BAB 111 METODA PENELITIAN KASUS
3.1
Sifat Penelitian dan Pendekatannya
Penelitian ini bersifat studi kasus (case study) yang dilakukan dengan memakai katan ini
dipilih
peroleh hasil
pendekatan
kualitatif.
karena dipandang
Pende-
relevan untuk mem-
penelitian secara mendalam.
Menurut sifat-
nya, studi semacam ini tidaklah dimaksudkan untuk menghasilkan suatu generalisasi atau kesimpulan yang bersifat umum, melainkan ingin menggambarkan secara mendalam (thick Selain rmemberikan gambaran secara menda-
description)').
lam, studi ini juga b e m a k s u d menjelaskan adanya hubungan s e b a b akibat yang bersifat historis mengenai perubahan yang terjadi di dalam keluarga, khususnya mengenai nilai anak, serta makna dari perubahan tersebut.
Pendekatan
yang dipandang cocok digunakan untuk memperoleh gambaran dan penjelasan
secara
sendalam
tentang
terjadinya per-
ubahan tersebut, adalah pendekatan "life Story*' (riwayat hidup)
. 3.2
Daerah Penelitian
Lokasi penelitian dibatasi hanya dalam satu d e s a adat, yakni
Desa
Adat
Baturiti,
Kecamatan
Baturiti,
1) Istilah thick description diambil dari C . Geertz. The Interpretation of Culture Selected Essays. Basic Book Inc. New York.
paten Tabanan, Bali,
supaya dapat dilakukan studi secara
mendalam.
lokasi penelitian
purposif
Pemilihan
(dengan sengaja),
dilakukan
secara
atas dasar pertimbangan bahwa
desa penelitian mempunyai keunikan sebagai berikut: 3.2.1
Berdasarkan historisnya, desa ini didirikan oleh para
pendatang
t e m p a t d i Bali,
d a r i berbagai
sehingga sejak semula warga desa bersifat heterogen . 3.2.2
Adanya
upaya
sentana
pengangkatan
rajeg,
yang
anak (adopsi) dan
pelaksanaannya
lebih u n i k
dibandingkan pengangkatan anak dan sentana r a j e g di daerah
lainnya d i Bali.
Keunikannya
adalah
bahwa di desa ini pengangkatan anak laki-laki dan perempuan
dilakukan oleh suami istri
keluarga yang yang bersangkutan anak,
sedangkan
katan
anak
walaupun
sudah mempunyai
d i daerah Bali lainnya, pengang-
dilakukan
laki oleh suami istri
hanya terhadap anak lakiyang tidak mempunyai anak,
sebagai upaya untuk memperoleh keturunan. Keunikan yang
lainnya, adalah dalam ha1 adanya pengangkat-
an sentana r a j e g
yang dilakukan oleh
sudah mempunyai
Bali
lainnya p e n g a n g k a t a n sentana r a j e g h a n y a sebagai upaya
laki-laki.
Di daerah
yang
dilakukan
anak
suami istri
untuk memperoleh g a r i s
keturunan laki-laki, apabila dalam suatu
keluarga
suami istri hanya mempunyai anak perempuan.
3.2.1
Awig-awig
d e s a adat di desa ini sebenarnya telah
mengatur pengangkatan anak (adopsi) dan s e n t a n a rajeg sesuai
dengan
kebiasaan
di daerah lain-
nya, akan tetapi dalam pelaksanaannya
disimpangi
dan tidak dimasalahkan oleh kerabat maupun rakat
masya-
.
3.3 P o p u l a s i ,
U n i t A n a l i s i s dan J u m l a h K a s u s
Populasi dalam penelitian ini adalah warga D e s a A d a t ~aturiti,yaitu keluarga orang Sali yang beragama Hindu. adalah 414 keluarga, terdiri dari keluar-
Jumlah populasi
ga luas dan keluarga inti. Jumlah ini dihitung
berdasar-
kan kartu keluarga tahun 1990. Unit analisis dalam peneliian ini adalah
keluarga
dan individu. Jumlah kasus yang dijadikan obyek studi adalah 30 kasus keluarga dengan individu suami istri sebagai responden, sehingga jumlah responden maksimal adalah 60 individu. Pengambilan kasus keluarga dilakukan sebagai berikut: 1. Populasi yang berjumlah 414 keluarga terlebih dahulu
dikelolnpokkan
menjadi tiga
kelompok berdasarkan
umur
yang tertera
dalar kartu keluarga tersebut, sehingga
rnenggambarkan tiga generasi, yaitu : Generasi I
terdiri
dari keluarga
sudah berusia 55 tahun atau lebih.
di mana suami istri Suami istri dalam
generasi ini pada tahun 1970-an,
saat program
mulai dilaksanakan
umumnya telah melewati usia subur.
Diasumsikan bahwa mereka tidak KEI
KB
melaksanakan
program
.
Generasi I1 t e r d i r i dari keluarga d i mana suami istri sudah
berusia
35-54 tahun.
Diasumsikan mereka meru-
pakan pasangan usia subur (berusia 15-34 tahun) pada saat pelaksanaan program
KB
berjalan 10 tahun pertama
(1970-1980) dan sudah mengikuti program
KB.
Generasi I11 terdiri dari keluarga di mana suami istri berusia dibawah 35 tahun. Diasumsikan mereka merupakan pasangan usia subur (berusia 15-34 tahun) pada saat pelaksanaan program
KB
berjalan antara 10
(tahun 1980-1990) dan sudah
-
20
tahun
mengikuti program KB.
2. Berdasarkan pengelompokan tersebut diperoleh tiga
sub-
populasi sebagai berikut : generasi I : 67 keluarga, generrasi I1 : 182 keluarga, generasi I11
:
155 keluar-
ga. Dalam masing-masing sub-populasi diambil 14 keluarga (seluruhnya berjurnlah 42 keluarga).
Empat keluarga
dalam masing-masing generasi tersebut hanya merupakan cadangan dan yang benar-benar dijadikan kasus adalah 30 keluarga (10 keluarga dalam tiap
generasi).
Secara ringkas jumlah kasus dalam masing-masing generasi dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 3 . Generasi
umur (tahun)
Populasi dan Kasus
Jumlah sub populasi
Jumlah
Jumlah kasus yang dianalisis
4 14
3. Pengambilan
kasus
tidak proporsional
Kasus cadangan
12
30
dilakukan secara purposif dan dengan memperhatikan
keragaman
menurut pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin anak (laki-laki saja, perempuan saja, laki-laki dan perempuan) dan berdasarkan struktur kewangsaan, Keragaman ini dimaksudkan untuk dapat menggambarkan hubungan yang bersifat sosio-struktural, seperti hubungan kelembagaan, antar jenis kelarnin dan dominasi kekuasaan.
3.4
Teknik Pengumpulan D a t a
Pengumpulan data dalam
penelitian
ini dilakukan
dengan : 1) teknik observasi terlibat (participant observation), 2) wawancara hadap
mendalam
para responden dan
(indepth interview) ter-
3) wawancara dengan para
elit
(elite interviewing)').
Teknik observasi dilakukan terha-
d a p peristiwa yang sedang terjadi atau perilaku sedang berjalan.
yang
Wawancara mendalam dilakukan dalam ha1
menggali data riwayat hidup responden, sedangkan wawancara dengan para elit dilakukan terhadap sejumlah elit desa adat
(Klian Banjar,
adat,
guru
dan
elit pemeritah
Klian Desa, pemuka-pemuka
tetua
agama dan
didesa setempat) serta sejumlah
(dokter, bidan, PLKB)
dalam kaitan tugas
mereka melaksanakan program KB. Penelitian ini berupaya melihat gerak historis atau proses
d a r i hubungan
sosial,
yakni proses
perubahan
peranan yang dimainkan oleh anak dalam kehidupan orang tua dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih Data
yang
dikumpulkan
adalah data riwayat hidup
muda.
(life
s t o r y a t a u life history) 3 0 keluarga2) yang didasarkan pada
penuturan
responden,
sesuai
dengan jumlah kasus
1) Teknik observasi terlibat, wawancara mendalam dan wawancara dengan para elit, merupakan teknik pengumpulan data yang cocok digunakan dalam penelitian yang hersifat eksplorasi dan menjelaskan yang memakai strategi penelit i a n lapang, studi kasus dan pendekatan historis (lihat Marchall C. & G . B . Rosmamn 1989. Designing Qualitaive Research. Sage Publication. Newbury Park. London. New Delhi. 2) Bertaux menjelaskan bahwa dalam memakai pendekatan r i w a y a t hidup. apabila k i t a t e l a h memahami pola-pola hubungan sosio-struktural, maka dengan 15 riwayat hidup saja sudah memadai. Dengan menambah riwayat hidup yang ke 16-25 akan dapat lebih menjelaskan hubungan sosial terseb u t , d a n jika s a m p a i menggali 3 0 riwayat hidup, maka riwayat hidup yang ke-26-30 akan memberikan penegasan pengertian. Dengan jumlah 30 kasus keluarga, mungkin telah
keluarga yang dianalisis. digali
dengan
memakai
Data riwayat hidup tersebut pedoman
wawancara
(interview
g u i d e ) yang terdiri dari 10 pertanyaan pokok yaitu: riwayat
keluarga
orientasi
(keluarga dimana
dididik) dan keluarga prokreasi anak-anak).
1)
responden
(dimana responden mendidik
Jawaban atas pertanyaan ini kemudian digambar-
kan k e dalam bentuk
silsilah keluarga
responden.
2)
riwayat perkawinan responden, 3) riwayat kelahiran anakanak responden, 4) riwayat timbulnya keinginan punya
anak
laki-laki dan perempuan, 5 ) riwayat perkembangan ekonomi keluarga orientasi) dan keluarga prokreasi. yang
dimainkan
6) peranan
o l e h a n a k dalam k e h i d u p a n orang t u a
(nilai anak), 7) pengalaman dan pandangan responden tentang KB, 8) upaya-upaya
yang ingin dan akan/sudah dilaku-
kan orang tua supaya pelaksanaan perananperanan anak yang berkaitan dengan hukum adat dapat dilaksanakan, 9) harapan orang tua terhadap masa depan anak dan yang dicapai anak pada
saat ini, dan
10) proses pengambilan
keputusan
suami istri dalam keluarga, mengenai hal-ha1 tertentu yang berkaitan dengan kehidupan anak.
t e r j a d i proses kejenuhan. P r o s e s kejenuhan ini d a p a t dijadikan ukuran representatif (Bertaux, D. "From the Life History Approach t o the Transformation of Sociological Practicew dalam Bertaux, D. 1981 Biography and Society : The Life History Approach in Social Siences, Sage Publication Inc.275 South Beverly Drive, Breverly Hill, California 90212.
Responden petani,
diwawancarai sekitar pukul 11
siang, pada saat mereka telah kembali dari kebun. Responden pegawai, buruh dan dagang, sore hari setelah
umumnya diwawancarai di
mereka pulang dari bekerja, dan sopir
umumnya baru dapat ditemui untuk diwawancarai setelah petang atau malam hari. Wawancara dilakukan oleh peneliti sendiri dengan memakai bahasa daerah setempat (bahasa Bali). Penggalian data riwayat hidup, dilakukan dalam
tiga kali kunjungan
sesuai dengan waktu yang tersedia pada responden dan kelengkapan informasi yang telah
Dalam kun-
diberikan.
jungan pertama, data yang digali adalah data mengenai pembentukan keluarga, kunjungan kedua digali data mengenai nilai anak dikaitkan dengan pelaksanaan program KB dan
hukum adat, kunjungan ketiga ditanyakan tentang proses pengambilan keputusan dalam keluarga. Selain menggali data tentang riwayat hidup responden, dalam penelitian ini juga digali data tentang peristiwa penting yang
dapat
peristiwa-
menggambarkan sejarah lokal
Bali, Tabanan dan Desa Baturiti. Penggalian
data sejarah
lokal lebih banyak bersumber pada data sekunder.
Pengum-
pulan data sejarah lokal ini dimaksudkan untuk menggambarkan lingkungan sosial di mana riwayat hidup responden dicatat dan dikaitkan dengan kehidupan masing-masing.
3.5
Analisis Data dan Panegasan Hipotesis
Dalam tahap ini, pengetahuan yang diperoleh dari riwayat hidup kemudian dibuat deskripsi mendalam
(thick
description) selanjutnya diklasifikasikan untuk memperoleh gambaran tentang adanya keteraturan dan ketidakteraturan atau adanya hal-ha1 yang bersifat umum dan yang khusus, dengan cara menghubungkan dan antar generasi.
kasus-kasus dalam satu generasi
Setelah itu dibuat sintesa dan diru-
muskan untuk mendapat gambaran secara menyeluruh tentang gerak historis dari hubungan S0sial yang diteliti. Melalui cara ini , akan diperoleh pemahaman (understanding)'1 jelas menqenai
yang
hubungan sosio-struktural dan proses
perubahan yang ingin dipelajari, sekaligus dapat
diguna-
kan untuk menegaskan kembali hipotesis/proposisi dalam bentuk kesimpulan. 1) Understanding merupakan suatu pendekatan yang banyak digunakan dalam 'human studiesm. Understanding dapat diartikan sebagai proses kognitif melalui proses pemahaman seseorang terhadap pikiran, perasaan, dan aspirasi orang lain. Sebagai suatu pendekatan understanding dapat dipakai dalam mengumpulkan, mengklasifikasikan, membandingkan kejadian-kejadian, menggambarkan kesimpulan dan mengecek kebenaran. Pendekatan semacam ini antara lain digunakan oleh Geertz dalam penelitiannya di Mojokuto dan Tabanan (lihat C. Geertz, The Interpretation of Culture: Selective Essays, Basic Book Inc. New York).