XII
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Untuk meningkatkan laju perkembangan teknologi yang semakin pesat diperlukan sumber daya manusia yang tangguh dan handal, agar teknologi yang semakin berkembang ini dapat dimamfaatkan di negara kita Indonesia, yang mana sangat kaya dengan kekayaan alam, salah satunya adalah kekayaan hidrolis yaitu sumber energi. Banyak sungai-sungai di Indonesia yang sangat potensial untuk dijadikan sumber energi, salah-satu diantaranya sungai Asahan.
Berbagai kemajuan telah dapat dicapai antara lain peningkatan produktifitas dari suatu Industri Pulp yang dampak lingkungannya semakin tahun-ketahun dapat diperbaiki, dimana Pulp dan Kertas adalah sarana penunjang kehidupan sehari-hari, yang tentunya dapat dirasakan mamfaatnya untuk buku tulis, media informasi dan lain-lain. Dan tentunya sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dalam meningkatkan kesejahteraan manusia itu sendiri yang dapat juga dijadikan tolak ukur Dunia Modern suatu Masyarakyat.
Dengan semakin banyaknya industri pulp di Indonesia kita dapat menggunakan salah-satu sumber daya alam yaitu kayu, yang begitu banyak terdapat di Indonesia, kayu tersebut sebagai bahan baku kertas yang nantinya akan digunakan
XIII
bagi manusia di Dunia untuk dimamfaatkan sebagai buku tulis, majalah, koran dan lain sebagainya.
Oleh karena itu kayu sebagai bahan baku untuk membuat pulp harus ditata sedemikian rupa, agar hutan di Indonesia dapat digunakan secara berkesinambungan dan dijaga kelestariannya.
Proses pembuatan pulp di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk dengan cara memasak kayu yang telah dicipper atau di ubah menjadi chip di dalam digester. Di dalam digester serpihan kayu dimasak dengan menggunakan sejumlah tertentu larutan kimia serta dengan panas dan tekanan tertentu untuk memisahkan bagian-bagian yang berupa serat kayu dari bagian-bagian yang bukan serat dengan cara melarutkan bagian yang terakhir itu. Prosesnya disebut dengan “Cooking”.
Proses pembuatan dilakukan dengan menggunakan proses“Kraft atau Sulfat”, yaitu proses pemasakan serpihan kayu dengan menggunakan campuran larutan Sodium Hydroksida (NaOH) dan Sodium Sulfit (Na 2 S). Pulp yang dihasilkan disebut “Kraft” berasal dari bahasa Jerman yang berarti “Strong=Kuat”. Sodium sulfit (Na 2 S) dalam larutan pemasak diperoleh dengan cara mereduksi Sodium sulfat yang dilakukan di dalam “tungku pembakaran daur ulang”. Sodium sulfatnya sendiri tidak mampu untuk pembentukan pulp dari kayu, ada juga suatu metode pemasakan yang menggunakannya, dan disebut sebagai proses sulfat karena garam inilah yang dipakai sebagai bahan untuk menggantikan bahan-bahan kimia yang hilang selama proses.
White Liquor merupakan larutan pemasak yang berupa cairan dari larutan sodium hidroksida dan sodium sulfit dengan perbandingan molar kira-kira: 5NaOH +
XIV
2Na 2 S dan dengan pH antara 13,5-14,0. White liquor dibuat dengan proses “Causticizing”dari ”green liquor” dengan menggunakan batu kapur (CaO). Dimana apabila green liquor direaksikan dengan kapur (CaO) akan menghasilkan white liquor.
Na 2 CO 3
+ CaO + H 2 O
2NaOH + CaCO 3
(reaksi eksoterm)
Reaksinya terjadi dengan begitu cepat, kira-kira 80% reaksi causticizing terjadi dalam waktu 10 menit. Dalam green liquor selain sodium karbonat juga terdapat sodium sulfida, yang banyak berpengaruh dan harus dipertimbangkan dalam sistem, dimana sodium sulfida ini akan terhidrolisa membentuk sodium hidroksida dan sodium hidrosulfida.
Na 2 S
+ H2 O
NaOH + NaSH
Kandungan utama white liquor adalah : Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Sulfida (Na 2 S), dan Natrium Karbonat (Na 2 CO 3 ). Untuk menjaga mutu dari white liquor yang akan digunakan dalam pemasakan chip perlu dilakukan analisa terhadap Total Titratable Alkali (yaitu jumlah total dari Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Sulfida (Na 2 S), dan Natrium Karbonat (Na 2 CO 3 )).Causticizing Effisiencyyaitu persentasi perbandingan konsentrasi antara Natrium Hidroksida (NaOH) terhadap jumlah dari Natrium Hidroksida (NaOH) dan Natrium Karbonat (Na 2 CO 3 ). Dalam proses pembuatan pulp, apabila diperoleh causticizng efficiency dalam jumlah yang besar, maka konsentrasi dari white liquor bagus, dimana hanya terdapat dalam jumlah kecilkonsentrasi Na 2 CO 3 yang terdapat dalam white liquor, dimana Na 2 CO 3 tersebut merupakan bahan pengotor pada pulp, dan dalam jumlah besar dapat menimbulkan kerak pada unit digester sehingga mengurangi penampang basa dari digester.
XV
Komposisi white liquor dalam pembuatan pulp secara sulfat disebut dengan sulfiditas, yaitu nisbah Na 2 S terhadap alkali aktif yang dinyatakan sebagai Na 2 O. Sulfiditas yang digunakan bervariasi menurut perubahan banyaknya alkali aktif, suhu, waktu pemasakan dan sejumlah faktor lain. Pengaruh sulfiditas dalam pembuatan pulp kraft atau sulfat dibandingkan dengan pembuatan pulp soda menunjukkan bahwa laju delignifikasi lebih cepat dalam pembuatan pulp kraft atau pulp sulfat yang mencapai delignifikasi 90% dalam waktu setengah hari waktu yang dibutuhkan pembuatan pulp soda.
Oleh karena itu untuk mencapai kualitas dari pulp yang sesuai dengan yang diharapkan, maka besarnya konsentrasi total titratable alkali yang terkandung dalam white liquor harus diperhatikan dan ditentukan berapa besar persen Causticizing Effisiensi dan persen Sulfiditynya. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam pembahasan Tugas Akhir dengan judul “ Pengaruh Konsentrasi Total Titratable Alkali terhadap Persen Causticizing Efficiency dan Persen Sulfidity Di Dalam White Liquor Storage Pada Proses Recausticizing Di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
XVI
1.2.
Permasalahan
Pada PT. Toba Pulp Lestari, Tbk metode pembuatan pulp yang digunakan adalah metode pembuatan pulp secara kimia dengan menggunakan proses pembuatan pulp kraft/pulp sulfat. Dimana cairan pemasak yang digunkan adalah white liquor.White liquor merupakan hasil caustisasi dari green liquor dengan kapur (CaO), dimana kandungan utamanya itu terdiri dari Natrium Hidroksida (NaOH), Natrium Sulfida (Na 2 S),
dan
Natrium
Karbonat
(Na 2 CO 3 ),
dimana
total
jumlah
dari
keseluruhandinyatakan dengan Total Titratable Alkali. Proses tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur caustisasi, waktu tiggal cairan dalam tangki pemasak (digester), dan juga jumlah perbandingan kapur tohor (CaO) yang digunakan dengan green liquor. Ketiga faktor ini sangat berpengaruh terhadap kualitas dari white liquor yang dihasilkan. White liquor yang dihasilkan tersebut belum dapat digunakan apabila belum memenuhi standart yang telah ditentukan. White liquor yang dihasilkan pada proses kaustisasi akan menimbulkan permasalahan pada kualitas pulp yang dihasilkan apabila belum memenuhi standart yang ditentukan. Adapun masalah yang ditimbulkan adalah sebagai berikut : jika kadar total alkali aktif (NaOH dan Na 2 S) yang digunakan dibawah standart maka akan menyebabkan pulp yang dihasilkan tidak masak(uncook) dan juga brightness(kecerahan) dari pulp yang dihasilkan rendah, tetapi apabila kadar alkali aktif yang digunakan melebihi ambang batas, maka pulp yang dihasilkan akan over cook. Jika persen sulfiditasnya dibawah standart maka akan menyebabkan pulp yang dihasilkan tidak masak (uncook), tetapi apabila kadar sulfiditasnya diatas ambang batas maka akan merusak lebih banyak serat-serat selulosa dan hemiselulosa pada pulp, sehingga kualitas akan rendah. Jika persen causticizing effisiensinyarendah maka kualitas dari white liquor rendah, dimana
XVII
terdapat sejumlah besar Na 2 CO 3 yang merupakan bahan pengotor pada white liquor dan sebaliknya jika persen causticizing efficiencynya tinggi maka kualitas dari pulp semakin bagus karena semakin kecil jumlah Na 2 CO 3 yang bersifat sebagai pengotor dalam pul tersebut.
1.3.
Tujuan
Untuk mengetahui analisa total titratable alkali, persen causticizing efficiency, dan persensulfidity pada white liquor dengan menggunakan metode titrimetri, sehingga dapat mengetahui apakah white liquor yang digunakan sebagai larutan pemasak sudah memenuhi standart yang telah ditetapkan oleh PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
1.4.
Mamfaat
Adapun mamfaat dari penulisan karya ilmiah ini untuk memberikan informasi tentang kadar dari total alkali aktif, persen causticizing Efficiency, persen Sulfidity dari white liquor yang digunakan sebagai cairan pemasak pulp kayu di PT. Toba Pulp Lestari, Tbk, sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk proses selanjutnya.