BAB 1 PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA SMP NEGERI 10 PEKALONGAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT sebagai makhluk yang mulia dan sempurna dari pada makhluk yang lainnya. Dengan kesempurnaan itu maka manusia diberi amanat untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Manusia diberi tugas yang sangat mulia dari Allah yaitu untuk menciptakan kemaslahatan di muka bumi ini dengan melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan Allah yang merupakan bentuk pengabdian sekaligus akhlak seorang hamba terhadap tuhannya. Islam mengajarkan pemeluknya agar memiliki akhlak yang luhur dan mulia, agar mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Pendidikan akhlak sangat diperlukan bagi kehidupan manusia untuk kelangsungan hidup yang bertujuan untuk membangun akhlak manusia yang sesuai dengan tuntunan alQur’an dan Hadits. Dengan akhlak akan tercipta keserasian hubungan antara manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya. Akhlak akan menjadikan manusia serasi dan mengatur keseimbangan antara kepentingan dunia dan akhirat.1
1
55.
Thoyib Sah Saputra, Aqidah Akhlak, ( Semarang : PT. Karya Toha Putra, 1996), hlm.
2
Sekarang ini yang menjadi permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah kemerosotan akhlak yang terjadi pada generasi muda. Yang pada dasarnya memang tidak terlepas dari tanggung jawab orang tua. Walaupun semua itu terjadi karena faktor-faktor lain di luar lingkungan keluarga seperti lingkungan masyarakat dan lingkungan sekolah. Kemerosotan akhlak dapat kita lihat di berbagai macam media, seperti media sosial yang sekarang sudah merajalela di kalangan pelajar, media televisi,
media
cetak
dan
lain-lain.
Media-media
tersebut
sudah
menggambarkan bahwa negara kita sudah mengalami degradasi akhlak yang cukup memprihatinkan.2 Permasalahan yang terjadi saat ini adalah sudah menjadi tanggung jawab kita semua terutama bagi para generasi muda untuk dapat mengatasinya paling tidak dapat meminimalisir hal-hal yang dapat merusak akhlak, sehingga generasi muda tidak terlalu jauh terjerumus ke dalam hal-hal yang melanggar etika dan perintah agama. Untuk membentuk akhlak siswa dapat di pengaruhi dari beberapa faktor lingkungan yaitu faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Pembentukan akhlak di lingkungan sekolah sangat diperlukan, karena sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam membentuk akhlak peserta didik, terutama untuk tingkatan SMP dan SMA, karena secara psikologis pada masa itulah seseorang masih berusaha untuk menemukan jati dirinya, pada masa itu juga seseorang sangat rawan sekali dengan hal-hal yang mungkin tidak baik bagi dirinya.
2
Nur Hidayat, Akhlak Tasawuf, (Yogyakarta : Ombak, 2013), hlm. 27-29.
3
Lingkungan
sekolah
sendiri
mempunyai
faktor
yang
dapat
mempengaruhi pembentukan akhlak peserta didik, di antaranya yang perlu diperhatikan adalah kematangan peserta didik, keadaan fisik peserta didik, kehidupan sekolah, guru, staf, kurikulum sekolah dan metode yang digunakan dalam mengajar. Akhlak peserta didik di sekolah banyak diwarnai oleh karakteristik teman sebayanya. Peserta didik berasal dari berbagai macam lingkungan daerah dan keluarga yang berbeda sehingga banyak kemungkinan peserta didik itu terpengaruh oleh teman sebayanya. Ada teman yang berasal dari lingkungan keluarga yang kurang baik ada juga ada yang berasal dari lingkungan yang ramai seperti terminal, stasiun kereta dan lain-lain. Banyak kemungkinan hal negatif yang dapat tertular kepada peserta didik lainnya. Dalam lingkungan sekolah, peserta didik merupakan subjek dan objek yang memerlukan bimbingan dari orang lain untuk mengarahkan potensi yang dimilikinya serta membimbingnya menuju kedewasaan yang berakhlak mulia. Dengan pembentukan akhlak secara terus menerus diharapkan dapat membentuk peserta didik berakhlak mulia. Peserta didik yang mempunyai akhlak mulia akan mampu mewujudkan norma-norma dan nilai positif yang akan mempengaruhi keberhasilannya dalam pendidikan, selain itu peserta didik juga akan mengetahui mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk. Lingkungan sekolah tidak hanya pendidikan saja yang di ajarkan tetapi juga nilai-nilai moral dan etika dalam berperilaku. Bisa saja ketika anak belum sekolah akhlaknya kurang baik dan setelah masuk ke sekolah menjadi baik atau
4
sebaliknya ketika anak belum sekolah sudah mempunyai potensi akhlak yang baik tetapi ketika masuk sekolah akhlaknya berubah menjadi kurang baik ini disebabkan karena anak tersebut terpengaruh dari komponen-komponen yang ada di sekolah tidak sesuai dengan apa yang ingin dicapi anak. Dalam upaya pembentukan akhlak sekolah tidak terlepas dari yang namanya guru, seorang guru harus mempunyai kompetensi keguruan yaitu kompetensi pedagogik, pribadi, profesional dan sosial. Apabila guru menguasai empat kompetensi tersebut, kemungkinan besar dapat membentuk akhlak-akhlak mulia terhadap siswanya. Selain empat kompetensi tersebut guru harus memberi wawasan, materi, mengarahkan dan membimbing peserta didiknya ke hal yang baik. Usia yang sangat labil untuk pembentukan akhlak yaitu ketika anak menginjak sekolah menengah, oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti lingkungan sekolah tingkat menengah pertama dalam mempengaruhi pembentukan akhlak siswa. Di Pekalongan banyak Sekolah Menengah Pertama baik negeri maupun swasta. Namun peneliti akan meneliti salah satu sekolah yang negeri saja, yaitu SMP Negeri 10 Pekalongan. SMP Negeri 10 Pekalongan merupakan salah satu SMP Negeri dari 17 SMP Negeri yang ada di kota Pekalongan yang terletak di jalan Seruni kelurahan Klego, kecamatan Pekalongan Timur kota Pekalongan. SMP Negeri 10 Pekalongan mempunyai fasilitas pendidikan yang memadai seperti ruang kelas yang cukup menampung banyak siswa, terdapat ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang kesenian, laboratorium, ruang multimedia, lapangan olahraga
5
dan perpustakaan. SMP Negeri 10 Pekalongan mempunyai guru-guru yang kompeten di dalam bidangnya. Di SMP Negeri 10 Pekalongan ada jam tambahan BTQ untuk seluruh siswa dari kelas VII sampai kelas IX yang dilaksanakan pada pukul 06.45 yaitu sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. SMP Negeri 10 Pekalongan juga mengadakan kegiatan sholat Dhuha dan Sholat Dzuhur berjamaah yang dilaksanakan pada waktu istirahat secara bergilir sesuai jadwal yang telah ditentukan. Sehingga dengan adanya kegiatan tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan akhlak siswa. Maka dari itu peneliti bermaksud untuk meneliti keadaan lingkungan SMP Negeri 10 Pekalongan, pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan dan juga apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan akhlak di SMP Negeri 10 Pekalongan. Berdasarkan latar belakang masalah di atas penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMP Negeri 10 Pekalongan”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana keadaan lingkungan SMP Negeri 10 Pekalongan? 2. Bagaimana pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan? 3. Apakah ada pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan?
6
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman dalam menafsirkan judul serta memberikan batasan wilayah penelitian, maka penulis memandang perlu menyampaikan penjelasan yang berkaitan dengan masalah tersebut, sehingga lebih jelas maksudnya. Adapun hal-hal yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut : 1. Pengaruh yaitu daya yang timbul dari suatu kekuatan.3 2. Lingkungan sekolah yaitu kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal
yang
memberikan
pengaruh
pembentukan
sikap
dan
pengembangan potensi siswa.4 3. Pembentukan adalah suatu proses,perbuatan, cara membentuk 5 4. Akhlak adalah budi pekerti atau perilaku manusia sehari-hari. Akhlak merupakan keadaan jiwa yang mendorong timbulnya suatu perbuatan dengan
mudah
karena
dibiasakan
sehingga
tidak
memerlukan
pertimbangan pemikiran terlebih dahulu.6 5. Siswa adalah murid (terutama pada tingkatan sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas), pelajar.7
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka,1976),
hlm. 731. 4
Wiji Suwarno, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, Cet. IV, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 42. 5 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan , Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 1, (Jakarta : Balai Pustaka,1999), hlm. 104. 6 Imam Suraji, Etika dalam Prespektif Alqur’an dan Hadits, (Jakarta : PT. Alhusna Baru,2002), hlm. 41. 7 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. 2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1991), hlm. 851.
7
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagi berikut : 1. Untuk mengetahui keadaan lingkungan SMP Negeri 10 Pekalongan. 2. Untuk mengetahui pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan. 3. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan.
D. Kegunaan Penelitian 1. Secara teoritis a. Memberikan informasi kepada pihak sekolah pada khususnya dan para pembaca pada umumnya tentang pentingnya pembentukan akhlak peserta didik di lingkungan sekolah. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang bermanfaat bagi upaya untuk meningkatkan kualitas akhlak peserta didik di SMP Negeri 10 Pekalongan. 2. Secara praktis a. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam rangka menanamkan nilainilai akhlak pada siswa SMP Negeri 10 Pekalongan pada khususnya dan pada umumnya untuk seluruh siswa berupa pembentukan akhlak secara intensif. b. Penelitian diharapkan dapat menggugah siswa untuk menerapkan akhlak mulia yang harus dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.
8
E. Tinjauan Pustaka 1. Landasan Teori a. Lingkungan Sekolah Lingkungan diartikan sebagai kesatuan ruang suatu benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.8 Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral, spiritual, intelektual, emosional, sosial maupun fisik motoriknya.9 Syaiful Sagala berpendapat bahwa sekolah adalah kerja sama sejumlah orang yang menjalankan seperangkat fungsi mendasar untuk melayani kelompok usia tertentu dalam ruang kelas yang pelaksanaannya dibimbing oleh guru melalui kurikulum yang bertingkat dengan metode tertentu untuk mencapai tujuan instruksional dengan terikat akan norma dan budaya yang mendukungnya sebagai suatu sistem nilai.10 Dari pengertian dua pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan sekolah adalah adalah satu kesatuan ruang yang berada
8
Mujiono Abdilllah, Agama Ramah Lingkungan Perspektif al-Qur’an, cet. I, vol. 6, (Jakarta: Paramadina, 2001), hlm. 1. 9 Syamsu Yusuf L.N., Nani M. Sugandi, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : Rajawali Pers, 2011), hlm. 30. 10 Syaiful Sagala, Manajemen Berbasis Sekolah & Masyarakat Strategi Memenangkan Persaingan Mutu, (Jakarta: PT. Nimas Multina, 2013), hlm. 53-54.
9
di bawah naungan lembaga pendidikan formal yang mampu memberikan pengaruh pembentukan sikap dan pengembangan potensi siswa. b. Pembentukan Akhlak Pembentukan ini dilakukan berdasarkan asumsi bahwa akhlak adalah hasil usaha pendidikan, latihan, usaha keras dan pembinaan, bukan terjadi dengan sendirinya. Akhlak adalah tingkah laku yang melekat pada pribadi seseorang secara spontan tanpa dibuat-buat atau tanpa ada dorongan dari luar.11 Menurut Imam al-Ghozali bahwa akhlak adalah daya kekuatan atau sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang spontan tanpa memerlukan pertimbangan pemikiran.12 Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang untuk melakukan perbuatan baik atau buruk, terpuji atau tercela tanpa memalui pertimbangan pikiran terlebih dahulu dan tanpa ada dorongan dari luar. pembentukan akhlak adalah faktor dari dalam dan dari luar diri. Potensi fisik, intelektual, dan hati yang dibawa sejak lahir merupakan faktor dari dalam, sedangkan faktor dari luar yaitu pihak-pihak yang mempengaruhi pembentukan akhlak, seperti orang tua, teman, guru, dan lain-lain.13
11
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, cet. X, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), hlm. 15. Ibid., hlm. 13. 13 Berry,“Pengertian Pembentukan Akhlak”,http://www.berryhs.com/2011/04/pengertianpembentukan-akhlak.html pada tanggal 12-01-2014 jam 15.10. 12
10
2. Penelitian yang Relevan Umi Kamila dalam skripsinya Pengaruh Lingkungan Sosial Masyarakat Terhadap Pembentukan Akhlak Anak (Studi di Desa Warung Asem, Kecamatan Warung Asem, Kabupaten Batang). Menunjukkan bahwa keadaan lingkungan sosial masyarakat desa Warungasem dalam keadaan kondusif, sedangkan akhlak anak di desa Warungasem sebagian besar mempunyai akhlak yang baik/terpuji. Sehingga terdapat pengaruh yang besar antara lingkungan sosial masyarakat terhadap pembentukan akhlak anak di desa Warungasem.14 Selanjutnya dalam skripsinya Munir yang berjudul Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Membaca Peserta Didik (studi kasus SMP Negeri 1 Batang) Menyatakan bahwa tingkat keadaan lingkungan sekolah baik. Minat membaca peserta didik SMP Negeri 1 Batang termasuk dalam kategori sangat baik. ini berarti pengaruh lingkungan sekolah terhadap minat membaca peserta didik di Batang sangat berperan dalam membantu meningkatkan minat membaca peserta didik. Dengan demikian hipotesis yang diajukan yaitu terdapat pengaruh yang signifikan antara lingkungan sekolah terhadap minat membaca peserta didik di Batang dapat diterima kebenarannya. 15 Selanjutnya di dalam skripsinya Ria Ristiana yang berjudul Pengaruh Kekerasan Di Lingkungan Sekolah terhadap Perkembangan Kepribadian
14 Umi Kamila, “Pengaruh Lingkungan Sosial Masyarakat Terhadap Pembentukan Akhlak Anak”, Skripsi, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. vii. 15 Munir, “Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Minat Membaca Peserta Didik (SMP Negeri 1 Batang)”, Skripsi, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2011), hlm. vii.
11
Peserta Didik (Studi Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 10 Pekalongan) Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kekerasan di lingkungan sekolah masuk dalam kategori cukup, perkembangan kepribadian siswa juga termasuk dalam kategori cukup. Dan setelah dianalisis dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kekerasan di lingkungan sekolah terhadap perkembangan kepribadian peserta didik kelas VII SMP Negeri 10 Pekalongan.16 Dalam penelitian ini yang membedakan dari penelitian sebelumnya adalah peneliti mencoba untuk mengkaji tentang pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan akhlak anak terutama siswa SMP. 3. Kerangka Berpikir Bagan 1.1 kerangka berpikir: Lingkungan sekolah
Guru
karyawan
Kegiatan sekolah
Teman sebaya
Metode pembelajaran
Peserta didik / siswa
Terbentuk akhlak siswa
Ria Retiana, “Pengaruh Kekerasan Di Lingkungan Sekolah terhadap Perkembangan Kepribadian Peserta Didik (Studi Peserta Didik Kelas VII SMP Negeri 10 Pekalongan)”, Skripsi, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. vii. 16
12
Berdasarkan kajian teoretis yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti merumuskan kerangka berpikir sebagai berikut: lingkungan sekolah sangat berpengaruh dalam pembentukan akhlak terutama pada peserta didik, karena lingkungan sekolah merupakan tempat di mana peserta didik itu menimba ilmu yang sudah sistematis. Selain itu sekolah terdapat banyak komponen yang dapat mempengaruhi pembentukan akhlak, seperti teman sebaya, guru, karyawan dan kegiatan-kegiatan sekolah baik intra sekolah maupun ekstrakurikuler. Apabila lingkungan sekolah baik maka akhlak yang terbentuk akan baik dan sebaliknya apabila lingkungan sekolah itu buruk maka akhlak yang terbentuk akan buruk. Oleh karena itu guru sangat berperan penting dalam pembentukan akhlak. Guru harus dapat merangsang dan memberikan dorongan untuk mendinamisasi potensi siswa, menumbuhkan aktivitas dan daya cipta, sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar mengajar.17 Dengan
profesionalitasnya
seorang
guru
dalam
mengajar
akan
mempengaruhi Akhlak peserta didik, maka guru dalam mengajar harus berpenampilan rapi, disiplin, sikap dan perlakuan guru terhadap siswa bersifat positif. Selain guru ada juga karyawan yang juga berpengaruh dalam pembentukan Akhlak siswa. Kemudian ada juga kegiatan-kegiatan sekolah yang berpotensi dalam membentuk akhlak siswa. Teman yang ada di sekolah juga berpengaruh pada akhlak siswa ketika bergaul dalam
17
http://devamelodica.com/membangun-komunitas-blogger-purworejo-berirama diakses pada 04 Februari 2015 pukul 23.45.
13
sekolah. Dalam pembelajaran seorang guru tidak terlepas dari metode pembelajaran, apabila metode yang digunakan menarik, siswa akan tenang dalam belajar begitu sebaliknya apabila metode yang digunakan kurang baik, siswa cenderung bosan dalam kegiatan belajar mengajar. 4. Hipotesis Hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara dan teoritis karena kebenarannya masih perlu di uji atau dites kebenarannya dengan data yang di peroleh dari lapangan.18 Adapun hipotesis yang peneliti ajukan adalah ada pengaruh lingkungan sekolah yang signifikan terhadap pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan.
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian a. Pendekatan Pendekatan ini menggunakan pendekatan kuantitatif karena lebih menekankan pada analisa terhadap data-data berupa angka yang diolah dengan metode statistik.19 Pendekatan kuantitatif dalam penelitian ini peneliti akan mencari data dan kemudian diolah dengan statistik. b. Jenis penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), yakni penelitian yang dilakukan di
18 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, ( Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 41. 19 Syaiful Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 5
14
kancah atau medan terjadinya gejala-gejala.20 Peneliti terjun langsung ke lapangan yang akan diteliti yaitu SMP Negeri 10 Pekalongan. 2. Definisi operasi variabel penelitian Definisi operasi variabel penelitian adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik variabel yang akan diteliti. Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.21 Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu : a. Variabel bebas Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Lingkungan sekolah sebagai variabel X dengan indikator sebagi berikut : 1) Disiplin sekolah yaitu peraturan-peraturan yang berlaku di SMP 10 Pekalongan 2) Fasilitas sekolah meliputi kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan baik kegiatan intra sekolah maupun ekstrakulikuler. 3) Metode pembelajaran adalah metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar. 4) Relasi guru dengan siswa yaitu bimbingan guru dalam memberikan pengarahan kepada peserta didik agar tidak terjerumus dalam akhlak yang kurang baik. 22
20
Syaiful Azwar, Ibid, hlm. 74 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: CV Alfabeta, 2010), hlm. 60. 22 Syaiful Bahri Djamarah & Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 3, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), hlm. 37-52. 21
15
b. variabel terikat Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah pembentukan akhlak sebagai variabel Y dengan indikator sebagai berikut: 1) kesadaran siswa menjalankan ibadah yang ditunjukkan dengan keikutsertaan siswa dalam sholat dzuhur dan sholat dhuha berjamaah, 2) sopan santun siswa yang ditunjukkan dengan cara berbicara dengan gurunya dan tingkah laku pada kegiatan belajar mengajar, 3) Jujur yang ditunjukkan dengan tidak suka berbohong ketika berbicara maupun dalam mengerjakan tugas dari guru. 4) Disiplin yang ditunjukkan dengan menaati peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan di sekolah.23 3. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi adalah kelompok besar atau keseluruhan individu yang mempunyai karakteristik umum dan sama.24 Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 10 Pekalongan. Adapun jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 10 Pekalongan berjumlah 438 terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 250 siswa dan perempuan sebanyak 188 siswa terbagi menjadi 14 kelas yaitu kelas VII berjumlah 5 kelas, kelas VIII
23 24
Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, Cet. 8, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1995), hlm.65- 77 Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Alfabete, 2007), hlm. 62
16
berjumlah 4 kelas dan kelas IX berjumlah 5 kelas. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP Negeri 10 Pekalongan. b. Sampel Sampel adalah kelompok kecil individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian.25 Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari siswa SMP Negeri 10 Pekalongan dengan menggunakan teknik random sampling yaitu teknik penentuan sampel yang diambil secara acak seluruh individu yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sampel.26. Menurut Suharsimi Arikunto apabila populasinya kurang 100, lebih baik diambil semua dan apabila jumlahnya lebih dari 100 dapat diambil sampel sebanyak 10-15% atau 20-25%.27 Berpedoman di atas maka peneliti mengambil sampel 10 % dari jumlah populasi yang diteliti yaitu sebanyak 43,8 dan dibulatkan menjadi 44 siswa. Peneliti mengambil sampel dari siswa kelas VII sampai kelas IX secara acak. 4. Sumber data Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu : a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
25
Ibid., hlm. 77. Sugiyono, Op.cit. hlm. 120. 27 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Cet. XII (Jakarta: Rineke Cipta, 2001), hlm. 115. 26
17
memberikan data kepada pengumpulan data.28 Sumber data primer dalam penelitian ini bersumber dari responden yaitu siswa, guru dan kepala SMP Negeri 10 Pekalongan. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari buku-buku yang berkaitan dengan rumusan masalah, serta dokumendokumen atau sumber-sumber yang menunjang dan memberikan informasi.29 Dalam penelitian ini data diperoleh dengan cara membaca buku-buku sebagai literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. 5. Teknik pengambilan data Penulis mengadakan penelitian secara langsung ke objek penelitian untuk mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan metode sebagai berikut: a. Observasi Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.30 Dalam penelitian ini peneliti mengamati secara langsung objek yang diteliti . Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai keadaan lingkungan sekolah,
28
Syaiful Azwar, Op. Cit, hlm. 193. Saifudin Azwan, Metodologi Pendidikan Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 103. 30 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, cet. IX, (Bnadung: PT Remaja Rosda Karya, 2013), hlm. 220. 29
18
keadaan siswa, guru, dan metode yang digunakan dalam mengajar di SMP Negeri 10 Pekalongan. b. Wawancara Wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh dua belah pihak.31 Pewawancara dalam hal ini adalah penelitian, dan yang diwawancarai atau yang memberikan jawaban atas pertanyaan dalam hal ini adalah sumber data seperti Kepala sekolah, Guru, karyawan, dan lainnya. Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah berdirinya sekolah, perkembangan sekolah, rencana pembangunan atau pengembangan sarana dan prasarana dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Selain itu metode ini juga digunakan untuk memperoleh data mengenai hambatan-hambatan dalam mendidik siswa SMP Negeri 10 Pekalongan dan upaya apa yang dilakukan dalam menangani hambatan-hambatan yang ada. c. Angket Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai petunjuk pengisiannya.32 Dalam penelitian ini angket akan dibagikan kepada responden yaitu sebagian dari siswa SMP Negeri 10 Pekalongan. Jenis data yang yang diambil dalam metode
31 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, cet. XI, (Jakarta : Rineka CIpta, 1998), hlm. 150. 32 Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode, dan Prosedur, cet. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013), hlm. 255.
19
angket ini
adalah tentang keadaan lingkungan sekolah dan
pembentukan akhlak. Peneliti menggunakan angket yang bersifat tertutup yaitu angket yang dibagikan kepada responden sudah ada jawaban, sehingga responden hanya mengisi jawaban angket tersebut sesuai dengan yang responden alami. d. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah teknik pengumpulan data mengenai hal-hal yang berkaitan objek penelitian yang berupa arsip dan lain sebagainya. Dokumen merupakan catatan yang tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa.33 Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang profil sekolah, struktur organisasi, visi dan misi sekolah, keanggotaan, daftar guru dan karyawan serta data siswa. 6. Teknik analisis data Berdasarkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahan itu, maka penelitian akan menggunakan analisis statistik dengan langkah langkah sebagai berikut : a. Analisis pendahuluan Pada tahap ini, untuk mengelompokkan dan memasukan data yang telah terkumpul dalam tabel distribusi frekuensi, agar lebih
33
hlm. 183.
Mahmud, Metodologi Penelitian Pendidikan, ( Bandung : CV Pustaka Setia, 2011)
20
mudah dalam menghitung dan membaca data yang ada dalam pengolahan data selanjutnya. Kriteria kualitatif yang digunakan adalah sebagai berikut: -
Untuk alternatif a, skornya 4
-
Untuk alternatif b, skornya 3
-
Untuk alternatif c, skornya 2
-
Untuk alternatif d, skornya 1
b. Analisis uji hipotesis Analisa data adalah proses menyusun data agar data tersebut dapat ditafsirkan.34 Untuk menguji analisis hipotesis yang diajukan peneliti, peneliti menggunakan rumus regresi linier sederhana. sebagai berikut: Y1 = a + b (x) 2
𝑎= b=
(∑𝑌)(∑𝑋 )−(∑𝑋)(∑𝑋𝑌) 𝑁 ∑𝑋
2
−(∑𝑋)
2
𝑁.∑x.𝑦−(∑𝑋)(∑𝑌) 𝑁(∑𝑋 2 )−(∑𝑋)2
keterangan: Y1 = Subjek dalam variabel independen 𝑎 = harga Y bila X = 0 (harga konstan) 𝑏 = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel independen
34
Dadang Kahmad, Metodologi Penelitian Agama ( Bandung : Pustaka Setia, 2000), hlm. 158.
21
(x) = subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu Kemudian untuk menghindari kesalahan dalam analisis ini, maka dilakukan pengujian terhadap koefisien regresi menggunakan rumus kesalahan standar estimasi sebagai berikut: Se = √
∑𝑌 2 −𝑎∑𝑌−𝑏∑𝑋𝑌 𝑁−2
Keterangan: Se = kesalahan standar estimasi ∑𝑋 = Jumlah seluruh sekor x ∑𝑦 = Jumlah seluruh sekor y N = Jumlah objek yang diteliti X = Variabel bebas (lingkungan sekolah) Y
= Variabel terikat ( pembentukan akhlak siswa)35
Setelah melakukan perhitungan kesalahan standar estimasi kemudian dilakukan perhitungan nilai ttes dengan rumus: ttes =
𝑏−𝛽 𝑆𝑏
keterangan : b = koefisien regresi
𝛽 = beta Sb = kesalahan standar koefisien regresi
35
Salafudin, Statistik Terapan untuk Penelitian Sosial, (Pekalongan: STAIN Press, 2005) hlm. 24.
22
c. Analisis lanjut Analisis lanjut digunakan untuk mengambil kesimpulan setelah dilaksanakan analisis uji hipotesis. Pada tahap ini perlu dibandingkan hasil ttes dengan ttabel yang ada pada tabel baik pada taraf signifikan 1% atau 5% 1) Apabila nilai ttes sama atau lebih dari pada ttabel berarti hasil yang di peroleh adalah signifikan 2) Apabila nilai ttes lebih kecil dari ttabel berarti hasil yang diperoleh adalah tidak signifikan. G. Sistematika Penulisan Skripsi BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : Lingkungan sekolah dan pembentukan akhlak a) sub bahasan tentang lingkungan sekolah meliputi : pengertian lingkungan sekolah , faktor lingkungan sekolah dan sekolah sebagai pusat pendidikan formal. b) sub bahasan mengenai pembentukan akhlak meliputi : pengertian akhlak, macam-macam akhlak, pembentukan akhlak, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak dan cara pembentukan akhlak. BAB III: Pengaruh Lingkungan Sekolah Terhadap Pembentukan Akhlak Siswa SMP Negeri 10 Pekalongan yang meliputi gambaran umum SMP Negeri 10 Pekalongan sejarah SMP Negeri 10 Pekalongan, visi dan
23
misi SMP Negeri 10 Pekalongan, letak geografis SMP Negeri 10 Pekalongan, keadaan guru, karyawan dan siswa SMPN 10 Pekalongan serta sarana dan prasarana SMP Negeri 10 Pekalongan. Kemudian data keadaan lingkungan SMP Negeri 10 Pekalongan dan akhlak siswa meliputi : data hasil penelitian tentang keadaan lingkungan sekolah dan data hasil penelitian tentang akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan. BAB IV : Analisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan yang meliputi : analisis keadaan lingkungan SMP Negeri 10 Pekalongan, analisis akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan, dan analisis pengaruh lingkungan sekolah terhadap pembentukan akhlak siswa SMP Negeri 10 Pekalongan. BAB V : Penutup, meliputi: kesimpulan dan saran.