BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah Belakangan ini banyak bisnis yang semakin berfokus pada visi menjadi perusahaan berkelas dunia, termasuk di antaranya Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara XIII. Agar semakin kompetitif dalam pencapaian tujuannya tersebut, perusahaan perlu melakukan optimasi pada aspek biaya, kuantitas dan kualitas produk. Untuk itu banyak bisnis yang mengaplikasikan berbagai metode untuk perbaikan dalam hal pengurangan biaya, manajemen kualitas, pengaturan proses bisnis, dll. Dalam beberapa perusahaan, ada yang berfokus terhadap perbaikan aktivitas perawatan (maintenance). Bagi perusahaan yang menempatkan produksi sebagai bidang utama dalam rantai nilainya, diperlukan perhatian besar terhadap proses-prosesnya agar dapat mendukung penuh tujuan perusahaan. Dalam produksi yang terhambat karena terjadinya kerusakan mesin yang digunakan, biaya kerugian yang disebabkan stagnasi produksi bisa sangat tinggi. Karena itulah aktivitas perawatan (maintenance) menjadi sesuatu yang penting. Selain itu, perawatan mesin yang baik akan meningkatkan keamanan (safety) bagi karyawan karena mengurangi resiko kerusakan mesin yang berpengaruh terhadap resiko kecelakaan terhadap operator dan pekerja pabrik. PTPN XIII mengalami kesulitan dalam menentukan jadwal perawatan mesin produksi. Perawatan mesin seringkali lalai dilakukan sehingga mesin sering
2 mengalami kerusakan di tengah-tengah proses produksi. Kerusakan mesin tersebut menyebabkan produksi harian terhambat karena memerlukan perbaikan terlebih dahulu. Terhambatnya produksi harian menghambat terpenuhinya target produksi harian (berdasarkan jumlah panen kebun) sehingga menyebabkan kerugian. Dengan semakin majunya penggunaan teknologi informasi pada PTPN XIII, permasalahan ini dibuat agar dapat diaplikasikan dengan baik melalui penggunaan sistem informasi yang sesuai. Permasalahan akan dimodelkan dalam variabel tertentu sebagai objek pada sistem yang akan mendukung proses produksi pabrik kelapa sawit dalam segi penjadwalan perawatan mesin produksi.
1.2.Perumusan Masalah Keterlambatan dalam produksi minyak sawit di pabrik pengolahan dapat disebabkan karena berbagai faktor. Faktor-faktor terpenting yang menyebabkan keterlambatan tersebut yaitu:
kerusakan mesin-mesin pabrik, terutama mesin kritis pabrik pengolahan minyak sawit yaitu mesin kempa.
keterlambatan pengiriman tandan buah segar (TBS), salah satunya karena curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan rusaknya jalan untuk distribusi dan menghambat proses panen. Keterlambatan produksi di salah satu pabrik minyak sawit menyebabkan
berkurangnya jumlah total produksi minyak kelapa sawit. Di bawah ini disajikan jumlah jam olah bruto per bulan di Pabrik Minyak Sawit Parindu untuk periode Januari sampai Agustus 2007.
3 Tabel 1.1 Jam Olah Bruto Januari-Agustus 2007 Bulan Jam Olah Bruto Januari 2007 114.00 Februari 2007 80.00 Maret 2007 113.00 April 2007 78.00 Mei 2007 82.00 Juni 2007 86.00 Juli 2007 82.00 Agustus 2007 103.00 Total (s/d Agustus 2007) 738.00 Sumber: PMS Parindu PTPN XIII, diolah Seperti terlihat pada tabel di atas, jumlah jam olah bruto di PMS Parindu tidak memenuhi perencanaan awalnya yaitu produksi selama 22 jam sehari. Jika dilakukan selama Januari sampai Agustus 2007 berarti ada 243 hari sehingga total jam pengolahan seharusnya 5346 jam. Dalam penelitian ini, yang menjadi objek pengamatan adalah sistem produksi pada pabrik pengolahan kelapa sawit di PTPN XIII kebun Parindu yang terletak di Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Kebun Parindu dipilih menjadi objek pengamatan karena merupakan pabrik terbesar pada PTPN XIII yang memiliki kapasitas pabrik terbesar. Berikut ini masalah-masalah yang ingin dijawab melalui skripsi mengenai penjadwalan maintenance mesin dengan reliability engineering pada PTPN XIII ini. 1. Bagaimana cara mengatasi keterlambatan produksi yang disebabkan oleh kerusakan mesin? 2. Mesin apakah yang paling kritis dari pabrik minyak sawit PTPN XIII? 3. Komponen apakah yang paling kritis dari setiap mesin kritis? 4. Bagaimana menjadwalkan pemeliharaan (maintenance) mesin pada pabrik agar memiliki kehandalan tinggi?
4 1.3.Ruang Lingkup Untuk menjaga arah dari penulisan, dilakukan pembatasan-pembatasan dan asumsi sebagai berikut.
Penelitian dilakukan pada produksi Crude Palm Oil (CPO) dengan bahan baku Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit di pabrik. Produksi CPO merupakan aktivitas bisnis utama dari PTPN XIII.
Mesin yang diteliti untuk pembuatan jadwal perawatannya adalah mesin kempa yang merupakan mesin paling kritis pada keseluruhan proses produksi CPO.
Jumlah mesin yang menjadi objek pengamatan adalah delapan buah.
Perhitungan penjadwalan waktu perawatan mesin dilakukan atas satu komponen kritis masing-masing mesin.
Penelitian dilakukan dalam kondisi bahan baku produksi (tandan buah segar) yang tergantung pada hasil panen.
Perhitungan waktu menggunakan satuan hari berdasarkan kenyataan bahwa setiap kerusakan, perbaikan dan jarak waktu antar kerusakan membutuhkan waktu lebih dari sehari.
Penelitian pada pabrik PMS Parindu melakukan produksi setiap hari selama 22 jam, dengan asumsi bahan baku yaitu TBS kelapa sawit tersedia secara cukup untuk diolah.
5 1.4.Tujuan dan Manfaat Tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan skripsi ini yaitu.
Menentukan mesin dan komponen kritis dari proses produksi Pabrik Minyak Sawit Parindu.
Menghitung mean time to failure dan mean time to repair dari masing-masing data kerusakan mesin.
Menentukan tenggang waktu preventive maintenance berdasarkan target kehandalan reliability yang diharapkan. Adapun manfaat yang diharapkan melalui tulisan ini adalah sebagai berikut.
Penjadwalan perawatan mesin yang sesuai akan menyebabkan produksi harian di pabrik pengolahan kelapa sawit dapat berjalan dengan lancar.
Bahan baku produksi yaitu hasil panen dari perkebunan tidak sia-sia dan menjadi busuk.
Kerugian penjualan akibat stagnasi produksi akan berkurang.
Perencanaan pemesanan komponen kritis mesin tidak terlambat dan perbaikan mesin tidak terhambat.
6 1.5.Definisi Operasional 1.5.1. Pendahuluan PT. Perkebunan Nusantara XIII (Persero) selanjutnya disebut PTPN XIII, didirikan pada
tanggal 11 Maret 1996, merupakan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) yang seratus persen sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. PTPN XIII berkantor pusat di Pontianak (Kalimantan Barat) pada saat ini memiliki 25 Unit Kerja yang tersebar pada 4 Propinsi di Kalimantan, ditambah dengan 1 Kantor Perwakilan di Jakarta, dan 2 Kantor Penghubung masingmasing di Balikpapan dan Banjarmasin. Bidang usaha dari unit kerja tersebut meliputi Kebun Kelapa Sawit, Kebun Karet, Pabrik Minyak Sawit, Pabrik Karet dan Rumah Sakit, yang dikelompokkan menjadi 4 Distrik yaitu: Distrik Manajer Kalimantan Barat 1(DMKB 1): - Kebun dan Pabrik Karet Sintang (Sinta) - Kebun Kelapa Sawit Rimba Belian (Rimba) - Kebun Kelapa Sawit Sungai Dekan (Dekan) - Kebun Kelapa Sawit Gunung Meliau (Gunme) - Kebun Kelapa Sawit Gunung Emas (Gumas) - Pabrik Minyak Sawit Rimba Belian (Parba) - Pabrik Minyak Sawit Gunung Meliau (Pagun)
7 Distrik Manajer Kalimantan Barat 2 (DMKB 2): - Kebun Kelapa Sawit Parindu (Parin) - Kebun Kelapa Sawit Kembayan (Bayan) - Kebun Kelapa Sawit Ngabang (Ngaba) - Pabrik Minyak Sawit Parindu (Papar) - Pabrik Minyak Sawit Ngabang (Panga) - Rumah Sakit Parindu (RSPar) Distrik Manajer Kalimantan Selatan/Tengah (DMKST): - Kebun dan Pabrik Karet Danau Salak (Dasal) - Kebun Karet & Kelapa Sawit Batulicin (Balin) - Kebun Karet Kumai (Kumai) - Kebun Kelapa Sawit Pelaihari (Pelai) - Kebun & Pabrik Karet Tambarangan (Tamba) - Rumah Sakit Danau Salak (RSDas) Distrik Manajer Kalimantan Timur (DMKT): - Kebun Kelapa Sawit & Karet Longkali (Lokal) - Kebun Kelapa Sawit Tabara (Tabar) - Kebun Kelapa Sawit Tajati (Tajat) - Pabrik Minyak Sawit Longkali (Palka) - Pabrik Minyak Sawit Semuntai (Pasam) - Pabrik Minyak Sawit Long Pinang (Palpi)
8 1.5.2. Produk dan Mekanisme Penyampaiannya Sebagai perusahaan perkebunan, komoditas yang dikembangkan PTPN XIII saat ini adalah kelapa sawit dan karet. Tandan buah segar (Fresh Fruit Bunch) yang dihasilkan kebun kelapa sawit diolah oleh Pabrik Minyak Sawit (PMS) untuk menghasilkan Minyak Sawit (Crude Palm Oil / CPO) dan Inti Sawit (Kernel). Hasil sadapan kebun karet diolah oleh Pabrik Karet menjadi Karet Remah (Standard Indonesia Rubber / SIR) dan Karet Lembaran (Ribbed Smoke Sheet / RSS). Produk kernel, SIR dan RSS yang dihasilkan dipasarkan langsung kepada pelanggan di dalam dan luar negeri melalui kontrak jangka panjang (Long Term Contract / LTC) maupun kontrak jangka pendek dengan sistem penyerahan free on board (FOB) pada dermaga atau gudang yang ada di dekat PMS atau Pabrik Karet. Khusus untuk CPO, produk tersebut ditawarkan kepada pelanggan melalui tender yang difasilitasi Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN 1-14 di Jakarta, melalui sistem penyerahan FOB. Mekanisme penyerahan untuk setiap produk disajikan pada tabel sebagai berikut:
Produk CPO
Tabel 1.2 Pelanggan Utama dan Mekanisme Penyerahan Kategori Mekanisme Pelanggan Utama Tujuan Akhir Pelanggan Penyerahan PT. Bukit Kapur Trader Reksa Processor
& Domestik
Melalui KPB
Trader Processor
& Domestik
Melalui KPB
PT. Bintang Sinar Era Tama
9 Produk
Kernel
Pelanggan Utama PT. Musim Mas
Trader Processor
United Oil Co. PTE
Trader
Tujuan Akhir & Domestik
Mekanisme Penyerahan Melalui KPB
Ekspor
Melalui KPB
Domestik
Langsung
& Domestik
Langsung
Trader
Domestik
Langsung
PT. Wilson Tunggal Perkasa
Trader
Domestik Ekspor
dan Langsung
PT. Sampit
Trader Processor
& Domestik Ekspor
dan Langsung
Trader Processor
& Domestik Ekspor
dan Langsung
PT. Agro Perdana
Jaya Trader
PT. Bintang Sinar Era Tama RSS SIR
Kategori Pelanggan
& PT. Bitung GS
PT. Insan Bonavide Sumber: PTPN XIII
Trader Processor
1.5.3. Budaya, Visi, Misi dan Values PTPN XIII Menyadari akan beratnya tantangan persaingan di masa mendatang, Manajemen PTPN XIII terus melanjutkan Program Transformasi Bisnis (PTB) yang telah dicanangkan sejak tahun 2001. PTB merupakan metode komprehensif yang dianggap mampu untuk menuntun PTPN XIII dalam melakukan perubahan dan pembaruan yang sifatnya mendasar, holistik dan strategic. Dalam PTB, budaya yang dikembangkan di PTPN XIII yaitu Budaya Profesional, Budaya Kewirausahaan, Budaya Inovasi dan Budaya Global dengan
10 dilandasi 13 Paradigma Bisnis, untuk pencapaian Visi, Misi dan Values sebagaimana diuraikan pada tabel berikut. Tabel 1.3 Visi, Misi dan Values PTPN XIII Visi Menjadikan PTPN XIII sebagai perusahaan agribisnis berbasis pengetahuan (knowledge company) dengan standar kelas dunia pada tahun 2008. Misi Menghasilkan produk dan jasa agribisnis dalam bidang kelapa sawit, karet dan produk turunannya yang mampu bersaing di pasar global serta bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sekitar Values 1. Kami menomorsatukan Etika Bisnis. 2. Kami selalu menghasilkan Produk Berkualitas. 3. Kami menghargai Integritas. Sumber: PTPN XIII
Wujud nyata dari budaya yang sedang dikembangkan PTPN XIII antara lain: promosi, rekruitmen, penghargaan, pengakuan karyawan berbasis kompetensi dan kinerja, meningkatnya intensitas komunikasi vertikal dan horizontal, knowledge & information sharing baik formal maupun informal, terselenggaranya event innovation & creativity award yang diikuti oleh 52 proposal dan telah ditetapkan sebagai program tahunan PTPN XIII.
1.5.4. Teknologi, Fasilitas dan Peralatan Untuk menjaga stabilitas produksi, kualitas produk, kepuasan pelanggan, efektivitas biaya dan kelestarian lingkungan, maka teknologi, peralatan dan fasilitas-fasilitas utama yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
11 1.
Teknologi, fasilitas dan peralatan budi daya tanaman, mulai pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan tanaman sampai dengan pemanenan.
2.
Teknologi, fasilitas dan peralatan pengolahan kelapa sawit dan karet untuk menghasilkan CPO, kernel, SIR-20 dan RSS.
3.
Fasilitas, perangkat dan teknologi informasi, yang secara signifikan telah membuka jalur informasi dari dan ke unit kerja yang hampir seluruhnya berada di daerah terpencil.
4.
Teknologi, fasilitas dan peralatan pengolahan limbah, untuk menjamin kualitas limbah pabrik dan rumah sakit sesuai dengan standar baku mutu limbah yang diperkenankan.
5.
Fasilitas dan peralatan transportasi (truk) dan alat berat (traktor), yang utamanya untuk menjamin kelancaran pengangkutan hasil kebun ke pabrik, produksi pabrik ke gudang penimbunan serta memperlancar kegiatan operasional perusahaan.
6.
Fasilitas dan peralatan laboratorium, untuk menjamin kualitas produk yang dihasilkan sesuai dengan standar mutu yang diinginkan oleh pelanggan.
7.
Fasilitas dan peralatan rumah sakit.
12 1.5.5. Struktur Organisasi dan Tata Kelola Perusahaan Manajemen PTPN XIII dipimpin oleh Kusumandaru sebagai Direktur Utama yang didukung oleh 4 orang Direktur Bidang. Direktur Utama dan Direktur Bidang disebut sebagai Direksi, dalam menjalankan kegiatan operasional sehari-hari dibantu langsung oleh Manajer Distrik dan Kepala Bagian. Manajer Distrik membawahi beberapa Manajer Unit Kerja sesuai dengan wilayahnya masing-masing. Kepala Bagian berkedudukan di Kantor Direksi dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Bidang. Bagan lengkap struktur organisasi perusahaan dibuat di Lampiran 1.
1.5.6. Pelanggan, Pasar dan Produk Nilai Penjualan, 85,4% diperoleh dari pasar domestik dan 14,6% dari pasar ekspor ke negara tujuan yaitu: Australia, China, India, Pakistan, Korea, Singapura, Amerika dan Jerman. Tabel 1.4 Distribusi Pemasaran Produk Pasar Eksport Lokal No. Produk % % (Rp. (Rp. juta) juta) 1. CPO 826993 97.1 24737.3 2.9 2. Kernel 97460.6 100 0 0 3. RSS 12561.7 100 0 0 4. SIR 132295.9 45.5 158632 54.5 Jumlah 1069311.2 85.4 183369 14.6 Sumber: PTPN XIII
Jlh. Penjualan (Rp. juta) 851730.3 97460.6 12561.7 290927.9 1252680.5
13 1.5.7. Pemasok Klasifikasi pemasok dapat dibagi menjadi: (1) Pemasok TBS dan Bokar adalah: Petani Plasma, Koperasi, Masyarakat Pemilik Kebun, Perusahaan Perkebunan Swasta, Pedagang Pengumpul. Pasokan TBS dan Bokar harus memenuhi standar kualitas bahan baku yang berlaku di PTPN XIII. Hal tersebut dipastikan melalui proses sortasi dan pemeriksaan Kadar Karet Kering pada saat proses penerimaan di pabrik. Khusus untuk TBS, sebelum pemasok membuat kontrak jual beli, petugas khusus PTPN XIII (dari Bidang Tanaman serta Teknik dan Pengolahan) terlebih dahulu akan melakukan survey untuk melihat potensi produksi dan tahun tanam, untuk memperkirakan potensi rendemen yang nantinya dipergunakan dalam menentukan standar harga TBS per-kilogramnya. (2) Pemasok mesin, peralatan listrik, kendaraan dan perangkat IT (3) Pemasok material pembantu (bibit, pupuk, herbisida, bahan bakar, bahan kimia, alat pertanian, alat teknik dan pertukangan, suku cadang, bahan bangunan, bahan cetakan, peralatan tulis dan kantor, dll) (4) Kontraktor pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur (jalan, jembatan, pembukaan lahan, pabrik, perumahan, kantor, dan lain-lain), jasa konsultan, penasehat hukum, processor, cleaning service, catering, dokter, dll. Alihdaya yang dilakukan kepada kontraktor dilakukan dengan standar kerja tertentu dan pelaksanaan pekerjaan selalu disupervisi oleh unit terkait.
14 (5) Logistik (transportasi dan pergudangan), untuk pengangkutan TBS ke pabrik, CPO dari pabrik ke instalasi tangki timbun dan penimbunan kernel sebelum dikapalkan. Untuk mendukung proses bisnis di PTPN XIII, pemasok dituntut harus mampu memasok barang/jasa yang dibutuhkan sesuai dengan kualitas dan jumlah yang diperlukan serta melaksanakan pekerjaan sesuai dengan standar dan prosedur yang berlaku, contohnya: -
Pemasok pupuk. Saat ini pupuk yang digunakan merupakan pupuk majemuk yang kandungan unsur-unsur kimianya sesuai dengan kebutuhan tanaman berdasarkan rekomendasi dari balai penelitian (tailor made). Disamping itu, pemasok pupuk harus mampu mendistribusikan pupuk tersebut sampai ke seluruh kebun secara tepat waktu.
-
Pemasok mesin dan peralatan serta suku cadang lainnya, pemesanan dibuat dengan spesifikasi teknis yang jelas, sesuai dengan permintaan serta disertai dengan rekomendasi kualitas dan keaslian barang dari pabrik pembuat,
terutama barang-barang dengan kualifikasi khusus.
Disamping itu pemasok juga dituntut dapat memberikan pelayanan purna jual (after sales service).
15 1.5.8. Sistem Peningkatan Kinerja Dalam upaya perbaikan kinerja perusahaan maka PTPN XIII melakukan langkah-langkah sebagai berikut: - Asset asessment, yaitu dengan melikuidasi aset non potensial dan menggali potensi aset potensial - Restrukturisasi unit kerja, seperti pembentukan Kebun Gunung Emas, Kebun Pelaihari dan pemenuhan skala ekonomi unit-unit kerja. - Sertifikasi ISO 9001:2000 untuk seluruh pabrik karet dan saat ini sedang dalam proses sertifikasi untuk seluruh pabrik minyak sawit. Berkaitan dengan hal tersebut telah diterbitkan Buku Pedoman Mutu Perusahaan yang menjelaskan model yang digunakan untuk memelihara/melakukan perbaikan kinerja, mengevaluasi serta memperbaiki kinerja proses-proses utama secara sistematis. - Sejak tahun 2001 secara berkala dilakukan Asesmen Baldrige yang bertujuan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan secara komprehensif.
1.5.9. Pengolahan Kelapa Sawit Tandan Buah Segar (TBS) hasil panen dari kebun harus segera dikirim ke Pabrik Minyak Sawit (PMS) untuk selanjutnya diolah. Hasil akhir dari pengolahan TBS ini adalah Crude Palm Oil (CPO) dan Inti Sawit/IS (Palm Kernel/PK) yang mempunyai nilai jual. Di samping itu juga dihasilkan untuk bahan bakar boiler, tandan kosong, cangkang, dan limbah cair. Bidang Pengolahan PMS memiliki sasaran: mendapatkan mutu produk CPO dan IS yang memenuhi standar, rendemen yang tinggi, dan biaya
16 pengolahan yang rendah dengan menggunakan proses pengolahan yang optimal, efisien, dan efektif.
Mutu CPO dan IS Parameter yang menunjukkan mutu CPO antara lain kadar asam lemak bebas (ALB) dan kadar air. Sedangkan faktor yang menentukan mutu CPO adalah kondisi dan mutu TBS yang diolah. Buah yang terlampau masak, buah yang hampir busuk, buah yang diperam, bila diolah akan sangat menurunkan mutu CPO yang dihasilkan. Rendemen Minyak dan Inti yang Tinggi 1. Kondisi dan mutu TBS Mutu TBS yang dikirim ke PMS dari kebun memiliki peranan yang besar terhadap rendemen CPO dan IS. Buah sangat mentah dan mentah mempunyai rendemen yang rendah (16%) sedangkan brondolan merupakan bagian TBS yang memiliki rendemen terbesar (40%). 2. Pengolahan TBS Pengolahan TBS di pabrik mempunyai peran yang besar dalam penentuan rendemen. Faktor losses harus menjadi perhatian dalam pengolahan, yaitu:
Fruit losses, dapat terjadi di stasiun penebah dan di loading ramp.
Oil losses, dapat terjadi di setiap stasiun pengolahan. Stasiun terakhir dalam proses produksi minyak adalah drab separator. Oil losses dalam drab yang ditolerir maksimum 0,5%.
17 Biaya Pengolahan yang Rendah Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya olah:
Kapasitas olah per jam 90% dari kapasitas desain.
Losses CPO dan IS minimal.
Biaya listrik dan air sesuai kebutuhan.
Biaya pemeliharaan dan biaya operasional lainnya.
Pabrik minyak sawit secara umum dibagi menjadi 11 stasiun: 1. stasiun penerimaan buah (fruit reception station) 2. stasiun rebusan (sterilizer station) 3. stasiun penebah (thresing station) 4. stasiun kempa (pressing station) 5. stasiun pemurnian minyak (clarification station) 6. stasiun pabrik biji (kernel station) 7. stasiun pengolahan air (water treatment station) 8. stasiun ketel uap (boiler station) 9. stasiun pembangkit tenaga (power plant station) 10. stasiun pengolah limbah (effluent/waste treatment station) 11. stasiun penimbunan dan pengiriman CPO (storage and handling station). Masing-masing stasiun mempunyai fungsi dan tugas sendiri, serta merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan sehingga harus dimengerti dan dipahami berbagai aspek operasional PMS termasuk pengendalian dan
18 pengawasan prosesnya. Pengendalian dan pengawasan proses yang baik akan menghasilkan:
kontinuitas beroperasinya instalasi
hasil produk yang optimal dengan mutu yang memenuhi standar
kehilangan CPO dan IS sekecil mungkin.
1.5.9.1. Stasiun Penerimaan Buah Fungsi: sebagai tempat penerimaan dan penimbunan TBS sebelum buah diolah lebih lanjut pada stasiun berikutnya Sebagai tempat pengisian TBS ke lori Sebagai tempat untuk melakukan sortasi TBS.
Peralatan utama: (1) Jembatan timbangan Fungsi:
Sebagai dasar untuk menghitung berat TBS yang diolah setiap hari.
Menghitung jumlah panen TBS setiap kebun atau unit dalam waktu satu hari.
19 Hal-hal yang harus diperhatikan:
Alat timbangan harus dalam keadaan baik.
Sebelum melakukan penimbangan jarum penunjuk timbangan harus menunjuk angka nol atau indikator digital dalam keadaan ”OFF”.
Di dalam truk hanya boleh ada supir, penumpang lain harus turun terlebih dahulu.
Pada waktu penimbangan tarra truk (berat truk), supir harus tetap berada dalam truk.
Selama penimbangan, mesin truk harus dimatikan.
Sebelum melakukan penimbangan, maka platform harus dikunci dan pelepasan kunci dilakukan pada saat kendaraan sudah berhenti.
Sebelum mesin truk dihidupkan atau kendaraan akan meninggalkan platform, maka platform harus dikunci lagi.
Timbangan harus ditera oleh jawatan metrologi satu kali per tahun untuk mengecek keakuratannya.
Lumpur atau tanah yang berada di atas platform harus selalu dibersihkan. Demikian juga ducting dibersihkan setiap 3 bulan.
Minyak pelumas harus diganti apabila telah terdapat debu/pasir.
(2) Loading ramp Fungsi:
Tempat pembongkaran/penimbunan dan sortasi TBS.
Alat pengisi TBS ke dalam lori.
20
Untuk mengurangi jumlah pasir dan kotoran lain yang terdapat pada TBS.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Lori harus diisi penuh sesuai dengan kapasitasnya (•2,5 ton) sehingga kapasitas pengolahan secara keseluruhan dapat tercapai.
Dalam pengisian TBS ke lori harus memperhatikan sistem First In First Out (FIFO).
Brondolan yang tercecer di lantai atas dan bawah harus dikutip dan dimasukkan ke dalam lori.
Pengoperasian pintu harus pelan-pelan agar roda gigi atau pipa hidrolik tidak cepat rusak.
Sampah di bawah kisi-kisi harus dibuang agar tidak terikut ke dalam lori.
(3) Lori Fungsi:
Membawa TBS dari loading ramp ke ketel rebusan.
Tempat TBS yang sudah direbus untuk dimasukkan ke dalam alat penebah.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Pelumasan as/bantalan roda harus dilakukan setiap hari.
21
Lori yang keranjangnya kembung melebihi standar tidak boleh digunakan karena akan menggores dinding ketel rebusan.
Pemeriksaan/pelumasan bearing (bushing) roda lori dilakukan setiap hari.
Pemeriksaan jalur ler, baik jara, bantalan rel, kemiringan tikungan, maupun rata-rata air kepala rel dilakukan setiap hari.
(4) Capstand / Tracklier Fungsi:
Menarik lori yang berisi TBS mentah ke dalam rebusan.
Menarik lori yang berisi TBS matang ke bawah hoisting crane.
Menarik lori kosong kembali ke loading ramp.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Gulungan tali / sling harus diatur dengan benar.
Sling yang telah aus harus diganti karena sangat berbahaya jika putus ketika sedang dipakai.
Tidak menarik beban melebihi kapasitas karena akan mengakibatkan terbakarnya elektro motor.
22 1.5.9.2. Stasiun Rebusan Fungsi: Menghasilkan buah yang terebus secara optimal dengan waktu, tekanan, suhu, dan sistem perebusan sesuai standar.
Tujuan: Inaktivasi enzim lypase yang menyebabkan kenaikan kadar ALB. Memperlemah ikatan antara brondolan dengan tandan sehingga dapat dengan mudah terlepas pada waktu proses penebahan. Agar minyak dapat diekstrasi secara maksimal sewaktu brondolan dikempa. Mengurangi kadar air dari inti sehingga mempermudah pelepasan inti dari cangkang.
Hal-hal yang harus diperhatikan: Sebelum dilakukan perebusan, pintu rebusan dalam keadaan terkunci dengan baik. Jika tersedia fasilitas automatic sterilization, maka proses perebusan otomatik dapat dilaksanakan apabila kondisi tekanan uap BPV mencapai norma dan persediaan TBS sudah mencukupi. Jika terdapat kebocoran pada packing, harus segera diganti guna mengurangi kerugian uap sehingga tekanan perebusan dapat tercapai.
23 Alat-alat ukur seperti manometer harus diperhatikan dari mulai start apakah menunjukkan angka secara normal. Jarak rail track perlu diperhatikan apakah terjadi perubahan akibat cembung keluar karena benturan. Kondisi lori yang akan dimasukkan ke ketel rebusan harus dicek terlebih dahulu. Hal ini mencegah agar lori tidak jatuh di dalam rel rebusan. Pembuangan air kondesat harus betul-betul diperhatikan agar uah tidak basah. Tekanan kerja harus mencapai 2,8-3,0 kg/cm2. Di sela-sela lori (di antara gandengan lori) tidak boleh terdapat janjangan. Rebusan harus dicuci secara berkala terutama di dalam ketel / rel-rel agar dapat dengan mudah diperiksa oleh bagian reparasi sehingga dapat diketahui apakah terdapat kerusakan, penyumbatan pipa, dan sebagainya. Ketel rebusan harus diperiksa setiap 4 tahun oleh Inspektur Pengawasan Norma Keselamatan Kerja.
1.5.9.3.Stasiun Penebah Fungsi: Melepaskan/merontokkan semua brondolan dari tandan. Peralatan utama: a. Hoisting Crane Fungsi: Untuk mengangkat dan menuang buah masak ke dalam bak penebah.
24 Hal-hal yang harus diperhatikan:
Operator hoisting crane harus memeriksa kondisi sling setiap jam. Penggantian sling sesuai dengan spesifikasi teknisnya.
b. Drum Thresher Alat ini dilengkapi dengan automatic feeder yang berfungsi untuk mengatur buah yang masuk ke dalam drum thresher. Pada drum thresher ini terdapat plat kisi-kisi yang berfungsi untuk membanting tandan buah agar brondolan dapat lepas.
Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Tandan yang telah direbus, yang dimasukkan ke dalam drum sedapat mungkin dalam jumlah yang konstan sehingga pemisahan brondolan dari tandan berjalan baik.
Secara teratur, contoh tandan kosong diambil untuk mengamati jumlah tandan yang tidak terbrondol (unstripped bunch). Tandan yang tidak terbrondol tersebut dikumpulkan dan direbus kembali serta jumlahnya diharapkan tidak lebih dari 6%.
Conveyor dan elevator yang mengangkat brondolan ke digester setelah pengolahan harus dijalankan dalam keadaan kosong untuk menghindari adanya sisa-sisa massa serta agar tidak terlalu penuh saat pengisian pada pengolahan berikutnya.
25 1.5.9.4. Stasiun Kempa Fungsi: Memeras CPO dari brondolan matang yang telah dilepaskan dari tandannya.
Peralatan utama: a. Digester Fungsi:
Melumatkan brondolan yang telah dirontokkan sehingga minyaknya dapat diekstrasi di screw press secara maksimal dan bijinya dapat terlepas.
Meniriskan minyak bebas, sehingga mengurangi volume massa yang akan dikempa.
Menaikkan suhu massa guna memudahkan proses pengempaan (95˚C).
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Sebelum diisi dengan brondolan, maka dalam keadaan jalan kosong diperiksa apakah ada kelainan.
Pastikan instalasi listrik dalam keadaan berfungsi baik terutama fungsi trip dan overload.
Pada waktu pabrik tidak beroperasi harus dalam keadaan kosong.
Pada waktu operasi screw press, sedapat mungkin digester dalam keadaan penuh (minimal 2/3 dari isi), massa harus panas (95˚C), dan
26 waktu tinggal yang cukup (20-25 menit) serta pelumatan brondolan yang sempurna.
Pada waktu pengeluaran massa, talang umpan (feed chutes) harus terbuka penuh, dan kontrol pompa hidrolik (jika masih ada) dilaksanakan secara manual sampai didapatkan kondisi ampas kempa yang
sesuai
dengan
persyaratan.
Pengoperasian
manual
ini
dimaksudkan agar ampas tidak terlalu basah karena dapat menyulitkan pengoperasian CBC atau terlalu kering yang dapat menyebabkan screw press terhenti (jamming).
Temperatur massa harus dipertahankan 95˚C (tetapi massa buah tidak sampai mendidih) agar pemecahan sel-sel minyak dapat maksimal.
Minyak yang keluar karena proses pelumatan harus dikeluarkan melalui bagian bawah.
Massa adukan jangan terlampau lumat seperti bubur (serat-serat buah harus masih terlihat jelas).
Pipa minyak keluar dari bottom harus tetap bersih.
Kebocoran uap dan minyak harus segera diperbaiki.
b. Screw press Fungsi: Mengambil minyak dari massa adukan buah yang berasal dari digester.
27 Hal-hal yang harus diperhatikan:
Tekanan hidrolik dari adjusting cones harus dijaga antara 30-50 kg/cm2 dengan melihat komposisi antara biji pecah (maksimum 15%) dan kandungan minyak di dalam ampas kempa (maksimum 8%).
Penambahan air panas sebagai pengencer diatur sedemikian rupa sehingga kadar air dalam crude oil maksimum 30%.
Press cake harus keluar merata di sekitar adjusting cones.
Membuka pintu massa masuk ke feed screw tidak terlalu besar sehingga bebannya tidak terlalu besar.
Apabila massa di dalam digester kosong, maka pintu harus ditutup dan arus ke kempa dimatikan serta adjusting cones dimundurkan lalu dibersihkan.
Pada akhir pengoperasian ataupun terjadi kerusakan di mana screw press harus berhenti untuk waktu yang lama, maka screw press harus dikosongkan agar tidak memaksa beban pada start awal.
Minyak pelumas pada hidrolik dan gearbox harus diperiksa sebelum screw press dioerasikan.
Pembersihan alat-alat dilakukan setiap hari.
Jika terjadi kebocoran-kebocoran agar segera dilakukan perbaikan.
28 1.5.9. 5.Stasiun Pemurnian Minyak Fungsi: Untuk memisahkan minyak dari kotoran dan unsur-unsur lain yang dapat mengurangi kualitas CPO dengan mengupayakan kehilangan minyak seminimal mungkin.
Peralatan utama: a. Vibro Separator Fungsi:
Memisahkan serabut halus dan bahan-bahan kasar lainnya sebelum dipompakan ke CST.
Mengurangi kekentalan crude oil dengan penambahan air panas.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Penambahan air panas harus diatur dan disesuaikan dengan penambahan air panas pada screw press. Kadar air dalam crude oil maksimum 30%.
Gerakan ampas di atas saringan harus berupa kurva yang mengarah ke bagian pinggir.
Setiap selesai mengolah, minimum ditambah air •20 menit untuk membersihkan saringan. Setiap minggu tiap saringan dibuka untuk dibersihkan agar tidak terjadi penyumbatan.
29 b. Continous Setting Tank (CST) Fungsi: Memisahkan minyak murni dan sludge berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Penyetelan payung pengutipan harus sering dikontrol dan lumpur dicegah agar tidak masuk ke oil tank.
Waktu tinggal yang terbaik untuk mendapatkan lapisan minyak yang murni adalah 4-5 jam.
Temperatur crude oil yang masuk ke CST minimal 95˚C agar pemisahan sludge dapat berlangsung secara efektif.
Apabila digunakan CST dengan fasilitas pengaduk yang berfungsi untuk memecah sludge, maka pengaduk tersebut harus dioperasikan secara terus-menerus.
Sludge dan pasir di dasar bejana harus dibuang secara periodik, agar pemisahan minyak dapat berjalan dengan baik.
c. Oil Purifier Fungsi: Memproses minyak yang sudah diolah di CST menjadi minyak murni dengan kadar air maksimal 0,1% dan kadar kotoran masimal 0,02%.
30 Hal-hal yang harus diperhatikan:
Dicuci dan dibersihkan setiap selesai operasi.
Strainer dibersihkan secara berkala.
Jika kapasitas kurang, diperiksa apakah pairing disc pump masih baik, jika keropos segera diganti.
Jalannya purifier diperiksa dan diamati, apakah sudah seimbang dan stabil. Jika goyang berarti alat sudah kotor, perlu segera dibersihkan dan dicuci. Jika setelah dibersihkan masih goyang, diperiksa apakah bowl shaft sudah rusak.
Minyak pelumas pada carter diperiksa, jika kurang segera ditambah. Minyak pelumas tersebut diganti jika telah 1500 jam operasi.
Sebelum minyak dari oil tank dialirkan ke dalam alat ini, pastikan dulu air di hot water tank telah panas dengan suhu minimal 85˚C agar memudahkan pengenceran.
Apabila minyak yang telah diproses pada alat ini kotor, maka dapat dipastikan lumpur masuk dari oil tank. Kran minyak masuk segera ditutup dan dilakukan pembilasan (apabila telah lama maka segera bongkar dan cuci) serta lakukan spui. Dan minyak yang berada di dalam oil tank segera disepui sampai tidak nampak lumpur yang keluar.
31 d. Sludge Separator Fungsi: Mengutip kembali minyak yang terkandung dalam sludge dari CST yang dialirkan ke sludge tank.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Sebelum dihidupkan, bowl dalam keadaan benar-benar bersih.
Masukkan lebih dulu air panas untuk pengisian pertama ke dalam bowl, baru setelah itu apabila kecepatan bowl sudah mulai naik dimasukkan sludge.
Untuk memaksimalkan efisiensi pengutipan, sludge yang akan disentrifugasi harus bebas dari serabut dan untuk memperpanjang umur nozzle, sludge harus bebas dari pasir.
Penggunaan air untuk balancing harus dengan air panas (90 s/d 95 ˚C).
Pembersihan dan pemeriksaan menyeluruh dilaksanakan setiap hari.
e. Vacuum Dryer Fungsi: Mengeringkan minyak pada kondisi vacum melalui proses penguapan agar kadar airnya lebih rendah dari 0,1%.
Hal-hal yang harus diperhatikan: Ejector harus diperiksa secara berkala (3 bulan sekaliP
32 f. Bak Fat Pit Fungsi: Mengambil minyak yang terdapat pada drab akhir sebelum dialirkan ke deoiling pond.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Kuras bak fat pit secara berkala sehingga kapasitas tampungnya tetap seperti semula.
Pengambilan minyak dari kompartemen terakhir harus dilakukan setiap saat. Minyak dari fat pit dipompa ke crude oil tank melalui vibro separator.
1.5.9.6.Stasiun Pabrik Biji Fungsi: Untuk mengolah ampas / press cake yang terdiri dari serabut dan biji. Serabut dijadikan bahan bakar ketel, sedangkan biji diolah lebih lanjut menjadi kernel.
Peralatan utama: a. Cake Breaker Conveyor Fungsi: Mengurangi kadar air pada ampas sehingga akan memudahkan proses pemisahan serabut dan biji.
33 Hal-hal yang harus diperhatikan:
Kemiringan sirip pembawa harus diperiksa setiap hari, karena apabila terlalu miring maka penguraian gumpalan serabut menjadi tidak sempurna sehingga masih banyak serabut yang melekat pada bijinya. Sebaliknya bila sirip ini terlalu tegak, biji yang dihasilkan akan menjadi terlalu kering dan terjadi overload karena massa terlalu lama berada di dalam talang.
Pemanas pada alat ini harus sering dikontrol dan dipastikan sistem pengeluaran kondensat tidak tersumbat sehingga steam dapat mengalir terus.
Bearing gantung dikontrol setiap hari.
b. Depericarper Fungsi: Memisahkan biji dari serabut berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Serabut yang lebih ringan akan terhisap oleh blower sedangkan biji akan jatuh ke dalam polishing drum.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Daya hisap blower harus diatur agar serabut dan biji dapat terpisah dengan baik.
Siklon dan air lock dibersihkan secara teratur agar serabut dapat jatuh ke tempat penimbunan dengan lancar.
34 c. Polishing Drum Fungsi: Membersihkan biji dari serat-serat yang masih menempel sehingga proses pemecahan cangkang di nut cracker atau ripple mill tidak terganggu.
d. Nut Silo Dryer Fungsi: Mengurangi kadar air biji sebesar 10-12% dengan pengaliran udara panas sehingga inti tidak melekat pada cangkang dan mempermudah pemecahan biji pada alat nut cracker.
e. Pemecah Biji (1) Nut cracker (pemecah biji) Fungsi: Memecahkan cangkang biji yang telah diperam dan dikeringkan dalam nut silo dengan cara dilemparkan ke dinding (stator) menggunakan gaya sentrifugal.
Hasil-hasil yang harus diperhatikan: Hasil proses pemecahan biji ini harus dikontrol setiap hari. Apabila persentase biji utuh tinggi, disebabkan oleh:
isian cracker terlalu penuh
putaran rotor kurang
35
rotor dan stator aus
Apabila persentase biji utuh tinggi, disebabkan oleh:
Putaran rotor terlalu tinggi.
Isian pemecah biji terlalu sedikit.
(2) Ripple Mill Fungsi: Memecah cangkang biji dengan cara penggilasan biji di dalam plat besi yang bergerigi dengan rotating drum.
Hal-hal yang harus diperhatikan: Vibratory feeder magnet harus sering dibersihkan. Pemeriksaan atas
adanya
kelainan
bunyi dan
keteraturan
pengumpanan biji. Setiap 200 jam ripple plate di-rebuilt. Jika autobar aus harus segera diganti. Efisiensi ripple mill minimal 97%.
f. Pemisah Inti dan Cangkang (1) Pneumatic Separator (LTDS I dan LTDS II) Fungsi: Memisahkan cangkang dan inti dengan menggunakan berdasarkan perbedaan berat jenis cangkang dan inti.
udara,
36 (2) Claybath Fungsi: Memisahkan cangkang yang masih ada dalam produk inti dengan menggunakan larutan kaolin (tanah liat), berdasarkan perbedaan berat jenis. (3) Hidrosiklon Fungsi: Memisahkan cangkang yang masih terikut dalam inti sawit dengan menggunakan air yang dilewatkan melalui hidrosiklon berdasarkan berat jenis.
g. Kernel Silo Dryer Fungsi: Mengeringkan inti yang telah dipisahkan dari cangkang sehingga kadar airnya dapat mencapai norma 7% (maksimal).
Hal-hal yang harus diperhatikan:
Blower harus dijalankan secara terus-menerus.
Elemen pemanas, shaking grate, dan kernel silo yang kotor harus dibersihkan secara berkala (3 bulan sekali).
Lama
pemanasan
temperaturnya.
harus
diperhatikan
(8-9
jam)
dan
dijaga
37 1.5.9.7. Stasiun Pengolahan Air Fungsi: Mengurangi atau menghilangkan garam-garam atau kotoran-kotoran dan gasgas yang terlarut ataupun tidak terlarut
Urutan pekerjaan mesin dalam mengolah minyak sawit dapat dilihat dalam skema mesin pabrik berikut ini:
Sumber: PMS Parindu PTPN XIII Gambar 1.1 Skema Mesin PMS
Keterangan gambar: A. Loading Ramp & Ketel Rebusan 1. Loading Ramp 2. Lori Rebusan
38 3. Rebusan B. Hoisting Crane, Thresher, Press (Kempa) 1. Hoisting Crane 2. Auto Feeder 3. Thresher 4. Thresher Conveyor 5. Empty Bunch Conveyor (EBC) / Krapyak 6. Fruit Elevator / Timba Buah 7. Distributing Conveyor 8. Digester 9. Screw press 10. Vibro Separator 11. Cake Breake Conveyor (CBC)
C. Klarifikasi 1. CST 2. Oil Tank a. Oil Purifier b. Vacuum Drier c. Tangki Timbun 3. Sludge Tank a. Sludge Separator b. Reclaim Tank
39
D. Pabrik Biji 1. Depericarper Couloum 2. Polishing Drum 3. Timba Biji 4. Silo Biji 5. Cracker/Pemecah Biji 6. Timba Cracker Mixture 7. Separative Couloumn 8. Clay Bath Separator 9. Timba Inti 10. Silo Inti 11. Blower Pemanas Inti
E. Boiler, Kamar Mesin, Fibre Cyclone 1. Boiler/Ketel Uap 2. Turbin Uap 3. Bach Pressure Vessel (BPV) 4. Diesel Genset 5. Fibre Cyclone 6. LTDS 7. LTDS 8. Silo Cangkang 9. Conveyor Bahan Bakar.
40
Mesin kempa merupakan mesin paling kritis dari keseluruhan urutan proses produksi CPO. Kapasitas mesin kempa menentukan kapasitas keseluruhan pabrik minyak sawit.
Gambar 1.2 Mesin Kempa Pabrik Minyak Sawit