Bab 1 Pendahuluan
1.1 latar belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa bangsa Jepang telah banyak memberikan inspirasi kedisiplinan dalam tatanan hidup umat manusia sebagai makhluk sosial secara menyeluruh. Misalnya saja nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam budaya Jepang. Masyarakat negeri matahari terbit ini merupakan masyarakat yang sangat menjunjung tinggi dan menerapkan nilai-nilai tradisional di tengah-tengah pola kehidupannya yang sudah modern. Hal tersebut membuat Jepang menjadi sebuah bangsa yang maju yang sangat disegani oleh bangsa-bangsa lainnya di dunia. Di antara banyaknya nilai-nilai tradisional Jepang yang berakar dari budaya luhur mereka, terdapat beberapa hal yang menarik untuk dipelajari, seperti haji, amae, honne tatemae, giri, on, ‘ ninjou’. Nilainilai itulah yang kemudian dianggap sebagai ciri khas atau karakteristik bangsa Jepang. Sebuah karakter yang membangun bangsa Jepang sehingga menjadi bangsa yang besar seperti sekarang ini (Ainun, 2008 : 1). Akan tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya difokuskan pada konsep giri dan ‘ ninjou’ saja.
1.1.1 Sekilas Tentang Giri Berdasarkan Encyclopedia Wikipedia (2009) giri adalah nilai-nilai budaya Jepang yang dalam bahasa Inggris kurang lebih diartikan sebagai tugas atau kewajiban, atau bahkan beban kewajiban, dengan penekanan pada pengaruh budaya dan kultur jepang, daripada hanya sekedar arti dari kata tersebut. 1
Giri menurut Befu dalam Yayan (1996 : 24-25) adalah kata giri (義理) terdiri dari dua karakter kanji yaitu ’ gi ’ (義) yang memiliki arti keadilan, kebenaran, kewajiban, moralitas, kemanusiaan, kesetiaan, perasaan hormat, dan ’ ri ’ (理) yang memiliki arti alasan, logika, prinsip. Dalam penggunaanya, ’giri’ merujuk kepada suatu tanggung jawab, kehormatan, berhutang budi, dan kewajiban sosial. Menurut Benedict (2000 : 141) ’ giri ’ adalah suatu kewajiban untuk mengembalikan atau membalas semua pemberian yang telah diterima dengan nilai yang sama harganya dari apa yang telah diterima sebelumnya. Hubungan antara kedua belah pihak tersebut pun tidak hanya berlaku diantara mereka yang memiliki hubungan khusus, tetapi juga antara teman ataupun kolega dan relasi.
1.1.2 Sekilas Tentang ‘ ninjou’ Menurut Befu dalam Yayan (1996 :26-27) ‘ ninjou’ (人情) terdiri dari dua karakter kanji, yaitu ’ nin ’ (人) yang memiliki arti orang atau manusia, dan, ’ jou ’ (情) yang memiliki arti emosi, perasaan hati, cinta kasih, simpati, ketulusan. Dalam penggunaannya kata ‘ ninjou’ merujuk kepada kecenderungan perasaan peri kemanusiaan, kebaikan hati, dan keinginan-keinginan yang bersifat alamiah. Dalam Encyclopedia Wikipedia (2009) ’ ‘ ninjou’ ’ adalah sebuah emosi manusia atau empati dalam konteks budaya Jepang. Hal tersebut juga diartikan sebagai perasaan manusia yang berkaitan dengan nilai-nilai giri atau kewajiban sosial di dalam budaya Jepang. Secara umum ‘ ninjou’ dapat dikatakan sebagai perasaan manusia yang memantul kembali dalam konflik kewajiban sosial.
2
Nilai-nilai tersebut tidak hanya tercermin dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang, namun juga dalam wujud karya seni dan karya sastra. Misalnya seperti kaligrafi, lukisan, seni gerak, dan juga drama. Sesuai dengan berkembangnya kehidupan masyarakat Jepang yang modern, maka lahirlah berbagai macam karya-karya sastra. Sesuai dengan Sastra dalam Wikipedia Indonesia Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia (2008), kesusastraan adalah sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan tertentu. Sastra mencakup semua tulisan baik yang tertulis maupun yang lisan. Termasuk dalam kesusastraan adalah novel, cerita, syair, pantun, sandiwara atau drama, lukisan atau kaligrafi. Tulisan tersebut menjadi sarana untuk mengekspresikan pengalaman atau pemikiran tertentu.
1.1.3 Sekilas Tentang Drama TV Jepang Setiap bangsa memiliki kesusastraan sendiri. Maka kesusastraan menjadi salah satu kekayaan yang dimiliki suatu bangsa yang dilestarikan secara turun–temurun dari generasi ke generasi. Salah satu kesusastraan yang dimiliki bangsa Jepang adalah drama Jepang atau dalam bahasa Jepang disebut dorama. Dalam drama ini para tokoh menginterpretasikan suatu kebudayaan Jepang secara tidak langsung. Dengan memahami lebih jauh tentang budaya Jepang dalam sebuah drama akan memberikan kita gambaran tentang perilaku, pola pikir serta budaya sehari-hari mereka sehingga memudahkan kita untuk beradaptasi maupun berinteraksi dengan masyarakat Jepang. Menurut artikel dalam Wikipedia The Free Encyclopedia (2008), drama adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera. 3
Sebagian besar orang pasti gemar menonton drama. Menariknya jalan cerita dari drama seri ini bahkan membuat sebagian orang yang menontonnya dapat tertawa, menangis, dan takut dalam waktu yang bersamaan. Topik yang disuguhkan mempunyai nilai-nilai moril yang berbeda. Dikatakan berbeda karena penyampaian pesan yang sederhana dan ringan namun tetap tersirat dengan nilai-nilai morilnya. Drama Jepang dalam dorama terebi merupakan pokok dari televisi Jepang dan disiarkan setiap hari. Semua jaringan utama televisi di Jepang menghasilkan berbagai jenis drama termasuk percintaan, komedi, persahabatan, cerita detektif, horor, dan lainlain. Seperti di banyak negara lainnya, televisi Jepang tidak dapat disangkal merupakan jenis media yang paling penting. Survei membuktikan pada tahun 2000 oleh NHK, jaringan umum siaran jepang, menunjukan bahwa 95 persen orang Jepang menonton televisi setiap hari, 86 persen mengatakan mereka menganggap televisi sangat diperlukan, dan 68 persen mengatakan hal yang sama di koran (Kurniawati, 2008 : 1). Film atau drama Jepang memiliki tema yang variatif, sederhana, detail, dan menyentuh, menyajikan realitas kehidupan, tidak selalu happy ending, dan ada pesan yang dapat diambil dari drama atau film Jepang seperti belajar mensyukuri segala hal. Penulis tertarik untuk meneliti konsep budaya Jepang dengan menggunakan media drama, salah satu alasannya adalah karena drama di Jepang tidak selalu hanya berisikan cerita tentang cinta saja. Tapi banyak tema-tema mengenai persahabatan yang bermunculan dalam drama di Jepang. Menurut penulis konsep persahabatan yang ada di dalam drama Jepang ini sangat unik. Karena memang terinspirasi sendiri dari konsep asli budaya Jepang itu sendiri. Sehingga membuat kita yang merupakan orang asing kadangkadang merasa bingung menonton film drama Jepang dengan konsep budaya yang ada di Jepang. Orang jepang biasanya berinteraksi dengan kelompok-kelompok yang sama 4
sesuai dengan dimana ia beraktivitas sehari-hari. Kalau ia masih dalam lingkungan sekolah atau kuliah, kelompok interaksinya hanya berasal dari kelompok sekolahnya atau tempat kuliahnya saja. Dan itupun hanya terjadi apabila ada suatu kesamaan antar kelompoknya itu. Begitu juga dengan dunia kerja. Sangat jarang sekali orang Jepang memperkenalkan orang lain yang diluar dari kelompoknya itu sebagai “kelompok saya”. Karena dalam kelompoknya ini memiliki tingkat keintiman yang tinggi, sampai-sampai kelompok ini menjadi keluarga kedua bagi mereka yang tergabung dalam kelompok ini, dan biasanya memiliki tingkat kesetiaan dan kepercayaan yang tinggi. Dan kelompokkelompok ini bisa terjadi atas dasar sebuah hubungan persahabatan (Nakane, 1991 : 125). Drama Jepang yang akan penulis pakai untuk penulisan ini yaitu nobuta wo produce. Drama ini menceritakan tentang persahabatan yang terjadi antara tiga tokoh yang berperan di dalam drama ini. Yaitu Kiritani Shuuji, Kotani Nobuko, dan Akira. Ketiga tokoh ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Nobuko adalah seorang siswi yang sedikit anti sosial. Ia tidak bisa berkomunikasi dengan baik selayaknya orang biasa. Hal ini disebabkan karena trauma waktu Nobuko masih kecil yang mempengaruhi mentalnya dalam bersosialisasi di masyarakat. Sedangkan Akira adalah anak orang kaya yang sedikit tidak akur dengan ayahnya dan menumpang dengan seorang pemilik kedai tahu. Sifatnya yang aneh dan tingkah lakunya yang unik sangat menonjol pada karakter Akira ini. Namun yang menjadi fokus utama dalam penulisan ini adalah pada tokoh Kiritani Shuuji. Kiritani Shuuji adalah murid yang paling populer di sekolahnya. Ia rela melakukan apapun untuk menjaga kepopulerannya itu. Termasuk dengan pura-pura mempunyai hubungan dengan murid paling cantik di sekolahnya yaitu yang bernama Mariko. Mariko adalah siswi yang populer di sekolahnya. Jadi siapa yang bisa mempunyai hubungan dengannya akan dipuji oleh murid satu sekolah. Mariko pada 5
awalnya mempunyai perasaan khusus yang tulus dengan Shuuji, namun karena Shuuji hanya memanfaatkannnya untuk menjaga kepopulerannya di sekolah Mariko tidak pernah merasa perasaanya dibalas oleh Shuuji. Dan akhirnya Shuuji mengaku bahwa ia tidak pernah menyukai Mariko dan hanya berpura-pura saja. Hal ini membuat sedih Mariko dan tidak pernah berbicara lagi dengan Shuuji setelah peristiwa itu. Latar belakang kejadian ini meyebabkan sikap membalas konsep giri Shuuji kepada Mariko, karena Shuuji merasa mempunyai kewajiban moral untuk membalas kebaikan yang pernah diterimanya dari Mariko. Hal ini sesuai dengan pernyataan menurut De Mente (1997:5) bahwa seseorang berkewajiban membayarkan hutangnya tersebut atau dengan kata lain menyeimbangkannya dengan beberapa kebaikan atau pengorbanan. Kesadaran ini yang membuat hubungan Shuuji dengan Mariko kembali menjadi baik lagi. Adegan inilah salah satunya yang akan dibahas oleh penulis pada bab analisis data nanti. Dan pada kesimpulanya dalam drama ini dijelaskan bahwa hubungan persahabatan yang terjadi karena konsep – konsep asli budaya Jepang seperti giri dan ‘ ninjou’. Penelitian ini didasari oleh satu konsep yang disebut dengan konsep persahabatan. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa tema drama-drama yang bermuculan di Jepang, tidak hanya berisikan tentang cerita cinta saja. Akan tetapi, banyak tema-tema lain seperti detektif, misteri, dan juga persahabatan. Tema persahabatan yang terjadi dalam drama-drama Jepang sangat, bahkan bisa dikatakan belum tentu bisa terjadi di negara lain. Ini disebabkan oleh penerapan budaya asli Jepang yang sangat kental di dalam masyarakat Jepang pada umumnya
6
1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang diterangkan di atas, penulis ingin meneliti tentang konsep giri dan ‘ ninjou’ yang ada dalam drama Nobuta Wo Produce. 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penelitian ini akan penulis batasi analisis konsep giri dan ‘ ninjou’ hanya pada hubungan persahabatan yang dilakukan oleh tokoh utama dalam drama Nobuta Wo Produce yaitu Kiritani Shuuji dengan teman-temannya. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui adanya konsep giri dan ‘ ninjou’ yang terjadi dalam hubungan persahabatan pada tokoh Shuuji dalam drama Nobuta Wo Produce. Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah supaya kita dapat memahami konsep budaya Jepang yaitu konsep giri dan ‘ ninjou’ dalam kehidupan masyarakat Jepang. Khusunya pada hubungan persahabatan di Jepang melalui drama nobuta wo produce. 1.5 Metode Penelitian Dalam pengumpulan data dan bahan-bahan penyusunan skripsi ini, penulis mengadakan penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan metode penelitian data, yang pertama adalah dengan studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, dan internet. Untuk melengkapi data yang ada penulis membaca buku-buku yang berhubungan dengan penyusunan skripsi ini, seperti buku diktat, majalah, artikel, jurnal, internet, serta buku penyusunan skripsi. Buku-buku tersebut penulis dapatkan dari perpustakaan Binus, perpustakaan Japan Foundation, perpustakaan nasional Jakarta Barat, toko buku Gramedia dan lain-lain. Dan yang kedua adalah dengan metode deskriptif kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan 7
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari individu dan pelaku yang diamati. Dengan cara ini penulis menggabungkan data-data yang telah diperoleh dari buku diktat, majalah, artikel, jurnal, internet, lalu menggabungkannya dengan pemikiran penulis dan kemudian menganalisanya. 1.6 Sitematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab 1 Pendahuluan, dalam bab ini terdapat latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori, dalam bab ini penulis akan membahas tentang teori-teori yang mendukung, terdiri dari konsep pola hubungan persahabtan di Jepang menurut Chie Nakane, pola hubungan persahabtan di sekolah Jepang, konsep giri dan ‘ ninjou’, teori penokohan dan teknik montase. Bab 3 Analisis Data, pada bab ini penulis akan menganalisis data-data yang telah didapat oleh penulis dan mengaitkannya dengan menggunakan teori-teori pada bab 2 Landasan Teori. Bab 4 Simpulan dan Saran, pada bab ini berisi tentang simpulan yang didapatkan penulis dari hasil analisis pada bab 3 Analisis Data dan saran kepada peneliti lainnya mengenai penelitian ini. Bab 5 Ringkasan, dalam bab ini akan diberikan ringkasan dari seluruh isi skripsi. Dimulai dari latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan dan manfaat penelitian dan hasil penelitian sebagai jawaban dari permasalahan dalam skripsi ini.
8