24
BAB 2 KANVAS MODEL BISNIS 2.1. PRODUK Bisnis model yang ditawarkan oleh Vifari Furniture adalah penjualan barang-barang furniture seperti tempat tidur, meja, kursi dan barang berkaitan lainnya yang digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Ditinjau dari ruang lingkup pembahasan maka produk yang ditawarkan ialah produk furniture yang dapat memberikan fungsi khusus yaitu multifungsi dan hemat luasan. 2.1.1. Furniture 2.1.1.1.
Arti Kata Kata Furniture dalam bahasa Inggris apabila diterjemahkan menjadi
Mebel.
Istilah
“mebel”
digunakan
karena
sifat
bergeraknya atau mobilitasnya sebagai barang lepas di dalam interior arsitektural. Kata mebel berasal dari bahasa Perancis yaitu meubel, atau bahasa Jerman yaitu mobel. Sedangkan kata furniture berasal dari bahasa Prancis fourniture (1520-30 Masehi). Fourniture mempunyai asal kata fournir yang artinya furnish atau perabot rumah atau ruangan. Walaupun mebel dan furniture punya arti yang beda, tetapi yang ditunjuk sama yaitu meja, kursi, lemari, dan seterusnya. Pengertian mebel secara umum adalah benda pakai yang
25
dapat dipindahkan, berguna bagi kegiatan hidup manusia, mulai dari duduk, tidur, bekerja, makan, bermain dan sebagainya, yang memberi kenyamanan dan keindahan bagi pemakainya (Baryl, 1977 dalam Marizar, 2005). Mebel juga merupakan salah satu produk kayu olahan yang pertumbuhannya amat pesat dalam beberapa dekade terakhir ini adalah produk mebel. Berawal dari pekerjaan rumah tangga, produk mebel kini telah menjadi industri yang cukup besar dengan tingkat penyerapan tenaga kerja terdidik yang tidak sedikit. Produk jenis ini secara prinsip dibagi dalam dua kategori yaitu mebel untuk taman (garden) dan interior dalam rumah (Manullang,1991). Dalam kata lain, mebel atau furniture adalah semua benda yang ada di rumah dan digunakan oleh penghuninya untuk duduk, berbaring, ataupun menyimpan benda kecil seperti pakaian atau cangkir. Mebel terbuat dari kayu, papan, kulit, sekrup, dan lainnya, Furniture adalah istilah yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat menyimpan barang, tempat tidur, tempat duduk,dll. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari pakaian, lemari buku.
26
2.1.1.2. Material bahan Material bahan yang digunakan sebagai alat furniture juga telah banyak macamnya, antara lain adalah : a. Kayu
Gambar 11. Material Kayu Sumber : Dokumentasi Pribadi
b. Bambu
Gambar 12. Material Bambu Sumber : Dokumentasi Pribadi
27
c. Logam
Gambar 13. Material Logam Sumber : furnishhome.us diakses pada 27 April 2013
d. Plastik
28
Gambar 14. Material Plastik Sumber : furnishhome.us, diakses pada 27 April 2013
2.1.2. Multifungsi 2.1.2.1. Arti Kata Manurut Kamus Besar Bahasa Indonesia : Mul·ti- bentuk terikat 1. banyak; lebih dr satu; lebih dr dua: multivalen; multipora; multilateral ; 2 berlipat ganda: multimilioner Fungsi 1 jabatan (pekerjaan) yang dilakukan: jika ketua tidak ada, wakil ketua melakukan – ketua; 2 faal (kerja suatu bagian tubuh): -jantung ialah memompa dan mengalirkan darah; 3 Mat besaran yang berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah; 4 kegunaan suatu hal; 5 Ling peran sebuah unsure bahasa di satuan sintaksis yang lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subyek)
29
Dari dua arti gabungan yaitu multi dan fungsi apabila digabungkan maka akan menjadi kata multifungsi yang berarti mempunyai banyak manfaat ataupun guna. 2.1.2.2. Pendekatan Khusus Multifungsi Arti
Multifungsi
yang
sudah
dijabarkan
diatas
yaitu
mempunyai banyak guna akan diaplikasikan ke dalam produk, pemanfaatan fungsi yang banyak dalam satu alat akan membantu masyarakat saat ini untuk berkehidupan. Pasalnya masyarakat saat ini telah menuju ke kaum urban modern yang sangat sibuk dan tidak mau direpotkan dengan berbagai macam tools yang menurut mereka tidak praktis. Adapun contoh produk yang menggambarkan furniture multifungsi, yaitu :
30
Gambar 15. Furniture Multifungsi Sumber : resourcefurniture.com, diakses pada 27 April 2013 Park View
2.1.3. Hemat Luasan (Space Saving) 2.1.3.1. Arti Kata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka : Hemat [a] berhati-hati dl membelanjakan uang, dsb; tidak boros; cermat: kita harus -- dl penggunaan bahan bakar [a] penuh minat dan perhatian; (dng) saksama; teliti: ia mendengarkan pelajaran dng -- dan cermat [n] pikiran; pendapat: menurut -- kami, dia sebaiknya pulang saja Luas 1 lapang; lebar: kamarnya -- sekali; 2 umum (tt masyarakat dsb): masyarakat --; 3 merata (terjangkau oleh orang banyak): berita itu
31
sudah tersebar -- di kalangan guru di kota itu; 4 ukuran panjanglebarnya bidang (lapangan, ruangan, dsb): -- kebun itu seratus hektar 5 ki banyak dan beragam (tt pengetahuan); tidak picik: orang yg -- pengetahuannya; 6 dapat melihat bebas dan lepas; banglas (tt pemandangan): -- pemandangannya; 7 besar atau banyak (tt usaha, pekerjaan, dsb): -- usahanya; Apabila digabungkan menjadi dua kata yaitu hemat luasan, maka arti kata yang dimaksud adalah sebuah cara dalam mengiritkan suatu objek luas dalam satuan tertentu sehingga didapatkan luasan yang diinginkan karena perbantuan sebuah metode ataupun alat. 2.1.3.2. Pendekatan Khusus Hemat Luasan Dalam gabungan kata hemat luasan (space saving) maka furniture yang diinginkan adalah sebuah furniture yang dapat memberikan manfaat kepada pelanggan karena didesain khusus sehingga memungkinkan untuk dilakukan pelipatan ataupun dorongan di alat furniture tersebut. Gerakan lipatan dan dorongan tersebutlah yang membuat fungsi dari sebuah alat itu menjadi ringkas dan praktis. Dengan kata lain alat tersebut dapat memberikan luasan ekstra di sebuah ruangan apabila sedang dilakukan aktivitas.
32
Gambar 16. Gerakan menghemat luasan Sumber : Resourcefurniture.com, diakses pada 27 April 2013
2.2.
CUSTOMER INSIGHT Definisi menurut Amalia E. Maulana (2009), mengenai consumer insight yaitu “Proses mencari tahu secara lebih mendalam dan holistik, tentang latar belakang perbuatan, pemikiran dan perilaku seorang konsumen yang berhubungan dengan produk dan komunikasi iklannya”, maka proses yang seharusnya dilakukan adalah mengenali kebutuhan nyata konsumen sebelum sebuah produk dikembangkan dan dipasarkan.
33
2.2.1. Penerapan Customer Insight pada Vivari Furniture Salah satu teknik atau alat yang dapat digunakan untuk mendesain model bisnis yang lebih baik dan lebih inovatif adalah dengan mencari customer insight. Customer insight ini digali melalui penyebaran kuesioner kepada sejumlah responden. Jumlah responden 52 orang, dengan 67% dari total responden adalah pria dan 33% wanita. Area domisili yang dituju dalam penyebaran kuesioner cenderung mengarah ke daerah Jakarta Selatan. Penyebaran kuesioner diarahkan pada 52 responden
penghuni
Apartemen
Kalibata
City,
Jakarta
Selatan.
Pengambilan data di lokasi ini berdasarkan bahwa Kalibata City adalah kawasan yang sangat padat untuk area apartemen dan termasuk pada luasan hunian yang sempit.
Gambar 17. Prosentase Jenis kelamin responden Sumber :Kuisoner
34
2.2.2. Pendapatan Penghuni Apartemen Untuk mengetahui behavior penghuni serta customer insight mereka, penulis mengadakan pengisian kuesioner terhadap 52 responden penghuni apartemen di daerah Jakarta Selatan, khususnya apartemen Kalibata City. Pada segmentasi ini, lebih besar tingkat penghasilan responden 38% berada di antara Rp.1.500.000 – Rp.5.000.000 juta Rupiah.
Gambar 18. Prosentase Pendapatan penghuni Sumber : Kuisoner
2.2.3. Perilaku Penghuni Apartemen Melalui hasil kuesioner dari 52 orang responden, diketahui bahwa penghuni apartemen lebih cenderung memiliki kesulitan dalam pembelian furniture dengan penyesuaian teerhadap luasan hunian. Hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam membuat furniture multifungsi dan yang hemat tempat serta portable yang dilakukan oleh Vifari furniture.
35
Gambar 19. Prosentase kesulitan penghuni Sumber : Kuisoner
Berdasarkan hasil kusioner, sebagian besar penghuni apartemen Kalibata City tidak memiliki toko tertentu/langganan dalam membeli furniture, ditunjukkan dari 63% responden menjawab tidak. Dan juga didapatkan hasil untuk perkiraan responden akan harga untuk satu set furniture. Hal ini dapat menjadi salah satu data acuan Vifari furniture dalam memasuki industri furniture dan dalam menetapkan harga yang bersaing agar tidak terlalu mahal dengan produk yang berkualitas.
Gambar 20. Prosentase penghuni memiliki toko langganan Sumber : Kuisoner
36
Berdasarkan hasil kusioner, sebagian besar sebanyak 54% responden pada awalnya cenderung memiliki pengalaman pembelian furniture satu set lengkap dikarenakan agar lebih mudah memadupadankan antara furniture yang satu dengan furniture yang lainnya dalam sebuah ruangan. Diketahui pula bahwa penghuni Kalibata City setelah itu lebih
memilih
membeli
furniture
satuan
disesuaikan
kebutuhannya.
Gambar 21. Prosentase pembelian furniture satu set Sumber : Kuisoner
Gambar 22. Prosentase kebiasaan penghuni membeli furniture Sumber : Kuisoner
dengan
37
Dari data yang didapatkan dari hasil kuisoner, dijelaskan bahwa terlihat penghuni lebih terbiasa membeli secara satuan, dikarenakan mereka akan lebih leluasa dalam memilih dan memadupadankan perabot walaupun belum tentu mereka dapat berhasil dalam mengatur, karena biasanya tindakan tersebut hanya dilakukan secara intuisi saja.
Gambar 23. Prosentase pembelian berdasarkan merk Sumber : Kuisoner
52% responden menjawab tidak jika mereka melakukan pembelian furniture karena merk. Hal ini membuktikan bahwa penghuni apartemen tidak terlalu mementingkan merk, tetapi mereka melakukan pembelian furniture berdasarkan fungsi dengan furniture yang berkualitas dengan harga yang terjangkau.
38
Gambar 24. Prosentase Dasar Prioritas pembelian Sumber : Kuisoner
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap responden penghuni apartemen Kalibata City, dasar prioritas mereka sebanyak 60% responden penghuni apartemen dalam membeli furniture adalah berdasarkan fungsi, hal ini menandakan bahwa penghuni tetap mengedepankan fungsi sebagai acuan pertama dalam pembelian.
Gambar 25. Prosentase customer membandingkan kualitas Sumber : Kuisoner
Gambar 26. Prosentase customer membandingkan harga Sumber : Kuisoner
39
Seluruh responden merupakan penghuni Kalibata City yang pernah membeli furniture. Dapat kita lihat, bahwa sebanyak 81% responden penghuni Kalibata City melakukan perbandingan kualitas dengan produk yang serupa. Dan juga sebesar 85% responden penghuni Kalibata City melakukan perbandingan harga dengan produk yang serupa. Hal ini dapat menjadi tolak ukur untuk Vifari furniture dalam membuat produk yang berkualitas dengan harga terjangkau bagi penghuni apartemen Kalibata City yang sebagian besar berada di kelas menengah. 2.2.4. Minat Pembeli Berdasarkan hasil kuesioner, diketahui bahwa penghuni apartemen terutama di Kalibata City sebanyak 62% responden menjawab memiliki minat untuk melakukan pembelian satu set lengkap (multifungsi) furniture jika ada yang menawarkan.Alasan yang dikemukakan mengapa mereka berminat membeli satu set lengkap (multifungsi) dikarenakan oleh luasan hunian yang mereka miliki sangat minim di Kalibata City. Hal ini akan memudahkan mereka untuk memilih dan membeli furniture untuk mengisi apartemen yang tidak memakan banyak tempat. Sedangkan 38% penghuni apartemen Kalibata City menjawab tidak berminat, hal itu disebabkan oleh kebiasaan mereka yang membeli furniture secara satuan.
40
Gambar 27. Prosentase minat penghuni terhadap furniture multifungsi Sumber : Kuisoner
Sebanyak 71% dari total responden penghuni apartemen Kalibata City menjawab, bahwa mereka melakukan pembelian kembali untuk furniture yang baru setelah periode 5-10 tahun. Sehingga hal ini dapat menjadi acuan terhadap Vifari furniture untuk melakukan pengembangan-pengembangan pada produk yang ada dan juga membuat desain baru dengan gimik yang menarik agar konsumen tidak jenuh terhadap produk Vifari furniture
Gambar 28. Prosentase periode pembelian furniture Sumber : Kuisoner
41
Dilihat juga dari data yang didapatkan hasil kuisoner, bisa dijelaskan penghuni apartemen lebih condong untuk memperkirakan harga untuk furniture multifungsi diangka 6 juta sampai dengan 9 juta rupiah. Hal ini mendasari saat nanti penjualan harga yang ditawarkan tidak melebihi angka yang diinginkan.
Gambar 29. Prosentase perkiraan harga penjualan Sumber : Kuisoner
2.3.
MODEL BISNIS Untuk memahami definisi model bisnis, kajian model bisnis ini menggunakan terminologi model bisnis yang didefinisikan oleh beberapa akademisi. Giorgetti (1998) mengatakan model bisnis adalah model referensi yang merupakan sebuah dasar bagi sebuah sistem jenis (tipe) baru yang mempunyai keunggulan/kelebihan dibandingkan pendekatan sebelumnya. Sistem ini dapat menjelaskan kekurangan/ kelemahan dari sistem sebelumnya
42
dan menunjukkan cara untuk mengatasi kekurangan/kelemahan sistem yang ada. Model menjadi kerangka kerja di mana sistem baru dapat dibandingkan dan dan perancangan sistem baru. Christensen (2001) mendefiniskan bahwa model bisnis sebagai sumber segala keunggulan kompetitif yang dimiliki oleh sebuah organisasi yang membedakannya dengan positioning perusahaan dari produk di industri yang sama Chesborough dalam Zott dan Amit (2009) mendefinisikan model bisnis sebagai struktur rantai nilai-value chain (an activity based concept), menciptakan value dengan mendefinisikan serangkaian aktivitas mulai dari bahan mentah sampai bahan mentah tersebut sampai ke customer akhir, dimana value yang telah ditentukan ditambahkan dalam keseluruhan aktivitas tersebut Penggunaan elemen-elemen generik untuk mendefinisikan terminologi model bisnis yang komprehensif dilakukan oleh Osterwalder dan Pigneur (2009).
Menurut
Osterwalder
dan
Pigneur
sebuah
model
bisnis
menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan (create), menyampaikan (deliver), dan menangkap (capture) nilai-nilai (value) yang dianut oleh organisasi yang dapat dijelaskan melalui 9 (sembilan) elemen generik/pilar utama (9 building blocks of Business Model)
43
2.4.
NINE BASIC BUILDING BLOCKS Model bisnis akan sangat mudah apabila bisa digambarkan melalui nine basic building blocks (Sembilan Dasar Blok Bangunan) yang diperkenalkan oleh (Osterwalder dan Pigneur,2010), Pendekatan khusus yang dilakukan melalui nine basic building blocks ialah bagaimana tahapan demi tahapan dilakukan dalam pembuatan model bisnis. Hal ini dilakukan dengan cara penyertaan kajian yang difokuskan pada beberapa poin yang tedapat di dalam nine basic building blocks, yaitu : Customer Segment, Value Proposition, Channels, Customer relationship Revenue Stream, Key Resources, Key Activities, Key Partnership, dan Cost Structure. Tujuan utama penggambaran adalah bagimana nantinya sebuah model bisnis mendapatkan kerangka pikir dan alur yang jelas pada pengaplikasiannya, sehingga akan terfokus pada sisi yang diinginkan yaitu profit semaksimalnya.
Gambar 30. 9 Basic Building Blocks Sumber : Osterwalder dan Pigneur 2010
44
2.4.1. Customer Segment Segmen pelanggan adalah kelompok-kelompok individu atau organisasi yang memilik karakter serupa, yang dilayani oleh perusahaan, yang mana kepada merekalah perusahaan menciptakan nilai untuk menjawab permasalahan dan memenuhi kebutuhan. (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Adapula Jenis-jenis Customer segment, misalnya: a. Mass Market (konsumen massal), tidak ada segmen khusus yang disasar oleh perusahaan. Kriteria produk/jasa disediakan untuk semua dengan mempertimbangkan umumnya konsumen yang disasar mempunyai keinginan yang umumnya sama, contohnya: produk elektronik. b. Niche Market: yaitu segmen konsumen yang mempunyai kebutuhan/karakteristik
khusus
misalnya:
supplier
dengan
prinsipal automotive c. Segmented: Segmen konsumen khusus yang mempunyai kriteria lebih spesifik. misalnya berdasarkan jenis kelamin, usia, pendapatan dan lain-lain, misalnya: jam tangan, dll
Menurut Kotller & Keller (2012), Segmen pasar merupakan kumpulan konsumen yang mempunyai sekumpulan kebutuhan dan keinginan yang mirip. Untuk mengenali perbedaan konsumen, variabel yang umum digunakan untuk mengenali segmen dari pasar konsumen
45
adalah geografis, demografis, psikografis dan perilaku. Segmentasi psikografis merupakan kombinasi antara penggunaan psikologi dan demografis untuk mengerti konsumen lebih baik. Sedangkan segmentasi perilaku membagi konsumen ke dalam kelompok yang berdasarkan atas pengetahuan, sikap, penggunaan, atau tanggapan terhadap suatu produk. a. Geografis Segmentasi ini difokuskan untuk membagi pasar dalam skala variabel kewarganegaraan, negara, daerah, kabupaten, kota ataupun lingkungan sekitar.
Gambar 31. Jumlah dan Kepadatan penduduk DKI Jakarta Sumber : BPS DKI Jakarta
46
Gambar 32. Jumlah Perumahan dan Apartemen di Jabodetabek Sumber : e-realestat.com , diakses pada 12 April 2013
Dengan data yang tersaji diatas maka bisa memperlihatkan bagaimana di wilayah DKI Jakarta yang menjadi pusat dari persebaran hunian paling tinggi di Indonesia. Untuk di segi hunian apartemen maka bisa disimpulkan bahwa daerah Jakarta Pusat menjadi tempat persebaran apartemen paling banyak dan hanya terpaut 1 poin dibandingkan dengan Jakarta Selatan yang menempati posisi kedua.
Gambar 33. Indikator perumahan DKI Jakarta Sumber : BPS DKI Jakarta
47
Dikutip dari (Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2012, Badan Pusat Statistik, 2013) dijelaskan bahwa memang yang menjadi kendala utama dari masalah perumahan adalah di luas lantai per-kapita mencapai 41,99%. Hal ini didasari dengan meningkatnya jumlah penduduk yang tinggi tetapi tidak diimbangi dengan penambahan luas lahan ditambah lagi masalah tingginya harga tanah di Jakarta. Dengan data tersebut akan dimungkinkan bahwa hunian apartemen akan condong maju dibandingkan perumahan mendatar tanah. Market yang dituju dari Vifari dengan produknya adalah sebuah hunian berkonsep vertikal yaitu apartmen atau bisa jadi rusunami kelas menengah. Pertanyaan yang mucul mengapa apartmen, hal ini bisa dijelaskan dikarenakan sebuah apartmen lebih banyak mencakup dari segi jumlah potensial yang terdapat dalam satu lokasi. Pemahaman akan banyaknya target potensial akan berarti prediksi dalam meraup keuntungan juga akan menjadi lebih besar. Berbeda
dengan
target
tujuan
perumahan
dikarenakan
perumahan biasanya bersifat horizontal di atas tanah. Mungkin dari sektor jumlah bisa jadi seimbang dengan jumlah penghuni yang terdapat di hunian apartmen, tetapi pada dasarnya bukan hanya jumlah saja yang menjadi pertimbangan dari Vifari dalam melakukan tahapan perancangan target market. Fungsi pengawasan dan jangkauan terhadap market pastinya menjadi lebih mudah apabila dilakukan pada
48
dasaran tanah yang tidak luas. Operasional yang dituju juga dapat dikatakan sebagai efek terpenting dalam penjagaan kualitas dalam memanajemenkan sebuah produk. Sepanjang tahun jumlah unit apartmen yang ada di kota-kota besar semakin bertambah. Keterbatasan lahan menjadi pertimbangan penting dari pembangunan hunian bagi masyarakat. Dengan keberadaan hunian yang dipadatkan menjadi di dalam satu lokasi dan semuanya disusun menjadi vertikal adalah sebuah jawaban yang sekiranya pantas dalam menjawab tantangan dalam berhubi di kota besar yang semakin langka dengan jumlah ketersediaan tanah. Menurut John Mascai, dalam buku Housing, hal 225-226, apartemen
dikategorikan
menjadi
3
berdasarkan
ketinggian
bangunannya, yaitu : Low rise apartment (bertingkat rendah) adalah tipe bangunan bertingkat dengan ketinggian 2 sampai 4 lantai, dan sistem yang digunakan untuk sirkulasi vertikal menggunakan tangga (walk up) tanpa menggunakan lift. Medium Rise Apartment (bertingkat sedang) adalah tipe bangunan bertingkat dengan menggunakan lift hidrolik yang
konsekuensinya
memiliki
beban
ketinggian banguan antara 4 sampai 8 lantai.
terbatas
dan
49
High Rise Apartment (bertingkat tinggi) adalah tipe bangunan bertingkat dengan menggunakan lift elektrik, tinggi banguanan lebih dari 8 lantai dan jumlah lantainya dibatasi dengan kemajuan teknologi. Secara umum bentuk dasar
bangunan
high
rise
untuk
hunian
dapat
dikelompokkan atas interior type dan exterior type. Menurut Joseph de ciara dan John Callender dalam buku Time Server Standarts for Building Dilihat dari beragamnya jenis tipe apartmen, kita bisa membagi beberapa tipe apartmen ditinjau dari daya beli si pemilik dan juga harga yang ditawarkan unit pada pembelian awal, tipe apartmen dibagi menjadi 3, yaitu : 1. Rumah susun Rumah susun biasanya digolongkan sebagai hunian yang sifatnya diperuntukkan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah. Dari sisi bangunan rumah susun biasanya hanya memiliki paling banyak 4 lantai dan tidak memiliki transportasi vertikal berupa lift elektronik, transportasi
dalam
gedung
dimaksimalkan
dengan
penggunaan tangga aktif yang terdapat di area rumah susun. Daya beli yang diperlihatkan dari pemilik rumah susun ialah daya beli yang rendah. Biasanya mereka meninggali tempat tersebut berdasarkan dari jumlah
50
pendapatan yang mereka dapatkan di setiap bulannya. Rumah
susun
lebih
dikhususkan
sebagai
program
pemerintah dalam bantuan sosial menghadirkan hunian berharga murah bagi masyarakat. 2.
Middle Class Apartment Sesuai dengan namanya Middle class apartment (MCA) biasanya dihuni bagi masyarakat yang fokus terhadap ketersedian fasilitas dan jangkauan geografis menuju pusat kota. Apartmen ini seringkali diisi oleh masyarakat kelas menengah sampai atas, tetapi lebih banyak prosentasenya kepada segi daya beli masyarakat kaum menengah. Apartmen tipe ini biasanya dijual dengan harga mulai dari harga 100 sampai dengan 600 juta untuk setiap unitnya. Unit yang ditawarkan juga beragam mulai tipe studio sampai 2 kamar tidur. Prosentase yang paling banyak adalah ketersediaan jumlah tipe 2 kamar tidur lebih banyak daripada tipe studio. Kecenderungan pasar yang menempati hunian ini adalah keluarga berkembang yang baru memiliki anak tidak lebih dari 2 orang yang berumur paling besar ialah 12 tahun.
51
3. Penthouse Penthouse adalah sebuah hunian apartmen kelas mewah, biasanya apartment ini dihuni oleh kaum kelas menengah ke atas yang sudah memiliki daya beli yang cukup tinggi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Seoarang
pemilik
penthouse
biasanya
menjadikan
huniannya sebagai tempat investasi kedua, dikarenakan sang pemilik telah mempunyai rumah pribadi sebelumnya. Jumlah kamar tidur yang ditawarkan biasanya paling kecil adalah 2 kamar tidur, yang membedakan penthouse dengan MCA ialah fasilitas yang ditawarkan dan juga tingkat privasi yang dijaga ketat oleh keamanan setempat.
Menurut Joseph de ciara dan John Callender dalam buku Time Server Standarts for Building Types hal.76, dapat dibedakan berdasarkan fasilitas-fasilitas penunjang yang terdapat di dalamnya, antara lain ialah :
52
Letak fasilitas
Low
Di Dalam Apartmen
Keamanan
Di dalam bangunan
fasilitas laundry dan minimum lobby
Tapak
lapangan parkir terbuka dan ruang jemur
Kriteria fasilitas penunjang Medium High keamanan, intercom, Doorman dan telepon, balkon door signal, balkon yang besar, AC sentral, Service dan unit AC (Air Entrance, pelayanan tempat Condtioner) tinggal Ruang pertemuan, parkir Ruang Laundry, tambahan, tempat perbelanjaan, Ruang komersial, lift, doorman, sistem Community Room, keamanan, circuit TV, dan Central Storage pelayanan kamar, Health club, kolam renang tertutup Kolam renang, playground and Taman, area rekreasi, country sitting area, ruang club, kolam renang terbuka parkir yang aman dan terlindungi.
Tabel 5 . Kriteria Fasilitas Penunjang Apartemen Sumber :Joseph de ciara dan John Callender , Time Server Standarts for Building Types hal.76
b. Demografis Segmentasi ini difokuskan untuk membagi pasar dalam skala variabel usia, jumlah keluarga, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, dan tingkat sosial
53
Gambar 34. Jumlah penduduk DKI Jakarta berdasarkan jenis kelamin Sumber : BPS DKI Jakarta
Gambar 35. Pengeluaran rata-rata penduduk DKI Jakarta Sumber : BPS DKI Jakarta
Dengan data yang ada bisa diartikan bahwa konsumsi masyarakat di Jakarta atas alokasi non makanan masih cukup tinggi. Seperti dari data yang dikutip dari (Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2012, Badan Pusat Statistik, 2013)
54
menyatakan bahwa pada kelompok pengeluaran non-makanan, dstribusi yang terbesar adalah digunakan untuk kebutuhan perumahan. Dengan kajian ini menandakan masih akan adanya harapan untuk pengeluaran yang digunakan sebagai kebutuhan pembelian furniture
Gambar 36. Distribusi pendapatan penduduk Sumber : BPS DKI Jakarta
Dikutip dari (Statistik Daerah Provinsi DKI Jakarta 2012, Badan Pusat Statistik, 2013) Dari data distribusi pendapatan penduduk dibagi menjadi 3 kelas yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Dari data tersebut juga terlampir gini rasio yang menunjukkan bahwa kesenjangan masih dalam taraf yang rendah karena berkisar di 0.340 sampai dengan 0.385 yang artinya kesenjangan masih dalam lingkup yang rendah. Tetapi perlu diwaspadai walaupun selama 3 tahun berturut jumlah kemiskinan menurun, tetapi perlu diwaspadai bahwa inflasi semakin meninggi dan kesenjangan juga
55
bertambah. Menurut Untermann, Richard & Smal dalam bukunya Site Planning for Cluster Housing Setiap hunian apartemen pasti mempunyai fiungsi khusus dari target yang dikejar terutama dari sisi kepemilikan lebih cenderung ke arah keluarga seperti apa atau individu seperti apa, maka dari hal tersebut apartmen bisa diklasifikasikan seperti tabel dibawah ini.
Holder
Young Single
Young Couple Young Couple, Young Children Middle Age Couple, Tennage Children Middle Age Couple, Grown Children Elderly Single Disabled
Bedroom
Type Row
Town
Flat
Efeccient
O
One
O
One
O O
Patio
Maisonettes
Terrace
O
O
O
Two
O
O
Two
O
O
O
O
O
Three
O
O
O
O
O
Three
O
O
O
O
O
Four
O
O
O
O
O
Two
O
O
O
O
O
O
Three
O
O
O
O
O
O
Efeccient
O
One
O O
O
Tabel 6 . Klasifikasi Tipe Hunian Apartemen Sumber :Site Planning for Cluster Housing, Untermann, Richard & Smal
56
c. Psikografis Penduduk Jakarta sangatah banyak tetapi memiliki keserupaan dalam berkehidupan. Dalam masa saat ini masyarakat Jakarta sudah bisa dikategorikan sebagai masyarakat Urban modern dan memiliki tingkat aktiftas tinggi , Perbantuan dalam permasalahan hidup Urban Modern adalah menghadirkan sebuah produk furniture yang menjawab tentang kepraktisan hidup, karena masyarakat dewasa ini akan sangat tergantung dan diperbantukan oleh alat yang ada di sekitar mereka. berikut adalah segmentasi psikografis yang bisa diperlihatkan: Kelompok yang terdiri dari masyarakat pekerja yang memiliki rutinitas pekerjaan sangat padat dan biasanya hanya tinggal di dalam hunian dalam jangka pendek dan menitikberatkan kehidupan untuk di tempat usaha maupun kantor. Kelompok ini lebih membutuhkan suasana ruangan yang pada dasarnya sempit tetapi memiliki fungsi huni yang tinggi sehingga dari perabotan yang ditujukan adalah praktis, Kelompok yang terdiri dari ibu rumah tangga yang memiliki anak 1. Kaum urban dengan statusan seperti ini sudah seharusnya terbantu dengan permasalahan pekerjaan rumah seperti membereskan rumah. Jawaban dari kesulitan
57
dalam pemberasan pekerjaan rumah bisa dihadirkan melalui furniture yang memiliki beberapa fungsi Mahasiswa saat ini juga sudah menetap pada apartemen yang terdapat di kota besar yang tentunya mempunyai ukuran mungil dikarenakan bertipe studio. Mahasiswa ini mempunyai kesibukan yang fokus pada masalah edukasi mereka. Proses edukasi tersebut seringkali mengharuskan mereka menggelar kerja kelompok di hunian mereka, sehingga membutuhkan extra space . Permasalahan ini bisa diatasi dengan penggunaan furniture yang sangat praktis dan movable.
2.4.2. Value Proposition Adalah poin yang mendefinisikan target mana yang kita tuju untuk membangun sebuah bisnis, Poin ini utamanya adalah pasar mana yang kita tuju dalam pengembangan nantinya, hal ini pada akhirnya akan mengerucutkan segmen pasar mana yang akan dilayani dan mana yang akan dihiraukan untuk ditindaklanjuti. Fokus pada sebuah segmen akan sangat berguna untuk menetapkan target yang diinginkan sehingga acuan tidak akan berbelok pada arah yang salah. Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) Value Proposition merupakan sekumpulan produk dan jasa yang diciptakan dengan nilai tertentu untuk menjawab sebuah kebutuhan dan masalah bagi segmen
58
pelanggannya. Nilai yang diciptakan dapat berupa peningkatan performa, efesiensi biaya, dan aksesbilitas. Ada pula 6 pilar utama dari Value Proposition sebagia acuan utama dari masyarakat sebagai calon pembeli untuk memilih perusahaan yang akan menjadi fasilitator dalam pemenuhan kebutuhan dan pemecah masalah yang mereka hadapi. Keenam pilar tersebut antara lain adalah : Price (harga), Quality (kualitas), Support (dukungan), Availability (Ketersediaan), dan Reputation (reputasi) berdasarkan (Finkelstein, Harvey, dan Lawton, 2007, p.183). Keenam pilar ini yang nantinya akan menjadi pembeda antara perusahaan dengan lainnya dalam penyediaan produk maupun jasa. Keenam pilar ini pula yang nantinya juga akan memberikan gambaran jelas pada customer dari segala aspek yang dihadikan oleh perusahaan dalam produk dan jasanya.
Gambar 37. Enam Pilar Utama dari Value Proposition Sumber : Finkelstein, dkk. 2007
59
2.4.3. Channels Channels menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan bisa berkomunikasi dan mencapai segmen pelanggan yang dituju untuk menyampaikan value proposition yang dimiliki (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Strategi
mengoptimalkan
komunikasi
(8
major
modes
of
communication) dan partnership. Menurut Kottler Keller (Marketing Management, 2006) ini yaitu : a. Iklan - Setiap presentasi nonpersonal dan promosi ide, barang, atau jasa oleh sponsor yang teridentifikasi melalui media cetak (surat kabar dan majalah), penyiaran media (radio dan televisi), jaringan media (telepon, kabel, satelit, wireless), elektronik Media (rekaman suara, rekaman video, videodisk, CD-ROM, halaman Web), dan media display (billboard, tanda-tanda, poster). b. Promosi penjualan - Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong percobaan atau pembelian produk atau jasa termasuk promosi konsumen (seperti sampel, kupon, dan premi), promosi perdagangan (seperti iklan dan tunjangan display), dan bisnis dan tenaga penjualan promosi (kontes untuk tenaga penjualan). c. Event dan Experience - Perusahaan yang ikut dalam sponsoriatau kegiatan dan program yang dirancang untuk menciptakan
60
interaksi merk terkait harian atau khusus dengan konsumen (Expo), termasuk olahraga, seni, hiburan, dan acara serta kegiatan yang kurang formal lainnya yang bisa dijadikan medium penyampaian produk. d. Hubungan masyarakat dan publisitas - Berbagai program yang diarahkan secara internal untuk karyawan perusahaan atau eksternal untuk konsumen, perusahaan lain, pemerintah, dan media untuk mempromosikan atau melindungi citra perusahaan atau produk komunikasi individu. e. Direct marketing - Penggunaan mail, telepon, faks, e-mail, atau Internet untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau dialog dari pelanggan tertentu dan prospek. f. Kegiatan pemasaran-online interaktif dan program yang dirancang untuk melibatkan pelanggan atau prospek dan langsung
atau
tidak
langsung meningkatkan
kesadaran,
meningkatkan citra, atau menimbulkan penjualan produk dan jasa. g. Komunikasi word-of-mouth marketing - People-to-people lisan, tertulis, atau elektronik yang berhubungan dengan manfaat atau pengalaman membeli atau menggunakan produk atau jasa. h. Personal selling-Face-to-face interaksi dengan satu atau lebih calon pembeli untuk tujuan membuat presentasi, menjawab pertanyaan, dan pengadaan pesanan.
61
Osterwalder dan Pigneur (2010) menyebutkan ada 5 fase tahapan Channel, yaitu Awareness, Evaluation, Purchase, Delivery, dan After Sales. a. Awareness Awareness adalah salah satu poin yang sangat diperhatikan oleh seluruh perusahaan dalam memasarkan produknya, dimana penyampaian komunikasi disampaikan melalui produk yang ditawarkan itu sendiri. Vifari furniture akan lebih terfokus pada barang berupa multifungsi dan hemat luasan. Penyampaian awareness ini akan disampaikan melalui brosur, leaflet, sampai ke web online. Diharapkan awareness atas nama Vifari adalah memang dikhususkan pada barang furniture yang multifungsi dan hemat luasan. b. Evaluation Adalah cara yang ditujukan untuk membantu konsumen agar mereka dapat memberi masukan dan saran yang bertujuan konstruktif dari barang yang mereka beli dari Vifari. Evaluation channel yang akan dimaksimalkan ialah penggunaan customer service, kotak saran, serta hubungan melalui web online. c. Purchase (pembayaran) Pembayaran dari pembelian produk akan difokuskan dengan pembayaran secara tunai oleh pihak konsumen. Tunai yang
62
dimaksudkan adalah pembayaran dengan beberapa termin yang telah disepakati, Apabila saat nantinya akan bertumbuh besar pembayaran akan juga bisa dilakukan secara kredit dengan bekerjasama dengan bank maupun pengeluar kartu kredit yang akan sangat membantu konsumen. d. Delivery Channel Adalah sebuah channel yang digunakan perusahaan untuk mengantarkan value proposition kepada pihak konsumen. Layanan jasa antar ke lokasi hunian konsumen pastinya akan dilakukan dan bekerjasama dengan mitra tertunjuk. e. After Sales Adalah sebuah channel yang akan membantu konsumen dalam menyediakan bantuan dan support setelah melakuakan pembelian. Servis dan reparasi tetap dibuka apabila terjadi kerusakan dan apabila juga konsumen berkeinginan melakuakan perawatan dari barang yang mereka telah beli sebelumnya. After sales tetap dilayani dengan pengaduan customer service ke pihak kantor.
2.4.4. Customer Relationship Hubungan pelanggan (Customer Relationship) digambarkan sebagai jenis hubungan yang terjadi antara perusahaan dan segmen pelanggan tertentu (Osterwalder dan Pigneur,2010). Bisa dikatakan bagaimana sebuah perusahaan dapat menggaet customer sehingga
63
terciptanya relationship dengan seorang customer dapat terus terjaga. Customer relationship juga sangat menjelaskan dengan cara apa para customer dapat bisa berhubungan dengan kita. Hal ini diperlukan untuk memperhatikan bagian relationship yang akan dikembangkan, ada 6 macam tipe dari Customer Relationship yang sering digunakan pada perusahaan menurut Osterwalder dan Pigneur (2010), antara lain : a. Personal Assistance Hubungan yang terjadi terfokus pada hubungan antar manusia. Sama seperti bank hubungan ini bisa disampaikan lewat Customer representative untuk membantu para customer mendapatkan layanan
selama
masa
proses
penjualan
ataupun
setelah
pembayaran kepada perusahaan berlangsung. Hubungan ini bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu pertemuan langsung di tempat, telepon, email, atau bahkan media internet seperti web. b. Dedicated Personal Assistance Hubungan ini menyangkut adanya customer representative dengan tujuan berdedikasi khusus kepada pelanggan secara individual. Tipe ini sering terjadi untuk waktu yang sangat panjang sehingga memiliki porsi kedekatan yang tinggi kepada pelanggannya.
64
c. Self-Service Perbantuan hanya dilakukan dengan tidak berhubungan langsung kepada pelanggan. Perusahaan hanya menyediakan alat ataupun fasilitas diawal setelah itu pelangganlah yang melakuakan perbantuan atas keperluan mereka. d. Automated Services Bentuk lanjutan dari Self-service yang sudah dikombinasikan dengan
keberadaan
teknologi
yang
terotomatisasi.
Keunggulannya adalah teknogi dapat memberikan layanan ataupun deteksi kepada
pelanggan secara utuh. Perbantuan
melayani mulai dari pemesanan sampai penyampain barang ke tangan pelanggan. e. Communities Adalah cara khusus dari perusahaan untuk melakuakan transaksi model bisnis. Perusahaan dewasa ini sering menggaet komunitas untuk memfasilitasi mereka dengan tujuan akan memperbesar jangkauan mereka dalam penjualan f. Co-Creation Banyak
perusahaan
yang
bergerak
melampaui
hubungan
tradisional dalam teknik pemasaran. Hubungan antara pelanggan dan vendor dimaksimalkan sehingga secara bersama-sama dapat menciptakan nilai tertentu yang bermanfaat bagi para pelanggan.
65
2.4.5. Revenue Stream Revenue Stream didefiniskan sebagai kas atau pemasukan yang diperoleh perusahaan dari tiap-tiap segmen pelanggannya sebagai pembayaran dari nilai yang telah dibayarkan (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Dalam revenue stream terdapat dua aliran dana pemasukan perusahaan, yaitu : a. Pendapatan transaksi yang dihasilkan dari pembayaran di tempat b. Recurring revenues (pendapatan tetap) yang dihasilkan dari pembayaran berkesinambungan untuk menghantarkan Value proposition kepada pelanggan atau menyediakan bantuan konsumen pasca-pembelian. Banyak cara yang dilakukan dalam mendapatkan penghasilan, antara lain adalah melalui penjualan aset, biaya pemakaian (suatu jasa tertentu), biaya berlangganan, penyewaan/peminjaman, lisensi, biaya perantara, dan iklan. Diluar aliran dana, ada dua jenis mekanisme yang mekanisme harga, yaitu : a. Fixed menu pricing, yaitu penentuan harga berdasarkan variabel statis
66
b. Dynamic Pricing yaittu penentuan harga berdasarkan ketentuan kondisi pasar. Kottler dan Keller (2012) juga menambahkan ada beberapa variabel dalam menentukan penetapan harga, yakni : Mark-up pricing yaitu menaikkan harga dari harga dasar berdasarkan biaya pembuatan produk Target-return pricing, yaitu penentuan harga yang dapat mencapai pengembalian investasi Perceived value pricing, yakni penentuan harga berdasarkan nilai yang dirasakan oleh pelanggan produk Value pricing, yakni menentukan harga dengan lebih murah dengan
memperbaikki
operasional
perushaan
sehingga
kualiatas bertambah tetapi biaya produk rendah Going-rate pricing, yaitu harga berdasarkan dari ketentuan yang dibuat oleh competitor Auction-type pricing, yakni penentuan harga dengan cara lelang.
2.4.6. Key Resources Menggambarkan aset terpenting yang dibutuhkan perusahaan untuk membuat suatu model bisinis tetap berjalan.Sumber daya ini dapat berupa
67
benda fisik, keuangan, intelektual, maupun manusia. (Osterwalder dan Pigneur, 2010). a. Fisik Berupa asat-aset fisik yang dimiliki sebuah perusahaan, seperti : pabrik, gudang, kantor, show-unit, kendaraan, sistem penjualan dan juga distribusi b. Intelektual Sumber daya intelektual lebih menggarah kepada pengetahuan, merek dagang, hak paten, kemitraan, data basis penjualan, Sumber Intelektual ini memberikan dampak penting kepada perusahaan sehingga menghasilkan badan organisasi yang kuat karena ditopang dari pengetahuan yang baik, c. Manusia Yaitu sumber daya dimana ada manusia yang dipekerjakan disana, dimana akan mempengaruhi kinerja perusahaan. Pada umumnya perusahaan bisa kuat apabila karyawan pekerjannya mempunyai kualitas yang baik pula. d. Keuangan Sumber keuangan juga menjadi modal yang penting bagi perusahaan dimana perusahaan apakah mempunyai lajur arus kas yang baik, sehingga memperkuat kinerja perusahaan.
68
2.4.7. Key Activities Sebuah komponen yang sangat penting untuk dilakukan agar model bisnis bisa tetap berjalan dengan baik, menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) disebutkan ada 3 tipe utama di dalamnya yaitu: production, problem solving, dan platform/network, dengan penjelasan sebagai berikut : a. Production Kegiatan ini berhubungan dengan merancang, membuat, dan memberikan produk dalam jumlah besar dan kualitas yang unggul. b. problem solving Kegiatan ini berhubungan dengan datang memberikan solusi baru untuk menyelesaikan masalah pelanggan. operasi konsultan, rumah sakit, dan organisasi jasa lainnya biasanya didominasi dari aktivitas memecahkan masalahnya c. platform/network Business model yang dirancang dengan platform sebagai kunci sumber daya didominasi oleh platform atau jaringan terkait key activities. Jaringan, penyocokan platform, software, dan bahkan brand dapat berfungsi sebagai platform. model bisnis eBay mengharuskan
perusahaan
terus
mengembangkan
dan
mempertahankan platform: situs web di eBay.com. Visa business model membutuhkan kegiatan yang berkaitan dengan transaksi platform untuk pedagang, pelanggan, dan bank bagi kartu kredit
69
Visa.
Microsoft
business
model
memerlukan
pengelolaan
interface antara vendor software lain dan platform window operating system itu sendiri. key activities dalam kategori ini berkaitan dengan platform manajement, service provisioning, dan platform promotion. Dalam bisnis model Vifari Furniture maka aktivitas yang dikerjakan adalah mendesain, menciptakan, dan mengantarkan barang kepada pelanggan, namun untuk menjaga rampingnya dan berkaitan dengan cost of goods sold-nya juga sesuai dengan tipe cost driven oleh akrena itu bisa disebutkan Vifari furniture menjalankan kunci aktivitasnya adalah optimalisasi platform/ network di pemasaran. 2.4.8. Key Partnership Menggambarkan jaringan pemasok dan partner yang akan membuat model bisnis ini tetap berjalan. (Osterwalder dan Pigneur, 2010). Ada empat kategori yang terdapat di dalamnya, yaitu : a. Aliansi strategis antar non-kompetitor b. Coopetition (kemitraan strategis dengan competitor) c. Joint venture untuk membangun bisnis baru d. Hubungan pembeli-penyuplai untuk menjamin ketersediaan material yang dapat diandalkan. Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) disebutkan bahwa ada tiga komponen penting dalam menciptakan kemitraan, yang pertama
70
adalah menciptakan optimalisasi alokasi dari sumber daya dan aktivitas yang terjadi. Hubungan ini nantinya berkaitan pada penurunan harga atas keberadaan kerjasama antara beberapa mitra kerja yang mempunyai satu infrastruktur bersama. Hal kedua yang dapat diambil sebagai celah adalah dengan kemitraan bisa mengurangi prediksi ketidakpastian terhadap lajur kompetisi yang sering terjadi, dan hal yang terakhir yaitu adalah bertujuan mengakuisisi sumber daya tertentu. 2.4.9. Cost Structure Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) Cost Structure adalah segala biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menjaminkan keberlangsungan berjalannya bisnis model. Di dalam Cost Structure ada 2 macam kelas umum yaitu Cost driven (meminimalkan biaya ketika memungkinkan) dan value driven ( fokus kepada value creation). Dalam bisnis model seperti Vifari Furniture akan diaplikasan cara pertama yaitu Cost-driven dimana akan ada banyak celah bisa dimanfaatkan untuk penekanan biaya yang dimaksud seperti kerjasama dengan mitra kontraktor ataupun dengan harga sewa show-unit nantinya. Lebih lanjut lagi (Osterwalder dan Pigneur, 2010) menyebutkan adanya karateristik keberlanjutan yang dimiliki oleh cost structure, yaitu : a. Fixed Cost Adalah biaya yang tidak akan berubah atau tidak bergantung pada tingkat penjualan ataupun output (produk atau jasa) yang
71
dihasilkan, baik biaya tunai maupun depresiasi (Titman,dkk, 2011). Contoh dari biaya tetap adalah : gaji, sewa menyewa, fasilitas penunjang. b. Variable cost Adalah biaya tidak tetap diartikan sebagai biaya yang dapat berubah-ubah sesuai dengan tingkat penjualan atau hasil akhir, baik produk maupun jasa (Titman, dkk, 2011) c. Economics of scale Hasil yang dinikmati oleh sebuah perusahaan dimana ketika sebuah perusahaan menikmati peningkatan
output
yang
signifikan. Hal ini sangat dekat dengan kaitannya apabila sebuah produsen sebuah produk memproduksi jumlah skala produknya secara besar (mass product) dengan kata lain biaya akan jauh turun dikarenakan adanya keuntungan dengan pembuatan partai banyak. d. Economics of scope Keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan apabila memiliki jaringan jangkauan pemasaran yang luas. Dimana sebuah perusahaan memiliki jumlah gerai di beberapa kota, mereka bisa memainkan harga disesuaikan dengan kota domisili dari gerai tersebut.
72
2.5.
KANVAS MODEL BISNIS Sembilan blok bangunan (Nine Building Blocks) nantinya akan digambarkan melalui sketsa, sehingga satu sama lain dapat bersinergi menghasilkan alat yang mempertajam fokus terhadapa bisnis model. Menurut (Osterwalder dan Pigneur, 2010) Kanvas model bisnis adalah bahasa bersama untuk menggambarkan, membayangkan, menilai, dan mengubah model bisnis baru.
Gambar 38. Template kanvas Model Bisnis Sumber : Osterwalder dan Pigneur. 2010