BAB 1V ANALISIS DAN HASIL
4.1
LATAR BELAKANG PERUSAHAAN RTV adalah singkatan dari Rajawali televisi. Berdiri sejak 1 November
2009 di Jakarta dulunya bernama B-Channel adalah sebuah stasiun Televisi swasta yang di miliki oleh Pengusaha Peter Sondakh pemilik Rajawali Corpora. Kemudian berubah nama menjadi RTV (Rajawali Televisi) diresmikan oleh Susilo Bambang Yudhoyono yang saat itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia pada Tanggal 3 Mei 2014, di Jakarta convention Center-senayan. Saat ini RTV sudah memegang izin siaran Nasional dengan diperkuat dengan 31 stasiun TV berjaringan dari barat Indonesia sampai ke Timur Indonesia. RTV sebagai TV berjaringan memiliki Misi dan Visi yaitu: Visi : Dengan semangat inovasi, kami ingin berbagi nilai positif melalui produksi hiburan dan informasi akurat dengan tujuan untuk membangun masyarakat Indonesia yang maju. Misi : Menjadi Televisi Nasional yang menayangkan sederet program berkualitas terbaik yang kreatif, menghibur sekaligus mencerdaskan pemirsa Indonesia. Daerah di Indonesia yang dapat dijangkau Oleh RTV antara lain dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.1 Lokasi dan kanal TV jaringan RTV NO
Nama Propinsi / Kota
Channel / UHF
Frekuensi (Mhz)
1
Jakarta
23
487,25
2
Surabaya
38
607,25
3
Bandung
36
591,25
4
Medan
53
727,25
5
Semarang
57
759,25
45
http://digilib.mercubuana.ac.id/
6
Yogyakarta/Solo
55
743,25
7
Denpasar
51
711,25
8
Banjarmasin
48
687,25
9
Padang/Painan
61
791,25
10
Pekanbaru
40
623,25
11
Sekayu/Banyuasin
52
719,25
12
Lampung
44
655,25
13
Batam
55
743,25
14
Cikarang
61
791,25
15
Cirebon
40
623,25
15
Sukabumi
22
479,25
17
Pati
57
759,25
18
Malang
24
495,25
19
Palangkaraya
25
503,25
20
Pontianak/Kuburaya
50
703,25
21
Balikpapan
34
575,25
22
Poso
22
479,25
23
Gorontalo
48
687,25
24
Manado/Tonado
60
783,25
25
Singaraja
51
711,25
26
Mataram
54
735,25
27
Kupang
44
655,25
28
Ambon
44
655,25
29
Jayapura/Papua
44
655,25
30
Takalar
59
775,25
31
Palembang
58
767,25
Sumber webside rtv.co.id (Kota-kota yang sudah dapat menerima siaran RTV)
46
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Meskipun dapat dikatakan TV nasional pendatang baru, namun RTV sudah dapat di nikmati program siarannya di 31 kota termasuk kota Survei Riset Indonesia (SRI) di 10 kota besar Indonesia, yang mencoba bersaing dengan pemain lama seperti RCTI, SCTV, MNC, ANTV, IVM, TRANSTV,TRANS7,METROTV, TVONE, GLOBAL dan termuda NET dan KOMPASTV. Dari setiap stasiun televisi memiliki responden masing-masing, seperti yang telah dilakukan oleh Nielson Audience Measurement
Panel TAM (Survei
Kepemirsaan Televisi) di Indonesia saat ini mengukur 2.423 rumah tangga yang memiliki TV di 10 kota besar yaitu: Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek), Surabaya dan sekitarnya (Gerbangkertasusila), Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Yogyakarta dan sekitarnya (DIY Yogya + Sleman & Bantul), Palembang, Denpasar dan Banjarmasin. Panel utama ini hanya mengukur kepemirsaan TV terrestrial. Terpisah dari panel utama ini di Jakarta, terdapat 300 panel rumah tangga yang berlangganan TV Kabel (Pay TV panel). Dibawah ini susunan share pemirsa TAM Nielson. di Jabodetabek. Tabel 4.2 Share pemirsa 5-44 ABC
47
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.3 Share Pemirsa 15-34 ABC
Sumber : Research departemen RTV Jakarta Dari data Nielson di atas RTV dan pendatang Baru lainnya rantingnya masih dikisaran 2 hingga 4 urutan bawah. Namun tidak menutup kemungkinan akan masuk ke urutan 5 besar.
4.2 ANALISIS DAN HASIL Untuk merumuskan pengembangan strategis dalam Era siaran TV digital memerlukan langkah-langkah yang perlu disiati dan dicermati, karena memerlukan investasi yang besar dan belum jelas keberadaannya sehingga jangan sampai salah menetapkan strategi dan harus dipelajari terlebih dahulu. Dalam hal ini memerlukan penelitian dengan Menganalisis faktor-faktor kemungkinan yang ada, yaitu dengan melakukan analisis eksternal dan internal sehingga dengan hasil analisis tersebut akan dapat memastikan investasi yang sudah dilakukan akan mendapatkan profit yang besar sesuai dengan rencana Strategis perusahaan.
48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari pemerintah sendiri saat ini sedang mengkaji, seberapa jauh teknologi TV digital ini akan berkembang dan dapat diterima oleh penduduk Indonesia, dan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kominfo akan terus mengkaji, sehingga investasi yang sudah tatanan tidak dia-sia belaka, dan tidak membuat jera kepada penyelenggara multipleksing yang sudah berinvestasi untuk berkembangnya teknologi TV digital terutama kurun waktu 2015-2018. Yang rencananya siaran TV analog akan di swich-off dan berganti siaran TV digital di tahun 2018.
4.2.1 Analisis Eksternal Analisis Eksternal melalu penelitian ini meliputi hal berkenaan dengan situasi perusahaan dam hal ini mengacu dengan teori diatas seperti yang diungkapkan oleh David (2006), yang mana analisa eksternal tersebut dapat dilihat dari aspek-aspek (1) politik dan kebijakan pemerintah, (2) Perkembangan perekonomian, (3) perkembangan teknologi pertelevisian, khususnya di Indonesia. (4). Perkembangan Sosial dan budaya masyarakat. Dari hasil analisis Eksternal tersebut, maka akan terdapatlah peluang dan
ancaman yang
dapat menunjang atau menghambat
perkembangan teknologi Penyiaran di Indonesia dalam hal ini perkembangan berbasis TV digital, dan akan ada dampaknya pada perusahaan yang menjadi pengelola multipleksing dalam hal ini salah satunya adalah LPS-RTV. Berikut ini akan di uraikan aspek eksternal diatas sebagai berikut:
4.2.1.1 Aspek Kebijakan Pemerintah Dalam hal ini yaitu Aspek Kebijakan Pemerintah sangatlah kuat pengaruhnya dalam iklim investasi di tanah air, dalam hal ini juga ada kebijakan, perundangan serta aturan yang harus ditaati oleh pelaku bisnis Pertelevisian menyangkut izin penggunaan frekuensi untuk siaran. Meskipun perkembangan teknologi TV digital sudah kian berkembang di berbagai negara, namun Indonesia masih mempelajari dan sedang di laksanakan uji
49
http://digilib.mercubuana.ac.id/
coba namun dalam hal ini kembali lagi kepada regulasi dan undang-undang penyiaran tersebut. Seperti pada peraturan pemerintah Kementrian Kominfo Nomor 22/PER/M.KOMINFO/11/2011, ditetapkan pada tanggal 22 November 2012. Tentang Penyelenggaraan Televisi Digital Terestrial Penerimaan tetap tidak berbayar ( free to air), dan Peraturan Kominfo Nomor/5/PER/KOMINFO/2/2012, tentang standar penyiaran Televisi Digital Terestrial Penerimaan tetap tidak berbayar ( free to air). Dari Peraturan Pemerintah yang ditetapkan diatas menjelaskan bunyi ayat 1 yang menyatakan bahwa penilaian terhadap kewajiban setiap alat dan perangkat pemancar televisi siaran digital berbasis standar digital Video Broadcasting Terrestrial - Second Generation. Dalam memenuhi persyaratan teknis sebagai yang dimaksud dalam pasal 1 tersebut dilaksanakan melalui pengujian yang dilakukan oleh balai uji yang memiliki akreditasi dan telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Selakuku Badan Penetap persyaratan teknis alat dan perangkat pemancar televisi siaran digital yang berbasis standar Digital Video Broadcasting Terrestrial – Second Generation (DVB-T2), harus mendapat sertifikasi dari balai uji Kominfo barulah mendapat rekomendasi untuk mendapatkan izin sebagai penyelenggara mukltipleksing yang di lelangkan oleh operator TV. Hingga saat ini para penyelenggara multipleksing sebenarnya sudah siap untuk migrasi dari penerimaan TV analog ke penerimaan TV digital yang dimaksud. Adapun persyaratan teknis yang dimaksud mengacu dalam peraturan pemerintah yaitu: 1. pemerintah Nomor 36 tahun 2012 tentang persyaratan teknis alat dan perangkat pemancar televisi Siaran Digital berbasis DVB-T2. 2. Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
Nomor
29/PER/M.KOMINFO/09/2008 tentang Sertifikasi Alat dan Perangkat Telekomunikasi; 3. Peraturan
Menteri
Komunikasi
dan
Informatika
Nomor
5/PER/KOMINFO/2/2012 tentang Standar Penyiaran Televisi Digital Televisi Digital Terestrial Penerimaan Tetap Tidak Berbayar (Free To Air);
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Persyaratan teknis ini meliputi peralatan teknis untuk alat dan perangkat pemancar (Transmitter)
televisi siaran digital berbasis standar DVB-T2 diantaranya
ketentuan umum
(definisi, singkatan, dan istilah) , Persyaratan Teknis (
Konfigurasi, Karakteristik Umum, input dan ouput interfaces RF output, main Supply, Persyaratan Lingkungan, Persyaratan Electromagnetic Compatibility (EMC) dan persyaratan Lainnya). Didalam Peraturan Menteri KOMINFO No.7/PER/M.KOMINFO/01/2009 Tentang penataan Frekuensi Radio untuk layanan pita Lebar Nirkabel ( Wireless Broadband) Khususnya pada BAB II pasal 4 disebutkan, bahwa zona layanan pita lebar Nirkabel ( Wireless broadband) terdiri dari 15 Zona yaitu: 1) Zona 1, yaitu wilayah Sumatera Utara, sebagaimana tercantum dalam lampiran I peraturan menteri ini. 2) Zona 2, yaitu Wilayah Sumatera Bagian tengah, sebagaimana tercantum dalam lampiran II Peraturan Menteri ini. 3) Zona 3, yaitu wilayah Sumatera bagian Selatan, sebagaimana tercantum dalam lampiran III Peraturan Menteri ini. 4) Zona 4, yaitu wilayah Banten, Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, sebagaimana tercantum pada lampiran IV Petuturan Menteri ini. 5) Zona5, yaitu Wilayah Jawa barat kecuali Bogor, Depok dan Bekasi, sebagaimana tercantum dalam lampiran V, peraturan menteri ini. 6) Zona 6, yaitu wilayah Jawa bagian tengah, sebagaimana tercantum dalam lampiran VI Peraturan Menteri ini. 7) Zona 7, yaitu wilayah Jawa Bagian Timur, sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII Peraturan Menteri ini. 8) Zona 8, yaitu wilayah Bali dan Nusa Tenggara, sebagaimana tercantum dalam Lampiran VIII Peraturan Menteri ini. 9) Zona 9, yaitu wilayah Papua, sebagaimana tercantum dalam Lampiran IX Peraturan Menteri ini. 10) Zona 10, yaitu wilayah Maluku dan Maluku Utara, sebagaimana tercantum dalam Lampiran X Peraturan Menteri ini.
51
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11) Zona 11, yaitu wilayah Sulawesi Bagian Selatan, sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI Peraturan Menteri ini. 12) Zona 12,yaitu wilayah Sulawesi Bagian Utara, sebagaimana tercantum dalam Lampiran XII Peraturan Menteri ini. 13) Zona 13, yaitu wilayah Kalimantan Bagian Barat, sebagaimana tercantum dalam Lampiran XIII Peraturan Menteri ini. 14) Zona 14, yaitu wilayah Kalimantan bagian Timur, sebagaimana tercantum dalam lampiran XIV Peraturan Menteri ini. 15) Zona 15, yaitu wilayah Kepulauan Riau, sebagaimana tercantum dalam Lampiran XV Peraturan Menteri ini. Berikut adalah nama pemegang Mux (penyelenggara multipleksing ) di Indonesia.
Tabel 4.4 Operator penyelenggara Mux di beberapa kota.
Sumber. Kominfo.co.id
52
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.1.2 Aspek Perkembangan Ekonomi Nasional Perekonomian Nasional dari periode demi periode tidaklah semakin membaik, namun dunia usaha tetaplah siap menghadapi hal tersebut yang tentunya memerlukan tenaga ekstra dan harus berinovasi dan mengatur bagaimana supaya tetap bisa berjalan dan mampu menghasilkan profit. Pada masa kini kemampuan bersaing di bidang ekonomi akan ditentukan oleh kemampuan suatu bangsa dalam penciptaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Porter, 2002). Dengan membangun kemampuan tersebut pada tingkat yang memadai, maka suatu bangsa akan dapat bersanding dan bersanding dengan bangsa lain. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Dari tahun 2012 – 2014. Berikut ini kami simpulkan dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dari kementrian keuangan. Sebenarnya masa keemasan perekonomian Indonesia untuk bisa mengalami pertumbuhan ekonomi di angka 6% seperti pada tahun 2012 sepertinya telah jauh dari harapan. Perekonomian Indonesia terus melambat dan cenderung turun pada level 5%. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dari Tahun 2012 – 2014: 1. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama dan kedua tahun 2012 berhasil mencapai pertumbuhan 6,33% 2. Pada tahun yang sama pertumbuhan menurun di level 6,29% dan 6,26% di kuartal ketiga dan keempat 3. Tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat di level 6,03% pada periode pertama hingga menjadi 5,78% di periode akhir. 4. Hasil Terbaru dari rilis Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal pertama tahun 2014 hanya tumbuh di level 5,21% secara tahunan (year-on-year). Penyebab laju pertumbuhan melambat periode pertama tahun politik ini adalah pengeluaran ekspor barang dan jasa yang turun pertumbuhannya sebesar 0,78%. Padahal pada periode triwulan pertama 2013 kemarin laju pertumbuhan dari ekspor barang dan jasa tumbuh positif sebesar 3,58%.
53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Perlambatan pertumbuhan ekonomi terjadi sebagai akibat kontraksi pada ekspor yang turun cukup dalam. Sedangkan untuk investasi sendiri pertumbuhan pengeluarannya masih mencapai 5,13%. Ekspor yang melamban ini memang telah tercermin dari data ekspor Januari-Maret. BPS mencatat, ekspor JanuariMaret 2014 sebesar US$ 44,32 miliar atau turun 2,42% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sektor konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang pertumbuhan dengan kontribusi laju pengeluaran sebesar 5,61%. Laju konsumsi rumah tangga tersebut lebih tinggi dibanding triwulan I 2013 yang sebesar 5,24%. Ini akibat faktor pemilihan umum (pemilu) yang mendorong konsumsi masyarakat terutama dari sektor non makanan yang melaju sebesar 6,46%. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,67 persen pada kuartal II 2015, melambat dari periode yang sama tahun lalu (year on year) mencapai 5,12 persen. Perekonomian nasional juga melambat jika Kepala BPS Suryamin mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) nominal atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp 2.866,9 triliun. Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum menggembirakan dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,71 persen secara tahunan. Wajar
perekonomian
Indonesia
belum
menggembirakan,
namun
pertumbuhan perekonomian 4,67 persen dinilai baik dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut Kepala BPS pertumbuhan perekonomian Indonesia masih cenderung stagnan dan terus melemah, bahkan Suryamin mengatakan pertumbuhan perekonomian di AS pada kuartal I menurun dari 2,9 persen pada kuartal I 2015, menjadi 2,3 persen pada kuartal II. ( sumber CNN Indonesia). Dengan
pertumbuhan
perekonomian
yang
stagnan
maka
sangat
mempengaruhi iklim usaha, khususnya di pertelevisian yang banyak membutuhkan modal Investasi serta pembayaran suku bunga bank luar negeri yang tinggi, sehingga tak jarang strategi yang di harapkan kadang tidak tepat sasaran.
54
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.5 Pertumbuhan Perekonomian Indonesia tahun 2012-2015 NO
Tahun
Kuartal
Kuartal
Kuartal
Kuartal
1
2
3
4
Kondisi
1
2012
6,33%
6,33%
6,29%
6,29%
Melemah
2
2013
6,03%
6,03%
5,24%
5,78%
Melemah
3
2014
5,24%
5,24%
5,61%
5,61%
Menguat
4
2015
4,67%
4,67%
-
-
stagnan
Sumber: BPS (CNN Indonesia). 4.2.1.3 Perkembangan Teknologi Penyiaran TV Digital Teknologi Penyiaran Digital yang berbasis modulasi OFDM sangatlah cocok di terapkan di dunia penyiaran, karena selain efisien daya juga mampu menghemat spektrum frekuensi, sehingga spektrum UHF masih dapat dipakai untuk telekomunikasi dan aplikasi lain. Di negara-negara maju teknologi TV digital sudah mereka gunakan, namun dengan adanya persiapan yang sudah matang dan ada anggaran dari pemerintah untuk beralih teknologi tersebut. Sudah barang mesti memerlukan biaya yang cukup besar untuk menjalankan teknologi ini, karena menyangkut masyarakat luas yang sudah terbiasa TV sebagai salah satu hiburan mereka. Teknologi DVB yang diadopsi oleh Indonesia yaitu DVB-T generasi kedua, yang memiliki efisien sekitar 50% kapasitas dan kekuatan jangkauan serta tangguh terhadap cuaca dan iklim di Indonesia, oleh karenanya DVB-T generasi pertama yang pernah dilakukan uji coba oleh konsorsium TV Digital dan LPP TVRI sudah mulai di tinggalkan. Dan kini para operator sudah siap dengan teknologi DVB-T2. Teknologi DVB-T2 sudah mulai masuk di Indonesia sejak 2012, namun keberadaannya belum sepenuhnya diterima oleh seluruh kalangan masyarakat Indonesia, ternyata ada pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan munculnya teknologi siaran digital.
55
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.1.4 Perkembangan sosial Budaya Masyarakat Dalam menghadapi Era Siaran TV digital Perekonomian Indonesia yang cenderung tumbuh dengan stagnan dan cenderung melemah akan mempengaruhi terhadap budaya masyarakat untuk menikmati teknologi siaran TV digital. Mereka beranggapan dengan kondisi sekarang ini mereka sudah cukup dengan menikmati siaran TV analog. Oleh karena itu hingga sekarang banyak sekali tantangan yang datang untuk memperaperadilankan
undang-undang siaran TV digital yang sudah ada.
Sebenarnya Era siaran TV digital sudah tidak bisa dihindari lagi keberadaan nya, karena produsen pemancar maupun penerima TV analog sudah mengalihkan teknologi analog ke digital. Jadi lambat laun, mau tidak mau teknologi ini akan tetap berjalan dengan sendirinya sesesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Tak dipungkiri masyarakat Indonesia yang sudah terbiasa dengan sesuatu yang gratis maka tak heran akan menemui kendala pada permulaan dan awal menuju Era siaran TV digital tersebut. Tak heran kalau munculnya siaran TV digital akan mendapat tantangan yang besar. Dengan luasnya wilayah Indonesia dan letak geografisnya yang cukup sulit untuk dijangkau oleh Pemancar TV digital, sehingga masih banyak yang nantinya belum menikmati Era teknologi siaran TV digital terutama di daerah lembah dan di pergunungan. Dengan menerapkan penyiaran TV digital sebagai media pengiriman informasi, maka akan lebih cepat dan variasi budaya yang di sampaikan. Oleh karena itu siaran TV digital dapat menyampaikan banyak program siaran yang selama ini konten yang terkirim sangat terbatas alokasi penyebarannya, maka tidak diragukan lagi jika kita harus beralih ke Era siaran TV digital. Tahun 2014 Menteri KOMINFO Tifatul Sembiring banyak mengkampanyekan keuntungan dan keunggulan yang dapat dinikmati dalam penyiaran TV Digital, bahkan para operator multipleksing sudah menyiapkan Transmisi di zona 4 Jabodetabek dan Banten, zona 6 Jawa Tengah, dan Zona 15 kepulauan Riau. Para operator saat itu telah menjalankan tahap uji coba siaran hingga tahap monitoring dan evaluasi, namun hingga kini kandas tanpa
56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
kemajuan yang berarti. Sungguh pun ada persepsi yang berbeda-beda namun pemerintah tetap mengupayakan siaran TV digital akan terlaksana. Namun para operator yang sudah memenangkan penyelenggara Mux, mereka tetap siap bila mana pemerintah menginstruksikan untuk memulainya siaran TV digital nasional.
4.2.2
Analisis Internal
Analisis Internal
yang diterapkan di LPS-RTV
yaitu dengan
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dalam melaksanakan strategi pengembangan TV digital dengan melihat aspek yaitu: a) Kebijakan Strategi menjalankan siaran TV digital. b) Kesiapan Sumber daya manusia dalam hal Teknis dan produktivitas. c) Kesiapan sumber dana Investasi. d) Kesiapan Perangkat dalam hal menyongsong penyiaran TV digital. Dengan beberapa aspek di atas maka digunakan analisa sekunder yaitu dengan wawancara kepada Jajaran petinggi di manajemen RTV. 4.2.2.1 Kebijakan Strategis yang dijalankan pada Penyiaran TV Digital Kebijakan strategis suatu manajemen di suatu perusahaan sudahlah di detakan pada saat RUPS, Di sana sudah di jelaskan arah dari perusahaan akan berkembang ke depan serta memilih siapa yang pantas duduk di jajaran manajemen strategis, seperti Direktur dan GM terpilih. Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang berkaitan sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun. Konsep-konsep tersebut adalah sebagai berikut: a) Distinctive Competence yaitu: tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya. b) Compentitive Advantage Kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh Perusahaan agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya.
57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dua Faktor tersebut di atas menyebabkan perusahaan tersebut dapat lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Keahlian dan keterampilan dari sumber daya manusia yang tinggi muncul dari kemampuan membentuk fungsi khusus yang lebih efektif dibandingkan dengan pesaing, bagai contoh menghasilkan produk yang kualitasnya lebih baik dibanding dengan produk pesaing yang ada, namun dengan cara memahami secara detail keinginan konsumen, serta membuat program pemasaran yang lebih baik dari pada program pesaing. Jadi dalam hal ini Jajaran manajemen sangat memperhatikan rekrutmen karyawan yang selektif terutama di departemen Produksi sebagai modal yang akan di pasarkan oleh marketing departemen. Sehingga akan terlaksana strategis apa yang telah direncanakan. Keunggulan bersaing yang menjadi tolok ukur suatu manajemen perusahaan ada tiga hal yaitu: 1). Coast Leadership, 2). Diferensiasi, 3). Focus. Dalam hal ini perusahaan dapat memperoleh keunggulan bersaing dengan produk yang dihasilkan agar lebih tinggi dibandingkan dengan produk pesaingnya dengan harga yang lebih murah dari pesaingnya dengan nilai dan kualitas produk yang sama. Perusahaan juga dapat melakukan strategi diferensiasi dengan menciptakan persepsi terhadap nilai tertentu pada konsumennya. Sebagai contohnya persepsi terhadap keunggulan produk, inovasi produk, pelayanan yang lebih baik, dan brand image yang lebih unggul. Focus dalam arti, mengutamakan produk yang di buat sesuai dengan brand image yang sudah dimiliki dan dan selalu inovasi sehingga pelanggan yang sudah bermitra tidak lari ke pesaing. LPS-RTV memiliki misi dan misinya yang berbeda dengan TV nasional yang lain yaitu menayangkan program siaran yang berkualitas, terbaik dan kreatif yang bertujuan menghibur dan mencerdaskan pemirsanya. Dalam hal ini benar-benar memperhatikan pemirsa sebagai konsumen yang mampu merebut pangsa pasar dari pesaing yang ada. Dapat di perhatikan seberapa besar pasar iklan yang harus direbut oleh stasiun TV yang ada, hampir semua stasiun TV memiliki keunggulan masing-masing harus benar-benar mengutamakan produk yang kreatif dan inovasi.
58
http://digilib.mercubuana.ac.id/
4.2.2.2 Kesiapan Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia kadang dianggap enteng bahkan bukan dianggap aset dari perusahaan, padahal itu adalah keliru, namun banyak perusahaan sekarang memperlakukan sumber daya manusia adalah beban bagi perusahaan, memang tidak di pungkiri haruslah selektif pada saat rekrutmen tenaga kerja, karena saat ini banyak juga sumber daya manusianya tidak produktif itulah salah satunya yang menghambat kemajuan perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. 4.2.2.3 Kesiapan Sumber dana Investasi Dari kedua faktor di atas ternyata sumber dana Investasi adalah suatu faktor terpenting untuk menjalankan bisnis ini, sudah bukan rahasia Umum bahwasanya bisnis pertelevisian merupakan bisnis bermodal tinggi dan akan menghasilkan profit yang luar biasa jika memang sudah tepat menjalankan manajemen strategi bisnisnya suatu perusahaan mengedepankan aspek-aspek di atas. 4.2.2.4 Teknologi Penyiaran Teknologi Penyiaran saat ini yang dimiliki oleh LPS –RTV adalah teknologi penyiaran TV analog, untuk di Jakarta RTV mempunyai pemancar dengan daya pancar 100KW solid State (power amplifier transistor) LD-Mos tahun pembuatan Desember 2014 dengan teknologi Jepang. Didukung dengan ketinggian antena 270 meter yang mampu menjangkau dari Ujung Banten hingga Cikampek. Spesifikasi pemancar termasuk type kelas A, bekerja di Band IV yaitu di kanal 23 UHF. Frekuensi carrier di 487,25 Mhz. Dengan izin siaran yang dimiliki untuk siaran mulai dari jam 04:00 hingga jam 01:30 dini hari. Dengan berbagai program siaran di tayangkan, mulai dari berita, sinema Asia, Sinetron, kuis, infotaiment, sport zone, bahkan serial anak-anak, yang kesemuanya itu di sajikan untuk pemirsa dengan informasi yang menghibur dan mencerdaskan penonton untuk kemajuan bangsa Indonesia.
59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
RTV suatu lembaga penyiaran TV berjaringan yang siap bersaing dengan kompetitornya yaitu pendatang baru yang memiliki share ranting pemirsa masih dibawah TV nasional terdepan. RTV bukanlah yang terbaik, namun memiliki komitmen menjadi TV nasional yang berperan membangun bangsa Indonesia dengan menyajikan program-program yang berkualitas , inovasi dan mencerdaskan pemirsanya sehingga suatu saat nanti akan berdampingan dengan TV nasional lainnya di 5 besar teratas. Dalam persiapan Era TV digital RTV sudah menyiapkan strategi, saat ini yaitu sudah memiliki pemancar digital DVB-T2 di wilayah Joglo -Jakarta barat dengan kekuatan daya pancar 10 Kilo Watt (KW)produksi Jerman, memiliki ketinggian antena di 240 meter,
yang mampu menjangkau kawasan
Jabodetabek dan Saat ini pemancar digital sedang dalam kondisi uji coba siaran dan sudah siap untuk berkompetisi dengan penyelenggara Mux yang lain di wilayah zona 4 (Jabodetabek dan Banten). Saat ini pemancar Digital tersebut bekerja di kanal UHF 48, dengan frekuensi carrier di 690 Mhz. yang sudah melakukan uji coba siaran dan diawasi oleh BalMon ( balai Monitoring ) kementrian KOMINFO mengudara sejak bulan Januari 2015 hingga sekarang. 4.2.2.5 Manfaat Yang Dirasakan Jika Terlaksananya Siaran TV Digital. Tidak menutup kemungkinan dalam 2 sampai 3 tahun ke depan hal ini akan terealisasi. Karena banyak keuntungan yang didapat dari terlaksananya siaran TV digital ini di antaranya: 1). Untuk pemerintah akan mendapat dividen digital dan efisiensi spektrum Radio sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan komunikasi lainnya 2). Lembaga Penyiaran akan efisien infrastruktur dan biaya operasional 3). Industri Konten yaitu menumbuhkan industri konten baru. 4). Indutri Perangkat yaitu kesempatan industri nasional set top box 5). Konsumen (Penonton) mendapatkan tontonan gambar dan suara yang berkualitas baik, banyak pilihan siaran yang diterima, ada tambahan fitur informasi (EPG dan EWS) yaitu berupa petunjuk program dan informasi dini bencana yang keduanya sangat bermanfaat untuk informasi yang akurat.
60
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Oleh sebab itu pemerintah dan masyarakat telekomunikasi sedang berupaya terlaksananya siaran digital dan mempersiapkan Undang-undangnya yang sampai saat ini masih belum mempunyai kekuatan hukum yang sah. Saat ini perizinan untuk siaran TV digital di tunda, dan saat ini pula sedang dilakukan revisi Undang-undangnya namun demikian izin prinsip yang sudah di pegang oleh operator Mux masih berlaku dan akan di perbaharui setelah revisi Undang-undang penyiaran TV digital tersebut selesai. 4.2.3
Hasil analisis Eksternal dan Internal
4.2.3.1 Matris EFAS Hasil dari analisa Eksternal dan internal, maka dapat di simpulkan berupa strategi Eksternal yang terdiri faktor-faktor peluang dan faktor-faktor ancaman. Seperti akan di uraikan di tabel matriks EFAS (Eksternal strategi analysis Summary) pada tabel 4.6 Tabel. 4.6 Matriks EFAS NO
FAKTOR EKSTERNAL
BOBOT
RATING
BOBOT X RATING
PELUANG 1
Peraturan pemerintah tentang
0,15
4
0,60
0,15
3
0,45
0,15
3
0,45
0,1
4
0,4
DVB-T2 2
Perkembangan perekonomian Indonesia yang cenderung menurun, untuk berinvestasi
3
Perkembangan Teknologi Penyiaran Digital, broadcaster memiliki kanal khusus.(news, sport,Music,kids, dll)
4
Kondisi masyarakat yang menuntut keragaman Acara, akan menikmati Teknologi HD dan 3D
61
http://digilib.mercubuana.ac.id/
ANCAMAN 1
Kebijakan Pemerintah Proses
0,15
3
0,45
0,1
2
0,2
0.1
1
0,1
0,1
2
0,2
migrasi digitalisasi yang di permasalahkan oleh hukum 2
Masih banyaknya tingkat perekonomian yang rendah, penolakan untuk pengadaan STB, dan perangkat TV baru
3
Mahalnya peralatan Transmitter digital,investasi yang sudah dikeluarkan
4
Masuknya budaya asing yang negatif , serta hilangnya waktu produktif karena menikmati siaran yang bagus JUMLAH
1.00
2,85
Pada tabel diatas bahwa nilai matriks EFAS yang didapatkan oleh LPS RTV dengan nilai 2,85. Dengan nilai tersebut indikasi faktor-faktor peluang lebih besar dari faktor-faktor ancaman, sehingga secara eksternal rencana strategis penyiaran TV digital sangat memungkinkan untuk dijalankan.
4.2.3.2 Matriks IFAS Berdasarkan faktor kekuatan dan Kelemahan maka dapat dilakukan analisis pembobotan faktor-faktor internal dan matriks IFAS (Internal strategic Analysis Summary) seperti pada tabel 4.7 dibawah ini
62
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Tabel 4.7 Matriks IFAS NO FAKTOR INTERNAL
BOBOT RATING BOBOT X RATING
KEKUATAN 1
Infrastruktur telah tersedia di 33 kota termasuk 10 kota SRI,
0,15
4
0,6
0,15
4
0,6
0,15
3
0,45
0,1
3
0,3
0,15
2
0,3
0,1
1
0,1
0,1
2
0,2
0,1
2
0,2
pendanaan investasi baru didukung korporasi 2
Ongkos produksi yang kompetitif dan investasi yang didukung oleh korporasi
3
Memiliki SDM yang sudah berpengalaman di penyiaran analog
4
Indonesia banyak kebudayaan yang dapat di produksi dan disiarkan di TV digital
KELEMAHAN 1
Belum adanya SDM yang cukup untuk menguasai TV digital, TV Digital belum di produksi nasional
2
Belum adanya Penyedia konten yang menyewa Mux
3
Perlu waktu dan dana untuk menguasai penyiaran Digital
4
Peran serta masyarakat belum ada, dan minimnya sosialisasi penyiaran TV digital Jumlah
1,00
2,9
63
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Dari hasil tabel diatas Tabel IFAS yang didapatkan oleh LPS RTV dengan bobot nilai 2,9 dimana faktor-faktor kekuatan lebih besar dibanding dengan faktor kelemahan, sehingga LPS RTV memungkinkan untuk mengembangkan dan melaksanakan strategis bisnis penyiaran TV digital.
4.2.3.3 Matriks SWOT Untuk mendapatkan berbagai alternatif prioritas dalam melaksanakan pengembangan teknologi Siaran TV digital maka dapat di lakukan analisis menggunakan Matriks SWOT seperti berikut: Tabel 4.8 Matriks SWOT Matrik SWOT
Kekuatan (Strenghs)
Kelemahan (weaknesses)
1.Memiliki SDM yang menguasai dan berpengalaman di penyiaran TV analog
1.Penolakan penyelenggara TV yang masih Baru dimana investasi belum kembali, harus berinvestasi kembali (jika menjadi penyelenggara mux).
2.Memiliki sumber dana yang didukung Oleh Korporasi/ grup 3.Memiliki infra struktur di 33 kota besar termasuk 10 kota SRI (AC Nielson). 4.Indonesia mempunyai banyak ragam budaya yang dapat diproduksi dan disiarkan melaului TV digital.
2.Belum tersedia SDM yang mencukupi dan menguasai penyiaran TV digital. 3.Belum ada penyedia konten yang menyewa Mux. Dan butuh waktu dan dana untuk menguasai penyiaran TV digital . 4.belum adanya peran serta masyarakat, sosialisasi sangat minim.
64
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Peluang (Opportunities)
SO Strategis
WO Strategis
1.Sebagai broadcaster memungkinkan mendapatkan kanal khusus (news,sport,Music,kids, dll) dan Berpeluang menyiarkan dengan format HD dan 3D
1.Memiliki sumber dana yang di dukung oleh korporasi /grup untuk pengembangan Bisnis
1.Belum jelasnya regulasi dari pemerintah, sehingga belum memiliki masukan dari penyedia konten siaran
2.Meningkatkan kualitas SDM untuk menambah wawasan dan keahlian tentang TV digital
2.Peningkatan kualitas SDM, untuk menghadapi Era TV Digital, dengan menambah wawasan dengan diadakan Training.
2.Tumbuhnya kelas menegah ke atas mendambakan kualitas baik, penambahan revenue penyelenggara mux, berkembang nya industri dalam negeri konten lokal 3. Teknologi DVB-T2 ditetapkan oleh pemerintah karena sudah teruji dan di terapkan di beberapa negara. Dapat digunakan sebagai pengiriman sinyal untuk informasi peringatan dini bencana. (EWS)
3.Meningkatkan Kualitas dan Pola radiasi penerimaan siaran. 4.sebagai broadcaster memungkinkan memiliki kanal khusus
3.Menetapkan suatu teknologi agar tidak berubah (dari DVB-T ke DVB-T2), sehingga harus mengeluarkan investasi baru.
4. masyarakat akan menikmati kualitas audio/video yang baik, masyarakat komunitas dapat menjadi penyelenggara konten siaran, budaya kearifan lokal dapat berkembang melalui kanal khusus.
65
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Ancaman (Threats) 1.Penolakan dari TV lokal yang
baru melakukan siaran, karena investasi yang dikeluarkan belum kembali, dan akan berinvestasi kembali jika menjadi penyelenggara Mux
2.Perubahan nilai kurs rupiah terhadap mata uang asing ( karena semua perangkat masih di impor dan dibayar dengan menggunakan mata uang asing).
ST –Strategis 1.Melakukan siaran digital pada saatnya regulasi berjalan
2.bersiap-siap sebagai penyedia konten di Zona lain. Di kota yang belum memiliki Izin Analog 3.akan lebih inovatif karena siaran akan bertambah banyak dan variatif
3.Teknologi dengan cepat berganti, teknologi yang digunakan bisa ketinggalan dan bisa diganti dengan yang baru, DVB-T2 masih
WT-Strategis 1. belum memiliki SDM yang mengusai dengan baik teknologi siaran digital 2.Belum adanya penyewa Mux, sehingga penyelenggara Mux, akan mundur dalam mencari revenue 3.Memperbaiki jangkauan TV analog, karena daya pancar yang tidak maksimal, untuk mengoptimalkan pada siaran Digital
dikuasai oleh asing.
4.Pengaruh budaya asing yang negatif, hilangnya waktu produktif karena digunakan untuk menonton siaran yang banyak pilihan dan bagus
Dari hasil analisis SWOT di atas maka didapat aspek yang perlu diperhatikan sebagai rencana strategis penerapan pelaksanaan TV digital di LPS – RTV yaitu:
1. SO- Strategis Beberapa alternatif strategis yang dapat dijalankan antara lain yaitu: (1). Memiliki sumber dana yang didukung oleh korporasi /grup untuk pengembangan bisnisnya. (2). Meningkatkan Kualitas sumber daya manusia (SDM) Untuk menambah wawasan dan keahlian tentang TV digital. (3). Meningkatkan jangkauan dan pola radiasi penerimaan.
66
http://digilib.mercubuana.ac.id/
(4). Sebagai penyelenggara Mux memungkinkan memiliki kanal khusus seperti (RTV news, RTV sport, RTV Music, RTV kids, dll). 1. WO- Strategis (1). Belum Jelasnya regulasi dari pemerintah, sehingga belum memiliki masukan (revenue) dari penyedia konten siaran TV digital (2). Peningkatan kualitas SDM untuk menghadapi Era siaran Tv digital, dengan memberikan Training khusus. (3). Menetapkan suatau Teknologi agar tidak berubah (dari DVB-T ke DVBT2) sehingga harus mengeluarkan investasi baru. (4). Memperkenalkan budaya yang beraneka ragam dalam produksi konten yang dapat disiarkan melalui Mux yang disediakan oleh Operator. 2. ST- Strategis (1). Saat ini RTV melaksanakan siaran simulcast yaitu siaran bersamaan. (Digital dan Analog). Hingga analog switch-off (2). Bersiap menjadi penyedia konten siaran di tempat yang belum mendapat izin penyiaran Analog dan tidak pula sebagai penyelenggara Mux. (3). Akan lebih Inovatif karena siaran akan bertambah banyak. 3. WT- Strategis (1). Belum memiliki SDM yang menguasai dengan baik Teknologi siaran TV Digital. (2). Belum ada yang menyewa Mux, sehingga revenuenya menjadi mundur. (3). Memperbaiki jangkauan penerimaan TV analog, karena daya pemancar yang tidak maksimal, sehingga ketika menjadi penyedia konten sudah dikenali pemirsanya. Dari berbagai Alternatif rencana strategis diatas, maka untuk menjalankan rencana strategis tersebut sebagai penyelenggara Mux mestilah diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
67
http://digilib.mercubuana.ac.id/
1. Sudah menyiapkan perangkat Headend, serta pemancar digital untuk menyambut Era Siaran TV digital, sesuai dengan keputusan pemerintah yang berlaku, dengan memperhatikan, serta pemanfaatan teknologi siaran digital generasi kedua,
pertumbuhan ekonomi, serta beraneka ragam
budaya. 2. Mempersiapkan SDM yang tangguh, inovatif dan kreatif untuk menjalankan teknologi siaran TV digital 3. Memperbaiki jangkauan penerimaan siaran TV analog sebagai modal untuk mengenalkan program siarannya yang siap bersaing dalam menjalankan bisnis siaran TV digital tersebut.
4.2.3.4 Matriks Grand Strategi Matriks Grand Strategi merupakan hasil penentuan dari pembobotan matriks IFAS dan EFAS maka dapat diperoleh posisi strategis yaitu berada di kuadran I Yang artinya Situasi yang sangat menguntungkan perusahaan ini memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan oleh LPS - RTV yaitu mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Grouth Oriented Strategi). Matriks tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.
68
http://digilib.mercubuana.ac.id/
PELUANG 2.Mendukung strategi turnround
RTV
1.Mendukung strategi Agresif
( 2,85 dan 2,9 )
II
KELEMAHAN
I KEKUATAN
3.Mendukung strategi defensif
III
IV
4.Mendukung strategi diversifikasi
ANCAMAN
Gambar 4.1 Matriks Grand Strategi Posisi RTV untuk penyelenggara mux zona IV –Jabodetabek dan Banten
69
http://digilib.mercubuana.ac.id/