (retrieve) data untuk ditampilkan di layar atau menghasilkan suatu laporan. b. Update transaction Digunakan
untuk
menambah
record
baru,
menghapus record lama, atau memodifikasi record yang telah ada di dalam basis data. c. Mixed transaction Meliputi pemanggilan dan perubahan data. 2. User interface design Beberapa aturan pokok dalam pembuatan antar muka pengguna, yaitu: a. Meaningful title, diusahakan pemberian nama suatu form cukup jelas menerangkan kegunaan dari suatu form atau report. b. Comprehensible instructions, penggunaan terminologi yang familiar untuk menyampaikan instruksi ke user dan jika informasi tambahan dibutuhkan, maka harus disediakan helpscreen.
29
c. Logical grouping and sequence at fields, field yang saling berhubungan ditempatkan pada form atau report yang sama. Urutan field harus logis dan konsisten. d. Visually appealing layout of the form/report, tampilkan form atau report harus menarik dan sesuai dengan hardcopy agar konsisten. e. Familiar field labels, penggunaan label yang familiar. f. Consistent terminology and abbreviation, terminologi dan singkatan yang digunakan harus konsisten. g. Consistent use of color. h. Visiblespace and boundaries for data-entitiy fields. Jumlah tempat yang disediakan untuk data-entry harus diketahui oleh pengguna. i. Convinient cursor movement, user dapat dengan mudah menjalankan
operasi
yang
diinginkan
dengan
menggerakan cursor pada form atau report. j. Error corretion for individual characters and entire fields, pengguna dapat dengan mudah menjalankan operasi yang diinginkan dan melakukan perubahan terhadap nilai field k. Error messages for unacceptable values l. Optional fields marked clearly.
30
m. Explanatory message for fields, ketika user meletakan cursor pada suatu field, maka keterangan mengenai field tersebut harus dapat dilihat. n. Completion signal, indikator yang menjelaskan bahwa suatu proses telah selesai dilaksanakan.
2.1.9.7 Prototyping Membangun model kerja dari aplikasi basis data yang memperbolehkan perancang atau pengguna untuk memvisualikasikan dan mengevaluasi bagaimana sistem akhirnya akan tampak dan berfungsi. Ada dua cara strategi membuat prototype (Conolly & Begg, 2002, p261), yaitu: 1. Requirement Prototyping Mengembangkan prototype untuk menentukan kebutuhan suatu aplikasi basis data yang dibutuhkan dan ketika kebutuhan dirasakan sudah lengkap maka prototype tersebut tidak digunakan lagi. 2. Evolutionary Prototyping Digunakan untuk tujuan sama, perbedaannya adalah bahwa prototype tidaklah dibuang tetapi dikembangkan lebih lanjut sehingga menjadi aplikasi basis data tersebut.
31
2.1.9.8 Implementation Implementasi merupakan pewujudan fisik dari basis data dan desain aplikasi (Connolly & Begg, 2002, p292). Implementasi basis data dicapai dengan membangun Data Definition Language (DDL) dari DBMS yang telah dipilih atau dengan menggunakan Graphical UserInterface (GUI),
masing-masing
menyediakan
fungsi
ketika
menyembunyikan pertanyaan (statement) DDL yang low-level. Statement DDL
digunakan
untk
menciptakan
struktur
basis
data
dan
mengkosongkan file yang terdapat dalam basis data tersebut. User view juga diterapkan pada langkah implementasi.
2.1.9.9 Data Conversion and Loading (Connolly & Begg, 2002, p293), pemindahan data yang ada ke dalam basis data yang baru dan mengubah aplikasi yang sedang berjalan agar dapat digunakan dalam basis data yang baru.
2.1.9.10 Testing Menurut Connolly dan Begg (2005, p305), Testing adalah suatu proses melaksanakan program aplikasi database dengan tujuan mencari kesalahan dan divalidasi untuk kebutuhan yang dispesifikasikan oleh pengguna. Jika data riil diharapkan untuk digunakan, maka adalah penting untuk mempunyai back up. Setelah pengujian diselesaikan, maka sistem aplikasi dan basis data ini telah siap untuk digunakan.
32
2.1.9.11 Operational Maintenance Menurut Connolly dan Begg (2005, p306), tahap pemeliharaan (maintenance), yang melibatkan aktivitas berikut : 1. Monitoring Performance dari sistem. Jika performance jatuh di bawah suatu tingkatan yang bisa diterima, penyetelan atau reorganisasi basis data mungkin diperlukan 2. Maintaining dan meningkatkan mutu aplikasi basis data (ketika diperlukan). Kebutuhan baru disatukan dalam aplikasi basis data dengan mengikuti langkah-langkah sebelumnya yang terdapat dalam lifecycle.
2.1.10 Data Flow Diagram (DFD) Menurut Jeffery L.Whitten (2004, p326-327), data flow diagram adalah sebuah model proses yang digunakan untuk menggambarkan aliran data melalui sebuah sistem dan tugas atau pengolahan yang dilakukan oleh sistem. Dalam DFD terdapat 3 simbol dan sebuah penghubung : 1. Proses Proses
Persegi panjang bersudut (bentuk Gane dan Sarson) lingkaran (bentuk DeMarco dan Yourdon) menyatakan proses atau bagaimana tugas dikerjakan. 33
2.
Agen Eksternal
Persegi empat menyatakan agen eksternal-batasan sistem tersebut. 3. Data Store Persegi panjang dengan kedua ujung terbuka menyatakan data store, terkadang disebut file atau database. 4. Panah menunjukkan aliran data input dan output dari proses tersebut.
2.1.11 State Transition Diagram (STD) Menurut Jeffery L. Whitten (2004, p636), state transition diagram adalah alat yang digunakan untuk menggambarkan urutan dari variasi screen yang dapat terjadi selama satu sesi pengguna. Segi empat digunakan untuk menggambar display screen. Anak panah menggambarkan aliran kontrol dan menggerakkan kejadian yang akan menyebabkan screen menjadi aktif. Segi empat hanya menggambarkan apa yang akan muncul selama dialogue. Sedangkan arah anak panah menunjukkan urutan munculnya screen-screen tersebut.
34
State 2
State 1
Gambar 2.7 State Transition Diagram 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Teori Akademis Kegiatan akademis adalah kegiatan yang berguna untuk mengatur segala kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh instuisi pendidikan. Kegiatan akademis dapat berupa penilaian, penjadwalan, absesnsi, dan lain lain.
2.2.2 Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah suatau kegiatan adminitrasi yang utama pada setiap badan organisasi atau institusi. Penjadwalan digunakan untuk mengatur kegiatan operasional suatu badan. Menurut Wren penjadwalan adalah pengakolasian sumber daya pada objek yang ada pada ruang dan waktu, dengan sedemikian rupa sehingga memenuhi kondisi-kondisi tertentu.
2.2.3 Pengertian Absensi Dalam setiap organisasi atau perusahaan, daftar hadir dianggaplah penting karena hal tersebut akan melaporkan kepada pemilik atau kepada para 35
pemimpin bagaimana kurang lebih kinerja orang tersebut. Dalam dunia pendidikan daftar hadir juga tidak kalah pentingnya. Dengan daftar hadir pihak sekolah dapat menerapkan kedisiplinan para siswa, serta data-data absensi tersebut dapat berguna untuk perencanaan, bimbingan dan pengarahan, koordinasi dan komunikasi.
2.2.4 Pengertian Penilaian Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif
tersebut.(
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/05/01/penilaian-hasil-belajar/)
36