Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung Benedictus Permadi Rita Nurmalina Kirbrandoko Jurusan Manajemen dan Bisnis Program Pascasarjana Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor (MB IPB)
JAM 14, 1 Diterima, November 2015 Direvisi, Januari 2016 Disetujui, Februari 2016
Abstract: CV Kandura Keramik is one of companies which runs its business in ceramic production. As a company which is producing ceramics with high market potential, the company needs capacity building by identifying internal and external factors in order to facilitate in improving the company’s internal management and to develop strategies that can be used optimally to improve the company’s revenue. This research is aiming to give an overview of the business model performed by CV Kandura Ceramic along with the overview of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats based on Business Model Canvas and provide input regarding corrective measures for the company. Research method conducted with Business Model Canvas approach and SWOT analysis to allow the formation of alternative strategy. The improvement of business model performed on seven of nine elements of BMC and there are seven major improvement programs for the company as follows: Establish a new segmentation, cooperation with art students, business partners, suppliers and partners, registering products to Standardization Agency, form R&D subdivision and recruit potential human resources. Keywords: business model canvas, CV Kandura Keramik, SWOT
Jurnal Aplikasi Manajemen (JAM) Vol 14 No 1, 2016 Terindeks dalam Google Scholar
Alamat Korespondensi: Benedictus Permadi, Jurusan MB Program Pascasarjana MB IPB Jl Raya Pajajaran, Bogor, permadibenedictus@ gmail.com
88
Abstrak: CV Kandura Keramik is one of companies running its business in ceramic production. As a company producing ceramics with high market potential, the company needs capacity building by identifying internal and external factors in order to facilitate in improving the company’s internal management and to develop strategies that can be used optimally to improve the company’s revenue. This research is aiming to give an overview of the business model performed by CV Kandura Ceramic along with the overview of Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats based on Business Model Canvas and provide input regarding corrective measures for company. Research method is conducted with Business Model Canvas approach and SWOT analysis to allow the formation of alternative strategy. The improvement of business model performed on seven of nine elements of BMC and there are seven major improvement program for the company: Establish a new segmentation, cooperation with art students, business partners, suppliers and partners, registering products to Standardization Agency, form R&D subdivision and recruiting potential human resource. Kata Kunci: Business Model Canvas, CV Kandura Keramik, SWOT
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME88 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
Ekonomi kreatif yang digerakkan oleh industri kreatif, didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Ekonomi kreatif merupakan sektor baru yang diangkat oleh pemerintah untuk dikelola hingga tingkat kementerian. Sebelumnya, sektor ekonomi kreatif belum dikelola secara terkoordinasi di tingkat kementerian namun tersebar di beberapa kementerian yang terkait. Diangkatnya sektor ekonomi kreatif hingga ditingkat kementerian disebabkan karena sektor ekonomi kreatif ini memiliki nilai strategis bagi Indonesia, yaitu: kontribusi ekonomi yang signifikan, penciptaan iklim bisnis yang positif, mengangkat citra dan identitas bangsa, menggunakan sumber daya terbarukan, mendorong terciptanya inovasi, dan memberikan dampak sosial yang positif (Kemenparekraf, 2011). Kemunculan industri kreatif di Indonesia mendapatkan apresiasi positif dari masyarakat sehingga mampu menempatkan industri kreatif ke dalam 10 besar kelompok yang mampu menyumbang pendapatan hingga 7,7% terhadap PDB Nasional (Kemenparekraf 2013). Kerajinan keramik merupakan salah satu bagian dari sub sektor kerajinan di dalam industri kreatif yang berpotensi menembus pasar domestik maupun pasar internasional dengan tingkat permintaan dalam negeri yang meningkat sehingga industri keramik dituntut untuk mampu memproduksi sebanyak 13% dari jumlah biasanya. Konsumen industri keramik di Indonesia sebagian besar adalah hotel dan restoran. Pada umumnya, produk-produk yang ditawarkan merupakan produk yang digunakan untuk peralatan makan hingga aksesoris. Kandura Keramik didirikan pada tahun 2005 oleh tiga orang alumnus fakultas seni rupa dan desain ITB yang memiliki cita-cita menjadi wirausaha dan seniman di bidang keramik. Usaha ini dijalankan dalam sebuah studio keramik yang memiliki luas 500 meter persegi, dengan fasilitas studio yang mampu menampung kegiatan pembuatan produk-produk keramik seperti tableware, pemodelan keramik, fasilitas eksperimen produk dan eksperimen campuran glasir atau lapisan pewarna keramik, sedangkan untuk produksi dengan
skala besar, saat ini Kandura melakukan kemitraan dengan perusahaan yang memiliki keahlian dan fasilitas untuk produksi masal. Selama perjalanannya, Kandura Keramik lebih banyak membuat produk berdasarkan pesanan yang umumnya berasal dari hotel dan restoran. Pada tahun 2009, Kandura mulai serius menggarap produk retail keramik. Berdasarkan desain dan kualitasnya, perusahaan ini membentuk dua kelompok pasar sendiri, kelompok pertama pelanggan CV Kandura berasal dari hotel dan restoran wilayah Jabodetabek sedangkan kelompok kedua merupakan konsumen dengan rasio umur 21–45 tahun yang sebagian besar berasal dari Jakarta. Saat ini pemerintah kota Bandung mengharapkan industri pariwisata khususnya usaha perhotelan dan restoran yang diharapkan mampu menjadi penopang ekonomi untuk meningkatkan pertumbuhan masyarakat. Pada tahun 2010, Jawa Barat memiliki 1.235 hotel yang terdiri dari 175 hotel berbintang dan 1060 hotel melati dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 26.551 orang, sedangkan jumlah restoran di Jawa Barat saat ini sebanyak 635 unit dan 2725 rumah makan yangmampu menyerap sebanyak 21.959 orang tenaga kerja. Sebagian besar pertumbuhan dan pemasukan dari perhotelan serta restoran tersebut tersebar di Kota Bandung, disusul kawasan Bogor serta beberapa kawasan wisata lainnya yang tersebar di Jawa Barat. Melihat potensi perkembangan hotel dan restoran diwilayah Jawa Barat, maka peluang ini menjadi pangsa pasar yang potensial bagi Kandura Keramik. Berdasarkan jumlah hotel dan restoran yang meningkat di kota Bandung dan sekitarnya, menyebabkan potensi besar bagi perusahaan untuk memasarkan produknya yang dominan berupa produk tableware. Peningkatan permintaan tableware dikarenakan produk yang ditawarkan memiliki diferensiasi dan kualitas yang jauh berbeda dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Potensi peningkatan produk dan perkembangan industri keramik di Indonesia menyebabkan perusahaan harus memahami dan mengantisipasi faktor eksternal sehingga memudahkan manajemen dalam memperbaiki internal perusahaan serta menyusun strategi yang dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
89
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
METODE PENELITIAN Pada penelitian ini metode yang dilakukan adalah metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memperoleh gambaran informasi, penjelasan, dan kondisi yang berkaitan dengan obyek penelitian secara faktual akurat dan sistematis. Metode yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan business model canvas melalui wawancara dan FGD yang dilakukan terhadap responden. Setelah melakukan analisis business model canvas, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis SWOT pada masing-masing elemen business model canvas (BMC).
Teknik Penentuan Responden Penentuan responden dilakukan dengan cara non-probability sampling yaitu memilih responden yang memiliki pengalaman atau kompetensi di suatu bidang. Pemilihan responden tersebut dilakukan dengan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan responden bersangkutan memiliki keahlian dan berkompeten dibidangnya. Adapun rincian responden dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
perusahaan, menggambarkan kondisi bisnis model perusahaan pada saat ini. Analisis yang dilakukan menggunakan bantuan business model canvas dengan sembilan elemen pendukungnya. (a) Langkah pertama adalah mengidentifikasi customer segments berdasarkan SBU perusahaan. pelanggan merupakan sasaran utama yang diinginkan perusahaan untuk mengembangkan bisnis, untuk itu dibutuhkan identifikasi customer segments sehingga tepat sasaran. (b) Langkah selanjutnya adalah mengisi value propotisions, yang merupakan nilai-nilai yang ditawarkan organisasi kepada customer segments. Nilai-nilai berupa keunikan tersendiri baik pada produk maupun jasa yang ditawarkan. Perusahaan juga dapat mendidik customer segments untuk mau menerima value propotisions yang ditawarkan. (c) Channels, menjelaskan bagaimana perusahaan berinteraksi dan berkomunikasi baik kepada konsumen maupun mitra bisnisnya. Pada bagian ini, perusahaan akan dipengaruhi key resources, key activities, dan key partners. (d) Customers relationship. Pada bagian ini, menjelaskan bagaimana perusahaan berhubungan dengan pelanggan lama dan juga berinteraksi serta menjaring calon pelanggan
Tabel 1. Daftar Responden Yang Digunakan Jabatan Organisasi Direktur CV Kandura Kabag Marketing CV Kandura Kabag Produksi CV Kandura Kabag Keuangan CV Kandura Desainer Produk PT XYZ Direktur Supplier bahan baku Direktur Rekanan distribusi dan pemasaran
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini digunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus. Langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Analisis deskriptif bertujuan untuk memaparkan visi dan misi, tujuan perusahaan CV Kandura Keramik dalam rangka menganalisis permasalah dan faktorfaktor dominan yang dapat menentukan strategi yang tempat untuk mengembangkan bisnis dan meningkatkan pendapatan perusahaan. (2) Analisis bisnis model
90
Keterangan Responden Internal Responden Internal Responden Internal Responden Internal Responden Eksternal Responden Eksternal Responden Eksternal
baru. (e) Revenue streams, aliran dana akan diterima perusahaan apabila komponen di atas (customer segments, value propotisions, channels dan customer relation) berjalan dengan lancar. (f) Pada bagian cost structure, perusahaan akan mendapatkan efisiensi pada saat key resources, key activities, dan key partners berjalan dengan baik dan lancar. (3) Analisis benchmarking. Analisis yang dilakukan adalah dengan membandingkan semua aspek bisnis, produk, dan prosesnya yang berpengaruh terhadap kinerja dan
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
kualitas (Lankford, 2000). Perusahaan yang dipilih untuk dilakukan perbandingan diasumsikan sebagai perusahaan XYZ. Perusahaan tersebut dipilih karena memproduksi keramik dengan berbagai desain dan pangsa pasar yang dikuasai telah menyebar hingga ke mancanegara. Tujuan utama menggunakan perusahaan XYZ sebagai benchmark adalah untuk mengidentifikasi dan meniru kegiatan terbaik sehingga mampu mengembangkan usahanya (Zairi 1998) contohnya dengan peningkatan produktivitas, peningkatan desain, dan menciptakan standar baru (Legner, et al., 1997 dan Steven, et al., 2003). Selain itu, dengan menggunakan perusahaan XYZ sebagai perusahaan benchmark perusahaan diharapkan mampu memenuhi dan melebihi perusahaan tersebut (Pryor dan Katz, 1993). Hasil dari analisis benchmarking digunakan untuk mendukung komponen-komponen di dalam faktor internal perusahaan. Tahapan benchmarking yang dilakukan (Andersen dan Pettersen, 1996), yaitu: (a) Plan. Melakukan penilaian performa periode yang telah berjalan dan menetapkan kinerja perusahaan yang akan dibandingkan dengan perusahaan yang dipilih menjadi acuan kinerja perusahaan. (b) Search. Mencari perusahaan yang potensial sebagai partner untuk melakukan benchmark. (c) Observe. Mengumpulkan berbagai informasi mengenai faktor-faktor kunci sukses dari perusahaan yang mempunyai kinerja superior sebagai acuan kinerja perusahaan. Contoh yang dapat diidentifikasi seperti kondisi tren atau data pemesanan produk perusahaan (Stapenhurst 2009). (d) Analyze. Melakukan analisa informasi yang telah dikumpulkan dari perusahaan yang dipilih sebagai acuan kinerja. Analisis yang dilakukan dikombinasikan dengan ilmu pengetahuan yang mendukung sehingga menguatkan perencanaan perbaikan yang dilakukan (Stapenhurst 2009). Analisis yang dilakukan dikombinasi dengan metode penelitian lainnya sehingga dapat menghasilkan sebuah alternatif strategi bagi pengembangan usaha perusahaan. (e) Adapt. Menyusun dan mengimplementasikan program perbaikan kinerja perusahaan. (4) Analisis SWOT (Strength, Weaknesses, Opportunity, Threath). Pada analisis ini, kesembilan elemen BMC akan dianalisis dengan menggunakan metode SWOT. Hasil dari faktor eksternal dan internal yang berasal dari sembilan elemen BMC akan menghasilkan
rumusan model perbaikan yang baik bagi perusahaan faktor internal dan eksternal didapatkan dari wawancara yang dilakukan ketika melakukan studi dokumentasi. (5) Hasil dari SWOT akan menghasilkan perbaikan dari model binis serta membentuk model bisnis baru bagi perusahaan. Perusahaan dapat menggunakan model bisnis baru maupun yang telah diperbaiki, namun apabila perusahaan belum ingin menggunakan model bisnis baru karena terdapat beberapa kendala internal maupun eksternal maka model tersebut dapat digunakan sewaktu-waktu oleh perusahaan apabila dibutuhkan. (6) Perbaikan model bisnis baru. Tahapan selanjutnya adalah melakukan perbaikan dari sembilan elemen model bisnis. (7) Merumuskan tahapan implementasi perbaikan program. Setelah diperoleh model bisnis baru maka langkah selanjutnya adalah membuat tahapan implementasi perbaikan model bisnis. Perumusan tahapan implementasi perbaikan model bisnis dilakukan setelah menggunakan metode FGD sehingga dapat diketahui tujuan, sasaran, rencana masa depan, serta perbaikan yang harus dilakukan oleh perusahaan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Elemen-elemen Model Bisnis CV Kandura Keramik Identifikasi ini dilakukan dalam rangka mengumpulkan dan mengelompokkan elemen-elemen kedalam sembilan business model canvas perusahaan yang berlaku saat ini. Gambar X merupakan ringkasan dari sembilan elemen dalam business model perusahaan saat ini.
Identifikasi Benchmarking PT XYZ PT XYZ merupakan salah satu perusahaan keramik yang berada di daerah Bali dan sudah lebih dari 30 tahun berdiri. Saat ini perusahaan tidak hanya berfokus pada produk, tetapi juga pengembangan konsep pengemasan dan pengiriman produk. Perusahaan ini digunakan sebagai benchmarking bagi CV Kandura keramik Bandung karena mampu mempertahankan produk dan memperluas usahanya hingga ke luar negeri. Konsumen yang dimiliki PT XYZ terbagi menjadi tiga kelompok besar yaitu 1) wisatawan dalam dan luar negeri yang setiap harinya datang ke pulau Bali untuk
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
91
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
K e y Part ne r
Ma nufaktur Ba han B aku
Retail Online Retail Offline
Key Activitie s E kspe rime n D esain A rt Work pr oduksi
Value Proposit ion
Produk kera mik table ware kontempore r,be ntuk, pewa rna an yang unik
Cust ome r Relationship
Pende katan pe rsonal
Cu st omer Se gmen t
Hotel, Re sto ran danre side nsia l
Konsume n re tail K e y Re sourc es
Kualitas S DM tingg i
Ba han ba ku ya ng diguna kan be rstandar S NI
I lmu pe ngetahua n
Ch annels
Pameran dan B azar Media Sos ial Liput an med ia Web site Retail store
Cost Stru cture
Gaji Kary awan Operasional Kantor Operasional Wo rkshop Sewa dan h utan g m odal R ekanan M anufaktur
Re ven ue Stre am 1. 2. 3. 4.
Pr oje ct Penjua la n o nline Penjua la n o ffline Wor kshop dan wisa ta edukasi
Gambar 1. Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung Saat Ini
melakukan wisata. PT XYZ memiliki keuntungan pada kondisi ini dikarenakan wisata sekitar merupakan tempat wisata sehingga secara tidak langsung para wisatawan akan berkunjung ke showroom PT XYZ. 2) Konsumen yang berasal dari hotel dan restoran bintang lima, dan 3) Konsumen yang membeli produk melalui media internet. Konsumen ini membeli produk PT XYZ berasal dari dalam dan luar negeri.Berikut ini merupakan keunggulan dari PT XYZ yang telah dikembangkan hingga saat ini. Desain. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh PT XYZ merupakan orang-orang yang memiliki
92
keunggulan dan keahlian di bidang desain dekorasi rumah kontemporer. Perusahaan selalui menghasilkan produk sesuai dengan trend yang memiliki nilai estetika dan juga memiliki daya tahan tinggi namun tetap mempertahankan ciri khas bernuansa Bali. Desain produk yang dihasilkan hingga saat ini berjumlah lebih dari 2700 desain dan tersebar baik di dalam maupun luar negeri. Bahan baku. Produk yang dihasilkan perusahaan sudah sejak lama terkenal dengan kualitasnya. Perusahaan memberikan perhatian besar dengan menggunakan bahan-bahan terbaik yang didatangkan dari dalam maupun luar negeri. Bahan baku tersebut
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
kemudian diformulasikan oleh tenaga-tenaga ahli yang memiliki kompetensi dibidangnya, sehingga menghasilkan produk akhir yang sempurna. Sebelumnya dilakukan penelitian terlebih dahulu untuk menguji secara spesifik bahan baku dari setiap variasi desain produknya yang dilakukan disebuah laboratorium khusus. Pemodelan bentuk dan pembakaran. Teknik pemodelan merupakan teknik yang membutuhkan keahlian tertentu sehingga hanya tenaga-tenaga ahli yang dimiliki perusahaan mampu melakukan teknik ini dengan sangat baik. Seluruh teknik pemodelan yang dilakukan diawasi langsung oleh para seniman perusahaan sehingga menghasilkan produk bernilai tinggi. Langkah selanjutnya adalah melakukan pembakaran. PT XYZ memiliki fasilitas pembakaran cukup memadai dengan delapan tungku besar dan suhu pembakaran yang bisa dicapai hingga 1250 derajat Celcius. Pada suhu 1250 derajat Celcius, kandungan air pada keramik dapat ditekan hingga kurang dari satu persen sehingga menghasilkan produk yang mampu menahan panas saat makanan disajikan. Suhu yang tinggi ini juga memberikan jaminan kualitas produk yang diberikan sentuhan warna dan tahan pudar. Quality control. Aspek ini merupakan poin penting yang dimiliki perusahaan. Quality control akan memeriksa dan menguji masing-masing produk yang telah dihasilkan sesuai dengan standar yang ditetapkan. Adanya quality control dapat menjamin bahwa patokan desain, unsur ketahanan dan unsur keamanan produk sudah terpenuhi.
Analisis SWOT Business Model Canvas Setelah melakukan identifikasi Sembilan elemen yang dimiliki perusahaan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan identifikasi sembilan elemen tersebut berdasarkan analisisis SWOT. Analisis ini dilakukan untuk memperbaiki dan menyempurnakan business model yang dimiliki perusahaan saat ini. Analisis SWOT merupakan analisis yang mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadap perusahaan. Berdasarkan dari analisis tersebut maka langkah selanjutnya adalah melakukan tindakan yang dapat menunjang pengembangan usaha perusahaan.
Perbaikan Business Model Canvas Perbaikan business model canvas pada CV Kadura Keramik Bandung dapat dilakukan dengan bantuan analisis SWOT disetiap elemennya. Dengan analisis SWOT tersebut akan ditemukan prospek baik bagi perusahaan yang harus dipertahankan serta dikembangkan, dan juga kendala-kendala yang dihadapi oleh organisasi dan bagaimana solusi untuk memperbaikinya.
Program Perbaikan Model Bisnis Canvas CV Kandura Keramik Bandung Setelah melakukan perbaikan yang sesuai dengan analisis SWOT dalam sembilan elemen business model canvas, langkah selanjutnya adalah melakukan alternative rekomendasi program yang dapat digunakan perusahaan untuk mendukung program perbaikan model bisnis canvas perusahaan. Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisata edukasi (customer segments). Program ini dapat diadakan dengan cara melakukan pelatihan khusus pembuatan keramik karena perusahaan memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa dan mahasiswa. Mendaftarkan produk perusahaan khususnya tableware Badan Standarisasi Nasional dan bekerjasama dengan rekan bisnis memproduksi packaging untuk keramik (Value propositions). Menurut Herjanto (2011) mengatakan bahwa standarisasi merupakan salah satu instrument regulasi teknis yang digunakan untuk melindungi kepentingan konsumen nasional sekaligus produsen dalam negeri. Oleh karena itu, perusahaan perlu mendaftarkan produknya khususnya produk tableware ke badan standarisasi nasional/SNI. Perusahaan bekerjasama dengan mahasiswa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk membentuk komunitas keramik kontemporer serta membentuk customer service pada websitenya. (Customer relationships). Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat website pribadi. Muttaqin (2011) menjelaskan bahwa media pemasaran adalah salah satu perangkat vital dalam suatu bisnis yang baik dan merupakan pendukung dari siklus hidup suatu produk.Sekarang ini,
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
93
Tabel 1 Analisis SWOT Business Model Canvas CV Kandura Keramik
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
94
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
teknologi informasi merupakan bagian yang sangat penting dan sangat mempengaruhi dunia pemasaran sehingga penting untuk setiap perusahaan memanfaatkan internet sebagai media untuk memperkenalkan dan menjual produknya ke masyarakat luas. Perusahaan sejauh ini kurang memperhatikan konsumen secara langsung karena lebih memanfaatkan media partner dalam menjual produknya.Melalui perbaikan website maka pengembangan sistem informasi dapat terintegrasi dengan baik. Membentuk subdivisi R&D (quality control dan teknik pewarnaan) (Key activities). Merekrut sumber daya manusia yang potensial dan bekerjasama dengan rekan bisnis memberikan pelatihan khusus bagi karyawan perusahaan. (key resources). Bekerjasama dengan rekanan pemasok sumber daya alam, kurir, investor, serta tenaga ahli yang kompeten dibidangnya. (Key partnerships). Perusahaan harus mulai fokus dalam mencari rekanan kurir yang bersedia untuk bekerjasama dalam mengirim produk keramik terutama untuk konsumen bisnis retail. Perusahaan dapat membuat suatu perjanjian yang dapat mengikat dan menguntungkan keduanya.Pada tahap ini, perusahaan membutuhkan refensi kurir yang mampu mengirimkan barang tepat waktu dan tanpa ada cacat sedikitpun pada barang. Selain itu, pada tahap ini perusahaan juga mulai mencari pemasok SDA berkualitas namun memiliki harga bersaing sehingga kualitas ataupun kecocokan bahan baku dengan produk-produk tableware Kandura dapat disempurnakan.
Tahapan Implementasi Program Perbaikan Business Model Canvas CV Kandura Keramik Bandung Program perbaikan yang dipersiapkan akan dilakukan dengan menggunakan lima tahap, pembagian empat tahap ini bertujuan agar seluruh program yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik. Pembagian keempat tahapan ini dihasilkan sesuai dengan kondisi perusahaan baik dari tahapan implementasi maupun biaya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan perbaikan program tersebut. Seluruh program yang direncanakan dapat selesai dan berfungsi optimal setelah tiga tahun lamanya dengan asumsi seluruh
program dijalankan dengan baik tanpa ada kendala apapun. Program-program perbaikan yang direncanakan dibagi menjadi dua kelompok tahapan sesuai dengan fungsi dan tingkat urgensinya Secara umum tahapan implementasi program dibagi menjadi empat tahapan, yaitu: (1) Tahap persiapan. Pada tahap ini perusahaan mengagendakan, menganggarkan biaya, dan menentukan siapa yang akan bertanggung jawab terhadap program perbaikan yang dilakukan. Pada tahap ini perusahaan perlu melakukan sosialisasi program kepada pihak eksternal maupun internal perusahaan. (2) Pada program perbaikan 1. Terdapat empat program perbaikan kerja yang dapat dilakukan perusahaan pada tahap ini yaitu: 1) Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisata edukasi, 2) Perusahaan bekerjasama dengan mahasiswa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk membentuk komunitas keramik kontemporer serta membentuk customer service pada websitenya, 3) Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat website pribadi, serta 4) Bekerjasama dengan rekanan pemasok sumber daya alam, kurir,investor, serta tenaga ahli yang kompeten dibidangnya. (3) Program perbaikan 2. Terdapat empat program perbaikan kerja yang dapat dilakukan perusahaan pada tahap ini yaitu 1) Mendaftarkan produk perusahaan khususnya tableware Badan Standarisasi Nasional dan bekerjasama dengan rekan bisnis memproduksipackaging untuk keramik, 2) Membentuk subdivisi R&D (quality controldan teknik pewarnaan), serta 3) Merekrut sumber daya manusia yang potensial dan bekerjasama dengan rekan bisnis memberikan pelatihan khusus bagi karyawan perusahaan. (4) Tahap akhir yaitu evaluasi seluruh program. Pada tahap ini perusahaan harus mengukur dan melakukan evaluasi terhadap program perbaikan yang telah dijalankan oleh perusahaan selama tiga tahun. Jika terdapat kekurangan atau hambatan yang terjadi selama program dijalankan, maka pada tahap ini perusahaan mulai melakukan penyempurnaan kembali terhadap business model yang telah dijalankan. Setiap tahap yang dilakukan oleh perusahaan dikontrol penuh oleh pihak yang bertanggungjawab. Adanya evaluasi diakukan untuk menentukan apakah tahap tersebut mengalami hambatan atau tidak.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
95
Benedictus Permadi, Rita Nurmalina, Kirbrandoko
Evaluasi setiap tahap berbeda fungsinya dengan tahap akhir, dimana pada tahap akhir ini perusahaan akan melakukan perbaikan business model berdasarkan program perbaikan kinerja dan perubahan eksternal yang terjadi saat itu. Gambar 2 merupakan program perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan untuk menyempurnakan business model perusahaan.
pribadi, 4) Bekerjasama dengan rekanan pemasok, kurir, investor, serta tenaga ahli yang kompeten,5) Mendaftarkan produk khususnya tableware Badan Standarisasi Nasional dan bekerjasama dengan rekan bisnis memproduksipackaging untuk keramik, 6) Membentuk subdivisi R&D (quality controldan teknik pewarnaan), serta 7) Merekrut SDM yang potensial dan memberikan pelatihan khusus bagi karyawan perusahaan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Saran
CV Kandura keramik Bandung memiliki sembilan elemen business yang terdiri dari 1) customer segmentations yang berasal dari konsumen bisnis project dan konsumen retail, 2) value propositions yang terdiri dari Produk keramik tableware kontemporer, bentuk, pewarnaan yang unik dan Bahan baku memiliki standar SNI, 3) channels menggunakan media partner yang berasal dari pameran dan bazar, media sosial, liputan media, website, retail store, 4) customer relationships perusahaan masih menggunakan pendekatan personal ,5) revenue streams terbagi menjadi empat bagian, 6) key resources berasal pada kuantitas SDM dan ilmu pengetahuan yang dimiliki, 7) key activities yang dilakukan perusahaan adalah dengan eksperimen, desain, art work, dan produksi keramik, 8) key partnerships bekerjasama dengan manufaktur, pemasok tunggal bahan baku, retail online, dan retail offline, 9) cost structures yang dikeluarkan perusahaan terdiri dari gaji karyawan, operasional kantor, operasional workshop, sewa dan hutang modal, dan rekanan manufaktur. Terdapat tujuh elemen yang mengalami perbaikan, cost structure dan revenue stream tidak mengalami perubahan karena telah terstruktur dan kedua elemen tersebut akan mengalami perubahan ketika ketujuh elemen lainnya terlah berjalan sesuai dengan perbaikan yang telah dirancang. Terdapat tujuh program perbaikan yang telah disiapkan, antara lain 1) Membentuk segmentasi baru yaitu konsumen wisata edukasi, 2) Perusahaan bekerjasama dengan mahasiswa seni ITB, UPI, dan universitas lainnya untuk membentuk komunitas keramik kontemporer serta membentuk customer service pada websitenya, 3) Bekerjasama dengan rekan bisnis membuat website
Diharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan analisis five force porter yang akan menganalisis kondisi perusahaan terhadap perusahaan lain. Selain itu, diharapkan adanya analisis revelue streams dan cost structure lebih menyeluruh karena pada penelitian ini tidak dijelaskan pada kedua segmen konsumen yang memberikan keuntungan lebih besar dan resiko lebih besar sehingga biaya yang ditanggung perusahaan lebih besar dibandingkan yang lainnya.
96
DAFTAR RUJUKAN Andersen, B. 1995. The results of benchmarking and a benchmarking process model. Tromdheim (NO): The Norwegian Institute of Technology. Herjanto, E. 2011. Pemberlakuan SNI Secara Wajib di Sector Industri: Efektifitas Dan Berbagai Aspek Dalam Penerapannya. Jurnal Riset Industri. 1(2): 121– 130. Lankford, W.M. 2000. Bechmarking: understanding the basics. The Coastal Business Journal. 1(1):57–62. Legner, C., Muscter, S., Brechf, L., Osterle, H. 1997. Process mEasurement And Benchmarking: The Sap Process Information System. Swiss (CH): University St. Gallen. [KEMENPAREKRAF] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2011). Rencana strategis kepariwisataan dan ekonomi kreatif periode 2012–2014. Retrieved from www.indonesiakreatif.net. [KEMENPAREKRAF] Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2013). Himpunan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Tahun 2012. Jakarta, ID: Biro Hukum dan Kepegawaian. Muttaqin, Z. 2011. Facebook Marketing Dalam Komunikasi Pemasaran Modern. Jurnal Teknologi. 1(2):103–109. Pryor, L.S., Katz, S.J. 1993. How Benchmarking Goes Wrong (And How To Do It Right). England (UK): Emerald Group.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 14 | NOMOR 1 | MARET 2016
Analisis Pengembangan Model Bisnis Kanvas CV Kandura Keramik Bandung
Stapenhurst, T. 2009. The Benchmarking Book: A How-to-Guide to Best Practice For Managers and Practitioners. Oxford (GB): ButterworthHeinemann.
Steven, T.H., Wouter, T.H., Frans, S. 2003. Key Management Models: The Management Tools And Practices That Will Improve Your Business. London (GB): Prentice Hall.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
97