BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring perkembangannya, media telah menjadi sumber utama bagi sebagian besar masyarakat dalam memperoleh informasi tentang dunia di sekitarnya. Media menjadi tujuan utama masyarakat setiap kali ingin mencari informasi. Media juga memegang peranan penting terutama dalam pembentukan konsep. Media menampilkan berbagai macam konsep mengenai kehidupan manusia: apa yang baik dan apa yang buruk bagi masyarakat, siapa pahlawan dan siapa penjahat, isu apa yang relevan, solusi apa yang harus diambil, dan sebagainya. Konsep-konsep tersebut dikemas sedemikian rupa oleh media dalam bentuk rangkaian tanda-tanda. Tanda-tanda dapat berupa tulisan, gambar, suara, dan sebagainya. Media telah menciptakan suatu realitas di benak masyarakat, baik disadari secara langsung maupun tidak. Apa yang ditampilkan melalui media seolah-olah diterima sebagai realitas yang sesungguhnya, padahal itu merupakan hasil konstruksi media. Senada dengan hal tersebut, Gerbner (dalam De Fleur, 1996: 207) menyatakan bahwa simbol-simbol yang digunakan media membentuk konsepsi khalayak tentang dunia nyata atau dengan kata lain media membentuk konstruksi realitas. 1
Sajian dan pemberitaan dalam media merupakan realitas tangan kedua yang dibentuk sedemikian rupa oleh para pekerja media. Media merupakan agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan kepada khalayak luas. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, tergantung konteks yang dinilai sesuai oleh para pelaku sosial. Apa yang kita lihat, kita dengar, dan kita baca adalah produk dari pembentukan realitas oleh media. Realitas adalah hasil dari pelaku sosial, sehingga realitas dipahami secara beragam dan dipengaruhi oleh pengalaman, konteks, dan waktu (Kriyantono, 2006: 53). Realitas yang dibentuk oleh media dilatarbelakangi oleh berbagai kepentingan
tertentu,
misalnya
kepentingan
kepentingan
lainnya.
Kepentingan-kepentingan
ekonomi, tersebut
politik,
maupun
pada
akhirnya
memberikan suatu kerangka bagaimana realitas akan digambarkan oleh media melalui tanda-tanda. Tak hanya berita, film pun merupakan media untuk mengkonstruksi realitas. Film adalah salah satu media yang hampir secara keseluruhan dikonstruksi oleh produser dan tim produksinya. Sebagian besar unsur-unsur yang terkandung di dalamnya adalah hasil konstruksi. Bahkan film yang berdasarkan kisah nyata pun, merupakan hasil konstruksi karena proses produksinya tetap mengandalkan interpretasi dari tim produksi tersebut. Film yang sering disebut sebagai gambar bergerak memunyai peran tidak hanya sebagai media yang memberikan hiburan semata, tetapi juga sebagai alat
2
bantu untuk menyampaikan pesan tertentu di dalamnya. Kita dapat mengetahui makna dibalik sebuah film melalui tanda-tanda baik verbal maupun nonverbal. Munculnya serangkaian tanda tersebut tak dapat dipisahkan dari peran penting tokoh di dalamnya. Secara verbal, tokoh menyampaikan pesan melalui bahasa. Secara nonverbal, tokoh menyampaikan pesan melalui gesture, warna, sikap, jarak, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, media pun mengkonstruksi tokoh-tokoh dalam upaya penyampaian pesan. Marcel Danesi (2010: 40-44) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Memahami Semiotika Media memberikan contoh kasus sederhana tentang tokoh Superman. Tokoh Superman dianggap mewakili seorang !pahlawan" dalam tradisi mistis pahlawan manusia super, seperti Prometheus dan Hercules. Superman dikonstruksikan sebagai superhero Amerika Serikat yang berjuang demi !kebenaran", !keadilan", dan !dengan cara Amerika". Makna !tokoh pahlawan" yang dikaitkan dengan Superman adalah contoh dari !makna yang dimediasikan", yaitu penanda yang telah didaur ulang oleh media. Lebih lanjut, Marcel Danesi (2010: 134) membagi film menjadi tiga kategori yaitu film fitur, dokumentasi, dan film animasi yang secara umum dikenal sebagai film kartun. Dalam penelitian ini, film yang akan diteliti termasuk ke dalam kategori film animasi atau film kartun. Pada awalnya, film animasi memang dibuat sebagai sarana hiburan untuk anak-anak. Namun perkembangan teknologi animasi turut memperluas ruang gerak film animasi, baik
3
dari segi tema cerita maupun gambarnya, sehingga segmen penontonnya pun meluas. Salah satu film animasi yang menarik untuk dikaji adalah animasi Upin & Ipin. Upin & Ipin merupakan film animasi anak-anak produksi Les" Copaque, salah satu rumah produksi di Malaysia yang dirilis pada tahun 2007. Tak hanya di Malaysia, animasi ini pun sudah merambah ke Indonesia dan beberapa negara lain. Di Indonesia, Upin & Ipin ditayangkan setiap hari pada pukul 19.00 di saluran MNC TV (dulu TPI). Film ini berdurasi 5-7 menit setiap episodenya. Menurut
survei
AGB
Nielsen
dalam
artikel
Kompas.com
(www.kompas.com/news/read/2010/03/28/04294415/Rasa-Melayu-Upin-danIpin-) yang bertajuk # Rasa Melayu !Upin dan Ipin"$, film animasi Upin & Ipin menduduki daftar 50 program terbaik seluruh stasiun televisi di Indonesia pada pertengahan Januari 2010. Pencapaian ini juga sekaligus menerobos kepungan sinetron, reality show, dan variety show yang mendominasi televisi nasional. Film animasi Upin & Ipin mengisahkan kehidupan dua saudara kembar bernama Upin dan Ipin yang banyak mengetengahkan kehidupan masyarakat Melayu. Selain itu, film ini juga mengandung banyak nilai-nilai kehidupan seperti persahabatan, saling tolong-menolong, menghormati, dan sebagainya. Tak hanya sarat akan nilai-nilai kehidupan, Upin & Ipin musim pertama (2007) ternyata telah menarik minat para penontonnya sehingga animasi ini mendapatkan anugerah pertamanya sebagai #Animasi Terbaik$ di Festival Film Nasional Kuala Lumpur pada tahun 2007 (www.lescopaque.com/companyinfo_history.html). 4
Melihat kepopulerannya tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana Les! Copaque selaku salah satu media di Malaysia mengkonstruksi etnis Melayu dalam film animasi Upin & Ipin melalui tanda-tanda verbal dan nonverbal.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, kita ketahui bahwa media mengkonstruksi realitas yang ada di masyarakat. Isi media merupakan hasil konstruksi realitas oleh media. Dalam rangka mengkonstruksi realitas, media menggunakan serangkaian tanda-tanda baik verbal maupun nonverbal. Film animasi Upin & Ipin garapan rumah produksi Les! Copaque berkisah tentang kehidupan dua saudara kembar asal Melayu yang bernama Upin dan Ipin. Mereka berdua tinggal bersama Kak Ros (kakak perempuan mereka) dan Mak Uda (nenek mereka yang biasa dipanggil Opah) di Kampung Durian Runtuh Malaysia. Penelitian ini hanya mengkaji pada isi pesan/teks yang ada dalam animasi Upin & Ipin episode # Menjelang Syawal$, #Kami Satu Malaysia$ , dan # Air Kolah, Air Laut$ dengan menganalisis tanda-tanda dan makna yang merujuk pada etnis Melayu. Permasalahan dalam penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Les! Copaque selaku salah satu media di Malaysia menggunakan 5
tanda-tanda verbal dan nonverbal seperti gesture, warna, sikap, jarak, dan lain-lain untuk mengkonstruksi etnis Melayu dalam film Upin & Ipin dan makna apa yang ada di balik tanda-tanda yang digunakan tersebut?
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.3.1 Mengetahui tanda-tanda yang digunakan untuk mengkonstruksi etnis Melayu baik tanda-tanda verbal dan nonverbal. 1.3.2 Mengetahui makna di balik tanda-tanda yang mengkonstruksi etnis Melayu dalam film Upin & Ipin.
1.4 Manfaat/Signifikansi Penelitian 1.4.1 Manfaat/Signifikansi Teoritis/Akademis Penelitian ini secara teoritis/akademis bermanfaat untuk mengembangkan tradisi semiotika dalam ranah Ilmu Komunikasi melalui semiotika visual yang terkait dengan animasi. 1.4.2 Manfaat/Signifikansi Sosial Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan penyadaran kepada khalayak bahwa isi media termasuk tokoh di dalamnya hanyalah realitas tangan 6
kedua. Isi media hanya merupakan konstruksi dari realitas yang ada di masyarakat dan bukan realitas yang sesungguhnya. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat lebih cermat dalam melihat isi media.
7