BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Istilah berkelainan dalam percakapan sehari-hari dikonotasikan sebagai sesuatu yang menyimpang dari rata-rata pada umumnya. Penyimpangan tersebut mempunyai nilai lebih atau kurang Pendidikan bagi anak berkelainan atau luar biasa merupakan bagian dari ilmu Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau sering disebut Ortopedagogik.1 Pendidikan Luar Biasa (PLB) bukan merupakan pendidikan yang secara keseluruhan berbeda dari pendidikan pada umumnya. Jika kadang-kadang diperlukan pelayanan yang terpaksa memisahkan anak luar biasa dari anak lain pada umunya, hendaknya dipandang untuk keperluan pembelajaran (Intruction). Hal ini berarti bahwa pemisahan anak luar biasa dari anak lain. Pada umumnya hendaklah dipandang untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pencapaian tujuan belajar yang terprogram, terkontrol dan terukur atau yang secara ringkas disebut tujuan instruksional khusus (Instructional objectives). Penelitian ini akan membahas tentang anak yang mempunyai kelainan mental rendah atau tunagrahita. Yang dimaksud dengan anak berkebutuhan khusus tunagrahita atau anak dengan hendaya perkembangan di sini adalah anak-anak yang mengalami kelainan fungsi dari organ-organ tubuhnya baik 1
Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003),cet.2,h.19
1
2
secara fisik ataupun psikis. Sehingga anak tersebut tidak dapat belajar di kelas atau sekolah reguler dengan metode standar.2 Tunagrahita sering juga disebut dengan keterbelakangan mental (retardasi mental) adalah mereka yang memiliki kemampuan intelektual (IQ) dan keterampilan di bawah rata-rata teman seusianya.3 Menurut AAMR (American Assosiation on Mental Retardartion) keterbelakangan mental menunjukkan adanya keterbatasan dalam fungsi intelektual yang di bawah rata-rata, dimana berkaitan dengan keterbatasan pada dua atau lebih dari keterampilan adaftif seperti komunikasi, merawat diri sendiri komunikasi social, kesehatan dan keamanan, fungsi akademis, waktu luang dan lain-lain. Keadaan ini tampak sebelum usia 18 tahun.4 Menurut ICD WHO Geneve retardasi mental adalah suatu keadaan perkembang mental yang terhenti atau tidak lengkap yang ditandai oleh adanya hendaya, keterampilan selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensi, yaitu kemampuan kognitif, bahasa motorik dan sosial.5 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Batang merupakan Sekolah yang dibawah naungan Dinas Pendidikan Kabupaten Batang Provinsi Jawa Tengah yang berlokasi di Jl.Pemuda No 10 Kauman - Batang. SDLB Negeri
2
Sapariadi, Mengapa anak bermasalah Perlu Mendapat Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka,1982) 3 Nur’aeni,Intervensi Dini bagi Anak Bermasalah, (Jakarta:PT.Rineka Cipta,1997),cet.ke-1, h.105 4 Frieda Mangunsong et.al,Psikologi dan Pendidikan Luar Biasa, (Jakarta:LPSP3 UI,1998),cet.ke-1,h.102 5 Lumbantobing,Anak dengan mental Terbelakang, (Jakarta:Balai Penerbit Fakultas Kedokteran UI,1997),h.2
3
Batang merupakan Sekolah yang ditunjuk Pemerintah untuk mendidik anak – anak yang berkelainan, baik kelainan fisik maupun mental. Disamping itu sekolah tersebut banyak diminati oleh masyarakat yang mempunyai anak berkelainan karena sekolah tersebut dianggap dapat mendidik mereka dengan baik, serta sudah memiliki guru Pendidikan Agama Islam yang khusus untuk masing-masing anak berkelainan. SDLB Negeri Batang terdiri dari SDLB C (Tunagrahita), SDLB A (Tunanetra), SDLB D (Tunadaksa), SDLB G (Tunaganda) dan Autis. Namun dalam hal ini penulis memilih SDLB C (Tunagrahita) karena mereka itu berbeda dengan anak yang berkelainan pada bagian SDLB A,D,G, dan Autis. Anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang memiliki banyak macamnya ada yang disertai dengan buta warna, disertai dengan kerdil badan, disertai dengan berkepala panjang, disertai dengan bau badan tertentu, dan segalanya, tetapi ada pula yang tidak disertai apa-apa. Mereka semua mempunyai persamaan yaitu kurang cerdas dan terhambat dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan jika dibandingkan dengan teman sebayanya. Mereka memiliki ciriciri khas dan tingkat tunagrahitaan yang berbeda – beda, ada yang ringan, sedang,berat dan sangat berat. Pengklasifikasian anak tunagrahita yang sudah lama dikenal ialah Debil untuk yang ringan, Imbesil untuk yang sedang, dan Idiot untuk berat dan sangat berat. Sedangkan di SDLB Negeri Batang tunagrahita dikelompokan menjadi : Mampu didik, mampu latih, dan mampu rawat. Pengelompokan tunagrahita berdasarkan IQ menuruh WHO (Vivian Navaratman, 1987:403)
4
yaitu : tunagrahita ringan dengan IQ 50-70, tunagrahita sedang dengan IQ 3050, dan tunagrahita yang berat/ sangat berat dengan IQ kurang dari 30.6 Pendidikan bagi penyandang kelainan atau ketunaan ditetapkan dalam Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32 di sebutkan bahwa: “Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, social ”.7 Ketetapan dalam undang-undang tersebut sangat berarti bagi anak berkelainan, karena memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pembelajaran. seorang pendidik yang berkecimpung dalam dunia pembelajaran, supaya proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien maka penguasaan materi saja tidaklah cukup. Ia harus menguasai berbagai metode penyampaian yang sesuai dengan materi yang di ajarkan. Pendidik juga harus memperhatikan kemampuan yang dimiliki peserta didik. Para pendidik harus pandai memilih dan menggunakan metode yng akan digunakan. Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan sub sistem pendidikan nasional. Terwujudnya tujuan pendidikan Agama berarti sukses pula tujuan pendidikan nasional, untuk itu oleh para pendidik agama berupaya dilakukan
6
Mohamad Amin dan Andreas Dwidjosumarto, 1979, Pengantar Pendidikan Luar Biasa, Jakarta:Depdibud. 7 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi Aksara,2006), h.1
5
demi tercapainya tujuan tersebut. PAI juga merupakan salah satu cara untuk menanamkan rasa keagamaan pada anak. Itulah sebabnya pada sekolah – sekolah diberikan pelajaran Agama, tanpa terkecuali pada sekolah luar biasa yang
mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan sekolah – sekolah pada
umumnya baik sistem maupun pelaksanaannya. Adapun Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu kebutuhan rohaniah maupun sebagai pegangan hidup, karena itu PAI mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk akhlak bagi siswa yang mengalami ketidak sempurnaan salah satu fungsi panca indera (fisik mereka tidak normal) untuk itu mereka memerlukan pendidikan yang khusus, pada umumnya terlihat anak-anak tidak normal biasanya memiliki sikap yang kurang percaya diri, maka dengan Pendidikan Agama Islam diharapkan siswa SDLB Negeri Batang berubah lebih baik serta percaya diri ataupun mereka tidak merasa terkucilkan dengan anak-anak yang lain. Materi agama Islam yang diberikan kepada anak tunagrahita hanya dibatasi pada materi-materi yang sederhana. Muatan materinya meliputi alqur‟an, aqidah, akhlak, dan fiqih. Cara penyampaian materinya yang berkaitan dengan keseharian suasana pembiasaan kehidupan Islami seperti doa sehari-hari, surat-surat pendek, pengenalan huruf hijaiyah, pengenalan rukun iman, rukun Islam, wudhu, shalat berikut prakteknya, serta memberi contoh yang baik pada anak didik.
6
Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang sangat terbatas, karena tidak semua metode yang ditentukan dalam kurikulum dapat diterapkan dalam pembelajaran. Dalam kurikulum Sekolah luar biasa tingkat dasar untuk bidang Studi Pendidikan Agama Islam ditentukan bahwa metode pembelajaran yang sering di gunakan adalah metode pembelajaran individual penggunaan ini didasarkan pada karakter siswa, kondisi, dan kemampuan siswa. Anak
yang
menyandang
tunagrahita
(terbelakang
mental)
tentu
memerlukan metode yang tepat agar materi pelajaran dapat diterima dengan baik. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran PAI bagi anak tunagrahita. Begitu juga dalam pembelajaran di SDLB Negeri Batang dalam Upaya pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan Metode yang tepat bagi tunagrahita. Sedangkan kurikulumnya disesuaikan
untuk
mewujudkan
tujuan
pendidikan
nasional
dengan
memperhatikan tahap perkembangan peserta didik yang menyandang kelainan fisik, mental atau perilaku dan kesesuian dengan lingkungan kebutuhan pembangunan ilmu. Untuk itu penulis merasa tertarik mengambil judul dalam skripsinya yaitu : “Metode Pembelajaran Individual Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang.
7
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan mengemukakan pokok permasalahan yang membutuhkan pembahasan lebih lanjut untuk bisa terfokus pada permasalahan penelitian Pokok permasalah tersebut adalah : 1. Bagaimana karakteristik anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang? 2. Bagaimana metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang? 3. Apa faktor pendukung dan penghambat metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang? Untuk memahami dan membatasi sebagaimana yang tersurat dalam judul di atas maka perlu dijelaskan istilah sebagai berikut : 1. Metode Metode berarti cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 2. Pembelajaran Individual Pengertian pembelajaran individual Istilah pembelajaran individual atau pembelajaran perseorangan merupakan suatu siasat untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak dari pada yang dapat
8
diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatanbelajar mengajar dalam kelompok siswa yang besar.8 yang dimaksud pembelajaran Individual dalam skripsi ini adalah pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. 3. Pendidikan Agama Islam Pendidikan agama Islam adalah usaha-usaha secara sistematis dan praktis dalam membentuk anak didik agar hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.9 Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum terbentuknya kepribadian utama menurut agama Islam.10 4. Anak Tunagrahita Pemakaian kata “anak ” dalam skripsi adalah siswa yang belajar di suatu lembaga pendidikan. Dalam penelitian ini, pemakaian kata “anak”dan “siswa” adalah sama maknanya, yaitu siswa yang belajar dalam suatu lembaga pendidikan. Sutjihati Somantri, mendefinisikan anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan dibawah ratarata.11 Nur’aeni mendefinisikan anak tunagrahita adalah seseorang yang memiliki kemampuan intelektual /IQ dan keterampilan 8
Undang-Undang Sisdiknas 2003, UU RI No. 20 Tahun 2003, Cet. 1, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 4 9 Zuhairini, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Usaha Nasional, Surabaya, 1982.hlm. 27. 10 Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Al-Ma’arif, Bandung, 1989, hlm. 23. 11 Sutjihati Somantri, Psikologi Anak Luar Biasa (Bandung: Refika Cipta, 2004),hlm.102
9
penyesuaian dibawah rata-rata teman seusianya.12 Bagian C adalah penyebutan untuk kelompok anak terbelakang mental.13 5. SDLB Sekolah dasar luar biasa yaitu suatu lembaga pendidikan yang khusus bagi anak – anak berkebutuhan khusus dari satu jenis kelainan. SDLB bagian A (Tunanetra), bagian D (Tunadaksa), bagian G (Tunaganda), bagian C (Tunagrahita) dan Autis. 6. SDLB Negeri Batang Sekolah Dasar Negeri yang menangani Pendidikan anak – anak Luar Biasa dan merupakan Sekolah Luar Biasa yang menampung anak-anak berkelainan yang lokasinya berada di Jl.Pemuda No 10 Kauman - Batang. Dari uraian di atas maka yang akan dibahas dalam skripsi ini mengenai metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dan manfaat yang hendak penulis capai dalam penelitian ini tidak terlepas dari yang ada, yaitu sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik Anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. 2. Mengetahui metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang.
12
Nur’aeni,Intervensi Dini Bagi anak Bermasalah, (Jakarta: Rineka Cipta,2004),hlm.105 Sapariadi,et.al, Mengapa Anak Berkelainan Perlu Mendapat Pendidikan, (Jakarta: Balai Pustaka,1982),hlm.46. 13
10
3. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan metode pembelajaran individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SDLB Negeri Batang. D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas tentang pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak Tunagrahita sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikat : 1. Secara teoritis a. Memberikan
sumbangan
pemikiran
dalam
dunia
Pendidikan
khususnya tentang Metode Pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita. b. Memberikan acuan bagi anak Tunagrahita untuk dapat lebih meningkatkan prestasi dalam dunia Pendidikan. 2. Secara Praktis Diharapkan
dapat
berguna
dalam
mengetahui
Metode
Pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis teoritis Menurut M.Basyiruddin usman metode mengajar merupakan suatu cara penyampaian bahan pelajaran untuk mencapai tujuan yang di tetapkan, maka fungsi metode mengajar tidak dapat di abaikan karena metode mengajar tersebut turut menentukan berhasil tidaknya suatu proses
11
belajar mengajar dan merupakan bagian yang Integral dalam suatu system pengajaran.14 Adapun macam-macam metode yang sering diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar salah satunya adalah metode Pembelajaran Individual,
metode
pembelajaran
Individual
atau
pembelajaran
perseorangan merupakan suatu siasat untuk mengatur kegiatan belajar mengajar sedemikian rupa sehingga setiap siswa memperoleh perhatian lebih banyak dari pada yang dapat diberikan dalam rangka pengelolaan kegiatan belajar mengajar dalam kelompok siswa yang besar.15 Metode Pembelajaran Individual ini merupakan metode yang sering diterapkan dalam pembelajaran di sekolah – sekolah sebagaimana metode – metode yang lainnya, metode pembelajaran individual ini juga terdapat kekurangan dan kelebihannya, tetapi dapat dikatakan metode Individual termasuk metode yang efektif bagi mereka yang menyandang Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa. Skripsi yang ditulis milik Siti Marfuah Nim.232108150 yang berjudul “Implementasi metode pembelajaran Agama Islam bagi anak Tuna netra di SMPLB Negeri 01 Pemalang” bahwa dalam pengimplementasian metode pembelajaran pendidikan Agama Islam bagi anak Tuna netra di SMP SLB Negeri 01 Pemalang, telah terlaksana dengan baik, dengan adanya faktor pendukung serta faktor penghambat tersebut, sehingga pelaksanaan
14
Ibid..hal.31-32. Zuhairini, et.al, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Usaha Nasional, Surabaya, 1982.hlm. 27. 15
12
metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak Tuna netra di SMP SLB Negeri 01 Pemalang maka dapat berjalan dengan baik16. Selain itu dalam skripsi Slamet Mahmudi Nim. 233206063 yang berjudul “Metode Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di SDLB PRI Pekalongan”. Menyimpulkan bahwa penerapan metode pendidikan Agama Islam pada anak berkebutuhan khusus di SDLB PRI Pekalongan sangat terbatas karena tidak semua metode yang ada dalam kurikulum dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran penggunaan metode pendidikan Agama Islam di dasarkan pada karakteristik kondisi dan kemampuan anak didik. Sehingga penerapan metode-metode pembelajaran pendidikan Agama Islam belum terealisir dengan baik17. 2. Kerangka berpikir Merupakan gambaran pola hubungan antar variable atau kerangka konseptual yang akan di gunakan untuk memecahkan masalah yang akan di teliti, di susun berdasarkan kajian teoritis yang telah di lakukan.18 Keberhasilan
kegiatan
belajar
mengajar
ditentukan
oleh
penggunaan metode yang tepat, efektif dan efesien serta mempunyai tujuan, sehingga metode yang digunakan dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar sesuai rencana.
16
Siti Marfuah,”Implementasi Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam bagi Anak Tuna Netra di SMPLB Pemalang”,Skripsi (Pekalongan : STAIN Pekalongan), hlm 90 17 Slamet Mahmudi,”Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Anak berkebutuhan khusus di SDLB PRI Pekalongan”,Skripsi (Pekalongan : STAIN Pekalongan), hlm83 18 STAIN,pedoman penulisan Skripsi,(pekalongan:STAIN Press,2011),hlm.15
13
Penggunaan metode pembelajaran merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pendidikan, suatu kegiatan belajar mengajar tidak lengkap jika tidak memiliki metode atau cara yang tepat dalam pembelajaran dan tanpa pengajaran yang baik kegiatan belajar mengajar tidak akan mencapai tujuan yang di harapkan. Pengajaran PAI merupakan sebuah pengajaran yang menuntut seorang pendidik untuk menggunakan variasi metode agar materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak didiknya. Ini karena materi PAI berisi tentang segala sesuatu yang bersinggungan dengan kehidupan anak didik sehari – hari baik di rumah, di lingkungan sekolah, maupun di masyarakat tidak cukup jika materi tersebut disampaikan dengan metode yang tidak melibatkan anak secara langsung. Pengajaran yang efektif artinya pengajaran yang dapat di pahami murid secara sempurna. Dalam ilmu pendidikan sering juga di katakana bahwa pengajaran yang tepat ialah pengajuan yang berfungsi pada murid artinya
menjadi
milik
murid,
pengajaran
itu
membentuk
dan
mempengaruhi pribadinya.19 Metode Pembelajaran Individual merupakan salah satu teknik mengajar yang dilakukan seorang guru atau orang lain bahkan siswa itu sendiri untuk memperlihatkan pada suatu kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu. Dengan pengertian yang lain yaitu cara pengaturan program belajar dalam setiap mata pelajaran, disusun dalam 19
Ahmad Tafsir, metodologi pengajaran Agama Islam,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,1995),hlm.9-10
14
suatu cara tertentu yang disediakan bagi tiap siswa agar dapat memacu kecepatan belajarnya dibawa bimbingan guru. Pengajaran individual dapat mencakup cara-cara pengaturan sebagai berikut: Rencana studi mandiri. Guru dan siswa bersama-sama mengadakan perjanjian mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari dan apa tujuannya. Para siswa mengatur belajarnya sendiri dan diberikan kesempatan untuk berkonsultasi secara berkala kepada guru untuk memperoleh pengarahan atau bantuan dalam menghadapi tes dan menyelesaikan tugas-tugas perseorangan.Studi yang dikelola sendiri Siswa diberi sejumlah daftar tujuan yang harus dicapai serta materi pelajaran yang harus dipelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan dilengkapi dengan daftar kepustakaan. Pada waktuwaktu tertentu siswa menempuh tes dan dinyatakan lulus apabila telah memenuhi criteria yang ditetapkan. Metode pembelajaran Individual dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, melatari metode
pembelajaran
dengan
cakupan
teoritis
tertentu.
Metode
pembelajaran individual adalah pendekatan yang sangat memperhatikan perbedaan individual peserta didik yang beragam, dengan tujuan agar peserta didik memiliki penguasaan yang optimal terhadap materi
15
pelajaran. Pembelajaran ini dilakukan oleh guru dengan memahami karakter atau watak dari setiap siswa.20 Upaya pemberian Pendidikan pada anak yang berkelainan Khususnya Tunagrahita perlu adanya perhatian dari berbagai pihak, seperti pemerintan, masyarakat dan sekolah. Mereka berhak mendapatkan perlakuan yang sama sebagaimana pendidikan yang telah di berikan pada anak normal, justru pendidik harus mampu mengatasi atau meminimalisir kekurangan mereka agar tidak menghambat penyampaian materi. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, penelitian kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan penelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami 21. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghsilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan
prosedur
analisis
statistik
atau
cara
kuantifikasi
lainnya22.Penelitian kualitatif di sini berupa kualitatif lapangan yang akan dianalisis dengan analisis deskriptif. 2.
Fokus dan Ruang Lingkup Penelitian Fokus penelitian adalah apa-apa yang akan diteliti dalam sebuah kegiatan penelitian untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas. Maka dalam sebuah penelitian harus ada fokus yang dijadikan kajian
20
ibid Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung:Angkasa, 1993), hlm.159 22 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya:2009), Cet.22, hlm.6 21
16
dalam penelitian, karena permasalahan yang ada biasanya sangat kompleks dan tidak mungkin diteliti secara serempak dari semua segi secara serentak. Seringkali permasalahan melibatkan begitu banyak variabel dan faktor, sehingga berada di luar jangkauan kemampuan seorang
peneliti.
Selain
itu
suatu
penelitian
yang
menyangkut
permasalahan yang terlalu luas tidak akan dapat memberikan kesimpulan yang bermakna dalam23. Dalam penelitian ini, fokus dan ruang lingkup penelitian bertumpu pada Metode Pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam bagi anak tuna grahita di SDLB Negeri Batang. 3. Sumber Data Lexy J. Moleong mengatakan bahwa sumber data utama berupa kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen, foto, bahan pustaka dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik.24 Dalam penelitian ini peneliti membagi sumber data seperti di bawah ini : a. Sumber data primer : kepala sekolah, wakil kepala, guru dan staf yang bersangkutan yang memang peneliti perlukan. b. Sumber data sekunder : dokumen-dokumen, catatan, foto-foto, maupun transkip penting yang relevan. 23
Saifuddin Azwar, Metodologi Penelitian, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar,2005)Cet.VI,
hlm.12 24
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 122.
17
4. Metode Pengumpulan Data Metode yang ditempuh oleh penulis untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam penelitian ini di antaranya sebagai berikut: Satu teknik pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dari sumber data.25 Metode
ini
digunakan
untuk
memperoleh
data-data
yang
berhubungan dengan: a. Metode Observasi Metode observasi adalah cara pengumpulan data dengan terjun dan melihat langsung ke lapangan, terhadap objek yang diteliti. Dalam observasi ini peneliti menggunakan teknik observsi langsung untuk mengetahui secara langsung tentang Metode Pembelajaran Individual Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang. b. Metode wawancara Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.26
25
Mohammad Ali, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, (Bandung: Angkasa, 1992),hlm.83 26 Lexy JMoleong,Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT.Remaja Rosdakarya.2009.hlm: 18
18
Wawancara yang dilakukan bersifat lentur, terbuka, dan pertanyaanpertanyaan yang diajukan semakin terfokus, rinci, dan mendalam. Maksud wawancara adalah untuk mengumpulkan data-data tentang sejarah berdirinya sekolah, struktur organisasinya, sarana-prasarana, keadaan siswa, dan metode pembelajaran, sedangkan yang menjadi narasumber adalah kepala sekolah dan guru. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya.27 Adapun yang dimaksud dokumen di sini adalah data atau dokumen yang tertulis. Dengan metode ini, peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga peneliti dapat memperoleh catatancatatan yang berhubungan dengan penelitian seperti: gambaran umum sekolah, struktur organisasi, kurikulum, keadaan guru dan siswa, catatan-catatan, foto-foto dokumenter dan sebagainya. d. Metode Analisis Data Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:Rineka Cipta,2002), cet.12, hlm.206
19
dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 28 Berdasarkan jenis dan pendekatan penelitian sebagaimana tersebut, metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif dengan pola pikir induktif yakni berangkat dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang kongkret, kemudian dari fakta-fakta atau peristiwa-peristiwa yang khusus kongkret itu ditarik kesimpulan yang bersifat umum.29 Metode analisis data kualitatif deskriptif yaitu menyajikan dan menganalisis fakta secara sistematik sehingga dapat lebih mudah untuk difahami dan disimpulkan. Data yang dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi.30 Metode ini penulis gunakan untuk menganalisis data yang diperoleh dari lapangan dengan berdasarkan konsep dan teori yang ada. Dalam analisis ini, penulis akan mendeskripsikan tentang Metode Pembelajaran Individual pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) bagi anak Tunagrahita di SDLB Negeri Batang. G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi merupakan hal yang sangat penting, karena berfungsi untuk menyatakan garis-garis besar dari masing-masing bab yang saling berkaitan dan berurutan. Dalam penulisan skripsi ini penulis 28
Ibid.hlm280 Sutrsno Hadi, Metodologi Research, jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), hlm.42 30 Ibid, hlm.6-7 29
20
membagi tiga bagian, yaitu bagian depan, isi, dan akhir. Pada bagian depan memuat halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan halaman daftar isi. Adapun bagian isi memuat lima bab. BAB 1 adalah Pendahuluan yang terdiri dari : latar belakang masalah, rumusan masalah, Tujuan Penelitian Kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan sistematika Penulisan Skripsi. BAB 11 Kajian Pustaka terdiri dari Tiga sub baba. Bagian pertama tentang Metode Pembelajaran Individual meliputi pengertian, latar belakang, tujuan, karakteristik, prinsip – prinsip, peran siswa, peran guru,keunggulan dan keterbatasan. Bagian kedua tentang Pendidikan Agama Islam meliputi pengertian, dasar, tujuan dan fungsi, pembelajaran. Bagian ketiga tentang anak Tunagrahita meliputi pengertian, karakteristik, faktor penyebab, klasifikasi. BAB III Gambaran Umum SDLB Negeri Batang, berisi empat sub bab. Bagian pertama tentang Profil SDLB Negeri Batang meliputi: letak sekolah, sejarah berdiri, visi dan misi, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa, sarana dan prasarana. Bagian kedua tentang karakteristik anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Bagian ketiga tentang metode pembelajaran individual pada mata pelajaran pendidikan agama islam bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Bagian keempat tentang faktor pendukung dan penghambat dalam metode pembelajaran individual bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang.
21
BAB IV Analisis Data Meliputi: Analisis data tentang karakteristik anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang, Analisis data tentang metode pembelajaran individual pada mata pelajaran pendidikan agama islam bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang, Analisi data tentang faktor pendukung dan penghambat metode pembelajaran individual pada mata pelajaran pendidikan agama islam bagi anak tunagrahita di SDLB Negeri Batang. Bab V, Penutup berisi Kesimpulan dan Saran.