BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Menurut rujukan thesis berjudul Landasan Konseptual Perencanaan dan Perancangan
Rumah
Susun
di
Yogyakarta
yang
disusun
oleh
Manohara(2011)mengatakan bahwa: Masalah pemukiman merupakan masalah umum yang dihadapi tidak saja dinegara-negara maju, tapi juga di negara-negara yang sedang berkembang. Jumlahperumahan yang dibangun setiap tahun belum dapat menampung laju pertumbuhanpenduduk yang berjalan sangat cepat.Masalah perumahan tidak akan lepas
dari
masalah
lingkungan
dimana
adanyarumah-rumah
berkualitas
rendah/temporer, berkepadatan tinggi, tidak teratur, danberprasarana minim atau yang disebut perkampungan miskin (slum area), akanmempengaruhi penurunan nilai lingkungan, baik segi fisik maupun dari segi sosialpenduduknya. Pada umumnya masalah perumahan di daerah perkotaan ditimbulkan oleh: a. Pertambahan penduduk yang pesat, baik yang berasal dari pertambahan penduduksecara alamiah maupun dari perpindahan penduduk ke daerah perkotaan (urbanisasi). b. Mahalnya biaya pembangunan rumah di kota yang disebabkan karena langkanya lahanperumahan, sehingga harga tanah menjadi mahal dan biaya konstruksi pembangunanrumahpun menjadi tinggi. c. Terbatasnya kemampuan ekonomi penduduk untuk membeli/membangun rumah. d. Prasarana kota kurang memadai dan kurangnya pengawasan dalam ketertibanbangunan dan pemakaian tanah perumahan.
2.1.1. Ketentuan Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) 1. Kebutuhan Minimal Masa (penampilan) dan Ruang (luar-dalam) Kebutuhan ruang per orang dihitung berdasarkan aktivitas dasar manusia di dalam rumah. Aktivitas seseorang tersebut meliputi aktivitas tidur, makan, kerja, duduk, mandi, kakus, cuci dan masak serta ruang gerak lainnya. Dari hasil kajian, kebutuhan ruang per orang adalah 9 m2 dengan perhitungan ketinggian rata-rata langit-langit adalah 2.80 m. Rumah sederhana sehat 9
10 memungkinkan penghuni untuk dapat hidup sehat, dan menjalankan kegiatan hidup sehari-hari secara layak. Kebutuhan minimum ruangan pada rumah sederhana sehat perlu memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut: · kebutuhan luas per jiwa · kebutuhan luas per Kepala Keluarga (KK) · kebutuhan luas bangunan per kepala Keluarga (KK) · kebutuhan luas lahan per unit bangunan
Tabel 2.1. Kebutuhan Luas Minimum Bangunan dan Lahan untuk Rumah Sederhana Sehat.
Sumber: Pedoman Umum Rumah Sederhana Sehat
2. Kebutuhan Kesehatan dan Kenyamanan Rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan dan kenyamanan dipengaruhi oleh 3 (tiga) aspek, yaitu pencahayaan, penghawaan, serta suhu udara dan kelembaban dalam ruangan. Aspek-aspek tersebut merupakan dasar atau kaidah perencanaan rumah sehat dan nyaman. a) Pencahayaan Matahari sebagai potensi terbesar yang dapat digunakan sebagai pencahayaan alami pada siang hari. Pencahayaan yang dimaksud adalah penggunaan terang langit, dengan ketentuan sebagai berikut: -
cuaca dalam keadaan cerah dan tidak berawan,
-
ruangan kegiatan mendapatkan cukup banyak cahaya,
-
ruang kegiatan mendapatkan distribusi cahaya secara merata.
Kualitas pencahayaan alami siang hari yang masuk ke dalam ruangan ditentukan oleh: -
kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
-
lamanya waktu kegiatan yang membutuhkan daya penglihatan (mata),
11 -
tingkat atau gradasi kekasaran dan kehalusan jenis pekerjaan,
-
lubang cahaya minimum sepersepuluh dari luas lantai ruangan,
-
sinar matahari langsung dapat masuk ke ruangan minimum 1 (satu) jam setiap hari,
-
cahaya efektif dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan jam 16.00.
Tabel 2.2. Kebutuhan pencahayaan alami Rumah Sederhana Sehat
Sumber: Pedoman Umum rumah Sederhana Sehat
Nilai
faktor
langit
tersebut
akan
sangat
ditentukan
oleh
kedudukanlubang cahaya dan luas lubang cahaya pada bidang atau dindingruangan. Semakin lebar bidang cahaya (L), maka akan semakinbesar nilai faktor langitnya. Tinggi ambang bawah bidang bukaan(jendela) efektif antara 70 – 80 cm dari permukaan lantai ruangan.Nilai faktor langit minimum dalam ruangan pada siang hari tanpabantuan penerangan buatan, akan sangat dipengaruhi oleh: -
tata letak furnitur rumah tangga, seperti lemari, meja tulis atau meja makan.
-
bidang pembatas ruangan, seperti partisi, tirai masif.
b) Penghawaan Udara merupakan kebutuhan pokok manusia untuk bernafas sepanjanghidupnya.
Udara
menentukankenyamanan
pada
akan
sangat
bangunan
rumah.
berpengaruh Kenyamanan
dalam akan
memberikankesegaran terhadap penghuni dan terciptanya rumah yang sehat, apabilaterjadi pengaliran atau pergantian udara secara kontinyu melalui ruangan-ruangan,serta lubang-lubang pada bidang pembatas dinding atau partisisebagai ventilasi. Agar diperoleh kesegaran udara dalam ruangan dengan cara penghawaanalami, maka dapat dilakukan dengan memberikan
atau
12 mengadakanperanginan silang (ventilasi silang) dengan ketentuan sebagai berikut: -
Lubang
penghawaan
minimal
5%
(lima
persen)
dari
luas
lantairuangan. -
Udara yang mengalir masuk sama dengan volume udara yang mengalir keluar ruangan.
-
Udara yang masuk tidak berasal dari asap dapur atau bau kamar mandi/WC. Khususnya
untuk
penghawaan
ruangan
dapur
dan
kamar
mandi/WC,yang memerlukan peralatan bantu elektrikal-mekanikal seperti bloweratau exhaust fan, harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: -
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan bangunan disekitarnya.
-
Lubang penghawaan keluar tidak mengganggu kenyamanan ruangan kegiatan dalam bangunan seperti: ruangan keluarga, tidur, tamu dan kerja.
c) Suhu udara dan kelembaban Rumah dinyatakan sehat dan nyaman, apabila suhu udara dan kelembaban udara ruangan sesuai dengan suhu tubuh manusianormal. Suhu udara dan kelembaban ruangan sangat dipengaruhioleh penghawaan dan pencahayaan. Penghawaan yang kurang atautidak lancar akan menjadikan ruangan terasa pengap atau sumpekdan akan menimbulkan kelembaban tinggi dalam ruangan. Untuk mengatur suhu udara dan kelembaban normal untuk ruangan dan penghuni dalam melakukan kegiatannya, perlu memperhatikan: -
keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan keluar.
-
pencahayaan yang cukup pada ruangan dengan furnitur tidak bergerak.
-
menghindari furnitur yang menutupi sebagian besar luas lantai ruangan.
3. Kebutuhan Minimal Keamanan dan Keselamatan Pada dasarnya bagian-bagian struktur pokok untuk bangunan rumah tinggal sederhana adalah: pondasi, dinding (dan kerangka bangunan),atap
13 serta lantai. Sedangkan bagian-bagian lain seperti langit-langit,talang dan sebagainya merupakan estetika struktur bangunan saja. Konsepsi Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) Rumah Sederhana Sehat (Rs Sehat) yaitu rumah yang dibangundengan menggunakan bahan bangunan dan konstruksi sederhana akan tetapimasih memenuhi standar kebutuhan minimal dari aspek kesehatan,keamanan, dan kenyamanan, dengan mempertimbangkan dan memanfaatkanpotensi lokal meliputi potensi fisik seperti bahan bangunan, geologis, daniklim setempat serta potensi sosial budaya seperti arsitektur lokal dan carahidup. Sasaran penyediaan Rumah Sederhana Sehat yaitu bagi kelompokmasyarakat yang berpenghasilan rendah. Dalam pelaksanaannya pemenuhanpenyediaan Rumah Sederhana Sehat masih menghadapi kendala, beruparendahnya tingkat kemampuan masyarakat, mengingat harga RumahSederhana Sehat masih belum memenuhi keterjangkauan secara menyeluruh.Untuk itu perlu disediakan disain rumah antara yang pertumbuhannyadiarahkan menjadi Rs Sehat. -
Komponen Rumah
1. Lantai Lantai harus cukup kuat untuk manahan beban di atasnya. Bahan untuk lantai biasanya digunakan ubin,kayu plesteran, atau bambu dengan syarat-syarat tidak licin, stabil tidak lentur waktu diinjak, tidak mudah rusak, permukaan lantai harus rata dan mudah dibersihkan. Lantai ubin adalah lantai yang paling banyak digunakan pada bangunan perumahankarena : Lantai ubin murah/tahan lama,dapat mudah dibersihkan dan tidak dapatmudah dirusak rayap. 2. Dinding Adapun syarat-syarat untuk dinding antara lain: a. Dinding harus tegak lurus agar dapat memikul berat sendiri, beban tekananangin, dan bila sebagai dinding pemikul harus pula dapat memikul bebandiatasnya. b. Dinding harus terpisah dari pondasi oleh suatu lapisan air rapat air sekurang-kurangnya15 cm di bawah permukaan tanah sampai 20 cm di atas lantaibangunan, agar air tanah tidak dapat meresap naik keatas, sehingga dindingtembok terhindar dari basah dan lembab dan tampak bersih tidak berlumut.
14 c. Lubang jendela dan pintu pada dinding, bila lebarnya kurang dari 1 m dapatdiberi susunan batu tersusun tegak diatas batu,batu tersusun tegak diatas lubangharus dipasang balok lantai dari beton bertulang atau kayu awet. d. Untuk memperkuat berdirinya tembok ½ bata digunakan rangka pengkakuyang terdiri dari plester-plester atau balok beton bertulang setiap luas 12 meter. 3. Langit – langit Dibawah kerangka atap/ kuda-kuda biasanya dipasang penutup yang disebutlangit-langit yang tujuannya antara lain: a. Untuk menutup seluruh konstruksi atap dan kuda-kuda penyangga agar tidakterlihat dari bawah, sehingga ruangan terlihat rapi dan bersih. b. Untuk menahan debu yang jatuh dan kotoran yang lain juga menahan tetesanair hujan yang menembus melalui celah-celah atap. c. Untuk membuat ruangan antara yang berguna sebagai penyekat sehinggapanas
atas
tidak
mudah
menjalar
kedalam
ruangan
dibawahnya. Adapun persyaratan untuk langit-langit yang baik adalah: 1) Langit-langit harus dapat menahan debu dan kotoran lain yang jatuh dari atap. 2) Langit-langit harus menutup rata kerangka atap kuda-kuda penyangga dengankonstruksi bebas tikus. 3) Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,40 dari permukaan lantai. 4) Langit-langit kasaunya miring sekurang-kurangnya mempunyai tinggi rumah 2,40m,dan tinggi ruang selebihnya pada titik terendah titik kurang dari 1,75m. 5) Ruang
cuci
dan
ruang
kamar
mandi
diperbolehkan
sekurang
kurangnyasampai 2,40 m. 4. Atap Secara umum konstruksi atap harus didasarkan kepada perhitungan yang telitidan dapat dipertanggung jawabkan kecuali untuk atap yang sederhana tidakdisyaratkan adanya perhitungan-perhitungan. Maksud utama dari pemasangan atapadalah untuk melindungi bagian-bagian dalam
15 bangunan serta penghuninya terhadappanas dan hujan, oleh karena itu harus dipilih penutup atap yang memenuhipersyaratan sebagai berikut: a. Rapat air serta padat dan letaknya tidak mudah bergeser. b. Tidak mudah terbakar dan bobotnya ringan dan tahan lama. Bentuk atap yang biasa digunakan ialah bentuk atap datar dari konstruksibeton bertulang dan bidang atap miring dari genteng, sirap, seng gelombang atauasbes semen gelombang. Pada bidang atap miring mendaki paling banyak digunakanpenutup/atap genteng karena harga rumah dan cukup awet. 5. Pembagian Ruangan Telah dikemukakan dalam persyaratan rumah sehat, bahwa rumah sehatharus mmpunyai cukup banyak ruangan-ruangan seperti : ruang duduk/ruang makan,kamar tidur, kamar mandi, WC, dapur, tempat cuci pakaian, tempat berekreasidan tempat beristirahat, dengan tujuan agar setiap penghuninya merasa nikmat danmerasa betah tinggal di rumah tersebut. Adapun syarat-syarat pembagian ruanganyang baik adalah sebagai berikut : a. Adanya pemisah yang baik antara ruangan kamar tidur kepala keluarga (suamiistri) dengan kamar tidur anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan,terutama anak-anak yang sudah dewasa. b. Memilih tata ruangan yang baik, agar memudahkan komunikasi danperhubungan antara ruangan didalam rumah dan juga menjamin kebebasandan kerahasiaan pribadi masing-masing terpenuhi. c. Tersedianya jumlah kamar/ruangan kediaman yang cukup dengan luas lantaisekurang-kurangnya 6 m2 agar dapat memenuhi kebutuhan penghuninyauntuk melakukan kegiatan kehidupan. d. Bila ruang duduk digabung dengan ruang tidur, maka luas lantai tidak bolehkurang dari 11 m2 untuk 1 orang, 14 m2 bila digunakan 2 orang, dalam hal iniharus dipisah. e. Di dapur harus tersedia alat-alat pengolahan makanan, alat-alat masak,tempat cuci peralatan dan air bersih. Didapur harus tersedia tempatpenyimpanan bahan makanan. Atau makanan yang siap disajikan yang dapatmencegah pengotoran makanan oleh lalat, debu dan lain-lain dan mencegahsinar matahari langsung.
16 6. Kamar Mandi dan WC a. Setiap kamar mandi dan WC paling sedikit salah satu dari dindingnyayang berlubang ventilasi berhubungan dengan udara luar. Bila tidak harus dilengkapi dengan ventilasi mekanis untuk mengeluarkan udaradari kamar mandi dan WC tersebut, sehingga tidak mengotoriruangan lain. b. Pada setiap kamar mandi harus bersih untuk mandi yang cukupjumlahnya. c. WC harus berleher angsa dan 1 WC tidak boleh lebih dari 7 orang bilaWC tersebut terpisah dari kamar mandi. 7. Ventilasi Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar kedalam suatu ruangan danpengeluaran udara kotoran suatu ruangan tertutup baik alamiah maupun secarabuatan. Ventilasi harus lancar diperlukan untuk menghindari pengaruh buruk yangdapat merugikan kesehatan manusia pada suatu ruangan kediaman yang tertutup ataukurang ventilasi. Pengaruh-pengaruh buruk itu ialah (Sanropie, dkk, 1989) : 1. Berkurangnya kadar oksigen diudara dalam ruangan kediaman. 2. Bertambahnya kadar asam karbon (CO2) dari pernafasan manusia. 3. Bau pengap yang dikeluarkan oleh kulit, pakaian dan mulut manusia. 4. Suhu udara dalam ruangan naik karena panas yang dikeluarkan oleh badanmanusia. 5. Kelembaban udara dalam ruang hunian bertambah karena penguapan airdan kulit pernafasan manusia. Dengan adanya ventilasi silang (cross ventilation) akan terjamin adanya gerakudara yang lancar dalam ruang hunian. Caranya ialah dengan memasukkankedalam ruangan udara yang bersih dan segar melalaui jendela atau lubang angin didinding, sedangkan udara kotor dikeluarkan melalui jendela/lubang angin di dindingyang berhadapan.Tetapi gerak udara ini harus dijaga jangan sampai terlalu besar dan keras,karena gerak angin atau udara angin yang berlebihan meniup badan seseorang, akanmengakibatkan penurunan suhu badan secara mendadak dan menyebabkan jaringanselaput lendir akan berkurang sehingga mengurangi daya tahan pada jaringan danmemberikan kesempatan kepada bakteri-bakteri penyakit berkembang
17 biak, danselanjutnya menyebabkan gangguan kesehatan, yang antara lain : masuk angin, pilekatau kompilasi radang saluran pernafasan. Gejala ini terutama terjai pada orang yangpeka terhadap udara dingin. Untuk menghindari akibat buruk ini, maka jendela ataulubang ventilasi jangan terlalu besar/banyak, tetapi jangan pula terlalu sedikit.Agar dalam ruang kediaman, sekurang-kurangnya terdapat satu atau lebihbanyak jendela/lubang yang langsung berhubungan dengan udara dan bebas daririntangan-rintangan, jumlah luas bersih jendela/lubang itu harus sekurang-kurangnyasama 1/10 dari luas lantai ruangan, dan setengah dari jumlah luas jendela/lubang ituharus dapat dibuka. Jendela/lubang angin itu harus meluas kearah atas sampaisetinggi minimal 1,95 diatas permukaan lantai. Diberi lubang hawa atau saluranangin pada ban atau dekat permukaan langit-langit (ceiling) yang luas bersihnyasekurang-kurangnya 5% dari luas lantai yang bersangkutan. Pemberian lubanghawa/saluran angin dekat dengan langit-langit berguna sekali untuk mengluarkanudara panas dibagian atas dalam ruangan tersebut. Ketentuan luas jendela/lubang angin tersebut hanya sebagai pedoman yangumum dan untuk daerah tertentu, harus disesuaikan dengan keadaan iklim daerahtersebut. Untuk daerah pengunungan yang berhawa dingin dan banyak angin, makaluas jendela/lubang angin dapat dikurangi sampai dengan 1/20 dari luas ruangan.Sedangkan untuk daerah pantai laut dan daerah rendah yang berhawa panas danbasah, maka jumlah luas bersih jendela, lubang angin harus diperbesar dan dapatmencapai 1/5 dari luas lantai ruangan.Jika ventilasi alamiah untuk pertukaran udara dalam ruangan kurangmemenuhi syarat, sehingga udara dalam ruangan akan berbau pengap, makadiperlukan suatu sistem pembaharuan udara mekanis. Untuk memperbaiki keadaanudara dalam ruangan, sistem mekanis ini harus bekerja terus menerus selamaruangan yang dimaksud digunakan. Alat mekanis yang biasa digunakan/dipakaiuntuk sistem pembaharuan udara mekanis adalah kipas angin (ventilating, fan atauexhauster), atau air conditioning. 8. Pencahayaan Menurut Sanropie, dkk (1989) dalam Mukono (2000) bahwa cahaya yangcukup kuat untuk penerangan didalam rumah merupakan kebutuhan manusia.Penerangan ini dapat diperoleh dengan pengaturan cahaya buatan dan cahaya alam.
18 a. Pencahayaan alam Pencahayaan alam diperoleh dengan masuknya sinar matahari ke dalamruangan melalaui jendela, celah-celah atau bagian ruangan yang terbuka. Sinarsebaiknya tidak terhalang oleh bangunan, pohonpohon maupun tembok pagar yangtinggi. Kebutuhan standar cahaya alam yang memenuhi syarat kesehatan untukkamar keluarga dan kamar tidur menurut WHO 60-120 Lux. Suatu cara untuk menilaibaik atau tidaknya penerangan alam yang terdapat dalam rumah, adalah sebagaiberikut : 1) Baik, bila jelas membaca koran dengan huruf kecil. 2) Cukup, bila samar-samar membaca huruf kecil. 3) Kurang, bila hanya huruf besar yang terbaca. 4) Buruk, bila sukar membaca huruf besar. Pemenuhan kebutuhan cahaya untuk penerangan alamiah sangat ditentukanoleh letak dan lebar jendela. Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada pagihari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur. Luas jendelayang baik paling sedikit mempunyai luas 10-20 % dari luas lantai. Apabila luasjendela melebihi 20 % dapat menimbulkan kesilauan dan panas, sedangkansebaliknya kalau terlalu kecil dapat menimbulkan suasana gelap dan pengap. b. Pencahayaan buatan Penerangan pada rumah tinggal dapat diatur dengan memilih sistempenerangan dengan suatu pertimbangan hendaknya penerangan tersebut
dapatmenumbuhkan
suasana
rumah
yang
lebih
menyenangkan. Lampu Flouresen (neon)sebagai sumber cahaya dapat memenuhi kebutuhan penerangan karena padapenerangan yang relatif rendah mampu menghasilkan cahaya yang baik biladibandingkan dengan penggunaan lampu pijar. Bila ingin menggunakan lampu pijarsebaiknya dipilih yang warna putih dengan dikombinasikan beberapa lampu neon. Untuk penerangan malam hari alam ruangan terutama untuk ruang baca danruang kerja, penerangan minimum adalah 150 lux sama dengan 10 watt lampu TL,atau 40 watt dengan lampu pijar.
19 2.1.2. RUMAH SUSUN 2.1.2.1. Pengertian Rumah Susun Dalam UU No.16/1985 Tentang Rumah Susun, 1985, Bab 1 pasal 1 tertulis bahwarumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang terbagi dalam bagian-bagian yangdistrukturkan secara fungsional dalam arah horisontal maupun vertikal yang terbagi dalamsatu-satuan masing-masing jelas batasannya, ukuran dan luasnya, dan satuan/unit yangmasing-masing dimanfaatkan secara terpisah terutama untuk tempat hunian, yangdilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama dan tanah bersama. Jadi rumah susunmerupakan suatu pengertian yuridis arti bangunan gedung bertingkat yang senantiasamengandung sistem kepemilikan perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannyabersifat hunian atau bukan hunian. Secara mandiri ataupun terpadu sebagai satu kesatuansistem pembangunan. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 22 ayat 3 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi. dilengkapi denganKM/WC serta dapur, dapat bersatu dengan unit hunian ataupun terpisah denganpenggunaan komunal, dan diperuntukan bagi golongan masyarakat berpenghasilan rendahyang pembangunannya mengacu pada Permen PU Nomor 60/PRT/1992 tentangPersyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah susun berarti bangunan yangdirencanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh beberapa keluarga sertamempunyai tingkat minimum dua lantai dengan beberapa unit hunian. 2.1.2.2. Tujuan Rumah Susun Tujuan
Khusus
Pembangunan
Rumah
Susun
yaitu
untuk
mengendalikan lajunyapembangunan rumah-rumah biasa yang banyak memakan lahan. UU No. 16 tahun 1985 Tentang Rumah Susun, Tujuan Pembangunan RumahSusun adalah: - Memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama bagigolongan masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, yangmenjamin kepastian hukum dalam pemanfaatannya.
20 - Meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah didaerah perkotaan denganmemperhatikan
kelestarian
sumber
daya
alam
dan
menciptakan lingkunganpermukiman yang lengkap, serasi dan seimbang. 2.1.2.3. Sasaran Penghuni Rumah Susun Sasaran Penghuni Rumah Susun: - Masyarakat berpenghasilan rendah < 2jt. - Masyarakat
yang
terkena
langsung
proyek
peremajaan
dan
pembangunan. - Masyarakat sekitar yang berada dalam lingkup kumuh yang segera akandibebaskan. 2.1.2.4. Jenis – jenis Rumah Susun Rumah susun dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Menurut penyelenggara pembangunan rumah susun - BUMN / BUMD - Koperasi - BUMS - Swadaya masyarakat b. Berdasarkan kepemilikan - Sistem sewa Rumah susun dengan sistem sewa biasa disebut dengan rumah susun sederhana
disewakan
(Rusunawa),
rumah
susun
yang
disewakan untukkalangan menengah bawah, yang bekerja di perkotaan, namun belum memilikirumah sendiri. Pengguna menyewa dari pengelolanya. Sistem sewa berkembang di daerah pemukiman di sekitar pusat kota,baik itu perkampungan maupun di daerah lainnya. Peraturan mengenai sewa-menyewarumah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.17 Tahun 1963 danPeraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1981. Pembangunan rumah susunsederhana dengan sistem sewa adalah merupakan salah satu alternatif penyediaan bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah. - Sistem pembelian secara langsung/sistem pemilikan
perumahan
21 Rumah susun dengan sistem pemilikan biasa disebut dengan Rusunami.Rusunami merupakan istilah khusus di Indonesia, sebagai programpemerintah dalam menyediakan rumah tipe hunian bertingkat untuk masyarakat menengah bawah. Rusunami bisa dimiliki melalui kredit pemilikanapartemen (KPA) bersubsidi dari pemerintah, untuk kalangan masyarakattertentu. Apabila penghuni adalah pemilik maka disebut rumah milik. Pemilikannya dapat ditempuh melalui pembelian secara tunai atau secara sewabeli dengan memanfaatkan Kredit Pemilikan Rumah (KPR). Sistem pemilikanini lazimnya diterapkan pada pengedaan rumah di daerah pinggirankota, baikbagi masyarakat golongan ekonomi menengah maupun rendah. Pertimbangannya adalah harga tanah di daerah pinggiran kota belum tinggi, sehingga harga rumah masih terjangkau oleh golongan yang dituju. Untuk golongan
sosial
ekonomi yang tinggi biasanya disediakan perumahan di daerahyang strategis dengan harga yang terjangkau bagi golongan tersebut. Undang-undangyang mengatur kepemilikan rumah susun diatur dalam Undang-undangRumah Susun No. 16 Tahun 1985. c. Berdasarkan penyusunan lantai o Simplex - Satu unit hunian dilayani oleh satu lantai, dalam satu lantai ini jugaterdiri dari beberapa unit hunian.Merupakan bentuk yang paling sederhana dan paling ekonomis.
Gambar 2.1. Simplex Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development 2nd Edition, p.73. 1995.
22 o Duplex - Kebutuhan satu hunian dilayani dalam dua lantai. - Dapat
mengeliminasi
kebutuhan
koridor,
tidak
setiap
hunian,
untuk
lantaimembutuhkan koridor. - Membutuhkan
tangga
di
dalam
setiap
unit
menghubungkanlantai satu dan lantai dua unit hunian. - Dalam setiap unit area privat terpisah dengan publik area.
Gambar 2.2. Duplex Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development 2nd Edition, p.73. 1995.
o Triplex - Kebutuhan satu unit hunian dilayani dalam tiga lantai. - Kegiatan dalam setiap unit hunian dapat dilanjutkan dalam area yangterpisah.
Gambar 2.3. Triplex Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development 2nd Edition, p.73. 1995.
d. Berdasarkan pencapaian secara vertikal 1) Walk up : pencapaian vertikal dengan menggunakan tangga. 2) Elevated : pencapaian vertikal dengan menggunakan lift, biasanya untuk rumahsusun dengan ketinggian lebih dari 4 lantai.
23 e. Berdasarkan akses sirkulasi horizontal 1) Eksterior corridor • Kelebihan : penghawaan dan pencahayaan koridor dan unit baik. • Kekurangan : sirkulasi lebih boros, pemakaian lahan lebih besar.
Gambar 2.4. Eksterior Corridor Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development
2) Interior corridor • Kelebihan : pemakaian lahan lebih efisien. • Kekurangan:
sirkulasi
lebih
boros;
penghawaan
dan
pencahayaankoridor dan unit kurang baik (gelap).
Gambar 2.5. Interior Corridor Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housing and Residential Development
3) Multiple exterior access •
Kelebihan : privasi penghuni lebih baik, pencahayaan danpenghawaan lebih baik.
•
Kekurangan : akses bertetangga jadi lebih jauh.
24
Gambar 2.6. Multiple Exterior Access Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development
4) Multiple interior access •
Kelebihan : privasi penghuni lebih baik.
•
Kekurangan : pencahayaan dan penghawaan tidak alami
Gambar 2.7. Multiple Interior Access Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development
5) Tower • Kelebihan : setiap unit mendapat cahaya yang baik. • Kekurangan : sirkulasi di tengah gelap, penghawaaan kurang.
Gambar 2.8. Tower Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development
25 6) Multi tower • Kelebihan : privasi penghuni lebih baik, semua unit dan jalursirkulasi mendapat pencahayaan maksimal • Kekurangan : struktur mahal, pemanfaatan lahan menjadi boros.
Gambar 2.9. Multi Tower Sumber: Joseph De Chiara, Julius Panero, Martin Zelnik. Time Saver Standards for Housingand Residential Development
2.1.2.5. Kriteria Perencanaan Rumah Susun Menurut
Peraturan
Menteri
Pekerjaan
Umum
Nomor:
05/PRT/M/2007 TentangPedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, beberapakriteria perencanaan pembangunan rumah susun sederhana (Rusuna) adalah sebagaiberikut: 1) Kriteria Umum a. Bangunan Rumah Rusuna Bertingkat Tinggi harus memenuhi persyaratanfungsional, andal, efisien, terjangkau, sederhana namun dapat mendukungpeningkatan kualitas lingkungan di sekitarnya dan peningkatan produktivitaskerja. b. Kreativitas desain hendaknya tidak ditekankan kepada kemewahan material,tetapi pada kemampuan mengadakan sublimasi antara fungsi teknik dan fungsisosial bangunan, dan mampu mencerminkan keserasian bangunan gedungdengan lingkungannya; c. Biaya operasi dan pemeliharaan bangunan gedung sepanjang umurnyadiusahakan serendah mungkin.
26 2) Kriteria Khusus a. Rusuna
bertingkat
tinggi
yang
direncanakan
harus
mempertimbangkanidentitas setempat pada wujud arsitektur bangunan tersebut. b. Massa bangunan sebaiknya simetri ganda, rasio panjang lebar (L/B) < 3,hindari bentuk denah yang mengakibatkan puntiran pada bangunan. c. Jika terpaksa denah terlalu panjang (> 50 m) atau tidak simetris: pasangdilatasi bila dianggap perlu. d. Lantai dasar dipergunakan untuk fasos, fasek dan fasum, antara lain : RuangUnit Usaha, Ruang Pengelola, Ruang Bersama, Ruang Penitipan Anak, RuangMekanikal-Elektrikal, prasarana dan sarana lainnya, antara lain tempatpenampungan sampah/kotoran. e. Lantai satu dan lantai berikutnya diperuntukan sebagai hunian yang 1 (satu)Unit Huniannya terdiri atas: 1 (satu) Ruang Duduk/Keluarga, 2 (dua) RuangTidur, 1 (satu) KM/WC, dan Ruang Service (Dapur dan Cuci) dengan total luasper unit minimum 30 m². f. Luas sirkulasi, utilitas, dan ruang-ruang bersama maksimum 30% dari total\ luas lantai bangunan. g. Denah unit rusuna bertingkat tinggi harus fungsional, efisien dengan sedapatmungkin tidak menggunakan balok anak, dan memenuhi persyaratanpenghawaan dan pencahayaan. h. Struktur utama bangunan termasuk komponen penahan gempa (dinding geseratau rangka perimetral) harus kokoh, stabil, dan efisien terhadap beban gempa. i. Setiap lantai bangunan rusuna bertingkat tinggi harus disediakan ruangbersama yang dapat berfungsi sebagai fasilitas bersosialisasi antar penghuni. j. Sistem konstruksi rusuna bertingkat tinggi harus lebih baik, dari segi kualitas,kecepatan dan ekonomis (seperti sistem formwork dan sistem pracetak)dibanding sistem konvensional. k. Dinding luar rusuna bertingkat tinggi menggunakan beton pracetak sedangkandinding pembatas antar unit/sarusun menggunakan beton ringan, sehinggabeban struktur dapat lebih ringan dan menghemat biaya pembangunan.
27 l. Lebar
dan
tinggi
anak
tangga
harus
diperhitungkan
untuk
memenuhikeselamatan dan kenyamanan, dengan lebar tangga minimal 110 cm. m. Railling/pegangan
rambat
mempertimbangkan memperhatikan
balkon
faktorprivasi
estetika
dan
dan
sehingga
selasar
keselamatan
harus dengan
tidakmenimbulkan
kesan
masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan railing. n. Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik, sedangkan penutuplantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa keramik kecualiKM/WC. o. Penutup dinding KM/WC menggunakan pasangan keramik dengan tinggimaksimum adalah 1.80 meter dari level lantai. p. Penutup meja dapur dan dinding meja dapur menggunakan keramik. Tinggimaksimum pasangan keramik dinding meja dapur adalah 0.60 meter dari levelmeja dapur. q. Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal iniberkaitan dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekasdan kotor menembus pelat lantai. r. Material kusen pintu dan jendela menggunakan bahan alumunium ukuran 3x7cm, kusen harus tahan bocor dan diperhitungkan agar tahan terhadap tekananangin. s. Plafond memanfaatkan struktur pelat lantai tanpa penutup (exposed). t. Seluruh instalasi utilitas harus melalui shaft, perencanaan shaft harusmemperhitungkan estetika dan kemudahan perawatan. u. Ukuran
koridor/selasar
sebagai
akses
horizontal
antarruang
dipertimbangkanberdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna, minimal 1.2m. v. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi diwajibkan menyediakan area parkirdengan rasio 1 (satu) lot parkir kendaraan untuk setiap 5 (lima) unit hunianyang dibangun. w. Jarak bebas bangunan rusuna bertingkat tinggi terhadap bangunan gedunglainnya minimum 4 m pada lantai dasar, dan pada setiap penambahanlantai/tingkat bangunan ditambah 0,5 m dari jarak bebas lantai di bawahnyasampai mencapai jarak bebas terjauh 12,5 m.
28
2.1.2.6. Prinsip Dasar Perencanaan Arsitektur Bangunan Rusunawa A. Perencanaan Arsitektur Secara Umum − Blok bangunan dan unit hunian harus dapat mengakomodasi gaya hidupcalon penghuni dan budaya lokal; − Menjamin
terwujudnya
bangunan
rusuna
yang
didirikan
berdasarkankarakteristik lingkungan, ketentuan bangunan dan budaya daerahsetempat,
sehingga
seimbang,
serasi
dan
selaras
dengan
hijau
yang
dapat
lingkungannya; − -Menjamin
terwujudnya
tata
ruang
memberikankeseimbangan dan keserasian bangunan terhadap lingkungannya; − Menjamin bahwa bangunan rusuna dibangun dan dimanfaatkan dengantidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. − Data dan informasi berkaitan dengan kependudukan, kondisi fisik prasaranadan sarana, sosial, ekonomi, budaya serta teknologi, merupakan bahan utamadalam proses perencanaan kawasan perumahan susun. − Data dan informasi sekurang-kurangnya memuat kapasitas dan dayadukung kawasan
yang
akan
dibangun,
yaitu
kependudukan,
kondisi
fisikgeomorfologi, dan peraturan daerah setempat yang berlaku. B. Persyaratan Keselamatan Bangunan − Menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang dapat mendukung bebanyang timbul akibat perilaku alam dan manusia. − Menjamin keselamatan manusia dari kernungkinan kecelakaan atau lukayang disebabkan oleh kegagalan struktur bangunan. − Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakan bendayang disebabkan oleh perilaku struktur. − Menjamin pertindungan properti lainnya dari kerusakan fisik yang disebabkanoleh kegagalan struktur. − Menjamin
terpasangnya
komunikasi,transportasi
instalasi
vertikal
dalam
listrik, gedung,
penangkal proteksi
petir,
kebakaran,
plambingsecara aman dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalambangunan rusuna.
29 − Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan semuainstalasi secara baik. − Menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang memenuhi persyaratan jalankeluar pada saat terjadi kebakaran, serta memberikan akses bagi upayapemadaman dari luar. − Dalam hal denah bangunan rusuna berbentuk T, L, atau U, maka harusdilakukan pemisahan struktur atau delatasi untuk meminimasi terjadinyakerusakan akibat gempa atau penurunan tanah. − Dalam meminimalisasi terjadinya kerusakan akibat gempa, denahbangunan rusuna sedapat mungkin simetris terhadap dua akses/sumbudan sederhana. Denah berbentuk sentris (bujursangkar, segibanyak, atau lingkaran) lebih baik daripada denah bangunan yang berbentukmemanjang. − Menjamin terwujudnya keselamatan gerak dan aktivitas penggunabangunan. − Menjamin terwujudnya upaya melindungi penghuni dari cedera atau lukasaat evakuasi pada keadaan darurat. C. Persyaratan Kesehatan Bangunan − Menjamin terpenuhinya kebutuhan maupunbuatan
dalam
menunjang
udara yang cukup, baik alami terselenggaranya
kegiatan
dalam
bangunanrusuna. − Menjamin upaya beroperasinya peralatan dan perlengkapan tata udarasecara baik. − Menjamin
terpenuhinya
kebutuhan
pencahayaan
yang
cukup,
baik
alamimaupun buatan dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalambangunan rusuna. − Menjamin
upaya
beroperasinya
peralatan
dan
perlengkapan
pencahayaansecara baik. − Menjamin tersedianya sarana dan parasarana air bersih dan sanitasi yangmemadai dalam menunjang terselenggaranya kegiatan di dalam bangunanrusuna. − Menjamin
upaya
beroperasinya
peralatan
dan
perlengkapan
danparasarana air bersih dan sanitasi secara baik. D. Persyaratan Keamanan dan Kenyamanan dalam Bangunan
sarana
30 − Perencanaan blok bangunan dan unit hunian harus menjamin keamanandan kenyamanan huni untuk jangka waktu lama denganmempertimbangkan kesesuaian dengan elemen-elemen lingkungansekitarnya. − Perencanaan
bangunan
harus
memenuhi
persyaratan
keamanan
terhadaptindak kriminal dalam bangunan. − Perencanaan bangunan harus menjamin terpenuhinya persyaratankenyamanan baik termal, audial, visual dan gerak serta minirhasi gangguanterhadap getaran dan polusi dengan tetap menjamin penggunaan energiyang efisien. − Menjamin tersedianya alai transportasi yang layak, aman, dan nyaman didalam bangunan rusuna. − Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah dan aman, apabilaterjadi keadaan darurat. E. Persyaratan Kemudahan Bangunan − menjamin terwujudnya bangunan rusuna yang mempunyai akses yanglayak, aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan didalamnya. − menjamin
tersedianya
akses
bagi
penyandang
cacat,
khususnya
untukbangunan fasilitas umum dan sosial. − menjamin
tersedianya
pertandaan
dini
yang
informatif
di
dalam
bangunanrusuna apabila terjadi keadaan darurat; − menjamin kemudahan aksesibilitas dari rusuna menuju ke fasilitas umum dan fasilitas sosial yang bisa dinyatakan dalam satuan jarak geometris (km,m) dan waktu tempuh dengan berjalan kaki maupun kendaraan bermotorserta kendaraan tidak bermotor. F. Persyaratan Penampilan Bangunan − penempatan bangunan tidak boleh mengganggu fungsi prasarana, lalulintas dan ketertiban umum. − kepala daerah dapat menetapkan secara khusus bentuk bangunan, tatabangunan dan lingkungan yang mengakomodasi ciri arsitektur lokal. − kepala daerah dapat membentuk suatu panitia khusus yang bertugasmemberi nasehat teknis mengenai ketentuan bentuk bangunan, tatabangunan dan lingkungan. − perlu
ditetapkan
penampang-penampang
bangunan
memperolehkawasan yang memenuhi syarat keindahan dan keserasian.
untuk
31 − bentuk
bangunan
harus
dirancang
dengan
memperhatikan
bentuk
dankarakteristik arsitektur lingkungan yang ada di sekitamya, atau yangmampu sebagai pedoman arsitektur atau panutan bagi lingkungannya. − bentuk
bangunan
harus
dirancang
dengan
mempertimbangkan
terciptanyaruang luar bangunan yang nyaman dan serasi terhadap lingkungannya. − bentuk,
tampak,
harusdirancang
profil,
detail,
serasi
material
dengan
maupun
lingkungan
warna
sekitarnya
bangunan
dan
sesuai
denganpersyaratan fungsinya. G. Bentuk Bangunan − bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa sehingga setiap ruangdalam dimungkinkan menggunakan pencahayaan dan penghawaan alamisehingga memenuhi ketentuan hemat energi. − ketentuan
pada
butir
di
atas
tidak
berlaku
apabila
berdasarkan
fungsinyabangunan memerlukan sistem pencahayaan dan penghawaan buatan dan tetap mengacu pada prinsip-prinsip hemat energi. − pada bangunan dengan lantai banyak, kulit atau selubung bangunan harusmemenuhi persyaratan hemat energi. 2.1.2.7. Perencanaan Tapak Rusunawa A. Kepadatan Bangunan -
Perencanaan kepadatan bangunan dalam kawasan rusuna dimaksudkanuntuk mencapai pemanfaatan dan pendayagunaan lahan yang optimalsesuai fungsinya.
-
Optimalisasi
pemanfaatan
bangunandipertimbangkan
lahan
terhadap
keselamatandan
kenyamanan
alami,pengaliran
dan
keserasian
lingkungan,
pertukaran
untuk
udara
tata
penempatan letak
kebutuhan alami,
serta
bangunan, pencahayaan pencegahan
terhadapbahaya kebakaran. -
Pengaturan kepadatan bangunan ditentukan sebagai berikut: a. luas lahan yang tertutup bangunan maksimum sama dengan 40% sedangkan 60% dari luas lahan digunakan untuk halaman dan atauruang terbuka.
32 b. luas lahan untuk bangunan terhadap seluruh luas lahan seluasluasnyaadalah 50%. c. luas lahan untuk fasilitas ruang terbuka (taman, tempat bermainanak, dan lapangan olahraga) sekurang-kurangnya 20%. d. luas lahan untuk fasilitas Iingkungan terhadap lahan bersamaseluasluasnya 30%. e. flasilitas Iingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunanrusuna maksimal 30% dari luas lantai dan tidak ditempatkan lebih dari lantai ke 3(tiga). f. rusunawa 5(lima) lantai mempunyai KDB 25% dan KLB 1,25serta daya tampung penghuni maksimum sebanyak 1.736 jiwa. g. rusunawa 10 lantai mempunyai KDB 14% -15% dan KLB 1,42 -1,436 dengan daya tampung penghuni maksimum 1.972 - 1.995jiwa. B. Garis Sempedan Bangunan -
Garis sempadan bangunan ditetapkan dalam rencana tata ruang,rencana tata bangunan dan lingkungan, serta peraturan bangunansetempat;
-
Dalam mendirikan atau mernperbarui seluruhnya atau sehagian darisuatu bangunan, garis sempadan bangunan yang telah ditetapkansebagaimana dimaksud dalam butir di atas harus mendapat persetujuanpemerintah daerah setempat;
-
Penetapan
garis
sempadan
bangunan
didasarkan
pada
pertimbangankeamanan, kesehatan, kenyamanan dan keserasian terhadap lingkungansekitarnya; -
Ketentuan garis sempadan bangunan dapat diperbarui denganpertimbangan perkembangan kota, kepentingan UMLIM, keserasiandengan lingkungan, maupun pertimbangan lain dengan memperhatikanpendapat teknis para ahli terkait.
C. Jarak antar Bangunan -
Jarak antara bangunan ditentukan berdasarkan persyaratan terhadapbahaya kebakaran, kebutuhan pencahayaan alami, kebutuhanpertukaran udara, kenyamanan pribadi (privacy) dan ketinggianbangunan:
-
Pada bangunan dengan ketinggian 5 (lima) lantai yang letaknyaberdampingan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
33 1. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbidang tertutup, maka jarak bangunan boleh 3 meter. 2. bila salah satu dinding pada bangunan yang berhadapanmerupakan bidang tertutup, jarak minimum bangunan dapatberjarak 6 meter. 3. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbukaan, berupa pintu dan atau jendela, maka jarak minimumantar bangunan adalah 12 meter. -
Pada bangunan dengan ketinggian 10(sepuluh) lantai atau lebih yangletaknya berdampingan, harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbidang tertutup, maka jarak bangunan boleh 4,5 meter. 2. bila salah satu dinding pada bangunan yang berhadapanmerupakan bidang tertutup, jarak minimum bangunan dapatberjarak 8.5 meter 3. bila kedua dinding pada bangunan yang berhadapan merupakanbukaan, berupa pintuijendela, maka jarak minimum antarbangunan adalah 17 meter. -
Untuk bangunan yang digunakan sebagai tempat penyimpananbahanbahan/benda-benda yang mudah terbakar dan/atau bahanberbahaya, maka Kepala Daerah dapat menetapkan syarat-syarat lebihlanjut mengenai jarakjarakyang harus dipatuhi.
2.2. Tinjauan Khusus
2.2.1. Standar Ruang Gerak Pembahasan standar ruang gerak ini ditunjukkan untuk memberikan acuan ukuran furnitur dan sirkulasi sehingga penghuni nyaman beraktifitas. Ukuran ini akan diterapkan pada sistem furnitur kompak yang akan dibahas selanjutnya. Menurut rujukan buku Dimensi Manusia & Ruang Interior yang ditulis oleh (Julius Panero, Martin Zelnik, 1979)menyebutkan beberapa acuan standar untuk ruang gerak manusia yaitu:
A. Ruang TV
34
Gambar 2.10. Standar ruang duduk Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
B. Ruang Cuci dan Jemur
35
Gambar 2.11. Standar ruang cuci dan jemur Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
C. Ruang Makan
Gambar 2.12. Standar Ruang Makan Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
D. Dapur
36
Gambar 2.13. Standar Ruang Dapur Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
E. Ruang Tidur
Gambar 2.14. Standar ruang tidur Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
F. Kamar Mandi
37
Gambar 2.15. Standar kamar mandi Sumber : Dimensi Manusia dan Ruang Interior
2.3. NOVELTY Novelty
adalah
unsur
kebaharuan
yang
dimunculkan
dari
suatu
penelitian.Dalam penelitian ini dibahas hubungan aktifitas penghuni rumah susun dengan kebutuhan besaran ruang yang sesuai dengan standar untuk menghasilkan hunian yang ideal. Besaran
ruang
dipengaruhi oleh kebutuhan furnitur untuk
menunjang aktifitas tersebut. Namun pada kenyataannya rumah susun tidak bisa menyediakan ruang yang sesuai dengan standar kebutuhan penghuni karena keterbatasan
lahan.
Sehingga
diperlukan
memaksimalkan fungsi luas ruangan.
pengolahan
furnitur
agar
dapat
38 2.4. TINJAUAN STUDI KASUS Rusun Tambora yang terletak di jalan Angke Jaya, Jakarta Barat memiliki beberapa hunian blok yaitu Tambora I yang terdiri dari 4 blok bangunan, Tambora II yang terdiri dari 2 blok bangunan dan Tambora III yang terdiri dari 3 blok bangunan. Dimana terdapat 2 (dua) jenis rusun yaitu Rusunawa atau Rumah Susun Sederhana Sewa (Tambora I dan II) dan Rusunami atau Rumah Susun Sederhana Milik (Tambora III). Untuk tipe-tipe hunian pada Rusun Tambora ada 2 (dua) jenis yaitu Tipe 18 dan Tipe 21. Tipe 18 untuk katagori studio ( 1 kamar, 1 dapur/balkon, 1 kamar mandi) sedangkan Tipe 21 untuk katagori keluarga ( 1 ruang keluarga, 1 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar mandi, 1 balkon). Dalam Penelitian ini peneliti memfokuskan penelitian pada rusun Tambora II dimana terdapat 90 unit hunian perblok yang bertipe Tipe 21.