BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Berbagai upaya pembangunan di bidang kesehatan diarahkan untuk
meningkatkan kelangsungan hidup bayi dan anak. Bayi menjadi fokus dalam setiap program kesehatan karena dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya setiap saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.1,2 Di seluruh dunia, setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada tahun pertama kehidupannya dan dua pertiganya meninggal pada bulan pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada bulan pertama meninggal pada minggu pertama. Dua pertiga dari yang meninggal pada minggu pertama meninggal pada hari pertama. Penyebab utama kematian pada minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia, sepsis dan komplikasi dengan berat lahir rendah. Kurang lebih 99% kematian bayi ini terjadi di negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pengenalan dini dan pengobatan yang tepat.3 Menurut laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2000 Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia 54 per 1.000 kelahiran hidup dan tahun 2006 menjadi 49 per 1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2006 AKB di Afrika sebesar 94 per 1.000, Mediterania Timur 62 per 1.000, Asia Tenggara 52 per 1.000, Pasifik Barat 20 per 1.000, Amerika 18 per 1.000 dan Eropa 14 per 1.000 kelahiran hidup.4 Di Bangladesh Infant Mortality Rate (IMR) dan Neonatal Mortality Rate (NMR) pada tahun 2004
Universitas Sumatera Utara
adalah 56 dan 42 per 1.000 kelahiran hidup dan penyebab tersering dari kematian ini adalah asfiksia perinatal (29%), infeksi neonatus (32%) dan kelahiran prematur (24%).5 WHO juga mengatakan terdapat 5 juta kematian neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) setiap tahun dengan NMR sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Angka kematian bervariasi di negara-negara berkembang yaitu antara 11-68 per 1.000 kelahiran hidup di Asia, Afrika dan Amerika Latin.6 Secara khusus NMR di Asia Tenggara adalah 39 per 1.000 kelahiran hidup.7 AKB di Indonesia termasuk salah satu yang paling tinggi di dunia. Hal itu terlihat dari perbandingan dengan jumlah AKB di negara tetangga seperti Malaysia yang telah mencapai 10 per 1.000 kelahiran hidup dan Singapura dengan 5 per 1.000 kelahiran hidup.8 Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 diperoleh AKB di Indonesia sebesar 34 per 1.000 kelahiran hidup. AKB terendah dimiliki oleh Propinsi DI Yogyakarta sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, diikuti Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 25 per 1.000 kelahiran hidup, dan Kalimantan Timur serta Jawa Tengah sebesar 26 per 1.000 kelahiran hidup. Sedangkan AKB tertinggi dimiliki oleh Propinsi Sulawesi Barat (74 per 1.000 kelahiran hidup), diikuti oleh Nusa Tenggara Barat (72 per 1.000 kelahiran hidup) dan Sulawesi Tengah (60 per 1.000 kelahiran hidup).9 Di propinsi Bengkulu, pada tahun 2004 dilaporkan AKB sebesar 8 per 1.000 kelahiran hidup.10 Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 melaporkan bahwa angka kematian neonatal sebesar 180 kasus. Menurut umur kematian, 79,4%
Universitas Sumatera Utara
dari kematian neonatal terjadi pada usia 0-7 hari dan 20,6% terjadi pada usia 8-28 hari. Proporsi kematian neonatal sebesar 39% dari semua kematian bayi.11 Laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 data tahun (2000-2003) menyebutkan bahwa 36% dari kematian neonatus disebabkan oleh penyakit infeksi, diantaranya : sepsis, pneumonia, tetanus, dan diare. Sedangkan, 23% kasus disebabkan oleh asfiksia, 7% kasus disebabkan oleh kelainan bawaan, 27% kasus disebabkan oleh Bayi Kurang Bulan dan Bayi Berat Lahir Rendah, serta 7% kasus oleh sebab lain.12 Infeksi merupakan penyebab kematian bayi terbanyak. Salah satu infeksi yang terjadi pada bayi adalah sepsis neonatorum. Sepsis neonatorum merupakan suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke seluruh tubuh bayi baru lahir.10 Sepsis adalah penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas pada neonatus.5 Menurut penelitian Demsa Simbolon tahun 2008 dengan menggunakan desain penelitian kasus kontrol di Indonesia, infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering terjadi pada bayi laki-laki. Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 72 jam setelah lahir. Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nosokomial.10 Incidence rate sepsis di negara berkembang cukup tinggi yaitu 1,8 – 18 per 1.000 kelahiran hidup dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 12-68%, sedangkan di negara maju incidence rate sepsis berkisar antara 3 per 1.000 kelahiran hidup dengan CFR 10,3%.7 Di Amerika Serikat, kematian akibat sepsis setiap tahun mencapai 70.000 orang. Kira-kira 500.000 kasus baru mengalami infeksi dan sepsis
Universitas Sumatera Utara
dengan CFR mencapai 35%.13 Incidence rate sepsis neonatal di Bangladesh adalah 20-30 per 1.000 dan kematian bervariasi dari 15-25%.5 Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) 10 penyebab kematian bayi pada tahun 2006 di Amerika Serikat adalah lahir cacat sebanyak 5.819 kasus, berat lahir rendah dan prematuritas sebanyak 4841 kasus, Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) sebanyak 2.323 kasus, komplikasi pada ibu sebanyak 1.683 kasus, kecelakaan/cedera yang tidak disengaja sebanyak 1.147 kasus, komplikasi plasenta, tali pusat dan ketuban sebanyak 1140 kasus, gangguan pernafasan pada bayi baru lahir sebanyak 825 kasus, sepsis bakteri pada bayi baru lahir sebanyak 807 kasus, perdarahan neonatal sebanyak 618 kasus, dan penyakit pada sistem sirkulasi sebanyak 543 kasus.14 Di Indonesia, angka sepsis neonatorum belum banyak dilaporkan. Incidence sepsis neonatorum di beberapa rumah sakit rujukan berkisar antara 1,5-3,72%, sedangkan CFR berkisar antara 37-80%.15 Data yang diperoleh dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta, dalam periode Januari-September 2005, incidence sepsis neonatorum sebesar 13,68% dengan CFR sebesar 14,18%.16 Menurut penelitian Nugrahani, dkk tahun 2005 dengan menggunakan rancangan penelitian uji diagnostik potong lintang di RS Dr. Sardjito Yogyakarta, jumlah kasus sepsis neonatorum menunjukkan variasi dari tahun ke tahun. Data yang diperoleh dari Instalasi Rekam Medik RS. Dr. Sardjito, rata-rata jumlah kasus 3 tahun terakhir kurang lebih 45 per tahun (4,22%) dan CFR 42,9%.15 Hasil survei pendahuluan yang dilakukan di RSU Dr. Pirngadi Medan diperoleh jumlah penderita sepsis neonatorum tahun 2005-2009 sebanyak 119 kasus yaitu tahun 2005 terdapat 8 kasus, tahun 2006 terdapat 41 kasus, tahun 2007 terdapat
Universitas Sumatera Utara
20 kasus, tahun 2008 terdapat 27 kasus, dan tahun 2009 terdapat 23 kasus. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita sepsis neonatorum yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.
1.2.
Perumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita sepsis neonatorum yang
dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.
1.3.
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik penderita sepsis neonatorum yang dirawat inap di RSU Dr. Pirngadi Medan tahun 2005-2009.
1.3.2. Tujuan Khusus a. Untuk
mengetahui
distribusi
proporsi
penderita
sepsis
neonatorum
berdasarkan karakteristik bayi (umur, jenis kelamin, status kembar dan berat badan lahir). b. Untuk
mengetahui
distribusi
proporsi
penderita
sepsis
neonatorum
berdasarkan karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, status kawin, umur kehamilan, riwayat persalinan, status ketuban, dan keadaan air ketuban). c. Untuk
mengetahui
distribusi
proporsi
penderita
sepsis
neonatorum
berdasarkan asal rujukan.
Universitas Sumatera Utara
d. Untuk
mengetahui
distribusi
proporsi
penderita
sepsis
neonatorum
proporsi
penderita
sepsis
neonatorum
penderita
sepsis
neonatorum
berdasarkan sumber biaya. e. Untuk
mengetahui
distribusi
berdasarkan lama rawatan rata-rata. f. Untuk
mengetahui
distribusi
proporsi
berdasarkan keadaan sewaktu pulang. g. Untuk mengetahui distribusi proporsi umur penderita sepsis neonatorum berdasarkan berat badan lahir. h. Untuk mengetahui distribusi proporsi berat badan lahir penderita sepsis neonatorum berdasarkan umur kehamilan ibu. i.
Untuk mengetahui distribusi proporsi asal rujukan penderita sepsis neonatorum berdasarkan keadaan bayi sewaktu pulang.
j.
Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sepsis neonatorum berdasarkan sumber biaya.
k. Untuk mengetahui lama rawatan rata-rata penderita sepsis neonatorum berdasarkan keadaan sewaktu pulang.
1.4.
Manfaat Penelitian
1.4.1. Sebagai bahan masukan bagi pihak RSU Dr. Pirngadi Medan dalam upaya perencanaan pencegahan sepsis neonatorum dengan pengenalan secara dini karakteristik bayi. 1.4.2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan/melanjutkan penelitian tentang sepsis neonatorum.
Universitas Sumatera Utara