BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah SD Negeri Tlahap terletak di Desa Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung. SD ini adalah hasil penggabungan dari SD Negeri Tlahap 2 yang merupakan SD inti dan SD Negeri Tahap 1 yang merupakan SD imbas. Masingmasing tingkatan kelas di SD Negeri Tlahap ini dibagi menjadi dua kelas atau disebut kelas paralel. Sama seperti tingkatan kelas yang lain, kelas III juga dibagi menjadi dua kelas yaitu kelas IIIA dan kelas IIIB yang masing-masing kelas terdiri dari 32 peserta didik. SD Negeri Tlahap menggunakan suatu kurikulum yang berisi programprogram pendidikan yaitu berbagai kegiatan belajar untuk peserta didik yang sesuai dengan tujuan pendidikan. Sistem Pendidikan Nasional dalam Hamalik menyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.”1 Guru merupakan pemegang peranan penting dalam pelaksanaan kurikulum pada suatu lembaga pendidikan (sekolah), karena guru yang menentukan berhasil atau tidaknya pelaksanaan kurikulum tersebut. Kurikulum yang digunakan di SD Negeri Tlahap adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan). KTSP ini merupakan kurikulum yang disusun dan dilaksanakan oleh tiap-tiap satuan pendidikan.
1
Oemar Hamalik, 2005, Proses Belajar Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 66.
1
2
KTSP di SD Negeri Tlahap berisi kelompok mata pelajaran, yaitu : agama dan akhlaq mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika jasmani, olah raga, dan kesehatan. “Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia pada Sekolah Dasar dilaksanakan melalui muatan dan atau kegiatan agama, kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi, estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian pada Sekolah Dasar, dilaksanakan, melalui dan/atau kegiatan agama, akhlak mulia, kewarganegaraan, bahasa seni dan budaya,dan pendidikan jasmani. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada Sekolah Dasar dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, ketrampilan/kejuruan dan muatan lokal yang relevan, Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan pada Sekolah Dasar dilaksanakan memlalui muatan dan.atau kegiatan pendidikan jasmani, olahraga, pendidikan kesehatan, ilmu pengetahuan alam, dan muatan lokal yang relevan.”2 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada pada KTSP
SD
Negeri
Tlahap
dimaksudkan
“untuk
mengenal,
menyikapi,
mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta menanamkan kebiasaan berpikir, berperilaku ilmiah, kritis, kreatif, dan mandiri.”3 Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi salah satunya adalah matematika. Matematika merupakan suatu pengetahuan yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari yaitu pengetahuan mengenai perhitungan angka-angka, ukuran-ukuran ataupun jumlah yang dinyatakan dengan angka atau simbol tertentu. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Wahyudi bahwa “matematika merupakan suatu ilmu yang mempelajari jumlah-jumlah yang diketahui melalui
2 3
Indonesia, 2009, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Jakarta, Depdiknas, hal. 2-3. Ibid, hal. 3.
3
proses perhitungan dan pengukuran yang dinyatakan dengan angka-angka atau simbol-simbol.”4 Tujuan pembelajaran matematika diajarkan di sekolah dasar adalah untuk melatih peserta didik bertindak atas dasar pemikiran secara logis, kritis, cermat, jujur, efektif, dan efisien. Peserta didik juga diharapkan dapat menggunakan matematika serta pola pikirnya dalam kehidupan sehari-hari, karena pada kenyataannya ilmu matematika tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. “Hakikat belajar matematika adalah suatu aktivitas mental untuk memahami arti dan hubungan-hubungan serta simbol-simbol, kemudian diterapkannya pada situasi nyata.”5 Pembelajaran matematika di tingkat sekolah dasar diharapkan dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi peserta didik sehingga guru hendaknya dapat menyajikan pembelajaran yang efektif, dan efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir peserta didik. Pembelajaran matematika yang efektif, dan efisien sesuai dengan kurikulum dan pola pikir peserta didik bukan berarti hanya berorientasi pada pecapaian prestasi yang tinggi melainkan lebih berorientasi pada pembentukkan, penanaman, dan pengembangan pola pikir peserta didik untuk menemukan, membangun pengetahuannya sendiri, dan menerapkan ilmu matematika untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
4
Wahyudi, Inawati Budiono, 2009, Pemecahan Masalah Matematika, Salatiga, Widya Sari, hal. 5. 5 Hamzah B. Uno, 2009, Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif, Jakarta, Bumi Aksara, hal. 130.
4
Guru pembelajaran
yang merupakan pemegang peranan penting dalam proses harus
mampu
menciptakan
pembelajaran
yang
kondusif,
menyenangkan, serta efektif dan efisien. Guru harus menyadari bahwa metode pembelajaran yang baik dan efektif harus mampu menyesuaikan dengan materi dan pola pikir peserta didik sehingga dapat terjadi suatu pembaruan dalam proses pembelajaran
dan
menghasilkan
pembelajaran
yang
bermakna.
Metode
pembelajaran yang baik bukan hanya mengembangkan aspek kognitif atau akademik saja, tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik. Pembelajaran matematika di kelas IIIA SD Negeri Tlahap selama ini masih dilakukan dengan menggunakan metode konvensional ceramah. “Ceramah merupakan suatu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan.”6 Kegiatan pembelajaran dengan metode ceramah berpusat pada guru sebagai penceramah dan komunikasi yang terjadi berlangsung searah, sehingga partisipasi peserta didik di dalam kelas selama pembelajaran kurang dan peserta didik cenderung menjadi tidak aktif. Apabila dalam proses pembelajaran matematika dibuat menyenangkan dengan mengubah pembelajaran yang berpusat kepada guru menjadi pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik, yaitu dengan menggunakan metode belajar yang tepat dan dapat membangkitkan minat serta pemahaman peserta didik pada materi pelajaran matematika, maka peserta didik akan merasa lebih senang dan tidak bosan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Sehingga tidak ada lagi keluhan tentang kurangnya minat dan rendahnya hasil belajar peserta didik. 6
hal.9.
Suminarsih, 2007, Model-model Pembelajaran Matematika, Semarang, Widyaiswara,
5
Upaya perbaikan proses pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. “Gagasan utama dari STAD adalah untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.” 7 STAD ini mengajak peserta didik untuk lebih aktif dalam berfikir dan mengkomunikasikan gagasan dalam proses pembelajaran.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memungkinkan peserta didik terlibat aktif selama proses pembelajaran sehingga memberikan dampak yang positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi antar peserta didik sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dikarenakan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan belajarnya baik secara individu maupun kelompok.
1.2. Identifikasi Masalah Proses pembelajaran matematika di kelas IIIA SD Negeri Tlahap cenderung bersifat konvensional ceramah yang berpusat pada guru (teacher oriented). Pembelajaran konvesional ceramah dari guru memang mempunyai beberapa kelebihan daripada pembelajaran dengan menggunakan metode lain. Salah satu kelebihannya adalah guru dapat menyampaikan materi lebih banyak sehingga materi yang termuat dalam kurikulum bisa selesai dengan cepat. Kenyataannya, 7
Robert E. Slavin, 2011, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Terjemahan Narulita Yusron, Bandung, Nusa Media, hal.12.
6
pembelajaran yang banyak didominasi oleh ceramah dari guru ini kurang memotivasi peserta didik untuk belajar, karena peserta didik lebih banyak diam mendengarkan penjelasan dari guru, sehingga materi yang ditangkap hanya sedikit. Seharusnya selama proses pembelajaran, guru dapat memotivasi peserta didik dengan menciptakan pembelajaran yang menyenangkan. Hal ini bisa dilakukan guru dengan melibatkan peserta didik secara aktif selama proses pembelajaran berlangsung. Guru harus bisa mengkondisikan proses pembelajaran yang menuntut peserta didik aktif selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan strategi yang tepat. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan oleh guru pada proses pembelajaran matematika, karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini sifatnya cenderung berorientasi pada peserta didik. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Slavin ini “merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara peserta didik untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.”8 Proses pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini ditandai dengan adanya kerjasama dalam kelompok belajar/tim, adanya kuis individu untuk mengukur pemahaman peserta didik selama diskusi. Selain hal tersebut, pembelajaran dengan model ini juga untuk mengembangkan keterampilan sosial peseta didik dan penerimaan pembagian anggota kelompok yang telah ditentukan guru. 8
Isjoni, 2011, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, hal. 74.
7
Ketepatan penggunaan strategi oleh guru selama pembelajaran sangat berpengaruh terhadap suasana pembelajaran itu sendiri. Kegiatan pembelajaran matematika di kelas IIIA SD Negeri Tlahap menjadi ricuh saat peneliti datang untuk melakukan observasi yang pertama. Hal ini merupakan gejala pertama yang ditemukan oleh peneliti, bahwa ada peserta didik yang tidak memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung tapi lebih memperhatikan kejadiankejadian di luar kelas. Kenyataan yang terjadi saat peneliti mengikuti kegiatan pembelajaran matematika di kelas IIIA selama dua jam pelajaran, memang terdapat empat peserta didik laki-laki yang duduk paling belakang asyik berbicara tentang kejadian di luar kelas yang tidak berhubungan dengan pelajaran. Selama proses pembelajaran tersebut, sebenarnya guru juga mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta didik. Semua peserta didik diam saat guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan alasan takut ditunjuk maju ke depan. Kemudian guru menyuruh dua orang peserta didik maju ke depan untuk mengerjakan soal yang sama yaitu soal sudut pada bangun datar. Salah satu peserta didik dapat mengerjakan soal sudut pada bangun datar tersebut, namun setelah dikoreksi jawabannya masih salah. Sedangkan peserta didik yang lain tidak dapat mengerjakan soal tersebut. Kelas tidak lagi tenang saat guru menjelaskan cara menyelesaikan soal tersebut. Peserta didik yang duduk di barisan belakang merasa aman jika tidak memperhatikan penjelasan dari guru, karena mereka menganggap guru tidak melihat kegiatan mereka selama proses pembelajaran berlangsung. Gejala ini ditandai dengan adanya dua peserta didik perempuan yang duduk paling belakang
8
menulis surat kecil yang ditujukan kepada empat peserta didik perempuan yang duduk di depan bangku mereka. Enam peserta didik ini asyik dengan surat-surat kecil mereka. Bahkan di bangku barisan belakang ada peserta didik yang mengantuk. Sedangkan yang benar-benar terlihat memperhatikan penjelasan dari guru hanya peserta didik yang duduk di dua barisan bangku paling depan. Guru lebih banyak duduk selama proses pembelajaran, oleh karena itu perhatian guru kurang menyeluruh kepada semua peserta didik. Guru juga lebih sering menunjuk peserta didik yang duduk di barisan bangku paling depan untuk maju mengerjakan soal. Peserta didik yang terlihat aktif selama proses pembelajaran cenderung mempunyai posisi tempat duduk yang berdekatan dan berada di bangku deretan paling depan. Pengamatan membuktikan bahwa peserta didik yang pandai akan duduk berkelompok dengan peserta didik yang pandai dan peserta didik yang kurang pandai duduk berkelompok dengan peserta didik yang kurang pandai. Posisi tempat duduk peserta didik seperti itu, membuat kegiatan pembelajaran menjadi kelihatan aktif namun hanya di deretan paling depan dan pada kelompok peserta didik yang pandai saja. Peserta didik yang pandai juga enggan menerima pembagian kelompok dengan peserta didik yang kurang pandai dengan alasan karena mereka tidak mau mendapat nilai jelek saat berdiskusi kelompok. Hal ini menyebabkan peserta didik yang kurang pandai sulit mengejar ketinggalan dari peserta didik yang pandai. Guru dalam menyampaikan materi pembelajaran seharusnya menggunakan strategi yang bervariasi agar peserta didik tidak bosan selama proses
9
pembelajaran, sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasai oleh peserta didik diakhir kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu varian yang dapat digunakan oleh guru saat melaksanakan pembelajaran matematika. Hal ini dimaksudkan agar proses pembelajaran matematika lebih kondusif dengan diadakannya interaksi antara peserta didik dengan peserta didik yang lain tanpa mengesampingkan interaksi dua arah antara guru dan peserta didik. Mengingat bahwa matematika adalah sebagai wahana untuk melatih berpikir kritis, logis, kreatif dan sistematis, serta untuk meningkatkan ketajaman penalaran peserta didik, pemilihan strategi pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif baik secara mental, fisik maupun sosial dengan mengutamakan keterlibatan seluruh indra, rasa, karsa dan nalar peserta didik menjadi sangat penting. Harapannya adalah agar pembelajaran yang dilakukan tidak semata-mata mengacu pada transfer informasi dan pengetahuan tetapi dapat lebih mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Proses pembelajaran matematika di kelas IIIA SD Negeri Tlahap yang masih bersifat konvensional yang berpusat pada guru berpengaruh terhadap hasil akademik peserta didik. Pembelajaran konvensional tersebut kurang efisien jika dilakukan terus menerus pada kegiatan pembelajaran matematika di kelas IIIA SD Negeri Tlahap, karena pada kenyataannya terdapat 17 peserta didik (dari 32 peserta didik) yang nilai matematika pada semester 1 masih di bawah nilai 63 yang berarti belum mencapai ketuntasan KKM. Presentase nilai matematika peserta didik yang masih di bawah KKM sebanyak 53,125% dengan KKM 63.
10
1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan, dapat dirumuskan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu, apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan sosial, toleransi terhadap adanya keragaman, dan hasil belajar akademik peserta didik kelas IIIA SD Negeri Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung?
1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan sosial, toleransi terhadap adanya keragaman, dan hasil belajar akademik peserta didik pada mata pelajaran matematika pokok bahasan mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat dan unsurnya di kelas IIIA SD Negeri Tlahap Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung.
1.5. Manfaat Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan mempunyai manfaat untuk berbagai pihak, antara lain:
1. Manfaat bagi peserta didik - Untuk meningkatkan keterampilan sosial dan toleransi peserta didik terhadap keragaman individu. - Agar peserta didik dapat termotivasi dalam belajar.
11
- Agar peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga meningkatkan pemahaman peserta didik. - Untuk meningkatkan hasil belajar akademik. 2. Manfaat bagi guru - Meningkatkan kreativitas guru untuk menciptakan model pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran. - Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar untuk menggunakan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika. - Dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. 3. Manfaat bagi sekolah - Memberikan sumbangan positif dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan mutu sekolah. - Memajukan prestasi sekolah dalam mata pelajaran matematika.