BAB 2 BAHAN PEMBELAJARAN TENGAH SEMESTER I 2.1 Pendahuluan 2.1.1 Persyaratan Akademik Perkuliahan a. Syarat pendaftaran dengan pengisian KRS untuk mengikuti mata kuliah SPPWK VI adalah mahasiswa harus sudah melulusi mata kuliah studio perencanaan sebelumnya. b. Syarat lulus mata kuliah SPPWK VI adalah: o Partisipasi aktif dalam perkuliahan minimal 80% = 14 X absensi perkuliahan terjadwal; o Laporan Studio meliputi prarencana RTR, rencana program-program pembangunan, poster pameran ukuran 60 x 120 cm. 2.1.2 Sasaran Pembelajaran Tengah Semester I a. Pemahaman cara belajar SPPWK VI, terbentuknya organisasi kelas, kelompok mahasiswa, dan pemahaman tugas studio perencanaan. b. Pemahaman dinamika isu-isu strategis bidang sosial ekonomi budaya dan lingkungan, baik dalam skup lokal, regional, nasional dan global. c. Pemahaman karakteristik, posisi, peran dan fungsi suatu kawasan studi kasus pilihan, di daerah pesisir dan/atau pulau-pulau kecil, terkait dengan isu-isu strategis. d. Pemahaman kebijakan pembangunan khususnya bidang penataan ruang wilayah sehubungan peran dan fungsi suatu kawasan studi kasus. e. Pemahaman teori-teori yang menjadi landasan analisis potensi dan kesesuaian kawasan sehubungan dengan potensinya. f. Penentuan posisi, peran dan fungsi kawasan berdasarkan analisis potensi kesesuaian kawasan dalam potensi wilayah dan sektor unggulannya, serta mempertimbangkan keterbatasan wilayahnya. g. Tersusunnya skenario, proyeksi dan prediksi pengubahan kondisi sosekbudling kedepan (20 tahun y.a.d) h. Tersusunnya konsep perencanaan tata ruang dan pembangunan wilayah studi kasus pilihan 2.1.3 Strategi Pembelajaran Sasaran pembelajaran tengah Semester I memerlukan strategi pembelajaran sebagai berikut: a. Memahami mata kuliah inti PWK ini merupakan kesempatan terakhir untuk membangun dan unjuk kompetensi perencanaan tata ruang yang terpadu dengan perencanaan pembangunan sektoral, baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotorik, sebelum tugas akhir selama belajar di PS PWK Jurusan Arsitektur FT-Unhas. b. Identifikasi isu-isu strategis seperti climate change, global warming, dan MDG yang relevan dengan kondisi studi kasus pilihan, yang patur dijadikan landasan SPPWK - VI
II - 1
pemikiran untuk unjuk kreatifitas, sensitifitas, antisipatif dan adaptasi dalam bidang perencanaan. c. Identifikasi mendalam karakteristik, posisi, peran dan fungsi suatu kawasan studi kasus pilihan, di daerah pesisir dan/atau pulau-pulau kecil, terkait dengan isu-isu strategis. i. Identifikasi kebijakan pembangunan khususnya bidang penataan ruang dan pembangunan wilayah sehubungan peran dan fungsi suatu kawasan studi kasus, sebagai suatu landasar pemikiran untuk unjuk kreatifitas dalam perencanaan. j. Memilih teori-teori perencanaan yang menjadi landasan analisis potensi dan kesesuaian kawasan sehubungan dengan potensinya, seperti teori-teori ekonomi wilayah, sosiologi perkotaan, local wisdom, revitalisasi, garden city, compact city, smart city, perubahan iklim, pemanasan global, kenaikan permukaan laut, land subsidence. k. Melakukan FGD di lapangan/kelas untuk menyusun skenario kegiatan masyarakat, kehidupan dan penghidupan penduduk di tahun rencana l. Menghitung proyeksi jumlah penduduk dan/atau pengunjung serta kebutuhan Perkim, fasos, fasum, serta memprediksi kondisi sistem transportasi dan logistik, mitigasi bencana, dan aspek lain sesuai keunikan wilayahnya. m. Menyusun konsep perencanaan tata ruang dan pembangunan wilayah studi kasus pilihan berdasarkan kondisi eksisting dan skenario pada butir (i) di atas. 2.2 Bahan Pembelajaran Tengah Semester I 2.2.1 Definisi 1) Berkarier di bidang perencanaan adalah para pelaku perencana tata ruang, perencana pembangunan wilayah, pembuat kebijaksanaan penataan ruang wilayah, pengelola penataan ruang, pemerhati dan pengkritik penataan ruang wilayah. 2) Daerah adalah wilayah dengan sifat tertentu seperti daerah rawan bencana, daerah pesisir, daerah pegunungan, daerah subur, daerah kritis, daerah istimewa, dsb. Arti lain daerah dalam konsteks pemerintahan adalah bukan pusat, seperti pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. 3) GBRP adalah satu set rencana pembelajaran secara garis besar suatu mata kuliah secara terjadwal untuk membngun suatu kompetensi peserta didik. 4) Perencanaan pembangunan adalah suatu proses penyusunan rencana-rencana pembangunan wilayah, baik dalam skup nasional, provinsi, kabupaten atau kota, seperti rencana pembangunan jangka panjang, rencana pembangunan jangka menengah, rencana pembangunan tahunan, dan rencana strategis. 5) Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang. 6) Pesisir adalah : “wilayah daratan dan wilayah laut yang bertemu di garis pantai dimana wilayah daratan mencakup daerah yang tergenang atau tidak tergenang air yang dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi air laut. Sedangkan wilayah laut mencakup perairan yang SPPWK - VI
II - 2
7)
8) 9) 10)
dipengaruhi oleh proses-proses alami daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut serta perairan yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia di darat” (Bengen, 2000:3). Untuk kepentingan pengelolaan adalah kurang begitu penting untuk menetapkan batasan fisik secara tegas dan kaku (Dahuri, 2001), dan akan lebih berarti apabila penetapan batas-batas suatu kawasan pesisir didasarkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi pembangunan (pemanfaatan) dan pengelolaan ekosistem pesisir beserta segenap sumber daya yang ada di dalamnya, serta dari tujuan pengelolaan itu sendiri. Pulau-pulau kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 Km2 (dua ribu kilometer persegi) beserta kesatuan ekosistemnya. Di samping kriteria utama tersebut, beberapa karakteristik pulau-pulau kecil adalah secara ekologis terpisah dari pulau induknya (mainland island), memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau induk, sehingga bersifat insular; mempunyai sejumlah besar jenis endemik dan keanekaragaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu mempengaruhi hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air (catchment area) relatif kecil sehingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk ke laut serta dari segi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya. (UU 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil). PWK adalah Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota yang ada di dalam Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin. Realita perencanaan adalah proses penyusunan rencana yang sesungguhnya di dunia kerja. Studio perencanaan adalah program dan kegiatan penyusunan rencana tata ruang wilayah dalam suatu kelas yang terjadwal dan dirinci dalam GBRP.
11) Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya. 12) Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang. 13) Penataan Ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. 14) Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. 15) Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. 16) Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan pelaksanaan program beserta pembiayaannya. 17) Izin Pemanfaatan Ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. SPPWK - VI
II - 3
18) Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata ruang. 19) Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang persyaratan pemanfaatan ruang dan ketentuan pengendaliannya dan disusun untuk setiap blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang. 20) Penggunaan Lahan adalah fungsi dominan dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan, blok peruntukan, dan/atau persil. 21) Rencana tata ruang wilayah (RTRW) kabupaten/kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kabupaten/kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kabupaten/kota, rencana struktur ruang wilayah kabupaten/kota, rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota, penetapan kawasan strategis kabupaten/kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. 22) Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi kabupaten/kota. 23) Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RTBL adalah panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. 24) Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif dan/atau aspek fungsional. 25) Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disingkat BWP adalah bagian dari kabupaten/kota dan/atau kawasan strategis kabupaten/kota yang akan atau perlu disusun rencana rincinya, dalam hal ini RDTR, sesuai arahan atau yang ditetapkan di dalam RTRW kabupaten/kota yang bersangkutan, dan memiliki pengertian yang sama dengan zona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. 26) Sub Bagian Wilayah Perkotaan yang selanjutnya disebut Sub BWP adalah bagian dari BWP yang dibatasi dengan batasan fisik dan terdiri dari beberapa blok, dan memiliki pengertian yang sama dengan subzona peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. 27) Kawasan Perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 28) Kawasan Perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian termasuk di dalamnya perkebunanan, peternakan, perikanan, dan kehutanan SPPWK - VI
II - 4
29) 30) 31) 32)
33) 34) 35) 36)
37) 38) 39) 40)
41)
dengan susunan fungsi kawasan sebagai sentra produksi komoditi pertanian, permukiman, pemusatan pelayanan pemerintahan, sosial, budaya dan ekonomi. Kawasan Strategis Kabupaten/Kota adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan. Kawasan Budi Daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari pemukiman, baik perkotaan maupun pedesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman. Jaringan adalah keterkaitan antara unsur yang satu dan unsur yang lain. Blok adalah sebidang lahan yang dibatasi sekurang-kurangnya oleh batasan fisik yang nyata seperti jaringan jalan, sungai, selokan, saluran irigasi, saluran udara tegangan ekstra tinggi, dan pantai, atau yang belum nyata seperti rencana jaringan jalan dan rencana jaringan prasarana lain yang sejenis sesuai dengan rencana kota, dan memiliki pengertian yang sama dengan blok peruntukan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Subblok adalah pembagian fisik di dalam satu blok berdasarkan perbedaan subzona. Zona adalah kawasan atau area yang memiliki fungsi dan karakteristik spesifik. Subzona adalah suatu bagian dari zona yang memiliki fungsi dan karakteristik tertentu yang merupakan pendetailan dari fungsi dan karakteristik pada zona yang bersangkutan. Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL. Koefisien Daerah Hijau yang selanjutnya disingkat KDH adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh ruang terbuka di luar bangunan gedung yang diperuntukkan bagi pertamanan/penghijauan dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL.
SPPWK - VI
II - 5
42) Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka persentase perbandingan antara luas seluruh lantai bangunan gedung dan luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai rencana tata ruang dan RTBL. 43) Garis Sempadan Bangunan yang selanjutnya disingkat GSB adalah sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan; dihitung dari batas terluar saluran air kotor (riol) sampai batas terluar muka bangunan, berfungsi sebagai pembatas ruang, atau jarak bebas minimum dari bidang terluar suatu massa bangunan terhadap lahan yang dikuasai, batas tepi sungai atau pantai, antara massa bangunan yang lain atau rencana saluran, jaringan tegangan tinggi listrik, jaringan pipa gas, dsb (building line). 44) Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 45) Ruang Terbuka Non Hijau yang selanjutnya disingkat RTNH adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH, berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori. 46) Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTET adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 278 kV. 47) Saluran Udara Tegangan Tinggi yang selanjutnya disingkat SUTT adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 70 kV sampai dengan 278 kV. 2.2.2 Trend Alokasi Hunian, Prinsip dan Teori Perencanaan Dinamika perkembangan IPTekSB perencanaan penataan ruang dan rencana pembangunan wilayah mendasari pula perkembangan teori-teori yang relevan, baik dalam domain perencanaan yang bersifat fisik seperti daerah perkotaan, daerah perdesaan, transportasi, logistik, infrastruktur, dan ecological planning maupun non fisik seperti human right, human basic needs, participatory planning, serta teori-teori lainnya bidang sosial, budaya, ekonomi, psikologi, dan hukum. 2.2.2.1 Pertambahan dan Trend Alokasi Hunian Penduduk Dalam pidato pengukuhan guru besar Yudono A., 2005, Don Hinrichsen, 1998, menyatakan bahwa manusia saat ini sedang dalam proses menghancurkan system ekologi pantai dan lautan, di mana akar masalahnya adalah pertambahan jumlah penduduk berikut usaha pemenuhan kebutuhannya yang tidak pernah berhenti. Beberapa studi belakangan ini menjelaskan bahwa penduduk dunia melimpah ke kawasan pantai yang luasnya hanya ±10% dari permukaan bumi. Pendapat Hinrichsen didukung oleh Liz Creel, 2003, yang mengungkapkan bahwa ada kecenderungan perpindahan penduduk besar-besaran dari daerah pedalaman SPPWK - VI
II - 6
ke daerah pantai. Pada tahun 2000 terdapat ± 3 miliar atau separo penduduk dunia tinggal di daerah pantai, yang diprediksikan meningkat dua kali lipat menjadi ± 6 miliar atau 74% pada tahun 2025. Cicin mensinyalir dua pertiga jumlah kotakota besar di dunia saat ini tersebar di daerah pantai, dan penduduk daerah pantai sedang tumbuh lebih cepat dibanding penduduk di daerah pedalaman, (Cicin B. And Knecht R.W., 1998: 15-18). PBB memprediksi bahwa pada tahun 2030, 60% penduduk tinggal di Asia, di mana 54% merupakan penduduk perkotaan (Tabel 1).
Tabel 1. Pertumbuhan dan distribusi penduduk dunia (jutaan) 1975 2000 2030 2030 Wilayah Urban Rural Urban Rural Urban Rural Urb&Rural jiwa % jiwa jiwa % jiwa jiwa % jiwa jiwa % Afrika 102 25 304 295 37 498 787 53 702 1489 Asia 592 25 1805 1376 37 2297 2679 54 2271 4950 Am Selatan 198 61 124 391 75 498 127 85 608 738 Eropa 455 67 221 534 73 193 540 80 131 671 Am Utara 180 74 64 243 77 71 335 84 61 396 Oceania 15 72 6 23 74 8 32 77 10 42 Dunia 1542 38 2524 2862 45 3565 4500 54 3783 8283 Catatan: Oceania terdiri dari Australia, New Zealand, Melanesia, Micronesia dan Polynesia Sumber: UN, 2002 (131) Population Reports Melimpah-ruahnya penduduk di kawasan pantai ini ditambah dengan kecenderungan urbanisasi yang umumnya semakin tidak bersahabat dengan lingkungan alami sangat mengkhawatirkan terjadinya degradasi lingkungan pantai dan lautan. Dalam kesempatan ini, mengingat keterbatasan data dan kesempatan, maka ijinkanlah saya memfokuskan pembahasan ke masalah banjir dan manfaat air dalam penataan kota. 2.2.2.2 Prinsip Keairan Penunjang Perencanaan Daerah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil 1) Planet Air Bumi juga disebut sebagai planet air, yang permukaannya terdiri dari perairan terbuka ±70% air dan sisanya ±30% terdiri dari gunung, gunung berapi, gurun pasir, dataran dan lembah (http://starchild.gsfc.nasa.gov, diakses 15 Juli 2005). Bumi dapat dipandang sebagai unsur dalam makro kosmos yang rasio luas SPPWK - VI
II - 7
perairan permukaannya identik dengan kandungan zat cair pada tubuh manusia sebesar ±70%. Nasa juga menjelaskan bahwa volume keseluruhan air bumi adalah ±1.4 miliar km3, yang terdiri dari air laut ±97.5%, air bumi, dan air tawar hanya ±2.5%. Perlu diketahui bahwa hanya 0,43% air tawar yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, flora dan fauna daratan karena sisanya terkunci sebagai es atau glasier di Antartika dan Greenland, serta di bawah lapisan tanah yang amat dalam. 2) Siklus Air Secara umum siklus air terdiri dari pengembunan, hujan, peresapan air ke tanah, pengaliran air dan penguapan secara simultan. Siklus air tergambar dengan jelas pada Gambar 1. Apabila temperatur di atmosfir menjadi dingin maka uap air mengembun membentuk awan yang dipindah-sebarkan ke beberapa tempat oleh angin yang bertiup akibat perbedaan tekanan udara dan rotasi bumi. Ketika temperatur udara berubah semakin dingin maka embun akan berubah menjadi air, salju atau es dan jatuh ke bumi. Empat tahap umum selanjutnya adalah peresapan air ke dalam tanah, pengaliran air permukaan, penahanan air di daerah tangkapan dan penguapan secara simultan.
Air, salju, es Cadangan air di atmosfir
Hujan
Kondensasi
Pengembunan Penguapan Air Peresapan Mata air sungai bawah tanah
Kantong air bawah tanah
Gambar 1. Imaginasi siklus alami air Sumber: US Geological Survey
Kecepatan dan volume peresapan air ke tanah tergantung pada kekasaran permukaan tanah, tingkat porositas dan kemiringan permukaan tanahnya. Peresapan air dapat tertahan sebagai air tanah, kantong air, atau mengalir sebagai sungai bawah tanah. Aliran air di bawah permukaan tanah akan muncul sebagai mata air. Sebagian air infiltrasi akan terkunci di dalam tanah. Limpasan air pemukaan tanah dapat terjadi apabila daya serap permukaan tanah lebih kecil dibanding volume air limpasan. Air limpasan akan mengalir mengisi tangkapan air seperti danau, rawa, kolam, dam, kanal dan akhirnya sebagian besar mengalir ke laut melalui sungai. Apabila debit air melebihi daya alir sungai dan daya tampung tangkapan air, maka terjadilah banjir. Secara umum ada dua prinsip manajemen air yaitu pertama ”Prinsip Konvensional” yang berusaha mengontrol banjir dengan mengalirkan air secepat SPPWK - VI
II - 8
mungkin ke laut, dan kedua “Prinsip Konservasi” yang berusaha memanfaatan air seoptimal mungkin sebelum mengalir ke laut. Prinsip konservasi didukung oleh pandangan ekohidrologi dan pembangunan yang berkelanjutan seperti terlampir. 2.2.2.3 Teori-Teori Terkait dengan Perencanaan 1) Teori Pemenuhan Kebutuhan Dasar Beberapa penulis dan peneliti tertarik memakai teori Kebutuhan Dasar Abraham Maslow (http://web.utk.edu/~gwynne/maslow.htm, 17 Maret 2005) sebagai landasan dalam pembahasan tata kota (Lang J., 1994:217-336 dan Yudono A, 2005:35-42). Berdasarkan tingkat kebutuhan manusia, Maslow secara hirarkis mengemukakan lima kategori kebutuhan dasar manusia sebagai berikut: a. Kebutuhan fisiologis yang dalam hal ini, kota diharapkan menyediakan atau memberi wadah bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan air bersih, udara sejuk, tempat kerja agar memperoleh nafkah untuk membeli makanan, sandang dan hunian yang layak untuk melakukan kegiatan sosial maupun kegiatan privasi penghuninya. b. Kebutuhan keamanan dan perlindungan, yang dalam hal ini, penataan kota perlu dipaduselaraskan dengan sistem hidrolika agar kota bebas dari bencana kekeringan maupun banjir. Selain itu kota perlu ditata agar masyarakat terlindung dari bencana lain seperti epidemi, kebakaran masal dan tindakan kriminal. c. Kebutuhan afiliasi yang dapat diartikan kota menyediakan ruang, prasarana dan suasana yang kondusif bagi terwujudnya keakraban hubungan sosial masyarakat. d. Kebutuhan penghargaan, yang dapat diartikan suatu wujud kota yang memberikan rasa bangga baik bagi warga kotanya. e. Kebutuhan aktualisasi diri, yang dapat diartikan warga kota diberikan kebebasan untuk membangun jati dirinya, baik dalam membangun status sosial dan ekonomi serta dalam membangun gedung dan lingkungan pribadinya dalam norma yang berlaku. Teori-teori tersebut menjelaskan bahwa kualitas kota ditentukan oleh tingkat pemenuhan berbagai dimensi kebutuhan warga kotanya. 2) Teori Perancangan Kota Dalam rangka penataan ruang kota yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia di atas, dapat digunakan beberapa teori perancangan kota sebagi landasan. Teori fungsionalis menjadi dasar penatagunaan ruang kota berdasarkan pada daya dukung dan kesesuaian ruiang, Teori Sistemik mendasari struktur tata ruang dan morfologi kota, Teori Mosaik mendasari keunikan blokblok kota yang dibingkai oleh pola jalan dan diarahkan fungsinya oleh tata guna ruang makro kota, serta Teori Estetik mendasari terwujudnya keindahan kota sehingga timbul rasa bangga warga kotanya. Empat teori ini secara terperinci dijelaskan sebagai berikut. a. Teori Fungsionalis (1920an), kota dianggap terdiri dari unit-unit fungsional yang berinteraksi secara sinergis dan harmonis satu dengan lainnya, serta SPPWK - VI
II - 9
b. c.
d.
e.
tumbuh berkembang secara seimbang pada setiap tahapan pembangunannya. Teori ini melandaskan rancangan makro penatagunaan ruang perkotaan berdasarkan daya dukung dan kesesuaian ruangnya (Attoe W. and Logan D., 1989:1-43). Teori Humanis (1950an),. Teori Sistemik (1960an), merupakan pandangan jauh ke depan para perancang kota, khususnya dalam master plan jangka panjang. Teori ini mengfungsikan sistem jalan raya sebagai tulang punggung struktur ruang kota yang menghubungkan pusat-pusat kegiatan perkotaan dan mengarahkan pembangunan gedung-gedung serta infrastruktur kota lainnya secara makro. Teori Mosaik, didasari oleh Teori Humanis (1950an) yang memandang bahwa masyarakat setempat lebih faham terhadap kebutuhan dan keinginannya. Oleh karena itu blok-blok perkotaan yang terbingkai oleh pola jalan dan diarahkan oleh tata guna ruang makro kotanya, sebaiknya dirancang berdasarkan aspirasi masyarakat setempat sehingga menghasilkan keunikan pola mozaik blok-blok perkotaan yang harmonis dan efektif dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan pelestarian lingkungannya. Teori ini merupakan pendekatan perencanaan yang berprinsip ”planning is dialog”. Dalam hal ini perencana memposisikan dirinya sebagai pencerah dan penyedia berbagai alternatif rencana dengan berbagai manfaat dan konsekuensinya, sedangkan pembuat keputusan adalah para penghuni eksisting dan/atau calon penghuni, yang diutamakan akan menerima manfaat dengan konsekuensinya akibat penataan ruang wilayahnya Teori Estetik, mendasari pemenuhan kebutuhan harga-diri warga kota melalui perasaan bangga tinggal di kotanya. Rasa bangga ini sangat ditentukan oleh berbagai faktor seperti keunikan, keindahan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan. Teori estetika kota sangat didukung oleh pandangan imajinasi kota yang diketengahkan oleh Kevin Lynch.
3) Teori Imajinasi Kota Ada faktor lain selain faktor fisik yang mempengaruhi imajibilitas suatu tempat, seperti arti sosialnya, fungsinya, sejarahnya, atau namanya (Lynch K., 1960: 46-90). Faktor-faktor ini akan ikut memberi arti bentuk bangunan dan lansekapnya. Secara sederhana Kevin Lynch mengelompokkan substansi imajinasi wujud fisik kota ke dalam lima elemen perkotaan yaitu paths (jalan), edges (batas tepi), districts (kawasan), nodes (simpul) dan landmarks (penanda). a. Path adalah jalan yang sering dilewati oleh pengamat. Jalan ini dapat berupa jalur kendaran, jalur pedestrian, kanal dan rel kereta api. Bagi banyak orang path adalah elemen utama pembentuk imajinasinya. Orang mengamati kota sambil melakukan perjalanan di mana sepanjang path berbagai elemen lingkungan tersusun dan terkait dalam imajinasinya. b. Edges adalah elemen linier yang tidak dianggap sebagai paths. Edges merupakan batas antara dua fase, pengakhir wujud linier dalam kontinuitas seperti tepian laut, tepian danau, tepian sungai besar, pagar dan dinding SPPWK - VI
II - 10
panjang. Elemen2 itu lebih bersifat referensi lateral pembentuk imajinasi tentang wujud suatu kota yang dibatasi oleh perairan atau ruang terbuka besar lainnya. c. District adalah bagian kota, di mana pengamat secara mental masuk di dalamnya dan dapat dikenal karena berbagai keadaan dan karakter uniknya. Selain itu, suatu distrik juga dapat dijadikan referensi eksterior. d. Node adalah titik2, posisi strategis dalam suatu kota di mana pengamat dapat menjadikannya sebagai tempat orientasi untuk mulai melakukan perjalanan dan kembali lagi agar tidak tersesat. Nodes tersebut kemungkinan dapat berupa persimpangan jalan, tempat pemberhentian kendaraan umum, tempat pertemuan pojok jalan (street-corner hangout) atau suatu lapangan tertutup (enclosed square). Banyak orang yang menganggap node berperan sangat dominan dalam membentuk imajinasi seseorang tentang suatu kota. e. Landmark adalah tipe lain point-reference, tetapi dalam hal ini pengamat tidak masuk ke dalamnya. Landmark biasanya merupakan obyek fisik yang simpel: gedung, tanda, toko atau gunung. Beberapa landmarks memerlukan jarak pengamatan dari berbagai penjuru, sampai ke bagian detai kecil di puncak, dan digunakan sebagai referensi radial. 4) Teori-teori ekonomi wilayah a) Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional Teori pertumbuhan ekonomi regional merupakan bagian penting dalam analisa Ekonomi Regional. Alasanya jelas karena pertumbuhan merupakan salah satu unsur utama dalam pembangunan ekonomi regional dan mempunyai implikasi kebijakan yang cukup luas. Sasaran utama analisa pertumbuhan ekonomi regional ini adalah untuk menjelaskan mengapa suatu daerah dapat tumbuh lambat Disamping itu, analisa pertumbuhan ekonomi regional ini juga dapat menjelaskan mengapa terjadi ketimpangan pembangunan ekonomi antar wilayah. Pertumbuhan ekonomi regional adalah kemampuan suatu wilayah untuk menyediakan barang-barang ekonomi yang terus meningkat bagi penduduknya serta berusaha meningkatkan kemampuan wilayah dalam menumbuh kembangkan wilayah tersebut berdasarkan kepada kemajuan teknologi dan kelembagaan, serta peran penting mendasarkan pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut pada potensi atau sumber daya yang ada, pada suatu daerah dengan memasukkan unsur ruang atau space antar suatu wilayah dengan wilayah lain. b) Teori Tipologi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Syafrijal ( 1997) Pola pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat digambarkan melalui tipologi Klassen . Alat analisis ini didasarkan pada dua indicator utama yaitu pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita di suatu daerah. Dengan menentukan pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertical dan rata-rata pendapatan per kapita sebagai sumbu horizontal. Klasifikasi daerah masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda yaitu : SPPWK - VI
II - 11
Kuadran I yaitu daerah/kabupaten yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income) merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota. Kuadran II yaitu daerah/kabupaten yang berkembang cepat (high growth but low income) merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tapi pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding ratarata kabupaten/kota. Kuadran III yaitu daerah/kabupaten maju tapi tertekan ( low growth but high income) merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tapi pendapatan per kapita lebih tinggi dibanding rata-rata kabupaten/kota. Kuadran IV yaitu daerah/ kabupaten relative tertinggal (low growth and low income ) merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan per kapitanya lebih rendah dibanding rata-rata kabupaten/kota. c) Teori Basis Ekonomi Richardson dalam Taroman (2000:18) mengembangkan suatu teori ekonomi regional yaitu basis ekonomi. Dalam teori basis ekonomi atau teori basis-ekspor (economic base theory), menyatakan bahwa penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Teori basis ekonomi ini pada intinya membedakan sektor basis dan aktifitas sektor non basis. Aktifitas sektor basis yang mampu secara luas menjual produknya baik di dalam maupun di luar daerah akan mempengaruhi pertumbuhan sektor tersebut dan menentukan pembangunan menyeluruh bagi daerah tersebut termasuk peningkatan kesempatan kerja yang berpengaruh pada pendapatan regional. Aktifitas sektor non basis merupakan sektor sekunder yang artinya tergantung pada perkembangan yang terjadi pada sektor basis yang akan menyebabkan terjadinya perubahan pada konsumsi dan investasi di daerah. Dengan kata lain kedua sektor tersebut mempunyai hubungan dengan permintaan dari luar wilayah. Sektor basis berhubungan secara langsung sedangkan sektor non basis berhubungan secara tidak langsung. Apabila permintaan dari luar meningkat maka sektor basis akan meningkat dan juga akan mengembangkan sektor non basis. Setiap pertumbuhan sektor basis dan non basis memiliki efek ganda terhadap perekonomian wilayah. Kelemahan model ini adalah bahwa model ini berdasarkan pada permintaan eksternal dan bukan internal. Pada akhirnya akan menyebabkan ketergantungan yang sangat tinggi terhadap kekuatan-kekuatan pasar secara nasional maupun secara global. Namun demikian, model ini sangat berguna untuk menentukan keseimbangan antara jenis-jenis industri dan sektor yang dibutuhkan masyarakat untuk mengembangkan stabilitas ekonomi. Cara yang paling mudah untuk menaksir besarnya basis adalah dengan jalan menghitung untuk setiap sektor yang mempunyai LQ > 1. Indeks pekerja SPPWK - VI
II - 12
surplus (yakni selisih antara tenaga kerja pada industri nasional yang merupakan bagian pranata bagi daerah yang bersangkutan). Teknik LQ lebih lazim digunakan dalam studi-studi basis empiris LQ. Asumsinya adalah bahwa jika suatu daerah lebih berspesialisasi daripada daerah yang bersangkutan dalam memproduksi suatu barang tertentu, maka daerah tersebut dapat mengekspor barang itu sesuai dengan tingkat spesialisasinya dalam memproduksi barang tersebut. d) Konsep Pembangunan Regional Salah satu aspek pembangnan regional adalah pembangunan ekonomi yang bertujuan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur ekonomi. Perubahan struktur ekonomi dapat berupa peralihan dari kegiatan pertanian ke non pertanian, dari industri ke jasa, perubahan dalam skala unit-unit produksi serta perubahan status kerja buruh karena itu konsep pembangunan regional sangat tepat bila didukung dengan teori pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, teori pusat pertumbuhan dan pembangunan manusia. Dari aspek ekonomi oleh Arsyad (1999:107) daerah mempunyai 3 pengertian yaitu: Suatu daerah dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi dan didalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama. Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita, sosial budayanya, geografis, dan sebagainya, daerah ini disebut daerah homogen. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi, daerah ini disebut daerah nodal. 3. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu administrasi tertentu seperti satu provinsi, kabupaten, kecamatan dan sebagainya. Jadi daerah disini didasarkan pada pembagian administrasi suatu negara. e) Pertumbuhan Ekonomi Daerah Suatu daerah terbagi kedalam wilayah-wilayah atau sub-sub wilayah. Misalnya daerah provinsi dalam wilayah tersebut masih terbagi atas berbagi sub wilayah seperti kabupaten atau kota. Pertumbuhan daerah tersebut akan ditentukan oleh faktor-faktor utama yang antara lain: 1) Sumber daya alam yang tersedia, 2) Tersedianya modal bagi pengelolaan sumber daya alam, 3) Adanya prasarana dan sarana (infrastruktur) yang menunjang seperti transportasi, komunikasi, 4) Tersedianya teknologi yang tepat untuk pengelolaan sumber daya alam, dan 5) Tersedianya kualitas sumber manusia untuk pengelolaan teknologi. Sumber daya alam dapat berupa lahan pertanian,bahan tambang atau galian yang dapat mendukung industri pengolahan atau sumber daya alam lainya yang yang akan mempunyai arti penting bagi daerah yang memilikinya.Daerah tersebut akan berspesialisasi dalam suatu sub sektor atau SPPWK - VI
II - 13
sektor dan akan mempunyai keuntungan absolut bagi daerah lainnya.jika daerah tersebut dikelola secara baik dengan modal dan teknologi yang memadai maka daerah tersebut dapat diharapkan akan mengalami pertumbuhan dengan pesat. 5) Sosiologi Perkotaan a. Pengertian Sosiologi Perkotaan Sosiologi perkotaan mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola interaksi yang dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan pola pikir dalam menyikapi suatu permasalahan. Pengertian kota menurut para ahli: Max Weber berpendapar bahwa “suatu tempat adalah kota apabila penghuni setempatnya dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang itu harus dihasilkan oleh penduduk dari pedalaman dan dijualbelikan di pasar itu. Jadi menurut Max Weber, ciri kota adalah adanya pasar, dan sebagai benteng, serta mempunyai sistem hukum dan lain-lain tersendiri, dan bersifat kosmopolitan. Cristaller dengan “central place theory” -nya menyatakan kota berfungsi menyelenggarakan penyediaan jasa-jasa bagi daerah lingkungannya. Jadi menurut teori ini, kota diartikan sebagai pusat pelayanan. Sebagai pusat tergantung kepada seberapa jauh daerah-daerah sekitar kota memanfaatkan penyediaan jasa-jasa kota itu. Dari pandangan ini kemudian kota-kota tersusun dalam suatu hirarki berbagai jenis. Sjoberg berpendapat bahwa , sebagai titik awal gejala kota adalah timbulnya golongan literati (golongan intelegensia kuno seperti pujangga, sastrawan dan ahli-ahli keagamaan), atau berbagai kelompok spesialis yang berpendidikan dan nonagraris, sehingga muncul pembagian kerja tertentu. Pembagian kerja ini merupakan cir-kota. Wirth, mendifinisikan kota sebagai “pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen kedudukan sosialnya. Akibatnya hubungan sosialnya menjadi longgar acuh dan tidak pribadi (impersonal relation) Karl Marx dan F.Engels memandang kota sebagai “persekutuan yang dibentuk guna melindungi hak milik dan guna memperbanyak alat-alat produksi dan alat – alat yang diperlukan agar anggota masing- masing dapat mempertahankan diri”. Perbedaan antara kota dan pedesaan menurut mereka adalah pemisahan yang besar antara kegiatan rohani dan materi. Harris dan Ullman , berpendapat bahwa kota merupakan pusat pemukiman dan pemabfaatan bumi oleh manusia. Kota-kota sekaligus merupakan paradoks. Pertumbuhannya yang cepat dan luasnya kota-kota menunjukkan keunggulan dalam mengeksploitasi bumi, tetapi di pihak lain SPPWK - VI
II - 14
juga berakibta munculnya lingkungan yang miskin bagi manusia. Yang perlu diperhatikan, menurut Harris dan Ullman adalah bagaimana membangun kota di masa depan agar keuntungan dari konsentrasi pemikiman tidak mendatangkan kerugian atau paling tidak kerugian dapat diperkecil. Menurut ahli geografi indonesia yakni Prof.Bintarto, (1984:36) sebagai berikut :kota dapat diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai benteng budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemutusan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.” Menurut Arnold Tonybee, sebuahkota tidak hanya merupakan pemukiman khusus tetapi merupakan suatu kekomplekan yang khusus dan setiap kotamenunjukkan perwujudan pribadinya masing-masing. b. Ruang Lingkup Sosiologi Kota Ruang lingkup dalam sosiologi perkotaan adalah mengenai kehidupan serta aktivitas masyarakat kota Pengertian masyarakat perkotaan Masyarakat perkotaan yang mana kita ketahui itu selalu identik dengan sifat yang individual, matrealistis, penuh kemewahan,di kelilingi gedung-gedung yang menjulang tinggi, perkantoran yang mewah, dan pabrik-pabrik yang besar. Asumsi kita tentang kota adalah tempat kesuksesan seseorang. Masyarakat perkotaan lebih dipahami sebagai kehidupan komunitas yang memiliki sifat kehidupan dan ciri-ciri kehidupannya berbeda dengan masyarakat pedesaan. Akan tetapi kenyataannya di perkotaan juga masih banyak terdapat beberapa kelompok pekerja-pekerja di sektor informal, misalnya tukang becak, tukang sapu jalanan, pemulung sampai pengemis. Dan bila kita telusuri masih banyak juga terdapat perkampungan-perkampungan kumuh tidak layak huni. Kehidupan Masyarakat perkotaan Secara sosiologis penekanannya pada kesatuan masyarakat industri, bisnis, dan wirausaha lainnya dalam struktur yang lebih kompleks. Secara fisik kota dinampakkan dengan adanya gedung-gedung yang menjulang tinggi, hiruk pikuknya kendaraan , pabrik, kemacetan, kesibukan warga masyarakatnya, persaingan yang tinggi, polusinya, dan sebagainya. Masyarakat di perkotaan secara sosial kehidupannya cendrung heterogen,individual,persaingan yang tinggi yang sering kali menimbulkan pertentangan atau konflik. Munculnya sebuah asumsi yang menyatakan bahwa masyarakat kota itu pintar, tidak mudah tertipu,cekatan dalam berpikir,dan bertindak, dan mudah menerima perubahan , itu tidak selamanya benar, karena secara implisit dibalik semua itu masih ada masyarakatnya yang hidup di bawah standar kehidupan sosial. Dan tidak SPPWK - VI
II - 15
selamanya pula masyarakat kota dikatakan sebagai masyarakat yang modern. Karena yang di maksud sebagai masyarakat yang modern dalam bahasan ini adalah kelompok masyarakat yang berada di daerah keramaian dan lebih mudah mengalami perubahan atau pengaruh dari kehidupan masyarakt perkotaan. Sedangkan dewasa ini masih ada masyarakatnya yang tertinggal , termasuk masalah informasi dan tekhnologi. Untuk memahami secara rinci mengenai kehidupan masyarakat perkotaan adalah sebagai berikut : - Lingkungan umum dan orientasi terhadap alam, Bagi masyarakat kota cendrung mengabaikan kepercayaan yang berkaitan dengan kekuatan alam serta pola hidupnya lebih mendasarkan pada rasionalnya. Dan bila dilihat dari mata pencahariannya masyarakat kota tidak bergantung pada kekuatan alam, melainkan bergantung pada tingkat kemampuannya (capablelitas) untuk bersaing dalam dunia usaha. Gejala alam itu bisa dipahami secara ilmiah dan secara rasional dapat dikendalikan. - Pekerjaan atau mata pencaharian, Kebanyakan masyarakatnya bergantung pada pola industri (kapitalis) Bentuk mata pencaharian yang primer seperti sebagai pengusaha, pedagang, dan buruh industri. Namun ada sekelompok masyarakat yang bekerja pada sektor informal misalnya pemulung, pengemis dan pengamen. Selain yang disebutkan di atas termasuk bentuk mata pencaharian sekunder. - Ukuran komunitas, Umumnya masyarakat perkotaan lebih heterogen dibandingkan masyarakat pedesaan. Karena mayoritas masyarakatnya berasal dari sosiokultural yang berbeda-beda , dan masing-masing dari mereka mempunyai tujuan yang bermacam-macam pula.dantaranya ada yang mencari pekerjaan atau ada yang menempuh pendidikan. Jumlah penduduknya masih relatif besar. - Kepadatan penduduk, Tingkat kepadatan di kota lebih tinggi bila dibandingkan di desa, hal ini disebabkan oleh kebanyakan penduduk di daerah perkotaan awalnya dari berbagai daerah. - Homogenitas dan heterogenitas, Dalam struktur masyarakat perkotaan yang sering sekali nampak adalah heterogenitas dalam ciri-ciri sosial, psikologis, agama, dan kepercayaan, adat istiadat dan perilakunya. Dengan demikian struktur masyarakat perkotaan sering mengalami interseksi sosial, mobilitas sosial, dan dinamika sosial. - Diferensiasi sosial Di daerah perkotaan , diferensiasi sosial relatif tinggi, sebab tingkat perbedaan agama, adat istiadat, bahasa, dan sosiokultural yang dibawa oleh para pendatang dari berbagai daerah, cukup tinggi. SPPWK - VI
II - 16
-
-
-
-
-
-
-
Pelapisan sosial Lapisan sosialnya lebih didominasi oleh perbedaan status dan peranan di dalam struktur masyarakatnya. Di dalam struktur masyarakat modern lebih menghargai prestasi daripada keturunan. Mobilitas sosial Mobilitas pada masyarakat perkotaan lebih dinamis daripada masyarakat pedesaan. Kenyataan itu adalah sebuah kewajaran sebab perputaran uang lebih banyak terjadi di daerah perkotaan daripada di pedesaan. Interaksi sosial Dalam interaksi pada masyarakat perkotaan lebih kita kenal dengan yang namanya gesseslchaft yaitu kelompok patembayan. Yang mana ada hubungan timbal balik dalam bentuk perjanjian-perjanjian tertentu yang orientasinya adalah keuntungan atau pamrih. Sehingga hubungan yang terjadi hanya seperlunya saja. Pengawasan sosial Dikarenakan masyarakatnya yang kurang saling mengenal satu sama lain dan juga luasnya wilayah kultural perkotaan di tambah lagi keheterigenitasan masyarakatnya yang membuat sistem pengawasan sosial perilaku antar anggota masyarakatnya makin sulit terkontrol. Pola kepemimpinan Kepemimpinanya didasarkan pada pertanggung jawaban secara rasional atas dasar moral dan hukum. Dengan demikian hubungan antar pemimpin dan warga masyarakatnya berorientasi pada hubungan formalitas. Standar kehidupan Standar kehidupannya di ukur dari barang-barang yang dianggap punya nilai (harta benda). Mereka lebih mengenal deposito atau tabungan. Karena menurut mereka menyimpan uang dalam bentuk deposito dianggap lebih praktis dan mudah. Ditambah lagi kepemilikan barangbarang mewah lainnya. Kesetiakawanan sosial Ikatan solidaritas sosial dan kesetiakawanan lebih renggang. Artinya , pola hubungan untung rugi lebih dominan daripada kepentingan solidaritas dan kesetiakawanan. Nilai dan sistem nilai Nilai dan sistem nilai di dalam struktur masyarakat perkotaan lebih bersifat formal, didasarkan pada aturan-aturan yang resmi seperti hukum dan perundang-undangan.
c. Keruangan Kota Jika Dilihat dari Beberapa Aspek Dalam konteks ruang kota merupakan suatu sistem yang tidak berdiri sendiri, karena secara internal kota merupakan satu kesatuan sistem kegiatan fungsional di dalamnya, sementara secara eksternal kota dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Kota ditinjau dari aspek fisik merupakan kawasan terbangun yang terletak saling berdekatan atau terkonsentrasi , yang meluas SPPWK - VI
II - 17
dari pusatnya hingga ke wilayah pinggiran atau wilayah geografis yang dominan oleh struktur binaan. Kota di tinjau dari aspek sosial merupakan konsentrasi penduduk yang membentuk satu komunitas yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas melalui konsentrasi dan spesialisasi tenaga kerja. Kota ditinjau dari aspek ekonomi memiliki fungsi sebagai penghasil produksi barang dan jasa untuk mendukung kehidupan penduduknya dan untuk keberlangsungan kota itu sendiri. Di indonesia kawasan perkotaan di bedakan berdasarkan strata administrasinya yakni : 1) Kawasan perkotaan berstatus administratif daerah kota 2) Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari daerah kabupaten 3) Kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah kawasan pedesaan menjadi kawasan perkotaan , dan 4) Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan. 6) Local Wisdom a. Kearifan Lokal dan Wujudnya Istilah “kearifan lokal” itu terjemahan dari“local genius” yang diperkenalkan pertama oleh Quaritch Wales (1948-1949) dengan arti “kemampuan kebudayaan setempat dalam menghadapi pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan tersebut berhubungan (Rosidi, 2010:1). Pendapat laindari Ahimsa-Putra mendefinisikan kearifan lokal adalah perangkat pengetahuan dan praktek-praktek pada suatu komunitas – baik yang berasal dari generasi-generasi sebelumnya maupun dari pengalamanya berhubungan dengan lingkungan dan masyarakat lainnya – untuk menyelesaikan secara baikdan benar persoalan dan/atau kesulitan yang dihadapi, yang memiliki kekuatan seperti hukum maupun tidak. Kearifan lokal (local wisdom, local knowledge,local genius) juga didefinisikan sebagai pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang berwujud aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka (Rajabdalam http://www.depsos.go.id/). Menurut Ridwan (2010:2) kearifan lokal atau sering disebut local wisdom dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang tertentu. Selanjutnya dikatakan bahwa wisdom dipahami sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan akal pikirannya dalam bertindak atau bersikap sebagai hasil penilaian terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. Sebagai sebuahistilah wisdom sering diartikan sebagai “kearifan/kebijaksanaan”. Lokal secara spesifik menunjuk pada ruang interaksi terbatas dengan sistem nilai yang terbatas pula.Tim Wacana Nusantara (2009:1) menyatakan bahwa kearifan lokal merupakan adat dan kebiasan yang telah mentradisi dilakukan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun yang hingga saat ini masih dipertahankan keberadaannya oleh masyarakat hukum adat tertentu di SPPWK - VI
II - 18
daerah tertentu. Kearifan lokal tersebut terpelihara dengan baik meskipun telah terjadi interaksi dengan dunia luar dan mengalami akulturasi budaya denga kebudayan di luar kebudayaan mereka. Menurut Ridwan (2010:3) kearifan-kearifan lokal dalam masyarakat kita dapat ditemui dalam nyayian, pepatah, sasanti, petuah, semboyan, dan kitab-kitab kuno yang melekat dalam perilaku sehari-hari. Kearifan lokal lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang biasanya akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut, misalnya alon-alon asal klakon (masyarakat Jawa Tengah), rawe-rawe rantas malang-malang putung (masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiaine manfaat ilmune, patuh gurune barokah uripe (masyarakat pesantren), dan sebagainya. Menurut Marsono (2007:182) dalam masing-masing etnik Nusantara banyak terdapat kearifan lokal. Sewaktu bangsa Nusantara belum bisa tulis-menulis kearifan lokal yang memuat amanat pembentukan budi luhur dituangkan dalam bentuk upacaraupacara tradisional, legenda-legenda/ cerita rakyat/ dongeng, ungkapanungkapan, dan relief. Setelah bangsa ini mampu tulis-menulis maka saranayang dipakai lewat bentuk tulis. a. Bahasa dan Kebudayaan Bahasa adalah “symbolic meaning system”‘bahasa adalah sistem makna yang simbolis’, begitupula halnya dengan kebudayaan yang dikatakan sebagai “symbolic meaning system” (Casson,1981:11-17). Lebih jauh ahli ini menyatakan sebagai berikut :“Like language, it is a semiotic system10 inwhich symbols function to communicate meaning fromone mind to another. Cultural like symbols, likelinguistic symbols, encode a connection between asignifying form and a signaled meaning”, ‘Sepertibahasa, kebudayaan adalah sistem tanda yangmerupakan simbol yang berfungsi untukmengkomunikasikan makna dari satu konsep pikiranke yang lain. Simbol-simbol yang terdapat dalamkebudayaan, seperti halnya simbol-simbol linguistik,mengkodekan hubungan antara bentuk yang menandaidan makna yang ditandai’.Dari pernyataan itu tampak lebih jelas lagibahwa bahasa merupakan sistem tanda yang berfungsisebagi simbol dalam mengkomunikasikan makna dariseseorang kepada yang lain. Kebudayaan juga simbol,seperti simbol bahasa, yang merupakan penanda danpetanda11. Senada dengan itu Sapir (1960:70) juga mengatakan bahwa bahasa merupakan petunjuk yang sifatnya simbolis terhadap budaya. Jadi, bahasasebagai hasil kebudayaan manusia merupakan simbol makna yang diciptakan untuk keperluan manusia dalam berkomunikasi. Halliday dan Hassan (1992:4)mengatakan bahwa budaya sebagai seperangkat sistem semiotik, sebagai seperangkat sistem makna,yang semuanya saling berhubungan. Bahasa sebagai salah satu dari sejumlah sistem makna yang secara bersama-sama membentuk budaya manusia. Secara garis besar LeviStrauss12 (1963:68) membedakan tiga macam pandangan mengenai hubungan antara bahasa dan kebudayaan sebagai berikut :
SPPWK - VI
II - 19
1) Bahasa yang digunakan oleh suatu masyarakatdianggap sebagai refleksi dari seluruhkebudayaan masyarakat yang bersangkutan. 2) Bahasa adalah bagian dari kebudayaan, ataubahasa merupakan salah satu unsur darikebudayaan. 3) Bahasa merupakan kondisi kebudayaan.Kaitan antara bahasa dan kebudayaan inikemudian dikaji dalam bidang ilmu yang disebutetnolinguistik atau antropolinguistik (Levi-Strauss,1963:359). Penelitian yang berkaitan dengan bidang ini awalnya dilakukan oleh Franz Boas yang meneliti orang-orang Indian dan Eskimo. Penelitian Boas beserta metodenya mengenai orang Indian tersebut kemudian dilanjutkan oleh muridnya Edward Sapir (Samsuri, 1988:50). Pandangan Sapir itu kemudian dikembangkan oleh Benjamin L. Whorf. Bagi Whorf cara memandang, cara memahami, serta menjelaskan berbagai macam gejala atau peristiwa yang dihadapinya, sangat dipengaruhi oleh bahasa yang digunakannya. Pandangan ini kemudian terkenal dengan sebutan “Sapir-Whorf Hypothesis” (Ahimsa-Putra, 1996:3). Dalam hipotesis tersebut disebutkan bahwa bahasa menentukan bukan hanya budaya tetapijuga cara dan jalan pikiran yang berbeda pula. Dengankata lain suatu bangsa yang berbeda bahasanya daribangsa lain akan mempunyai jalan pikiran yangberbeda pula (Anwar, 1990: 86). 7) Revitalisasi Revitalisasi Kawasan Menurut Piagam Burra dalam Surya(2009), revitalisasi adalah menghidupkan kembali kegiatan sosial dan ekonomi bangunan atau lingkungan bersejarah yang udah kehilangan vitalitas fungsi aslinya,dengan cara memasukkan fungsi baru kedalamnya sebagai daya tarik, agar bangunan atau lingkungan tersebut menjadi hidup kembali. Revitalisasi Kawasan adalah rangkaian upaya menghidupkan kembali kawasan yang cenderung mati, dan mengembangkan kawasan untuk menemukan kembali potensi yang dimiliki, sehingga diharapkan dapat memberikan peningkatan kualitas lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada kualitas kehidupan masyarakat (Kimpraswil dalam Jefrizon,2012). Tahapan-tahapan revitalisasi diantaranya intervensi fisik, yaitu mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan; Rehabilitasi ekonomi, revitalisasiyang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi; dan Revitalisasi sosial/institusional, keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar kondisi fisik yang baik. Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal hal sebagai berikut. 1. Intervensi fisik Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya dengan kondisi visualkawasan khususnya dalam menarik kegiatan dan pengunjung, intervensi fisik iniperlu SPPWK - VI
II - 20
dilakukan. Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dandilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dankondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, system tanda/reklame danruang terbuka kawasan (urban realm). Isu lingkungan (environmentalsustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudahsemestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harusdilandasi pemikiran jangka panjang. 2. Rehabilitasi ekonomi Perbaikan fisik kawasan yang bersifat jangka pendek, diharapkan bisamengakomodasi kegiatan ekonomi informal dan formal (local economicdevelopment), sehingga mampu memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P.Hall/U. Pfeiffer, 2001). Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaanartefak urban harus mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Dalamkonteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorongterjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru). 3. Revitalisasi sosial/institusional Revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakanlingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautifulplace. Kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat meningkatkandinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms). Kegiatanperancangan dan pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yangberjati diri (place making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatupengembangan institusi yang baik. 8) Garden City a) Kemunculan Garden City Sir Ebenezer Howard mencoba mewujudkan impian mengenai kota yang ideal pada abad ke 20 yang dapat mengekspresikan kekuatan dan keindahan dari teknologi modem dan dapat menjawab masalah sosial yang terjadi pada saat itu. Howard yang terlahir pada tahun 1850 adalah seorang anak penjaga toko di kota London. Howard memiliki ketertarikan dengan perencanaan urban dimulai dari pada saat berumur 21 tahun. Pada saat itu, ia pindah ke Amerika Serikat bersama pamannya dan menjadi petani di Nebraska. Ia tidak merasa cocok menjadi petani sehingga ia bermigrasi ke Chicago, Illinois dan bekerja sebagai karyawan kantor. Ketika ia pindah ke Chicago, kota tersebut sedang melakukan berbagai pembangunan akibat dari kebakaran yang terjadi tahun 1871. Howard merasakan langsung regenerasi dari pusat bisnis di Chicago dan perkembangan kota yang sangat pesat. Setelah itu, tahun 1876 ia kembali ke Inggris dan menjadi seorang reporter yang bertanggung jawab untuk meliput berbagai debat dan konfrensi yang membahas mengenai solusi dari masalah pemukiman dan buruh yang terjadi pada saat itu. Masalah pemukiman dan buruh ini dipicu dari suatu gerakan pada akhir abad 18 dan abad 19 yang disebut dengan revolusi industri. Revolusi industri merujuk pada dua hal. Pertama, perubahan yang cepat di bidang ekonomi yaitu dari kegiatan ekonomi agraris ke ekonomi industri yang menggunakan mesin SPPWK - VI
II - 21
dalam mengolah bahan mentah menjadi bahan siap pakai. Kedua, revolusi industri ditandai dengan akibat yang revolusioner dalam kehidupan ekonomi, politik dan sosial. Revolusi industri yang muncul pertama kali di Inggris ini dilatar belakangi oleh berbagai faktor. Paktor ekstern yang menyebabkan hal ini terjadi adalah munculnya para ilmuwan yang mengakibatkan terjadinya revolusi ilmu pengetahuan pada abad 16. Sedangkan faktor internnya adalah keamanan dan politik negri yang mantap, berkembangnya kegiatan wiraswasta dari masyarakat kaya dan pemilik modal, munculnya minat masyarakat pada industri manufaktur. jajahan yang luas, dll. Dampak dari revolusi industri ini sangat besar pada infrastruktur negara Inggris dari berbagai bidang politik, sosial-budaya, ekonomi, sampai pada masalah urban dan lingkungan. Masalah urban dan lingkungan ini terjadi karena revolusi industri memunculkan tumbuhnya banyak pabrik pada pusatpusat kota. Pertumbuhan yang pesat di pusat kota ini membuat masyarakat bermigrasi dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan dan hidup yang lebih baik sehingga kota menjadi sangat padat. Urbanisasi besar-besaran yang terjadi mengakibatkan semakin padatnya penduduk di pusat kota sehingga antara tahun 1800an dan l900an populasi urban di Eropa meningkat menjadi 300-400% lebih banyak. Kota yang semakin padat oleh pendatang dari desa memunculkan masalah kualitas hidup yang memburuk karena kurangnya pemukiman, air bersih, timbul wabah penyakit, harga melambung tinggi, kesenjangan sosial, polusi udara yang meningkat, dll. Kondisi kota dan lingkungan yang buruk menginspirasi Howard untuk memikirkan mengenai suatu kota yang ideal bagi masyarakat. Inspirasi ini mencapai puncaknya pada saat Howard membaca sebuah novel karangan novelis Amerika, Edward Bellamy pada tahun 1888. Novel yang berjudul Looking Backward tersebut bercerita mengenai seorang Boston yang memiliki suatu keberuntungan untuk dapat tidur dari tahun 1887 dan bangun dari tidurnya pada tahun 2000. Pada saat bangun, ia berada pada suatu kondisi masyarakat yang dikelola secara terpusat. Sektor industri dikelompokkan dan dikelola oleh satu pemerintah. Distribusi barang dikelola oleh sebuah department store yang memiliki cabang di setiap kota dan masyarakat pedesaan menjual semua barang hasil produksi negara tersebut. Di negara tersebut tidakjada kemiskinan dan pengangguran dan setiap orang menerima jumlah gaji yang sama. Novel ini merujuk pada suatu pergerakan nasionalisasi dan pemusatan. Novel ini menginspirasi Howard hanya dari segi kemunculan suatu kondisi ideal bagi masyarakat. Howard tidak setuju dengan prinsip nasionalisasi yang dikemukakan Bellamy karena Howard tidak yakin bahwa nasionalisasi dapat menyelesaikan masalah kegiatan industri di Inggris pada saat itu. Howard mengemukakan bahwa sistem yang harus dianut adalah desentralisasi yaitu penyerahan kewenangan bagi setiap bagian kota untuk dapat mengatur sistemnya sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Howard lebih mengedepankan prinsip-prinsip keseimbangan sosial masyarakat untuk komunitas barunya. Kondisi kemiskinan, lingkungan buruk, dan masalah lainnya SPPWK - VI
II - 22
yang timbul di kota-kota besar yang mengalami industrialisasi telah menimbulkan reaksi besar di bidang perencanaan kota. Pada saat itu, muncul para pernikir humani's yang mengkritisi kondisi sosial masyarakat perkotaan yang buruk. Howard merupakan salah satu tokoh yang berpengaruh pada perkembangan teori perencanaan kota yang pada saat itu bercirikan hubungan sosial yang lebih baik dalam masyarakat di daerah pemukiman dan pemikiran mengenai perlunya bangunan untuk kegiatan bersama dalam sebuah pemukiman. Howard memulai idenya mengenai community living dengan menerbitkan dalam sebuah buku yang berjudul Tomorrow: A Peaceful Path to Real Reform pada tahun 1898 dan dicetak kembali _pada tahun 1902 dengan judul Garden Cities of Tomorrow. Pernyataan Howard mengenai community living didasarkan pada masyarakat yang harus berhenti bermigrasi ke kota yang sudah padat dan masyarakat dapat memperoleh kualitas hidup yang lebih baik yang didukung dengan kondisi lingkungan yang baik pula. Prinsip garden city secara ideologi adalah menciptakan sebuah komunitas sebagai jawaban dari masalah pemukiman dan industri pada zaman tersebut. Komunitas ini merupakan bentuk sistem desentralisasi sehingga ingin dicapai sebuah swasembada dalam bidang pangan dengan menyediakan agricultural belt dan pengaturan sektor industri untuk dapat memenuhi kebutuhan para penghuninya secara mandiri. Ide Howard dalam bentuk diagram yang secara fisik menjelaskan tentang konsep garden city yang dipisahkan oleh green belt dan dihubungkan dengan sistem transportasi menjadi inspirasi para perencana kota dan lingkungan. Ide Howard mengekpresikan dengan baik skala kawasan yang mengintegrasikan masyarakat dan alamnya. Konsep yang dikemukakan oleh Howard ini menjadi titik balik dan memberikan pengaruh besar bagi perencanaan kota di Inggris. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya perencanaan kota-kota di Inggris yang direncanakan menurut konsep garden city. Konsep ini tidak hanya menyebar di Inggris saja tetapi menyebar sampai ke negara lain sebagai sebuah konsep baru dalam perencanaan urban. b) Prinsip Desain Garden City Howard membuat ilustrasi mengenai pernyataannya dengan beberapa diagram. Diagram yang pertama adalah diagram tiga magnet. Magnet yang pertama adalah sebuah kota dan magnet yang kedua adalah sebuah pedesaan. Howard menganalisa keuntungan dan kerugian dari dua magnet tersebut dan memunculkan magnet ketiga yang merupakan gabungan dari keuntungan kota dan pedesaan secara ekonomi dan sosial. Magnet ketiga berfungsi sebagai sebuah komunitas baru yang memiliki standard gaji yang cukup tinggi, harga sewa rumah yang rendah, keindahan alam, kondisi rumah yang baik beserta tamannya dan juga adanya suatu kebebasan dan sifat kooperatif (kerja sama). Tujuan dari tiga magnet ini adalah menciptakan keterpaduan dan keseimbangan kota dan desa, dengan masing-masing tetap mempertahankan identitasnya yang khas. Howard menyebut magnet ketiga ini sebagai garden city karena garden city merupakan senyawa dari desa dan kota seperti yang SPPWK - VI
II - 23
diungkapkan Howard “Town and Country must be married, and out of this joyous union will spring a new hope, a new life, a new civilization " Diagram kedua menggambarkan mengenai bentuk dari garden city (Gambar 1.2). Setiap garden city merupakan bagian yang dibentuk seperti circular pie yang memiliki pusat kota. Pusat kota yang disebut central park ini terdiri dari taman seluas 59 ha yang dikelilingi oleh town hall, museum, teater, rumah sakit, perpustakaan, dan lecture hall. Di central park juga terdapat crystal palace yang merupakan tempat yang menjadi pusat penjualan dan distribusi barang. Hal ini merupakan salah satu bentuk pertentangan dengan ide Bellamy yang membuat satu pasar swalayan besar sebagai pusatnya. Howard mengusulkan untuk mnyeimbangkan antara individualisme dan pemusatan. Howard mengusulkan bahwa akan ada banyak toko~toko tetapi hanya satu toko untuk satu kategori barang. Satu garden city ini memiliki populasi maksimal sebanyak 32000 orang. Circular pie terbagi menjadi 6 bagian atau yang disebut Howard sebagi ward Setiap ward ini memiliki populasi 5000 orang. Unit dasar yang berada di wara' ini adalah kehidupan keluarga yang memiliki rumah dikelilingi oleh taman. Pola pemukiman yang terbentuk adalah pola terpusat (centralized). Taman dan area publik yang membentuk pusat pemukiman disebut dengan grand avenue. Jalan-jalan di grand avenue dibuat dengan menggunakan konsep tree-lines street dan juga taman seluas 50 ha untuk mendukung banyaknya taman yang ada di garden city ini. Di tengah grand avenue ini merupakan institusi yang paling penting yaitu sekolah. Sekolah ini dapat berfungsi sebagai tempat bertemu...atau bahkan sebagai tempat ibadah. Dari segi transportasi, untuk satu ward Howard membuat jarak tempuh dari hunian dan fasilitasnya berdasarkan pada jarak orang berjalan kaki. Prinsip ini menciptakan sebuah lingkungan yang nyaman bagi penghuni karena mudah dicapai. Prinsip utama lainnya dari garden city adalah agricultural belt yang berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pangan ini bertujuan untuk mencapai swasembada pangan bagi garden city. Agricultural belt ini juga berfungsi untuk memberi batasan kota yang jelas guna mencegah terjadinya penyebaran kota. Garden city merupakan salah satu bentuk pencegahan urbansprawl karena tujuan garden city adalah membuat masyarakat beraktifitas hanya di suatu area saja yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang menunjang sehingga tidak mencari area lain untuk ditinggali. Diagram keempat ini menggambarkan pertumbuhan dan' garden city. Bila populasi garden city sudah mencapai 32000 orang, akan dibentuk lagi garden city berikutnya dan begitu seterusnya sampai terbentuk social city yang memiliki centre city sebagai pusatnya. Jika hal ini terjadi, semua garden city ini dan pusat kota akan dihubungkan dengan jalan dan jalur kereta api untuk memudahkan akses para penghuni untuk berpindah tempat Howard menciptakan sistem ini agar hubungan antar kota dan area pertumbuhan di sekitamya dapat bersinergi dan berintegrasi dengan baik. Howard menggunakan diagram untuk mengkomunikasikan .idenya agar mudah dimengerti dan dapat disesuaikan pada saat penerapan pada lokasinya. Keseluruhan konsep yang dikemukakan oleh Howard merupakan terobosan SPPWK - VI
II - 24
baru dalam perencanaan kota pada waktu itu sehingga penerapannya pun segera dilakukan. Elemen-elemen Letchworth dan Welwyn Garden City sebagai sebuah penerapan Garden city yaitu : 1. Diiewati oleh jalur kereta api yang mendukung kegiatan pengiriman barang dan juga sebagai jalur transportasi warga dari dan ke Welwyn. 2. Welwyn Garden City dikelilingi oleh agricultural belt guna memenuhi kebutuhan pangan dari warganya dan mencapai swasembada pangan seperti prinsip ideologi dari garden city. 3. Terdapat town centre dan taman yang terletak di bagian tengah dari Welwyn Garden City yang berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat. 4. Di beberapa bagian dari pemukiman, terdapat sekolah yang merupakan institusi terpenting di tiap bagiannya. 5. Pabrik dan kegiatan industri diletakkan di dekat area pinggiran kota tetapi dekat dengan stasiun kereta untuk mempermudah perpindahan barang. Pabrik dan industri ini juga dimaksudkan untuk mencapai swasembada industri agar menjadi kota yang mandiri. Untuk area pemukiman, rumah-rumah yang ada merupakan rumah tunggal dan rumah gandeng. Mayoritas yang digunakan merupakan rumah tunggal. Untuk pola jalan di area pemukiman, Welwyn Garden City menerapkan pola jalan kuldesak Keuntungan dari penggunaan jalan kuldesak ini antara lain: 1. Menciptakan kondisi yang lebih aman bagi anak-anak karena ruang gerak bagi kendaraan sempit. 2. Menciptakan interaksi antar warga 3. Menyediakan identitas lokal bagi warga sekitar 4. Memaksimalkan penggunaan lahan 9) Compact City Compact city adalah suatu konsep desain dan perencanaan perkotaan yang terfokus terhadap pembangunan berkepadatan tinggi dengan penggunaan yang beragam dan bercampur jadi satu dalam suatu lahan yang sama untuk mengefisienkan lahannya semaksimal mungkin. Compact city pertama kali dicetuskan oleh George Dantzig dan Thomas L. Saaty yang merupakan matematikawan yang memiliki sebuah pikiran mengenai bagaimana cara untuk menggunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin. Pemikiran tersebut lalu menginspirasi banyak perencana untuk membuat rencana kota yang jauh lebih efisien. Konsep compact city didasarkan kepada sistem transportasi publik yang efisien dan memiliki wajah perkotaan yang lekat dengan banyaknya jalur pejalan kaki dan sepeda. Konsep ini mengusahakan agar sesedikit mungkin penggunaan kendaraan bermotor yang menghasilkan polusi dan menghabiskan banyak energy. Selain itu, konsep ini meminimalkan jarak tempuh sehingga ketergantungan akan kendaraan bermotor akan berkurang. Dengan begitu kehidupan yang lebih ramah lingkungan dapat tercapai. Compact City lebih mengutamakan diri terhadap Sistem Transportasi Umum yang efisien, dimana termasuk kedalamnya aktivitas pejalan SPPWK - VI
II - 25
kaki dan juga bersepeda (yang membuat urban people tidak terlalu bergantung pada penggunaan kendaraan), lalu diikuti oleh penggunaan energy secara tepat (rendah dan tidak berlebihan) dan juga pengurangan polusi. Compact City sendiri merupakan tanggapan terhadap Urban Sprawl yang lahir akibat ketergantungan pada pemakaian kendaraan seperti mobil. Sebagai konsep tata ruang fungsional, compact city sesungguhnya merupakan tipikal kota-kota lama di Eropa (Le Clercq dan Hoogendoorn 1983 dalam Roo, 2003) yang mempunyai prinsip-prinsip: (1) Menekankan kota dan lansekap; (2) Pembangunan ditambahkan pada struktur yang telah ada; (3) Mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam tingkat bagian wilayah kota; (4) Menyebarkan fasilitas dalam rangka membatasi lalu lintas dan meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk; (4) Pembangunan dengan kepadatan tinggi; serta (5) Penekanan pada transportasi umum. Dalam konteks inilah konsep compact city dianggap sebagai jawaban terhadap gejala urban sprawl yang dewasa ini telah menjadi gejala global. Manfaat compact city dibandingkan dengan urban sprawl, adalah (Burton, 2001): 1. Kebergantungan yang lebih kecil pada kendaraan bermotor sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah. 2. Pengurangan konsumsi energi. 3. Pelayanan transportasi umum yang lebih baik. 4. Peningkatan aksesibitas secara keseluruhan. 5. Penggunaan kembali (re-use) prasarana dan lahan yang telah dibangun. 6. Regenerasi kawasan perkotaan dan vitalitas perkotaan. 7. Kualitas hidup yang lebih tinggi. 8. Preservasi ruang terbuka hijau. 9. Penciptaan lingkungan untuk meningkatkan kegiatan bisnis dan perdagangan. Strategi compact city mencakup struktur dan pola ruang kota yang memberikan prioritas jelas terhadap compactness, blok besar/ruang terbuka/jalur hijau yang melengkapi lingkungan perkotaan, penekanan yang kuat terhadap pengembangan yang bersifat pengisian (infill), intensifikasi dan penggunaan yang lebih efisien untuk lahan-lahan terlantar di kawasan inti kota berupa percampuran serta integrasi berbagai fungsi. Dalam hal ini yang menjadi argumen kunci compact city adalah sistem transportasi yang berorientasi pada angkutan umum, mencegah penggunaan kendaraan bermotor serta membatasi jumlah perjalanan komuter. (Marcotullio, P.J. 2001). 10) Pemanasan Global Menurut Muhi (2011) pada dasarnya global warming merupakan fenomena peningkatantemperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yangdisebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida(N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi. 1. Penyebab Terjadinya Pemanasan Global (Global Warming) Adapun penyebab terjadinya pemanasan global (global warming) adalah antara lain : SPPWK - VI
II - 26
a. Gas-gas rumah kaca di dalam atmosfer Sejak revolusi industri abad ke 18 atmosfer dimanfaatkan sebagai kawasan buangan asap untuk kegiatan industri, transporatasi dan kegiatan manusia lainnya. Menurut Murdiarso (2003), konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer pada sat itu baru sebesar 290 ppmv (part pef milion by volume). Saat ini telah mencapai sekitar 350 ppmv. Gas rumah kaca menciptakan efek rumah kaca alami, dimana tanpa itu temperatur bumi akan menjadi kira-kira 30C (54 F) lebih rendah, sehingga bumi tidak dapat ditempati. Di bumi, gas-gas alami rumah kaca adalah uap air yang menyebabkan kira-kira 36-70% efek rumah kaca; karbondioksida (CO), yang menyebabkan 9-26%; metana (CH), yang menyebabkan 4-9%; dan ozone yang menyebabkan 3- 7% terjadinya efek rumah kaca. b. Umpan balik Efek dari penguatan iklim dipersulit oleh berbagai macam proses umpan balik, dimana saat COdisuntikkan ke dalam atmosfer menyebabkan pemanasan atmosfer dan permukaan bumi, sehingga mengakibatkan lebih banyak uap air yang diuapkan ke atmosfer. Dan uap air itu sendiri bertindak sebagai gas rumah kaca. Proses umpan balik penting lainnya adalah umpan balik ice-albedo, dimana COdalam atmosfer meman askan permukaan bumi dan menyebabkan mencairnya es di dekat kutub. Ketika es mencair, daratan atau perairan terbuka terkena imbasnya. c. Variasi sinar matahari Variasi dalam output sinar matahari, yang diperkuat oleh umpan balik awan, dapat memberikan kontribusi pada pemanasan seperti yang sekarang terjadi. Selanjutnya Kodra (2004), mengidentifikasikan penyebab terjadinya pemanasan global (global warming), oleh karena pelbagai pencemaran yang kompleks. Dan penyumbang terbesar adalah karbondioksida, nitrogen oksida, metana dan chlorofluorokarbon. Meningkatnya konsentrasi ketiga gas pertama (karbondioksida, nitrogen oksida dan metana) sebenarnya merupakan konsekuensi adanya peningkatan pertambahan penduduk bumi. Sedangkan meningkatnya konsentrasi gas terakhir chlorofluorokarbon (CFCs) semata- mata karena makin meningkatnya kebutuhan tersier manusia seperti alat pendidikan (kulkas), AC, plastik dan lainlain. Padahal dalam jangka panjang, justru gas CFCs inilah yang sangat membahayakan. Gas-gas tersebut memiliki sifat seperti kaca yang meneruskan radiasi gelombang pendek atau cahaya matahari, tetapi menyerap dan memantulkan radiasi gelombang panjang atau radiasi balik yang dipancarkan bumi yang bersifat panas, sehingga suhu atmosfer bumi makin meningkat. Berada di bumi yang diliputi gas tersebut seperti ada di dalam rumah kaca dan pengaruh yang ditimbulkannya dikenal dengan efek rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global serta perubahan iklim. Sumber yang menyumbang paling besar terhadap terjadinya efek rumah kaca berasal dari pembakaran energi fosil, seperti minyak, gas alam dan batubara (Sudharto P Hadi, 2007). Faktor lain yang menyebabkan terjadinya pemanasan global adalah adanya kerusakan hutan, akibat dibukanya lahan hutan baik untuk tempat pemukiman, SPPWK - VI
II - 27
untuk ladang pertanian maupun kegiatan ekonomi lainnya. Menurut laporan Bank Dunia, dewasa ini tiap tahun 10 sampai 20 juta hektar hutan tropis hancur. Sedangkan di Indonesia setiap tahun sekitar 600 ribu sampai 2,5 juta hektar hutan tropis musnah. Hal tersebut sangat mengkhawatirkan, mengingat hutan tropis dianggap sebagai paru-paru bumi yang mampu mensirkulasi dan mentrasformasi karbon dioksida menjadi oksigen. 2. Dampak Pemanasan Global (Global Warming) Beberapa dampak yang diakibatkan oleh pemanasan global (global warming), dapat diinventarisasi, antara lain sebagai berikut : a. Munculnya gelombang panas di berbagai belahan dunia Telah menimbulkan korban ribuan umat manusia di seluruh muka bumi. Menurut data, tahun 2003 Eropa telah dilanda gelombang panas dengan korban jiwa 35 ribu orang. Di India (Andhra Pradesh) pada tahun yang sama, dengan temperatur 50C menyebabkan kematian 1.400 orang. Musim panas ini, banyak kota di Amerika Serikat yang suhunya mencapai 100F atau di atas. 200 warga kota di barat dan timur mengalami hal yang sama, termasuk New Orleans. b. Adanya Badai atau Angin Topan Juli tahun 2005 terjadi badai di Karibia, yang pertama datang dari Yucatan, menimbulkan kerusakan termasuk kilang minyak lepas pantai. Kemudian disusul badai Katrina yang menghantam Florida yang menyebabkan terbunuhnya banyak orang serta menyebabkan kerugian bermilyar- milyar dolar. Ada lagi badai lain yang lebih kuat yaitu Winston Churchill yang akan menghantam Inggris dan mereka harus bersiap menghadapinya, namun kenyataannya banyak orang tidak percaya dan tidak sabar. c. Banjir Beberapa kota di Eropa mengalami bencana banjir, yang sepertinya tidak lazim terjadi. Dalam satu dekade terakhir, kota-kota besar terkenal di Eropa yang terkenal sistem dainasinya baik, kini tidak lagi bebas banjir. Sistem drainasi yang telah dirancang menanggulangi banjir itu, ternyata tak mampu menampung air bah yang menerjangnya. London, Roma dan Berlin, ketiganya kota tua yang amat baik drainasinya, kini sering dilanda banjir. Bahkan Toronto Kanada, yang selama ini aman banjir, sering dilanda air bah. Banjir terus melewati Aisa, Bombay India, hanya dalam kurun 27 jam dan banyak kota di India yang tidak selamat. Dan juga melewati Cina. d. Kekeringan Pemanasan global tidak saja mengakibatkan paradoks itu saja (banjir), namun juga kekeringan pada saat yang sama. Salah satu alasannya adalah adanya kenyataan bahwa pemanasan global (global warming) tidak hanya terjadi secara mendunia, melainkan juga merelokasi presipitasi/curah hujan dan sebagiaan besar di fokuskan di Afrika, Mesir dan Sahara. Tragedi kekeringan oleh karena tidak adanya curah hujan, yang tidak dapat dipercaya telah terjadi di Darfur dan Nigeria. Bencana lain yang juga tidak terkirakan SPPWK - VI
II - 28
sebelumnya adalah mengeringnya Danau Chad pada tahun 1963, sebagai salah satu danau terbesar di dunia. e. Mencairnya Es di Kutub Dahulu orang berpikir bahwa es yang ada di kutub akan dapat bertahan dari pemanasan global (global warming) selama 200 tahun. Namun kenyataannya sangat mengejutkan, karena kehancuran yang terjadi sedemikian cepat, hanya dalam kurun waktu 35 hari saja. Padahal gunung dan kutub berperan penting dalam menstabilkan musin dan ekologi bumi. Penyebabnya antara lain adanya penguapan tanah secara dramatis dalam peningkatan temperatur. 90% sinar matahari yang mengenai es dipantulkan kembali ke angkasa seperti kaca, namun ketika sinar matahari mencapai permukaan air laut, semuanya diserap yang menyebabkan air menjadi hangat, dan dampaknya akan mempercepat pencairan es. Hal ini berdampak pada bagi beruang kutub yang sangat tergantung pada keberadaan es sebagai tempatnya berpijak. Para ilmuwan mendapatkan bukti bahwa mereka harus berenang sejauh 60 mil untuk menemukan daratan, tapi mereka tidak menemukannya. f.Terjadinya Kenaikan Permukaan Air Laut Kondisi ini juga dipengaruhi oleh adanya pencairan es di kutub yang mengakibatkan menaikkan permukaan air laut. Cina, Asia Selatan dan Asia Tenggara mempunyai garis pantai paling padat di dunia dengan kepadatan penduduk 2.000 jiwa per-km. Di Bangladesh, misalnya, kenaikan satu meter permukaan air laut akan menggenangi wilayah seluar 4 juta ha dan 15 – 20 juta manusia kehilangan mata pencaharian. Sedangkan di India pada kasus yang sama, 600.000 ha tanah terendam air laut dan 7 juta manusia harus mengungsi. Juga di Indonesia diperkirakan akan kehilangan 3,4 juta hektar. Selanjutnya di Mesir adalah negeri paling parah terkena dampak naiknya permukaan air laut, meski air laut naik hanya 1 meter. Daerah subur di lembah sungai Nil seluas 2 juta ha yang jadi tulang punggung pertanian negeri piramid itu musnah. Sisanya 10.000 hektar lahan produktif tercemar garam dan tergerus erosi. Delapan sampai 10 juta jiwa harus diungsikan, termasuk semua penduduk Alexandria. Kerugian paling besar adalah hilangnya kota Alexadria sebagai kota andalan wisata Mesir. g. Perubahan iklim yang tidak menentu Perubahan iklim di negeri kita telah dirasakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Musim kemarau dengan panas sangat menyengat, hujan terlambat datang dan jika tiba, curahnya sangat tinggi sehingga menimbulkan banjir. Kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan bagi seorang petani. Seharusnya sudah harus musim tanam, ternyata belum dapat dilaksanakan oleh karena musim panas/kemarau terlalu panjang. Atau seharusnya sudah tidak turun hujan, tetapi ternyata di sana-sini masih ada hujan sehingga para petani gagal panen karena padi yang siap panen terendam air. h. Peningkatan suhu panas global mencapai 3 – 4 derajat celcius Ini dapat dirasakan sebagai akibat dari efek rumah kaca, tidak menentunya perubahan iklim serta rusaknya hutan tropis di Indonesia. Menurut data Bank Dunia, di Indonesia setiap tahun sekitar 600 ribu sampai 3,5 juta hektar hutan SPPWK - VI
II - 29
tropis musnah (Suara Merdeka, 23-4-07). Pembukaan hutan tropis yang dijadkan tempat pemukiman dan lahan pertanian hingga mencapai 60%, lalu 4,5 juta hektar hutan ditebang dan dibakar hanya untuk membuat ladangladang sementara, sehingga hutan menjadi gundul memberikan sumbangan sebesar 25% dari total kenaikan emisi CO. Penggundulan hutan itu pada dasarnya merupakan pengikisan sumber oksigen terbesar di dunia yang jelas sangat pentng bagi kehidupan umat manusia dan seluruh makhluk hidup yang hidup di bumi ini. Pohon - pohon pada dasarnya berfungsi sebagai penyerap COdan mengubahnya menjadi oksigen melalui prose fotosintetis. (Todaro, 2000:519). Padahal hutan tropis berfungsi sebagai paru-paru dunia yang dapat mensirkulasi dan mentransformasi karbon dioksida menjadi oksigen. Dapat kita bayangkan kalau hutan tropis hancur, seluruh dunia akan terkena dampaknya. i. Peningkatan pencemaran udara/polusi Terjadinya kebakaran hutan di Kalimantan, Sumatera; peningkatan pemakaian motor/mobil di kota besar (emisi kendaraan); penggunaan energi yang berlebihan, dan pencemaran limbah produksi industri menyebabkan Terjadinya peningkatan pencemaran udara/polusi. Selanjutnya dikatakan oleh Todaro (2005) bahwa sumber-sumber utama pencemaran udara, merupakan sisi terburuk modernisasi yang mengancam kesehatan manusia adalah penggunaan energi secara berlebihan,emisi kendaraan dan pencemaran limbah produksi industri. Industrialisasi selalu meninggalkan buangan limbah, baik dalam bentuk emisi langsung maupun melalui pengubahan pola konsumsi dan perlonjakan permintaan terhadap barang-barang manufaktur. Pada umumnya produksi barang-barang manufaktur menimbulkan efek atau produk- produk sampingan yang berbahaya. Tanpa pemberlakukan pengawasan secara ketat maka pihak produsen akan terdorong untuk memilih cara yang murah (membuang limbah langsung melemparkannya ke saluran air, ke udara terbuka atau menimbunnya di dalam tanah) meskipun mereka menyadari dampaknya sangat berbahaya terhadap lingkungan hidup. Hal tersebut tidak dapat dihindari dan terutama terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, dengan seabrek problematikanya. 11) Kenaikan Permukaan Laut Ketinggian permukaan air laut senantiasa berubah-ubah. Hal ini berlaku secara lokal maupun seluruh pantai di muka bumi (global). Perubahan muka air laut bersifat lokal terjadi sebagai akibat dari pengaruh pengangkatan atau penurunan daratan yang hanya meliputi daerah yang sempit, sedangkan perubahan muka air laut global dapat disebabkan oleh adanya dua hal, yaitu: (1) pembekuan atau pencairan es secara besar-besaran di daerah kutub dan (2) daya tampung laut yang berubah, misalnya karena terjadi penurunan atau pengangkatan dasar laut yang luas, sehingga permukaan air laut berubah secara keseluruhan. Terlepas dari penyebab kenaikan muka air laut, maka untuk menghadapi risiko kenaikan muka air laut, diperlukan beberapa penanganan terhadap wilayah pesisir. Terkait dengan hal tersebut maka yang perlu dilakukan pengamatan SPPWK - VI
II - 30
terhadap estimasi kenaikan muka air laut yang ada sekarang, profil pantai di lokasi penelitian, letak posisi muka air laut sekarang, dan melalui kondisi yang ada sekarang maka dapat diestimasi posisi muka air laut di masa mendatang (Setyawan, 2009). Dalam jangka panjang, persoalan kenaikan muka laut akibat perubahan iklim global pun akan menjadi persoalan lingkungan yang penting, sehingga perlu diantisipasi sejak dini. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) telah memprediksikan kenaikan muka air laut hingga tahun 2100. Dalam laporan khusus (Special Report Emission Scenarios/ SRES) skenario A1B, di tahun 2090-an, permukaan laut global mencapai 0,22 - 0,44 m, atau meningkat sekitar 4 mm/tahun (Bindoff et al., 2007). Persoalan kenaikan muka laut berkaitan dengan perubahan garis pantai dan perubahan kondisi fisik lingkungan pantai. Gambaran perubahan garis pantai ini diketahui melalui analisis peta rupa bumi, citra landsat, dan survei geomorfologi di lapangan. Kobayashi (2003) menyatakan bahwa kenaikan muka air laut akan mengakibatkan hilangnya dataran di dekat pantai. Kondisi naiknya permukaan laut juga akan memberikan dampak perubahan pada kondisi lingkungan sekitarnya, terutama pada perubahan kedalaman kolom air di perairan pantai. Bertambahnya kedalaman akan mempengaruhi kekuatan gelombang yang menghempas ke pantai. Semakin besar kekuatan gelombang yang menghempas pantai, maka semakin besar kecenderungan pantai tererosi dan pantai yang mengalami sedimentasi (akresi) bisa berubah menjadi abrasi (Setyawan, 2009). Peningkatan aktivitas manusiamengakibatkan terjadinya kenaikan kualitas dan kuantitas gas rumah kaca di atmosfer. Peningkatan ini memicu terjadinya peningkatan suhu global. Rata-rata suhu permukaan global telah meningkat sebesar 0,6 ± 0,2°C sejak akhir abad ke-19. Akibat terjadinya pemanasan global yang disebabkan oleh manusia, muka air laut mengalami peningkatan secara perlahan. Peningkatan muka laut global akan mencapai ketinggian 9-88 cm pada tahun 2100 dibandingkan tahun 1990 (Church et al . 2001). Global warming menyebabkan kenaikantinggi muka air laut, baik akibat ekspansi volume air laut karena naiknya suhu air laut, maupun mencairnya es glasier dan es di kutu butara dan selatan. Meskipun dampak kenaikan tinggi muka air laut hanya menjadi wacana dikalangan ilmuwan, tetapi setiap penduduk terutama yang tinggal di daerah pantai harus tanggap akan risiko terhadap penurunan kualitas kehidupan di lingkungan pantai akibat naiknya tinggi muka air laut. Sementara itu, berbagaihasil studi perubahan iklim menunjukkan bahwa potensi kenaikan tinggi muka air laut akan bervariasi dari 60cm sampai 100cm, sampai dengan tahun 2100 (BAPPENAS 2010).Kenaikan tinggi muka laut (TML) secara gradual akibat pemanasan global merupakansalah satu aspek yang paling kompleks dari efek pemanasan global, dengan akselerasi tingkat kenaikannya seiring dengan semakin intensifnya progres pemanasan global. Kenaikan TML mempertinggi risiko terjadinya erosi, perubahan garis pantai dan mereduksi daerah wetland disepanjang pantai. Sebagai tambahan, tingginya gelombang laut pada fase El Nino dan La Nina akan mempertinggi intensitas erosi danabrasi, dengan tingkat kerusakan yang tinggi. Pada akhirnya, dengan intensitas El Nino SPPWK - VI
II - 31
dan La Nina yang semakin tinggi, dapat mengakibatkan tingkat perubahan garis pantai yang semakin tinggi pula, meskipun tingkat kenaikan TML hanya 1 cm/tahun (KLH 2007). Wilayah yang paling merasakan dampak dari kenaikan muka air laut adalah wilayah pesisir. Di wilayah ini setidaknya 60% manusia melakukan aktivitasnya. Manusia melakukan aktivitas diwilayah pesisir dikarenakan berbagai hal, diantaranya yaitu kesuburan daerah delta, ketersedian bahan makanan, dan akses transportasi (Vellingga dan Leatherman 1989). 12) Land Subsidence Penurunan tanah (land subsidence) merupakan suatu fenomena alam yang banyak terjadi d i k o t a – k o t a b e s a r y a n g b e r l o k a s i d i s e k i t a r p a n t a i a t a u d a t a r a n a l l u v i a l , s e p e r t i J a k a r t a , Semarang, dan Surabaya. Penurunan tanah berhubungan dengan fenomena – fenomena alam danlingkungan yang dibangun manuasia seperti terjadinya banjir, intrusi air laut, perubahan aliran sungai, dan penataan konstruksi bangunan yang nota bene bersifat destruktif. Penurunan tanah (land subsidence) merupakan suatu fenomena alam yang banyak terjadid i kota – k o t a b e s a r y a n g b e r l o k a s i d i s e k i t a r p a n t a i a t a u d a t a r a n a l l u v i a l , s e p e r t i J a k a r t a , Semarang, dan Surabaya. Penurunan tanah berhubungan dengan fenomena – fenomena alam danlingkungan yang dibangun manuasia seperti terjadinya banjir, intrusi air laut, perubahan aliransungai, dan penataan konstruksi bangunan yang nota bene bersifat destruktif. A. Faktor penyebab terjadinya penurunan tanah (Land Subsidence) a. Faktor Alami Penurunan tanah alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah, biasanya terjadi didaerah yang berkapur (Whittaker and Reddish, 1989). Berbagai penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi: 1. Siklus geologi. 2. Sedimentasi daerah cekungan (sedimentary basin). 3. Adanya rongga diabawah permukaan tanah sehingga atap rongga runtuh dan hasil runtuhan atap rongga membentuk lubang yang disebut sink hole. 4. Adanya aktifitas vulkanik dan tektonik. Konsolidasi alamiah lapisan tanah. 5. Gaya-gaya tektonik. 6. Ekstraksi gas dan minyak bumi. 7. Ekstraksi lumpur. 8. Patahan kerak bumi. 9. Konstraksi panas bumi di lapisan litosfer. b. Faktor Manusia Penurunan tanah paling sering disebabkan oleh aktivitas manusia, Berikut adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan penurunan tanah: SPPWK - VI
II - 32
1. Pengambilan air tanah yang berlebihan Bagi kebanyakan masyarakat terutama di kawasan industri air tanah merupakan pilihan yang paling disukai sebagai sumber kebutuhan air. Hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa pada musim kemarau jumlah air permukaan (sungai, danau, dan waduk) menyusut drastis dan sering diikuti dengan menurunnya kualitas air sampai pada tingkat layak dikonsumsi. Berbeda dengan gerakan air permukaan, gerakan air tanah jauh lebih lambat dari pada air permukaan sehingga air tanah yang dapat dimanfaatkan masih tersedia dalam jumlah cukup besar, bahkan selama musim kemarau berlangsung. Pengambilan air tanah secara berlebihan mengakibatkan penurunan tanah karena pemakaian sumur dalam. Dengan meningkatnya kebutuhan, baik untuk keperluan industri, pertanian, kebutuhan rumah tangga, perhotelan, perkantoran, pengambilan air tanah mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Konsekuensi yang dirasakan dalam bentuk penurunan tinggi permukaan air tanah yang pada gilirannya dapat menyebabkan terjadinya penurunan tanah (land subsidence) 2. Kegiatan Pertambangan Kegiatan penambangan dapat menimbulkan penurunan tanah seperti penambangan bahan galian baik padat seperti: batu bara, dan cair ataupun gas seperti : gas alam dan minyak bumi. Beberapa jenis penambangan , dan khususnya metode yang sengaja menyebabkan kekosongan diekstraksi akan menghasilkan penurunan permukaan. Pertambangan akan menyebabkan subsidence diinduksi relatif diprediksi dalam, manifestasi besarnya dan luasnya, Pertambangan akibat penurunan hampir selalu sangat lokal ke permukaan di atas area ditambang, ditambah margin sekitar luar. Besarnya vertikal penurunan itu sendiri biasanya tidak menyebabkan masalah, kecuali dalam kasus drainase (termasuk drainase alami) - melainkan adalah tekan permukaan terkait dan strain tarik, kelengkungan, miring dan perpindahan horisontal yang merupakan penyebab kerusakan terburuk untuk lingkungan alam, bangunan dan infrastruktur. Dimana kegiatan pertambangan direncanakan, pertambangan akibat penurunan dapat berhasil dikelola jika ada kerjasama dari semua stakeholder. Hal ini dicapai melalui kombinasi dari perencanaan tambang yang cermat, mengambil langkah-langkah pencegahan, dan melaksanakan perbaikan pasca-tambang. 3. Pendirian Bangunan Pendirian bangunan dapat mengakibatkan penurunan tanah. Terutama di kota-kota besar. Bangunan –bangunan, gedung –gedung perkantoran pencakar langit yang terletak di kota – kota besar dapat menimbulkan penurunan tanah. Contohnya Kota Jakarta dibangun di atas sedimen yang terdiri dari lempung terkonsolidasi, lumpur, gambut, dan pasir sangat rentan terhadap penurunan. Daerah seperti yang umum di daerah delta, dimana sungai mengalir ke lautan, di sepanjang dataran banjir yang berdekatan dengan sungai, dan di tanah rawa pesisir. Dalam pengaturan tersebut, SPPWK - VI
II - 33
subsidence adalah proses alami Sedimen disimpan oleh sungai dan lautan terkubur, dan berat yang melapisi, baru disimpan sedimen, compacts sedimen dan mereda materi. B. Dampak Dari Penurunan Tanah (Land Subsidence) Penurunan tanah menyebabkan banyak masalah termasuk: 1. perubahan elevasi dan kemiringan sungai, kanal, dan saluran air; 2. kerusakan jembatan, jalan, kereta api, badai saluran, selokan sanitasi, saluran, dan tanggul; 3. kerusakan bangunan swasta dan publik; 4. kegagalan casing baik dari kekuatan yang dihasilkan oleh pemadatan halus bahan dalam sistem akuifer. Di beberapa daerah pesisir, penurunan telah menghasilkan pasang pindah ke daerah dataran rendah yang sebelumnya diatas tingkat pasang tinggi. 13) Smart City Dewasa ini Konsep smart city banyak diangkat di Negara berkembang, khususnya dikota-kota besar, konsep ini muncul mengingat pentingnya suatu sistem yang saling terintegrasi dalam memanajemen pemerintahan khususnya, stackholder kehidupan perkotaan lain pada umumnya Smart City merupakan konsep general yang bergerak di berbagai lapisan kehidupan perkotaan, tidak hanya untuk kepentingan manajemen pemerintahan secara khusus saja. Pendidikan, perdagangan, pemasaran, kesehatan, transportasi dan berbagai macam sisi kehidupan diintegrasikan dalam suatu sistem manajemen yang semua tujuannya mengarah ke perbaikan kualitas pelayanan. Perencanaan Smart City adalah agenda global sebagai respon konseptual dan praktis terhadap berbagai krisis perkotaan di dunia yang semakin mengkhawatirkan, untuk mengembalikan hubungan antara manusia, ruang binaan dan ruang alami yang lebih harmonis, sehingga tidak saling menyakiti. Melalui Smart City, tujuan-tujuan pembangunan perkotaan berkelanjutan dapat dicapai secara sistematis dan bertahap dengan perspektif jangka panjang Smart city adalah sebuah impian dari semua kota-kota besar di seluruh dunia. Teknologi ini menggunakan sensor untuk mengambil berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota. "Sensor yang terpasang bermacammacam. Bisa berupa sensor kamera atau sensor dari media sosial seperti Facebook dan Twiiter. Semua itu bisa memberikan manfaat bagi pemerintah, pengusaha dan masyarakat dalam pengembangan layanan dan keamanan publik, dunia bisnis, dunia pendidikan, kesehatan dan lain-lain," ujar Prof. Dr. Ir. Suhono Harso Supangkat, dosen dan peneliti di Institut Teknologi Bandung (ITB). Smart city dapat didefinisikan menjadi 6 dimensi, yaitu smart economy, smart mobility, smart environment, smart people, smart living, dan smart governance. Enam dimensi itu berhubungan dengan teori regional dan neoklasik pertumbuhan dan pembangunan perkotaan tradisional. Secara khusus, dimensi tersebut didasarkan pada daya saing masing-masing daerah, seperti transportasi, ICT, ekonomi, sumber daya alam, social, pemerintahan, dan lain-lain. SPPWK - VI
II - 34
Smart city adalah sebuah impian dari hampir semua Negara di dunia. Dengan smart city, berbagai macam data dan informasi yang berada di setiap sudut kota dapat dikumpulkan melalui sensor yang terpasang di setiap sudut kota, dianalisis dengan aplikasi cerdas, selanjutnya disajikan sesuai dengan kebutuhan pengguna melalui aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai jenis gadget. Melalui gadgetnya, secara interaktif pengguna juga dapat menjadi sumber data, mereka mengirim informasi ke pusat data untuk dikonsumsi oleh pengguna yang lain. Konsep smart city: 1. Sebuah kota berkinerja baik dengan berpandangan ke dalam ekonomi, penduduk, pemerintahan, mobilitas, lingkungan hidup 2. Sebuah kota yang mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk jalan, jembatan, terowongan, rel, kereta bawah tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi, air, listrik, dan pengelolaan gedung. Dengan begitu dapat mengoptomalkan sumber daya yang dimilikinya serta merencanakan pencegahannya. Kegiatan pemeliharaan dan keamanan dipercayakan kepada penduduknya. 3. Smart city dapat menghubungkan infrastuktur fisik, infrastruktur IT, infrastruktur social, dan bisnis infrastruktur untuk meningkatkan kecerdasan kota. 4. Smart city membuat kota lebih efisien dan layak huni 5. Penggunaan smart computing untuk membuat smart city dan fasilitasnya meliputi pendidikan, kesehatan, keselamatan umum, transportasi yang lebih cerdas, saling berhubungan dan efisien. Konsep smart city awalnya diciptakan oleh perusahaan IBM. Sebelumnya berbagai nama sempat dibahas para ahli dunia dengan nama digital city atau smart city. Intinya smart city ini menggunakan teknologi informasi untuk menjalankan roda kehidupan kota yang lebih efisien. Versi IBM, smart city adalah sebuah kota yang instrumennya saling berhubungan dan berfungsi cerdas 14) Perubahan Iklim Dampak perubahan iklim global akibat pemanasan global (global warming) telah kita rasakan, misalnya: tidak jelas lagi kapan musim hujan dimulai dankapan berakhir. Banjir, tanah longsor, angin topandan kekeringan akan terus terjadi. Kenaikan suhuudara dan laut, pencairan salju dan es di beberapa daerah kutub serta kenaikan permukaan laut secara global. Pengertian Perubahan Iklim Global Iklim merupakan sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang, yang secara statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda dengan keadaan pada setiap saatnya (World Climate Conference, 1979). Sedangkan menurut Paulus Winarso (2007) iklim adalah rata-rata kondisi fisis udara(cuaca) pada kurun waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, musiman dan tahunan yang diperlihatkan dari ukuran catatan unsur-unsurnya (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin, dan sebagainya). Menurut Hidayati (2007) studi tentang iklim mencakup kajian tentang SPPWK - VI
II - 35
fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interaksi proses-proses fisik dan kimiafisik yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan bumi. Keduanya saling mempengaruhi, aktivitas atmosfer dikendalikan oleh fisiografi bumi, dan fluktuasi iklim berpengaruh terhadap aktivitas di muka bumi. Iklim selalu berubah menurut ruang dan waktu. Dalam skala waktu perubahan iklim akan membentuk pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan maupun siklus beberapa tahunan . Selain perubahan yang berpola siklus, aktivitas manusia menyebabkan pola iklim berubah secara berkelanjutan, baik dalam skala global maupun skala lokal. Menurut Kolaborasi Bali Climate Change (2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan pola perilaku iklim dalam kurun waktu tertentu yang relatif panjang (sekitar 30 tahunan). Sedangkan menurut Agus Winarso (2007) Perubahan Iklim Global adalah perubahan unsur-unsur iklim (suhu, tekanan, kelembaban, hujan, angin,dan sebagainya) secara global terhadap normalnya.. Ini bisa terjadi karena efek alami. Namun, saat ini yang terjadi adalah perubahan iklim akibat kegiatan manusia. Perubahan iklim terjadi akibat peningkatan suhu udara yang berpengaruh terhadap kondisi parameter iklim lainnya. Perubahan iklim mencakup perubahan dalam tekanan udara, arah dan kecepatan angin, dan curah hujan Berdasarkan letak garis lintang dan ketinggian, iklim dibedakan menjadi dua macam, yaitu iklim matahari dan iklim fisis. Iklim matahari didasarkan pada banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi. Daerah katulistiwa hingga kutub dibedakan beriklim : tropis, sub tropis, sedang, dan dingin. Iklim fisis merupakan pengaruh muka bumi yaitu lautan, luas daratan, relief muka bumi dengan lingkungan alam yang terdapat di wilayah tersebut, yaitu angin, dan curah hujan. Iklim fisis dibedakan : iklim laut, iklim darat, iklim dataran tinggi, iklim gunung/pegunungan dan iklim musim (muson). Iklim sangat besar pengaruhnya terhadap kehidupan seperti dalam bidang pertanian, transportasi / perhubungan, telekomunikasi, dan pariwisata.Pemahaman dan pengetahuan tentang iklim dapat digunakan untuk meminimkan risiko yang bakal terjadi. PERUBAHAN IKLIM GLOBAL Dewasa ini meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca (CO2, CH4, CFC, HFC, N2O), terutama peningkatan konsentrasi CO2, di atmosfir menyebabkan terjadinya global warming (peningkatan suhu udara secara global) yang memicu terjadinya global climate change (perubahan iklim secara global). Fenomena ini memberikan berbagai dampak yang berpengaruh penting terhadap keberlanjutan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya di planet bumi ini, di antaranya adalah pergeseran musim dan perubahan pola/distribusi hujan yang memicu terjadinya banjir dan tanah longsor pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau, naiknya muka air laut yang berpotensi menenggelamkan pulau-pulau kecil dan banjir rob, dan bencana badai/gelombang yang sering meluluhlantakan sarana-prasarana penopang kehidupan di kawasan pesisir. Perubahan iklim global sebagai implikasi dari pemanasan global telah mengakibatkan ketidakstabilan atmosfer di lapisan bawah terutama yang dekat dengan permukaan bumi. Pemanasan global ini disebabkan oleh meningkatnya gas-gas rumah kaca yang dominan ditimbulkan oleh industri-industri. SPPWK - VI
II - 36
a.Sumber Gas Rumah Kaca . Atmosfer bumi menerima radiasi elektromagnetik, termasuk cahaya matahari yang kasat mata ke permukaan, beberapa diantara sinar ini adalah gelombang pendek berenergi ringan diabsorbsi dan kembali dipantulkan sebagai panas dengan gelombang panjang. Panas yang tertahan di atmosfer menyebabkan efek rumah kaca yang alamiah. Apabila tidak ada panas yang terperangkap di atmosfer, permukaan bumi akan terlalu dingin untuk mendukung kehidupan di bumi dan semua air di bumi akan membeku. Atmosfer telah berubah secara perlahan selama empat juta tahun yang lalu. Telah terdapat siklus alamiah panas dan dingin berhubungan dengan fluktuasi tingkat gas karbon dioksida dan methan di atmosfer selama paling tidak sejak 160.000 tahun yang lalu. Pada waktu revolusi industri 200 tahun yang lalu, lebih banyak gas rumah kaca dimasukkan ke dalam atmosfer sebagai hasil aktivitas manusia, hal ini akan semakin meningkat pada tahun 1950an dan setelah itu terus meningkat. Beberapa gas rumah kaca yang diantaranya terbentuk karena aktivitas manusia adalah karbon dioksida (CO2), methan (CH4), nitogen oksida (N2O) dan klorofluorokarbon (CFCs). Meskipunpeningkatan temperatur selama 100 tahun terakhir sebagai hal yang tidak dapat dipertanyakan sebagai akibat aktivitas manusia, peningkatan yang luar biasa dari potensial pemanasan oleh gas rumah kaca akan berdampak pada perubahan ekologis. b.Distribusi Global Perubahan Iklim, Efek perubahan iklim akan tidak sama di semua tempat, misalnya tidak semua populasi penduduk mengalami risiko banjir di daerah pantai. Banjir karena serangan badai telah mengancam 50 juta penduduk setiap tahun. Apabila permukaan air laut naik setinggi setengah meter, maka angka ini dapat meningkat dua kalinya. Hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa gletser di Greenland telahmencair dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini akan membahayakan bagi masyarakat yang tinggal di daerah pantai yang rendah. Sebagai contoh jika permukaan air laut naik setinggi 1 meter, hal ini berdampak 1% tanah di Mesir; 6% tanah di Nederland; dan 17,5% tanah di Bangladesh akan tertutup air, serta hanya 20% tanah di Pulau Marshall yang terletak di atas permukaan air. Efek lain terhadap kesehatan manusia tidak didistribusikan secara merata. Efek pemanasan global terhadap lingkungan dan kesehatan tidak hanya karena distribusi yang tidak merata, melainkan juga tergantung dari kemampuan masing-masing negara yang terkena dampak untuk menangani perubahan tersebut. c. Efek Terhadap Kesehatan Manusia Walaupun efek perubahan iklim dan konsekuensi pemanasan global tidak dimengerti secara pasti, beberapa efek langsung terhadap pajanan peningkatan temperatur dapat diukur, seperti peningkatan kejadian penyakit yang berhubungan dengan kenaikan temperatur, peningkatan angka kematian karena gelombang udara panas seperti yang terjadi di Perancis tahun 2003. Kondisi iklim yang tidak stabil dapat juga menyebabkan peningkatan kejadian SPPWK - VI
II - 37
bencana alam, seperti badai, angin siklon puting beliung, kekeringan, dan kebakaran hutan, yang berdampak terhadap kesehatan fisik dan mental masyarakat yang terserang. Pola iklim yang terganggu juga menyebabkan efek tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Efek terhadap pola hujan yang meningkatkan bencana banjir dapat menyebabkan peningkatan kejadian penyakit perut karena efeknya pada sumber air dan penyediaan air bersih, penyakit malaria, demam berdarah dengue, chikungunya dan penyakit lainnya yang ditularkan melalui rodent seperti leptospirosis. Efek tidak secara langsung ini menjadi sangat serius pada daerah di dunia dengan penduduk miskin. Terdapat sejumlah penyakit yang diprediksi prevalensinya akan meningkat sebagai akibat perubahan iklim. WHO (2004) telahmengidentifikasi beberapa penyakit yang sangat besar kemungkinan karena perubahan iklim telah menyebabkan terjadinya wabah. Telah direkomendasikan memasang sistem peringatan dini untuk memonitor perubahan distribusi penyakit. Perubahan iklim dapat berpengaruh terhadap penyebaran penyakit malaria dengan cara: Peningkatan distribusi penyakit malaria, dimana saat ini epidemi malaria dibatasi oleh temperatur, sekarang mungkin terjadi di area yang baru; menurunkan distribusi karena daerah ini menjadi terlalu kering untuk nyamuk untuk secara cukup jumlahnya menularkan penyakit; Peningkatan atau penurunan bulan-bulan penularan; Meningkatkanrisiko wabah lokal di daerah dimana penyakit malaria diberantas tetapi vektor masih terdapat, seperti di Inggris atau Amerika Serikat. d.Perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan Konsekuensi perubahan iklim adalah tantangan signifikan terhadap lingkungan, ekonomi global dan kesehatan manusia, dengan perubahan yang mempengaruhi generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan sangat krusial dalam kerangka mitigasi yang sukses terhadap perubahan iklim. Tidak hanya generasi mendatang saja yang berada dalam ancaman bahaya, beberapa masyarakat diwilayah tertentu telah mengalami dampak perubahan iklim seperti pulau-pulau kecil dan beberapa negara sedang berkembang. Perubahan iklim tidak berdampak secara merata terhadap lingkungan dan berbagai penduduk di dunia. Amerika Serikat yang memproduksi 28% gas rumah kaca hanya mempunyai penduduk sebanyak 5% dari penduduk dunia. Kemampuan suatu negara atau wilayah untuk menangani perubahan iklim bergantung pada tingkat kekayaan, teknologi dan infrastukturnya. Negara dengan tingkat pendapatan menengah kebawah, tidak memiliki industri, transportasi, atau sistem pertanian yang intensif memiliki kemampuan terbatas untuk melindungi diri sendiri terhadap konsekuensi yang merusak dari perubahan iklim. Misalnya seperti kenaikan permukaan air laut akan mengancam Bangladesh dan pulau-pulau kecil di Samudra Pasifik. Sehubungan dengan hal itu, perubahan iklim merupakan tantangan untuk keadilan lingkungan dan kesehatan. Pemilihan untuk tidak menggunakan teknologi sering menjadi lebih SPPWK - VI
II - 38
mahal, teknologi dengan energi efisien menurunkan ketidakkeseimbangan dalam jangka waktu 2.2.3 Kriteria dan Sistem Evaluasi 2.2.3.1 Kriteria Kognitif Kriteria kognitif terkait dengan pemahaman dan penentuan tentang teoriteori yang patut dijadikan landasan perencanaan tata ruang wilayah suatu studi kasus, sbb: a. Tingkat pemahaman teori-teori yang: (i) tepat dijadikan landasan untuk menata fisik kota yang sehat dan berfungsi efektif untuk kegiatan produktif, istirahat dan rekreasi; (ii) tepat dijadikan landasan untuk merencanakan tata ruang wilayah kota yang pesat pertumbuhannya dan terbatas lahan daratannya, secara holistis, ekologis dan sistemik; (iii) tepat dijadikan landasan untuk merencanakan tata ruang lingkungan fisik perkotaan yang manusiawi berlandaskan tatanan non fisiknya seperti sosial,ekonomi, dan budaya; (iv) tepat dijadikan landasan untuk merencanakan kota dengan penekanan pada keindahan. b. Tingkat kemampuan eksplorasi karakteristik, potensi, keterbatasan, serta penentuan ketepatan peran, ufngsi dan posisi suatu wilayah studi kasus pilihan. c. Tingkat keakuratan, kedalaman dan keholitisan kompilasi data dan analisis. d. Tingkat kemampuan dan kreatifitas transfer hasil analisis dalam penyusunan skenario dan konsep perencanaan suatu studi kasus e. Tingkat kemampuan sosialisasi ide perencanaan pengembangan wilayah studi kasus pilihannya. 2.2.3.2 Kriteria Afektif a. Tingkat perkembangan kompetensi pola pikir dalam penataan ruang perencanaan pembangunan wilayah b. Tingkat perkembangan kemampuan kerjasama, diskusi, dan debat dalam PBM 2.2.3.3 Kriteria Psikomotorik a. Kemampuan pemetaan tata ruang wilayah b. kemampuan penggambaran diagram c. Kemampuan menyusun bahan presentase 2.2.4 Model-Model Analisis Usaha untuk pemecahan permasalahan tersebut sudah tentu tidak berdiri sendiri, melainkan saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Dalam usaha ini perlu dilakukan analisa dan perkiraan potensi perkembangannya dimasa yang akan datang dengan melakukan proyeksi. A. Kependudukan Metoda yang dapat dipergunakan memperkirakan jumlah penduduk dimasa yang akan datang antara lain : 1. Bunga Berganda 2. Regresi Linier SPPWK - VI
II - 39
3. Cohort Survival Method (CSM) 4. Polynomial Sedangkan untuk melihat perbandingan jumlah penduduk menurut struktur usianya (terutama usia pendidikan dan usia produktif) sebagai patokan untuk menghitung kebutuhan jumlah unit dan ruang fasilitas pendidikan dimasa mendatang, dapat dihitung dengan menggunakan "metoda Sparague". l.
Bunga Berganda Teknik ini menganggap perkembangan jumlah penduduk akan berganda dengan sendirinya. Rumus matematis bunga berganda adalah : Pt + n = Pt (1 + r)
n
Dimana : Pt = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun dasar t Pt+n = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t+n r = Rata-rata prosentase tambahan jumlah penduduk daerah yang diselidiki berdasarkan data masa lampau. 2. Regresi Linier Proyeksi jumlah penduduk dengan pendekatan statistik adalah dengan cara regresi linier. Teknik ini merupakan teknis secara grafis, dengan cara garis ekstrapolasi ditarik dengan metoda selisih kuadrat minimum. Secara matematis, garis regresi dinyatakan dengan persamaan : P = a + bx Dimana : P = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki x = Nilai yang diambil dari variabel bebas a,b = Konstanta Perhitungan konstanta diperoleh berdasarkan perhitungan : P = Na + b X
(1) 2
PX = a X + b X
(2) Persamaan (1) dan (2) memberi harga : 2
a=
SPPWK - VI
P X
- X XP
2 2 N X - ( X) II - 40
b=
N XP - X P 2 2 N X - ( X)
Dengan N = Jumlah tahun data pengamatan. Untuk kepentingan proyeksi, rumus regresi linier ditulis : Pt + n = a + b X t + n 3. Cohort Survival Method (CSM) Teknik perhitungan ini didasarkan pada selisih antara angka kematian dan angka tetap hidup berbagai kelompok umur, kelamin, dan lain-lain. Biasanya penduduk dikelompokkan menurut usia. Untuk mengetahui pertambahan keseluruhan, kelompok umur yang tetap hidup dijumlahkan. Untuk mengetahui laju pertambahan penduduk masing-masing kelompok umur, digunakan daftar kematian tiap-tiap kelompok umur, dan juga angka keseluruhan wanita tiap kelompok umur. Untuk tiap selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk diperhitungan dari : Jumlah wanita melahirkan pada tiap kelompok usia, Jumlah tetap hidup dengan menggunakan laju kematian pada tiap kelompok usia. Keuntungan dari teknik ini adalah hasil dari perkiraan penduduk berdasarkan kelompok umur, tetapi menuntut persyaratan kelengkapan data. Usaha pendistribusian penduduk dilakukan untuk dapat pula mengurangi tekanan di daerah yang sangat padat dengan memperhatikan kepadatan minimum dan dikaitkan dengan usaha pengembangan/pembagian fasilitas dan utilitas lingkungan. B. Analisis Ekonomi Jenis pendekatan yang dipergunakan pada analisis ini adalah Metoda Location Quotient (LQ), dengan rumus :
LQij =
Si/Ni S/N
=
Si/S Ni/N
Dimana : Si = Jumlah buruh industri i di daerah yang diselidiki. S = Jumlah buruh industri seluruhnya didaerah yang diselidiki. Ni = Jumlah buruh industri i di seluruh negara atau daerah yang lebih luas dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya.
SPPWK - VI
II - 41
N
= Jumlah seluruh buruh diseluruh negara atau daerah yang lebih luas dimana daerah yang diselidiki jadi bagiannya.
C.
Pengembangan Jaringan Jalan Pengembangan jalan ini berfungsi untuk menentukan kemudahan hubungan antar tiap-tiap pusat kegiatan, dimana hal yang perlu dinilai adalah : 1. Pengukuran Nilai Volume/Kapasitas (V/K) atau LHR (Lalu-lintas Harian Ratarata) 2. Penilaian Kondisi Jalan dan Prioritas Penanganannya 3. Penentuan Fungsi Jaringan Jalan 4. Pengukuran Aksesibilitas Untuk mengetahui kemudahan daya hubung atau aksesibilitas antara satu lokasi dengan lokasi lainnya, misalnya antara pusat pelayanan ke pemukiman, dapat digunakan beberapa cara yang mungkin akan digunakan adalah : * Nilai aksesibilitas A=
FKT d
Dimana : A = Nilai aksesibilitas F = Fungsi jalan K = Konstruksi jalan T = Kondisi jalan (baik,sedang,buruk). d = Jarak Asumsi yang digunakan dalam metoda ini adalah : relief topografi dianggap sama, selera/faktor sosial diabaikan, hanya ada satu jalan ke tempat yang dituju. * Indeks aksesibilitas
Ai =
Ej
b
dij
Dimana : Ei = Ukuran aktivitas (dapat digunakan antara lain jumlah penduduk usia kerja) dij = Waktu tempuh perjalanan antara daerah i dan j b = Parameter
SPPWK - VI
II - 42
Perhitungan parameter b, dilakukan dengan menggunakan diperoleh berdasarkan perhitungan : k=
grafik regresi linier,
T
P Dimana : T = Total individu trip P = Jumlah penduduk di seluruh daerah
Tij = k
PiPj P
Dimana : Tij = Hypothetical trip volume PiPj = Jumlah penduduk di daerah i dan j P = Jumlah penduduk seluruh daerah D. Tinjauan Terhadap Pola Penggunaan Lahan Pengukuran intensitas penggunaan lahan dapat mempergunakan metoda penentuan nilai : 1. Location Quotient (LQ) Untuk setiap penggunaan yang mempunyai nilai LQ>1 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan tersebut tinggi, Untuk setiap penggunaan yang mempunyai nilai LQ<1 menunjukkan bahwa intensitas penggunaan tersebut rendah 2. Dominasi kegiatan 3. Kajian mengenai kepadatan bangunan (KLB dan KDB saat ini) dan sempadan bangunan, yang dihubungkan dengan kebutuhan dimasa mendatang. E. Pola Penyebaran dan Penyediaan Fasilitas/Utilitas Tinjauan terhadap penyebaran dan penyediaan fasilitas perkotaan, dimaksudkan untuk mengetahui : kelengkapan dan tingkat pelayanan setiap fasilitas dan utilitas perkotaan, kemerataan pelayanan fasilitas dan utilitas perkotaan ke seluruh bagian wilayah kota atau blok peruntukan, hasil guna dan daya guna tiap-tiap jenis fasilitas dan utilitas perkotaan, kualitas pelayanan fasilitas dan utilitas. Tingkat pelayanan fasilitas umum adalah kemampuan suatu jenis fasilitas didalam melayani kebutuhan penduduknya. Dalam hal ini, fasilitas umum yang memiliki tingkat pelayanan 100 % mengandung arti bahwa fasilitas tersebut, memiliki kemampuan yang sama dengan kebutuhan penduduknya. Untuk mengetahui kelengkapan fasilitas umum suatu kota dihitung tingkat pelayanannya dengan rumus : SPPWK - VI
II - 43
T.Pij =
aij/bj
x 100%
Cis
Dimana : T.Pij = Tingkat Pelayanan Fasilitas i di kota j aij = Jumlah Fasilitas i di kota j bj = Jumlah Penduduk di kota j Cis = Jumlah Fasilitas i per satuan penduduk Menurut standar kota yang dipergunakan F. Analisis Perkiraan Kebutuhan Ruang Model yang digunakan dalam menentukan kebutuhan ruang kota ini adalah berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan sistem yang berlaku di Indonesia. Beberapa model standar yang dapat dipergunakan untuk memperkirakan kebutuhan ruang tersebut, antara lain : Pedoman standar lingkungan pemukiman kota (Puslitbang Pemukiman Departemen Pekerjaan Umum). Pedoman standar pembangunan perumahan sederhana. Peraturan Bangunan Nasional. Undang-undang Nomor 13 tahun 1980 tentang jalan (Departemen Pekerjaaan Umum Republik Indonesia). Peraturan Geometris jalan raya dan jembatan (Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 tahun 1985 tentang jalan (Direktorat Jenderal Bina Marga Departemen Pekerjaan Umum). G. Struktur Tata Ruang Analisis terhadap struktur tata ruang kota dilakukan untuk mengetahui pola tingkatan pusat-pusat kegiatan yang ada di dalam kota. Pengelompokan kegiatan dan fasilitas/utilitas perkotaan pada lokasi-lokasi tertentu memberikan fungsi tertentu pada lokasi tersebut, yaitu sebagai pusat-pusat pelayanan bagi kebutuhan penduduk kota. Pendekatan yang dilakukan adalah : Pengarahan dalam penempatan sarana sosial-ekonomi. Penilaian keterpusatan fasilitas pelayanan, hal ini bertujuan untuk mewujudkan pusat-pusat dan sub pusat pusat pelayanan sebagai penopang kegiatan kota pada bagian-bagian wilayah pelayanannya. Pendistribusian jumlah penduduk. Akasesibilitas antar setiap pusat dan sub pusat pelayanan yang dinilai. Adapun metodanya adalah : SPPWK - VI
II - 44
Centralitas Penentuan nilai indeks dari setiap faktor dalam penentuan pusat/sub pusat pelayanan Sistem pembobotan Skalogram Optimal location dengan sistem median, yang metodanya terdiri dari Algoritma Substitusi Verteks, Maranzana dan sebagainya. H.
Lahan Potensial dan Pengaturan Daerah Konservasi Konsep pengaturan daerah konservasi untuk kelestarian lingkungan dan untuk melindungi daerah-daerah sekitar sungai dan jalur hijau jalan utama, dilakukan berdasarkan hasil analisis keadaan fisik dasar (topografi, geologi dan soil, hidrologi, vegetasi, dan sebagainya), keadaan flora dan fauna dan peningkatan sejarah. Dari analisis ini dapat dihasilkan daerah yang dapat menampung berbagai kegiatan yang tidak merusak kelestarian lingkungan. Metoda yang dapat dipergunakan adalah dengan melakukan Analisis Tumpang Tindih (Super Impose) dari hasil-hasil analisis fisik dasar untuk memperoleh lahan yang dapat dikembangkan (daya dukung lahan). I. Analisis untuk Rencana Kebutuhan Investasi dan Sumber Pembiayaan Pembangunan Daerah 1. Perhitungan ICOR Perhitungan ICOR dilakukan dengan menggunakan masa tenggang satu tahun. Misalnya investasi yang dilakukan pada tahun 1993, rata-rata, rata-rata baru dapat menaikan pendapatan (PDRB = produk domestik regional bruto) pada tahun 1994. Perhitungan ICOR dilakukan dengan menggunakan rumus :
k= Dimana : k = It = Yt+1 =
It Yt+1
ICOR Investasi pada tahun t Peningkatan PDRB pada tahun t+1
2. Perkiraan PDRB dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Pendekatan Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan salah satu alat untuk mengetahui tingkat perkembangan daerah. Dikaitkan dengan jumlah penduduk, PDRB dapat mencerminkan tingkat pendapatan perkapita dari daerah bersangkutan akan memberikan gambaran laju pertumbuhan daerah. 3. Perhitungan Kebutuhan Investasi Kebutuhan investasi dihitung dengan menggunakan rumus : I = k.g.y SPPWK - VI
II - 45
Dimana : I = Jumlah investasi k = ICOR g = Laju pertmbuhan ekonomi y = Produk Domestik Bruto Regional (PDRB) 4. Perkiraan Sumber Pembiayaan Sektoral Dana pembiayaan pembangunan berupa proyek sektoral dari pemerintah pusat yang bersumber dari anggaran pembangunan APBN. Jadi ada kaitannya dengan anggaran pembangunan APBN. Untuk memperkirakan jumlah dana pembiayaan pembangunan proyek sektoral digunakan rumus : Dimana : SEKDt = jumlah dana proyek sektoral daerah pada tahun t. ELSEK = elastisitas dana proyek sektoral daerah terhadap nasional. APBN = peningkatan dana pembangunan dalam APBN. SEKDt-1 = jumlah dana proyek setoran untuk daerah pada tahun t-1. 5. Perkiraan Pendapatan Asli Daerah Dalam merencanakan dan memperkirakan pendapatan asli daerah dilakukan dengan memperhatikan komponen-komponen yang mempengaruhi pendapatan tersebut, disamping kecenderungan-kecenderungan pada tahuntahun yang lalu untuk komponen-komponen penerimaan/pendapatan yang kirakira sifatnya sama, pertama-tama akan digunakan rumus regresi : Yt = a + bXt Dimana : Yt = Jumlah pendapatan pada tahun t a = Konstanta b = Koefisien regresi Xt = Jumlah pendapatan komponen obyek pendapatan utama pada tahun t
SPPWK - VI
II - 46
2.2.5. Issu-Issu Strategis
SPPWK - VI
II - 47
SPPWK - VI
II - 48
SPPWK - VI
II - 49
SPPWK - VI
II - 50
SPPWK - VI
II - 51
SPPWK - VI
II - 52
SPPWK - VI
II - 53
SPPWK - VI
II - 54
SPPWK - VI
II - 55
SPPWK - VI
II - 56
SPPWK - VI
II - 57
SPPWK - VI
II - 58
SPPWK - VI
II - 59
SPPWK - VI
II - 60
SPPWK - VI
II - 61
SPPWK - VI
II - 62
SPPWK - VI
II - 63
SPPWK - VI
II - 64
SPPWK - VI
II - 65
SPPWK - VI
II - 66
SPPWK - VI
II - 67
SPPWK - VI
II - 68
SPPWK - VI
II - 69
SPPWK - VI
II - 70
SPPWK - VI
II - 71
SPPWK - VI
II - 72
SPPWK - VI
II - 73
SPPWK - VI
II - 74
SPPWK - VI
II - 75
SPPWK - VI
II - 76
SPPWK - VI
II - 77
SPPWK - VI
II - 78
SPPWK - VI
II - 79
SPPWK - VI
II - 80