BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana kegagalan penderita TB dalam pengobatan TB yang masih tinggi walau penanggulan TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short Course).Angka kegagalan pengobatan pasien TB yang berobat di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan mencapai 16,29% yang dikarenakan oleh drop out yaitu pasien yang tidak datang lagi untuk berobat dan tidak dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya (UPT. Kesehatan Paru, 2013). Dalam mewujudkan visi Indonesia sehat 2010 telah diterapkan misi pembangunan yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong
kemandirian
masyarakat
untuk
hidup
sehat,
memelihara
dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat. Seiring dengan cepatnya dalam perkembangan era globalisasi serta adanya transisi demografi dan epidemiologi penyakit akibat perilaku dan sosial budaya cenderung semakin kompleks, perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan kependudukan yang selalu teoritis memiliki sebanyak 30%-50% terhadap derajat kesehatan (Delyuzar, 2007). Pada April 1993 WHO menyatakan TB sebagai suatu problema kesehatan masyarakat yang sangat penting dan serius di seluruh dunia serta merupakan penyakit
Universitas sumatera utara
yang menyebabkan kedaruratan global (Global Emergency), karena satu dari 3 penduduk dunia diperkirakan telah terinfeksi dengan mycobacterium tuberculosis disebut juga BTA (Basil Tahan Asam) sebagai kuman penyebab TB yang dibuktikan dengan pemeriksaan Mantoux test. Sekitar 95% penderita TB terdapat di negara sedang berkembang dengan sosioekonomi rendah termasuk Indonesia dan 75% dari penderita TB tersebut terjadi pada usia produktif. Setiap tahun sekitar 4 juta penderita TB paru menular di dunia. Menurut WHO diperkirakan pada tahun 2000 terdapat 8,74 juta penderita baru TB dan akan menjadi 10,2 juta penderita baru TB pada tahun 2005. Di kawasan Asia Tenggara diduga terjadi lebih dari 3,5 juta penderita baru TB dan lebih dari 1,3 juta kematian akibat penyakit ini dan diperkirakan pada tahun 2005 terdapat 3 juta penderita TB (Hutapea, 2009). Dari hasil data WHO tahun 2009, lima negara dengan insidens kasus terbanyak yaitu India (1,6-2,4 juta), China (1,1-1,5 juta), Afrika Selatan (0,4-0,59 juta), Nigeria (0,37-0,55 juta) dan Indonesia (0,35-0,52 juta. India menyumbang kirakira seperlima dari seluruh jumlah kasus didunia (21%). HIV dan TB merupakan kombinasi penyakit mematikan. HIV akan melemahkan sistem imun. Apabila seseorang dengan HIV positif kemudian terinfeksi kuman TB, maka akan beresiko untuk sakit TB lebih besar dibanding dengan HIV negatif. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama pada penderita HIV. Di Afrika, HIV merupakan satusatunya faktor utama yang menyebabkan peningkatan insidens TB sejak tahun 1990 (Yunus dkk, 2011).
Universitas sumatera utara
Tujuan nomor 6 dari Millenium Development Goals (MDG’s) 2015 yaitu melawan HIV/ AIDS, malaria dan penyakit lainnya termasuk TB yang terdeteksi dan pengobatan dengan DOTS meningkat. Di Indonesia, pada tahun 2010 target indikator case detection rate (CDR) sebesar 73% dengan capaian 73,02% dan target angka keberhasilan pengobatan atau success rate (SR) 88% sedangkan pencapaian adalah masing-masing sebesar 90%. Target stop TB partnership pada tahun 2015 yaitu mengurangi rerata prevalens dan kematian dibandingkan pada tahun 1990. Pada tahun 2050 targetnya adalah mengurangi insiden global akibat kasus TB menjadi kurang dari 1 kasus per satu juta populasi per tahun (Yunus dkk, 2011). Berdasarkan data dari hasil pengobatan penderita TB paru program DOTS selama tahun 2010-2012 di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan dapat dilihat pada tahun 2010 terdapat 372 orang pasien yang diobat terdapat pasien yang drop out sebanyak 68 orang (18,28%). Pada tahun 2011 terdapat 431 orang pasien yang diobat terdapat pasien yang drop out sebanyak 91 orang (21,06%). Dan pada tahun 2012 terdapat 308 orang pasien yang diobat terdapat pasien yang drop out sebanyak 22 orang (7,14%). Kegagalan penderita TB dalam pengobatan TB dapat diakibatkan oleh banyak faktor seperti obat, penyakit dan penderitanya sendiri. faktor obat terdiri dari panduan obat yang tidak adekuat, dosis obat yang tidak cukup, tidak teratur minum obat, jangka waktu pengobatan yang kurang dari semestinya dan terjadinya resistensi obat. Faktor penyakit biasanya disebabkan oleh lesi yang terlalu luas, adanya penyakit lain yang mengikuti, adanya gangguan imunologis. Faktor terakhir adalah masalah
Universitas sumatera utara
penderita sendiri seperti kurangnya pengetahuan mengenai TB, kekurangan biaya, malas berobat dan merasa sudah sembuh. Sebagian besar kasus disebabkan oleh faktor kekurangan biaya atau karena pasien sudah merasa sembuh, sehingga mengakibatkan pasien menjadi tidak patuh untuk melanjutkan pengobatan. Suatu harapan yang lebih baik dalam penanggulangan TB paru dengan dilaksanakannya cara pengobatan strategi DOTS dan diketahuinya hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan pengobatan serta perkembangan baru obat-obatan antituberkulosis, sehingga cakupan dan keberhasilan pengobatan akan meningkat. Berdasarkan fenomena yang terjadi yaitu tingginya angka drop out penderita TB paru pada program DOTS di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan. Hal ini mendorong peneliti untuk menganalisa drop out pasien TB paru pada program DOTS di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan.
1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan permasalahan adalah tingginya angkadrop out pasien TB paru dengan program DOTS di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan.
1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Tujuan penelitian ini untuk menganalisa faktor-faktor drop out pasien TB paru dengan program DOTS di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan.
Universitas sumatera utara
1.3.2. Tujuan Khusus Untuk menganalisa perbedaan penderita yang drop out dengan penderita yang tidak drop out dengan program DOTS di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan.
1.4.Hipotesis Ada perbedaan pengetahuan, PMO dan karakteristik penderita yang drop out dengan penderita yang tidak drop out dengan program DOTS di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan.
1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat Kepada Penulis 1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai keberhasilan program DOTS di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan. 2. Peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang penelitian serta melatih kemampuan membuat karya tulis ilmiah. 1.5.2. Manfaat pada Masyarakat Diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang pengobatan TB secara tuntas. 1.5.3. Manfaat Kepada Dinas Kesehatan Agar dapat memberikan masukan kepada Tenaga Kesehatan di UPT. Kesehatan Paru Masyarakat Medan dalam meningkatkan penyediaan obatdan memberi penyuluhan kepada penderita TB tentang pengobatan secara tuntas agar terjadi peningkatan keberhasilan pengobatan pasien TB.
Universitas sumatera utara