BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-menerus, dan berkesinambungan. Proses penuan ini akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologi, dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI, 2001). Menjadi tua dapat terlihat dari adanya kemunduran biologis sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi mulai ompong, pendengaran dan pengelihatan berkurang, mudah lelah dan kurang lincah, salah satu penurunan kemampuan kongnitif seperti suka lupa, kemunduran orientasi waktu, ruang, tempat, serta tidak mudah untuk menerima ide baru (Maryam et.al., 2010). Di Amerika Serikat tahun 1999, jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 miliar pada tahun 2050, pada saat ini akan melebihi jumlah populasi anak 0-14 tahun. Orang-orang yang berusia 65 tahun dan di atasnya berjumlah 12,4% (35 juta) dari populasi. Diperkirakan warga Amerika yang berusia lebih dari 65 tahun akan mencapai 52 juta orang pada tahun 2020, meningkat lebih dari 20 juta orang sejak akhir tahun 1980-an (Maryam et.al., 2010).
Universitas Sumatra Utara
Di Indonesia tahun 2000, jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi 11,34%. Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah balita, yaitu 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk (Maryam dkk, 2010). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan bahwa Indonesia termasuk lima besar negara dengan jumlah penduduk lanjut usia terbanyak di dunia yakni mencapai 18,1 juta jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah penduduk (Susanto, 2010). Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah penduduk lanjut usia di atas 60 tahun di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari sebesar 554.761 jiwa (4,6%) pada tahun 2005 meningkat menjadi sebesar 765.822 jiwa (5,9%) pada tahun 2010. Sementara menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan berdasarkan Sensus Penduduk 2010 jumlah penduduk lanjut usia di Kota Medan mencapai 117.216 orang (5,59%) yang meningkat jumlahnya dari tahun 2005 sebesar 77.837 orang (3,85%) (Mutiara, 2011). Proses penuaan yang dialami oleh lansia menyebabkan mereka mengalami berbagai macam perasaan seperti sedih, cemas, kesepian, dan mudah tersinggung. Perasaan tersebut merupakan masalah kesehatan jiwa yang terjadi pada lansia. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia meliputi kecemasaan, depresi, demensia dan insomnia atau gangguan tidur (Maryam et.al., 2010). Masalah tidur yang paling sering muncul dialami oleh usia lanjut adalah sering terjaga pada malam hari, sering kali tidur terbangun pada dini hari,
Universitas Sumatra Utara
sulit untuk tertidur, dan rasa lelah yang amat sangat di siang hari (Davidson, Neale, & Kring, 2004). Hasil penelitian Syarif tahun 2005 di Deli Serdang, menunjukan bahwa sebanyak 50,4% responden mengalami kualitas tidur buruk dan 45,8% mengalami gangguan tidur akibat BAK di malam hari. Analisis statistik menunjukan adanya kualitas tidur yang buruk dan gangguan tidur pada lansia (Syarif, 2005). Keluhan tersebut sejalan dengan berbagai perubahan fisiologis yang terjadi secara normal ketika orang memasuki usia tua. Orang lanjut usia memiliki jumlah jam tidur yang agak singkat atau sama dengan orang dewasa yang berusia lebih muda, namun waktu tidur mereka lebih sering terputus secara spontan. Kualitas tidur yang mereka butuhkan lebih lama untuk dapat kembali tertidur setelah terbangun. Dapat disimpulkan bahwa orang lanjut usia secara umum memiliki waktu tidur lebih sedikit dalam kaitan dengan total waktu yang mereka habiskan di tempat tidur pada malam hari, mereka cenderung mengantikan kekurangan waktu tidur tersebut dengan tidur siang (Davidson, Neale, & Kring, 2004). Orang lanjut memiliki waktu mutlak lebih sedikit dalam fase yang disebut tidur dengan gerakan mata cepat (REM-rapid eye movement), dan tidur tahap 4 tahap paling lelap hampir tidak pernah dialami. Para laki-laki lanjut usia umumnya mengalami lebih banyak gangguan dalam tidur mereka dibandingkan perempuan lanjut usia, suatu perbedaan secara serius, karena simtom-simtom insomnia kronis diketahui berhubungan dengan tingkat
Universitas Sumatra Utara
morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi (Davidson, Neale, & Kring, 2004). Selama penuaan, pola tidur mengalami perubahan yang khas yang membedakannya dari orang-orang yang lebih muda. Di antara lansia yang sehat, beberapa diantaranya mengalami gejala-gejala yang terkait dengan perubahan tidur dan distribusi tidur serta perilaku terjaga. Namun banyak pula lansia yang mengalami berbagai masalah medis dan psikososial yang mengalami gangguan tidur. Gangguan tidur terdiri ini terdiri dari insomnia primer, hipersomnia, nakolepsi, dan apnea (Stenley dan Beare, 2007). Beberapa dampak yang terjadi jika lansia mengalami gangguan tidur yaitu gangguan pada fisologis, gangguan psikologis, gangguan pada fisik atau somatis, gangguan sosial, dan kematian. Akibat dari gangguan tidur akan memicu terjadinya kasus-kasus penyakit fisiologis, dapat menganggu konsentrasi, mudah marah, kehilangan motivasi hidup, mudah depresi, terjadi kelelahan, memperparah hipertensi, pengelihatan menjadi kabur, kurang menikmati hubungan sosial dengan keluarga dan lingkungan sekitar (Susilo & Wulandari, 2011). Menurut Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Lajut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan, jumlah lansia dari bulan Maret dan April 2013 berjumlah 180 lansia. Terdiri dari 78 laki-laki dan 102 perempuan. Berdasarkan fenomena dan uraian masalah di atas maka peneliti ingin meneliti kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
Universitas Sumatra Utara
1.2 Pertanyaan Penelitian 1.2.1
Bagaimana kualitas tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan?
1.2.2
Apa sajakah gangguan tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1
Mengidentifikasi kualitas tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
1.3.2
Mengidentifikasi gangguan tidur pada lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Wilayah Binjai dan Medan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi praktek keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan dalam meningkatkan peran serta keperawatan di keperawatan gerontik dalam meningkatkan kualitas tidur dan mengatasi berbagai penyebab gangguan tidur pada lansia. 1.4.2
Bagi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai referensi tentang kualitas tidur dan gangguan tidur pada lansia.
1.4.3
Bagi penelitian keperawatan Hasil penelitian sebagai data dasar bagi penelitian keperawatan selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan dalam ruang lingkup yang sama, khususnya untuk populasi lansia di Medan.
Universitas Sumatra Utara