ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Sebagai perekonomian terbuka kecil, perkembangan nilai tukar merupakan
salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum. Pengaruh nilai tukar terhadap perekonomian berjalan melalui dua sisi, yaitu sisi permintaan dan sisi penawaran. Pada sisi permintaan, depresiasi nilai tukar akan menyebabkan harga barang luar negeri relatif lebih tinggi dibandingkan harga barang dalam negeri. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap barang dalam negeri baik dari permintaan domestik maupun dari permintaan luar negeri terhadap ekspor. Analisa sisi permintaan ini diperkaya dengan konsep elastisitas harga Marshall-lerner condition, dimana depresiasi nilai tukar akan meningkatkan net ekspor apabila jumlah elastisitas harga ekspor dan harga impor lebih besar dari satu. Di pihak lain, dari sisi penawaran depresiasi nilai tukar akan meningkatkan biaya bahan baku impor yang selanjutnya dapat menyebabkan penurunan output produksi dan memicu kenaikan harga secara umum. Efek netto dari depresiasi nilai tukar terhadap output tergantung dari kekuatan relatif kedua sisi penawaran dan permintaan tersebut(Husman, 2007). Beberapa penelitian menunjukkan adanya perubahan terhadap nilai tukar suatu mata uang mempunyai pengaruh terhadap inflasi dan perubahan output. Selain itu, perubahan nilai tukar juga dapat merubah harga relatif produk menjadi
1 SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2
lebih mahal atau murah secara relatif terhadap produk negara lain sehingga nilai tukar memiliki implikasi terhadap perminataan atau penurunan daya saing produk. Perubahan posisi ekspor inilah yang kemudian berguna untuk memperbaiki posisi neraca transaksi berjalan. Pada dasarnya Indonesia mempunyai pengalaman dalam menggunakan tiga sistem manajemen nilai tukar sejak tahun 1971 hingga sekarang(Waluyo dan Benny, 1998). Pada rentang tahun 1971 sampai dengan tahun 1978 Indonesia menggunakan sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate), yaitu nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan nilai USD. Sejak 15 November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali (managed floating exchange rate) di mana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama(Simorangkir, 2004:51). Perubahan drastis dalam kebijakan mengambang terkendali tersebut terjadi pada tanggal 14 Agustus 1997, yaitu ketika sebelumnya Bank Indonesia menggunakan rentang sebagai acuan atas pergerakan nilai tukar, maka sejak itu tidak ada lagi rentang sebagai acuan nilai tukar (floating exchange rate system). Pengaruh kejutan nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia menjadi topik menarik sejak terjadi krisis nilai tukar rupiah pada tahun 1997 yang telah menyebabkan keseimbangan internal semakin parah. Hal ini tercermin dari melonjaknya inflasi dari 5,17% pada tahun 1996/1997 menjadi 34,22% pada akhir tahun anggaran 1997/1998(BI, 1998). Melemahnya nilai tukar telah menyebabkan kenaikan yang tinggi pada harga barang-barang yang mengandung komponen impor. Pada sisi fiskal, depresiasi rupiah yang tajam telah mengakibatkan
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
3
pengeluaran pemerintah meningkat. Hal ini terkait dengan membengkaknya pengeluaran operasional yang terkait dengan valuta asing seperti pembayaran utang luar negeri serta subsidi untuk BBM. Gambar 1.1 Fluktuasi Nilai Tukar Riil Dan Inflasi
Sumber BI diolah dengan eviews Gambar 1.1 di atas menunjukkan hubungan antara nilai tukar riil dan inflasi. Depresiasi nilai tukar rupiah riil terjadi pada bulan Mei tahun 2004 sebesar Rp 549 tidak dikuti oleh penurunan tingkat inflasi, hal ini dikarenakan pada saat itu terjadi peningkatan harga minyak mentah dunia. Depresiasi terus terjadi sampai pada akhir triwulan tahun 2005 yang merupakan depresiasi tertinggi, sehingga BI melakukan kebijakan moneter ketat dengan meningkatkan BI rate, menyediakan fasilitas swap hedging, pelarangan margin trading Rupiah dan valas. Kebijakan ini efektif menghentikan depresiasi Rupiah, Rupiah terapresiasi pada triwulan terakhir. Apresiasi terus berlanjut sampai 2006, Pada paruh kedua 2006 Rupiah cenderung stabil, bergerak di kisaran Rp 9.020/$ sampai Rp 9235/$. Nilai tukar Rupiah secara keseluruhan menguat 9,3% dari akhir tahun 2005
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
4
sampai akhir tahun 2006. Hal ini membuat tingkat inflasi pada tahun 2006 menurun drastis 17,89% (year of year) pada Desember 2005 menjadi 6,6% (year of year) pada akhir 2006. Berdasarkan faktor fundamental, penurunan tingkat inflasi dipengaruhi oleh kestabilan nilai tukar Rupiah dan ekspektasi inflasi masyarakat yang membaik. . Gambar 1.2 Fluktuasi Nilai Tukar Riil dan Neraca Transaksi Berjalan
Sumber BI diolah dengan eviews Pada gambar 1.2 menunjukkan pergerakan neraca transaksi berjalan dan nilai tukar riil, dimana neraca transaksi berjalan setiap tahunnya tidak selalu menunjukkan nilai yang positif dikarenakan nilai impor lebih besar dari ekspor. Pada akhir tahun 2008 Rupiah mendapat tekanan akibat krisis keuangan global. Neraca transaksi berjalan, finansial dan modal mengalami defisist akibat pengalihan dana investor ke investasi yang lebih aman. Perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas berdampak pada turunnya pertumbuhan ekspor. Ditutupnya beberapa perusahaan besar di AS menambah sentimen negatif pada pasar keuangan. Tingginya pertumbuhan impor yang tidak diimbangi dengan
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
pertumbuhan ekspor dan modal portofolio asing yang keluar dari Indonesia memperburuk depresiasi Rupiah. Pada akhir tahun 2008 Rupiah berada pada Rp 10.900/$ atau menurun 13,8% dari akhir tahun 2007. Neraca transaksi berjalan dalam hal ini menunjukkan kondisi yang berlawanan, hal ini dipengaruhi oleh Tingginya harga minyak dan kegiatan impor berpengaruh terhadap peningkatan defisit pada neraca jasa, terutama jasa transportasi impor. Selain itu, defisit neraca pendapatan diprakirakan meningkat sebagai konsekuensi dari bertambahnya modal asing yang masuk ke dalam negeri. Secara keseluruhan, surplus transfer berjalan relatif tidak berubah. Gambar 1.3 Fluktuasi Nilai Tukar Riil Dan Output
Sumber BI diolah dengan eviews Pada gambar 1.3 pergerakan nilai tukar riil pada periode 2003 dimana nilai tukar riil rupiah secara umum terdepresiasi berkebalikan kondisinya dengan GDP, hal ini dikarenakan pada kondisi tersebut terjadi realisasi sementara belanja subsidi yang mencapai Rp120,7 triliun (didominasi oleh subsidi untuk BBM sebesar Rp95,7 triliun), jumlah ini jauh meningkat dibanding yang dianggarkan
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
pada awal tahun sebesar Rp19 triliun. Belanja pegawai dipengaruhi oleh pemberian gaji ke-13, sedangkan besarnya alokasi untuk DAU juga mengalami peningkatan seiring dengan besarnya pendapatan dalam negeri. Kenyataan lain akibat depresiasi rupiah adalah adanya kontraksi output ketika sistem nilai tukar yang dipakai free floating exchange rate. Depresiasi rupiah yang tajam terjadi setelah penerapan free floating exchange rate dibarengi dengan adanya kontraksi output Indonesia. Depresiasi rupiah mengakibatkan barang-barang modal yang dibutuhkan industri dalam negeri mengalami lonjakan harga. Keadaan ini membuat perusahaan mengurangi kapasitas produksi barang yang mempunyai kandungan impor tinggi. Penurunan kapasitas produksi inilah yang menandai telah terjadi kontraksi output. Dengan demikian depresiasi rupiah telah menyebabkan terjadinya penurunan output. Pemahaman mengenai hubungan antara kejutan nilai tukar terhadap perubahan inflasi, output dan neraca transaksi berjalan merupakan hal yang sangat penting bagi para pengambil kebijakan ekonomi serta masyarakat dalam perekonomian kecil terbuka. Pada saat ini, ketika banyak bank sentral dari berbagai negara menuju penggunaan variabel tingkat bunga untuk mencapai tingkat inflasi optimal termasuk indonesia, peran nilai tukar dalam pencapaian kondisi tersebut menjadi topik yang menarik. Keberadaan nilai tukar masih mempunyai peran besar sebagai salah satu instrumen kebijakan moneter dalam mempengaruhi variabel ekonomi yang lain. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk membuktikan hubungan nilai tukar dengan variabel-variabel kinerja perekonomian. Pengujian peran kejutan nilai tukar dalam menentukan
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
kinerja perekonomian Indonesia menjadi lebih relevan ketika Bank Indonesia sebagai otoritas moneter telah beberapa kali melakukan perubahan dalam manajemen nilai tukar.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan
yang akan dibahas pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana respon dari variabel inflasi, pertumbuhan output, dan pertumbuhan neraca transaksi berjalan akibat shock pertumbuhan nilai tukar riil di Indonesia? 2. Bagaimana kontribusi dari shock nilai tukar riil terhadap inflasi, pertumbuhan output, dan pertumbuhan neraca transaksi berjalan di Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Untuk mengetahui respon dari variabel inflasi, pertumbuhan output, dan pertumbuhan neraca transaksi berjalan akibat shock pertumbuhan nilai tukar riil di Indonesia. 2. Untuk mengetahui kontribusi dari shock nilai tukar riil terhadap inflasi, pertumbuhan output, dan pertumbuhan neraca transaksi berjalan di Indonesia.
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
1.4
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai keterkaitan
pertumbuhan nilai tukar riil rupiah terhadap variabel inflasi, pertumbuhan output dan pertumbuhan neraca transaksi berjalan di Indonesia. Oleh karena pentingnya hasil
penelitian
ini,
diharapkan
bagi
pengambil
kebijakan
dapat
mengimplementasikan dalam kebijakan moneter. Dengan mengetahui pola hubungan antara pertumbuhan nilai tukar riil dengan variabel inflasi, pertumbuhan output dan pertumbuhan neraca transaksi berjalan di Indonesia yang menjadi cermin perekonomian makro, maka kebijakan nilai tukar yang dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan kebijakan moneter yang optimal dapat dilaksanakan.
1.5 Sistematika Penulisan Bab 1 : Pendahuluan Bab ini meliputi penjelasan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab 2 : Tinjauan Pustaka Menguraikan tentang landasan teori yang digunakan untuk mendukung penelitian, yaitu mengenai teori tentang kurs, GDP, Neraca transaksi berjalan, dan inflasi. Bab ini juga disertai penjelasan mengenai penelitian sebelumnya, kerangka konseptual dan hipotesis penelitian. Bab 3 : Metode Penelitian Menjelaskan tentang pendekatan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional, jenis dan sumber data, prosedur penentuan sampel, prosedur
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
pengumpulan data serta teknik analisis yang digunakan. Bab 4 : Hasil dan Pembahasan Menjelaskan tentang gambaran umum obyek penelitian, deskripsi hasil penelitian, analisis model dan pembuktian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian. Bab 5 : Simpulan dan Saran Berisi kesimpulan dari hasil penelitian, dan memberikan saran-saran yang diperlukan sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya.
SKRIPSI
ANALISIS SHOCK PERTUMBUHAN ...
DJAMA ADI SAPUTRO