BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1.
Ilmu Komunikasi Barger dan Chaffe mendefinisikan ilmu komunikasi sebagai: “ Communication science seeks and to understand the production, processing and effect of symbol and signal system by developing testable theories containing lawful generalization, that explain phenomena associated with production, production, processing and effect.” Maksudnya adalah Ilmu komunikasi berupaya untuk mencari dan memahami mengenai produksi, pemprosesan dan efek dari simbol serta sistem signal, dengan mengembangkan pengujian teori-teori menurut hukum generalisasi guna menjelaskan fenomena yang ada hubungan dengan produksi, pemprosesan dan efeknya. (Wiryanto, 2008: 3)
2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi merupakan kata yang mencangkup semua bentuk interaksi dengan orang lain yang berupa percakapan, membujuk (persuasi), mengajar, dan negosiasi. (Nujarman dan Umam, 2012: 36) Dalam proses komunikasi terdapat tiga unsur mutlak yang harus dipenuhi yaitu: 1.
Komunikator (Sender) Komunikator merupakan orang yang menyampaikan isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bisa peorangan, kelompok, maupun 9
10
organisasi komunikan bertugas mengirim pesan dengan jelas, memilih saluran yang cocok untuk mengirim pesan dan meminta kejelasan apakah pesannya diterima dengan baik (Nujarman dan Umam, 2012: 37). 2.
Komunikan (Reciever) Komunikan merupakan rekan komunikator dalam komunikasi yang berperan sebagai penerima berita. Komunikan berkonsentrasi pada pesan yang disampaikan sehingga pesannya dapat dimengerti dan diterima dengan baik, serta memberikan umpan balik kepada komunikator sebagai bentuk konfirmasi bahwa pesannya sudah diterima dan dimengerti, terutama pada pesan yang dikirimkan secara lisan sehingga komunikasi dapat berjalan dengan baik (Nujarman dan Umam, 2012: 37-38).
3.
Saluran (Channel) Channel adalah saluran yang dilalui oleh isi pesan komunikator kepada komunikan sebagai perantara untuk menyampaikan isi pesan, bisa melalui telepon, fax televisi, e-mail, SMS, dsb. Pemilihan channel dalam proses komunikasi bergantung dari sifat berita yang akan disampaikan (Nujarman dan Umam, 2012: 37-38).
2.2.
Public Relations Dalam Ardianto (2011:1-2) Public Relations (PR) adalah sebuah ilmu dalam rumpun ilmu sosial, yang menjadi bagian ilmu dari ilmu komunikasi. Selain itu, PR pun menjadi profesi di bidang komunikasi, yakni profesi sebagai Public Relations Officer (PRO/penjabat humas) di lembaga atau perusahaan; sebagai konsultan PR, yakni event organizer (penyelenggara
11
berbagai event dari lembaga atau perusahaan yang menjadi klien-nya); research for public relations (konsultan bidang penelitian PR); trainer for public relations (konsultan untuk PR); crisis PR, crisis communications, crisis manajemen (konsultan untuk menangani krisis PR, krisis komunikasi dan krisis manajemen); advertising designer (perancang iklan untuk kegiatan PR); expert of PR (tenaga ahli di kementrian, perusahaan dan organisasi nirlaba); dan sebagainya. Kegiatan kepentingan
Public
Relations
adalah
mediator
yang
menjebatani
organisasi,lembaga atau perusahaan dengan publiknya yang
terkait dengan kegiatan Public Relations itu sendiri. Berbagai aktivitas senantiasa menciptakan, menjaga dan meningkatkan citra yang positif, Ardianto (2011:5). Berbagai permasalahan tersebut dapat diselesaikan dengan upaya Public Relations agar keselarasan, saling pengertian, dan kepercayaan public terhadap organisasi atau perusahaan tetap dapat terpelihara. Upaya membentuk, meningkatkan dan menjaga citra dan reputasi organisasi, lembaga atau perusahaan dilakukan dengan berbagai kegiatan dalam bentuk sponsorship atau kegiatan social lainnya yang membutuhkan social cost (biaya social), Ardianto (2011:6). Menurut Tenri Abeng dalam Ardianto (2011:7) Public Relations tidak dapat dipisahkan dari proses perkembangan dunia usaha secara menyeluruh. Pada decade terakhir ini, dunia usaha sangat diwarnai oleh perkembangan teknologi komunakasi/informasi yang sangat pesat sehingga perspektif ekonomi dan dunia usaha semakin kecil,seolah hanya sebagai sebuah Negara.
12
Dalam Soemirat dan Ardianto Effendy yang dikutip dalam Ardianto (2011:7-8) Kaitannya upaya Public Relations membentuk citra positif suatu organisasi atau perusahaan dimata publicnya, menyangkut unsur-unsur : 1. Citra baik (good image) 2. Itikad baik (goodwill) 3. Saling pengertian (mutual understanding) 4. Saling mempercayai (mutual confidence) 5. Saling menghargai (mutual appreciations) 6. Toleransi (tolerance) 2.2.1
Definisi Public Relations Berikut ini beberapa definisi Public Relations dalam Ardianto (2011:811) didefinisikan sebegai berikut : 1. Menurut Scott M. Cutlip, Aleen H. Center dan Glen M. Broom (2000), dalam bukunya “Effective Public Relations” definisi Public Relations, merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap publik, mendefinisikan kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik. 2. Menurut J.C Seidel, Publik Relations adalah proses kontinu dari usahausaha manajemen untuk memperoleh goodwill (itikad baik) dan pengertian dari pelanggan, pegawai dan publik yang lebih luas; ke dalam mengadakab analisis, sedangkan ke luar memberikan pernyataanpernyataan.
13
3. Menurut W. Emerson Reck, Publik Relations adalah Pertama, lanjutan dari proses pembuatan kebijaksanaan, pelayanan, dan tindakan bagi kepentingan terbaik dari suatu individu atau kelompok agar individu atau lembaga tersebut memperoleh kepercayaan dan goodwill (Itikad baik) dari publik. Kedua, pembuatan kebijaksaan, pelayanan, dan tindakan untuk menjamin adanya pengertian dan penghargaan yang menyeluruh. Public Relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat memperdalan
kepercayaan
publik
terhadap
suatu
individu
atau
organisasi/perusahaan. 4. Menurut Frank Jefkins, Public Relations adalah sesuatu system komunikasi untuk menciptakan kemauan baik. 5. Menurut Edward L. Bernays, Public Relation mempunyai tiga arti dalam Ardianto (2011:10) 1) Penerangan kepada publik 2) Persuasi kepada public untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik 3) Upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga 6. Menurut Byron Christian, Public Relations merupakan suatu usaha sadar memotivasi
terutama
melalui
komunikasi
agar
orang-orang
terpengaruh,timbul pikiran yang sehat terhadap suatu organisasi, memberikan rasa hormat, mendukung dan memberikan kesadaran dengan cobaan dan masalah. 7. Harlow mendefinisikan Public Relations sebagai: “Public Relatios is a distinctive management funcition which helps establish and maintain mutual lines of communication, understanding, acceptance and cooperation between an organization and its public; involves the
14
management of problem or issues; help management to keep informed on and responsive to public opinions; defines and emphasises the responsibility of management to serve public interest; helps management keep abreast of and effectively utilize change; serving as an early warning system to help anticipate trends; and uses research and ethical communication techniques as its principal tools”. Definisi dari Harlow ini terdiri dari berbagai tujuan, berbagai proses, dan berbagai managemen. Organisasi Public relations nasional dan international juga telah menyusun definisi yang cukup luas untuk dapat diterapkan di mana pun di dunia ini dalam Ardianto (2011:12). 1.
PR adalah usaha sengaja, terencana, dan tidak pernah mati untuk menetapkan dan memelihara saling pengertian antara sebuah organisasi dengan masyarakatnya (British institude of public relations, yang definisinya juga telah diikuti sejumlah Negara commonwealth atau pemakmuran).
2.
PR adalah usaha sengaja dan sesuai hukum untuk mencapai pemahaman dan membina serta memelihara kepercayaan di antara masyarakat umum atas dasar riset sistematik (Deutsche Public Relations Gesellschaft,Republik Federal Jerman. Dalam bahasa Jerman, tidak ada istilah yang setara dengan Public Relations).
3.
PR adalah usaha manajerial secara sitematik dan tidak pernah berhenti yang digunakan sebagai alat bagi organisasi swasta dan pemerintahan untuk membina pengertian, simpati, dan dukungan di lingkaran (Dansk
15
Public Relations Club of Denmark, yang juga menggunakan istilah bahasa inggris). 4.
Praktik PR adalah seni dan ilmu social untuk menganalisis tren meramalkan konsekuensi tindakan, memberikan konsultasi kepada pimpinan organisasi, dan melaksanakan program tindakan terencana demi kepentingan masyarakat umum dan organisasi (World Assembly Of Public Relations di Mexico pada tahun 1978 yang diikuti oleh 34 organisasi PR nasional).
Salah satu definisi menyebutkan PR adalah metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organiasi atas dasar menghormati kepentingan bersama (PR is one the communication methods to create a positive image by the publics of an organization on the basis of honoring mutual interest) dalam Ardianto (2011:15) yang dalam bukunya berjudul Handbook of Public Relations. Cutlip, Center dan Broom dalam Morissan (Datuela, 2013: 4-5) mengatakan pelaksanaan strategi PR dalam berkomunikasi dikenal dengan istilah “7-Cs PR Communications”, yaitu: 1. Credibility (Kredibilitas), dalam hal ini komunikasi dimulai dengan suasana saling percaya yang diciptakan komunikator dengan sungguhsungguh untuk melayani publiknya yang memiliki keyakinan dan respect. 2. Context (konteks), konteks yang menyangkut sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan sosial, suatu pesan harus dapat disampaikan dengan jelas dengan sikap partisipatif. Komunikasi yang efektif dapat membantu
16
untuk mendukung lingkungan sosial dengan pemberitaan di berbagai media massa. 3. Content (isi), isi pesan dalam strategi ini harus menyangkut kepentingan publik, sehingga informasi dapat diterima sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi publik. 4. Clarity (kejelasan), pesan disusun dengan kata-kata yang jelas, mudah dimengerti, dan memiliki maksud, tema, dan tujuan yang sama antara komunikator dan komunikan. 5. Continuity and Consistency (kontinuitas dan konsistensi), komunikasi dilakukan secara berulang dengan berbagai variasi pesan dan pesanpesan tersebut harus konsisten sehingga mempermudah dalam melakukan proses komunikasi untuk membujuk publiknya. 6. Channels (saluran), pemakaian saluran yang tepat dan penggunaan media yang berbeda sesuai dengan target sasaran. Dalam hal ini seorang PR harus memahami perbedaan dan proses penyebaran informasi secara efektif. 7. Capability
of
The
memperhitungkan
Audience
kemampuan
(kapabilitas yang
khalayak).
dimiliki
oleh
Dengan khalayak,
komunikasi akan efektif jika dikaitkan dengan faktor-faktor seperti kebiasaan, peningkatan kemampuan membaca, dan pengembangan pengetahuan khalayak.
17
2.2.2 Fungsi Public Relations Perluasan fungsi public relations Dalam Ardianto (2011:19) salah satu cara efektif untuk memahami seluk beluk public relation masa kini adalah menyimak evolusi fungsi-fungsinya : 1. Lembaga pers 2. Publisitas 3. Konsultasi Bersamaan dengan metode yang digunakan untuk melaksanakan fungsi tersebut, menurut Edward L. Bernay, dalam Ruslan (2012:18-19) terdapat 3 fungsi utama Humas, yaitu : 1. Memberikan penerangan kepada masyarakat. 2. Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat secara langsung. 3. Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau sebaliknya. Dari paparan definisi dan fungsi Public Relations tersebut diatas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa ciri khas proses dan fungsi Management (Public Relations Management), adalah sebagai berikut : 1. Menunjukan kegiatan tertentu (action) 2. Kegiatan yang jelas (activities) 3. Adanya perbedaan khas dengan kegiatan lain (different) 4. Terdapat suatu kepentingan tertentu (important) 5. Adanya kepentingan bersama (common interest)
18
6. Terdapat komunikasi dua arah timbal balik (reciprocal two ways traffic communication) Kemudian, berdasarkan ciri khas kegiatan Humas/PR tersebut, menurut pakar Humas International, Cutlip & Centre, and Canfield dalam Ruslan (2012:19) fungsi public relations dapat dirumuskan, sebagai berikut : 1. Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama (fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi). 2. Membina hubungan harmonis antara badan/organisasi dengan publiknya yang merupakan khalayak sasaran. 3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya, atau sebaliknya. 4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbangan saran kepada pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama. 5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.
19
Konsumen Partner
Karyawan
perusahaan Informasi Utama
Shareholder
Lingkungan Sekitar
Gambar 2.1. Lingkup Perluasan Fungsi Public Relations Sumber: Wasesa dan Macnamara (2010:108)
2.2.3 Strategi Public Relations Menurut Soemirat dan Ardianto (2012:90) istilah strategi public relations sering pula disebut rencana strategis atau rencana jangka panjang perusahaan. Suatu rencana strategis perusahaan menetapkan garis-garis besar tindakan strategis yang akan diambil dalam kurun waktu tertentu kedepan. Menurut Butterick dalam buku pengantar public relations teori dan praktik,
stategi
dalam
bisnis
menentukan
lingkup
dan
arah
suatu
pengembangan organisasi dan bagaimana dapat mencapai strategi yang kompetitif (2011:153).
20
Strategi public relations menurut Achmad S. Adnanputra, presiden Intitut Bisnis dan Manajemen Jayakarta, seperti dikutip oleh Rosady Ruslan mengatakan pengertian strategi public relations adalah alternative yang optimal yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan public relations dalam kerangka suatu rencana public relations. (2010 : 134 ) Kesimpulan dan strategi public relations adalah langkah-langkah yang dilakukan public relations pada program yang bertujuan untuk kemajuan perusahaan. Karena perusahaan adalah tujuan dari setiap perusahaan.
2.2.3.1 Empat Tahapan Proses Strategi Public Relations Empat proses pokok public relations menurut Scoot M. Cutlip & Allen H. Center menyatakan bahwa proses perencanaan program kerja public relations yang menjadi landasan atau acuan untu melakuka pelaksaan. (Ruslan, 2010: 148-149) 1. Defining the problem. Langkah pertama ini melibatkan pengkajian dan pemantauan pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku yang terkait dengan tindakan dan kebijakan organisasi. Langkah ini menentukan “ Apa yang sedang terjadi searang?”. 2. Planning and programming. Informasi yang terkumpul pada langkah pertama digunakan untuk membuat keputusan mengenai publik, sasaran, tindakan dan strategi komuniasi, taktik dan tujuan program. Langkah kedua dalam proses public relations ini menjawab, “Kita telah mempelajari situasi ini berdasarkan apa, apa yang harus diubah, dilakukan, atau dikatakan.
21
3. Taking
action
and
communication.
Langkah
ketiga
melibatkan
implementasi program dari tindakan dan komunikasi yang telah disesain untuk mencapai tujuan spesifik bagi setiap publik untuk mencapai sasaran program. Pertanyaan pada langkah ini adalah “Siapa yang akan melakukan dan memberitahukan program ini, serta kapan, dimana, dan bagaimana. 4. Evaluating the program. Langkah terakhir dalam proses ini melibatkan kesiapan penilaian, implementasi, dan hasil dari program tersebut. Penyesuaian telah dibuat sejak program terimplemenasi, berdasarkan umpan balik evaluasi mengenai bagaimana program tersebut berhasil atau tidak. Program
dapat
dilanjutkan
atau
dihentikan
berdasarkan
pertanyaan
“Bagaimana yang sedang kita kerjakan atau bagaimana yang telah kita kerjakan.” Kesimpulan dari pembahasan teori ini, strategi public relaions adalah strategi yang dilakukan oleh public relations dengan menganalisa, mengidentifikasi permasalahan yang muncul, dan melakukan tindakan untuk mengatasi permasalahan tersebut serta melakukan evaluasi dari hasil tindakan, apakah sudah tercapai sesuai tujuan yang diharapkan atau belum.
2.4
Citra (image) Citra merupakan tujuan utama, sekaligus prestasi atau reputasi yang hendak dicapai oleh public relations sebagai lembaga. Namun, penilaian terhadap citra itu sendiri sangat abstrak. Tidak dapat diukur menggunakan rumus tertentu, karena persepsi yang diberikan oleh publik berbeda satu sama lain (Lianty & Widayamoko, 2011)
22
Bill Canton dan Sukatendel mendefinisikan citra sebagai: “Image: the impression, the feeling, the conception which the public has of a company; a consciously created impression of an object, person or organization”. Maksudnya citra merupakan kesan, perasaan, dan gambaran diri publik terhadap perusahaan, dimana kesan dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi yang perlu diciptakan agar bernilai positif. Citra itu sendiri menjadi salah satu aset terpenting dari suatu perusahaan atau organisasi (Soemirat dan Ardianto, 2010: 111-112). Citra adalah bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite atau suatu aktivitas. Tugas perusahaan dalam membentuk citra adalah dengan menidentifikasi citra seperti apa yang ingin dibentuk di mata publik atau masyarakatnya.
1.4.1 Definisi Citra Perusahaan Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dikutip oleh Ardianto (2011:62) pengertian citra adalah gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi atau produk dan atau kesan mental atau bayangan visual yang ditimbulkan oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsure dasar yang khas dalam karya prosa atau puisi Menurut Sukatndel Public Relations adalah salah satu metode komunikasi untuk menciptakan citra positif dari mitra organisasinya atas dasar menghormati kepentingan bersama. Dalam Soemirat dan Ardianto (2012: 112) kesan pertama dalam definisi ini yaitu :
23
1. Komunikasi adalah ilmu. Public Relations bagian dari ilmu komunikasi, ilmu yang tumbuh dan mulai digandrungi. 2. Citra
adalah
suatu
istilah
baru
yang
sangat
menarik.
Banyak
diperbincangkan saat ini oleh masyarakat. Kita perlu memanfaatkan momentum tersebut, sekaligus memasyarakatkan pengertian dari perlunya PR. 3. Mitra adalah juga istilah baru yang menarik.yang memberikan kesan saling memperhatikan. 4. Kepentingan bersama (mutual interest) adalah esensi dan kegiatan Public Relations yang jelas menggambarkan dua pihak.
2.4.2 Jenis-Jenis Citra Jenis-jenis citra menurut Ardianto dalam bukunya Handbook of Public Relations (2011:63) yaitu : 1. Citra bayangan (mirror image) adalah citra yang melekat pada orang atau anggota-anggota organisasi, dan yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra bayangan itu hampir tidak selalu tepat, atau tidak sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya. 2. Citra yang berlaku (current image) adalah kebalikan dari citra bayangan atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. 3. Citra yang diharapkan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Biasanya, citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada.
24
4. Citra perusahaan atau citra lembaga (corporate image) adalah citra suatu organisasi secara keseluruhan. Suatu badan usaha yang memiliki citra perusahaan positif dapat lebih mudah menjual produk atau jasanya. 5. Citra majemuk (multiple image) adalah banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Variasi citra tersebut harus ditekan seminimal mungkin dan citra perusahaan harus secara keseluruhan.
2.4.3 Proses Pembentukan Citra Prihastiti dan Kusumastuti (2012: 115) menyatakan terdapat tiga hal dalam citra, yaitu kesan obyek, proses terbentuknya citra, dan sumber terpecaya. Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta dan kenyataan. Untuk mengetahui citra seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap obyek tersebut. (Soemirat dan Ardianto,2012: 114)
Exposure
Attetion
Image
Comprehensive
Gambar 2.2 Proses pembentukan citra perusahaan Sumber: Prihastiti dan Kusumastuti (2012 : 115)
Behavior
25
2.5. Brand image Menurut asosiasi pemasaran Amerika dalam buku Kotler dan Keller dalam buku manajemen pemasaran (2009:332) Brand sebagai nama istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi dari semuanya, yang dimaksud untuk mengidentifikasi barang dan jasa penjual atau kelompok penjual untuk mendiferensiasikannya dari barang atau jasa pesaing. Menurut Kotler dan Keller dalam buku manajemen pemasaran (2009: 332) yang dikutip dari jurnal Chernatony dan William merek juga menunjukan fungsi – fungsi yang bernilai bagi perusahaan.
2.5.1 Manfaat merek (Brand) Keller dalam bukunya Brand Management & Strategy, merek bermanfaat bagi produsen dan konsumen. Dimana bagi produsen, merek berperan penting sebagai sarana identifikasi untuk memudahkan proses pencarian produk atau pelacakan bagi perusahaan, dan menjadi sarana menciptakan dan membedakan produk dengan pesaing yang menjadi keunggulan yang kompentitif (Tjiptono, 2005: 20-21).
26
2.6 Artikel Ilmiah Penelitian Pendahuluan Tabel 2.1 Penilitian Terdahulu
Nama (Tahun)
Judul Jurnal
Datuela, Strategi Public Relations PT Universitas Sam Telkomsel Branch Manado Ratulangi (2013) Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan
Khadijah, Strategi Public Relations Universitas Islam Dalam Membangun Citra “45” (2012) Perusahaan (Studi Deskriptif Membangun Hubungan Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan Citra Perusahan)
Hasil Analisa Strategi utama yang dilakukan Public Relations PT Telkomsel branch Manado dalam mempertahankan citra dimata masyarakat ialah dengan mengkoordinasikan masalah yang ada dengan pihak pusat dan pihak area, karena devisi coordinate communications (corcom) hanya ada disana. Pada dasarnya, Public Relations disini dapat dikatakan hanya sebagai perpanjang tangan dari pihak pusat dan area kepada masyarakat. Yang dapat Public Relations lakukan ialah menyongkong program-program yang telah dirancang dan disiapkan oleh pusat. Strategi public relations yang dilakukan dalam membangun hubungan baik dengan media dalam upaya meningkatkan citra perusahaan ialah dengan cara melakukan publisitas. Keberhasilan Public Relations dalam memperoleh pulisitas dapat diperoleh dari hubungan harmonis dengan media. Tidak dapat dipungkiri, bahwa peran media sangat vital dalam publisitas dan pencitraan dimata publik. Melalui media relations citra positif perusahaan dapat dibangun.
27
2.7
Kerangka Berfikir Tabel 2.2 Kerangka Berpikir
Public Relations
Citra Perusahaan (Y)
Communication (X) 1.
Credibility
2.
Context
3.
Content
4.
Clarity
5.
Continuity and consistency
6.
Channels
7.
Capability of the audience
Pelayanan (services)