BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi baik cetak maupun
elektronik membuat fenomena yang terjadi di dunia ini dapat dengan mudah disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia. Dapat dikatakan, di manapun orang berada, mereka ibarat hidup dalam lautan berita, hiburan, iklan dan bujukan yang disajikan oleh berbagai macam media masa, yaitu televisi, radio, internet, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Surat kabar sebagai salah satu media masa yang berfungsi sebagai alat penyebarluasan informasi dituntut untuk berusaha keras menarik pembaca sebanyak mungkin. Semakin banyak pembaca atau pelanggan yang membaca suatu surat kabar, semakin kuat dan berpengaruh keberadaan surat kabar tersebut. Hal ini juga berarti bahwa surat kabar itu semakin mampu membentuk opini publik. Oleh karena itu, surat kabar selalu bersaing
menyajikan
berita-berita
yang
berkualitas
dan
menarik
bagi
komunitasnya. Berita-berita yang berkualitas dan menarik itu harus disajikan dengan menggunakan judul berita yang dapat menarik pembaca. Bila judul berita tidak menarik, pembaca memiliki kemungkinan kecil untuk membaca tubuh beritanya. Berkenaan dengan
definisi
judul
mendeskripsikannya sebagai berikut.
1
berita
berita, Reah (2002:13)
2
“The headline is a unique type of text. … It should, in theory, encapsulate the story in a minimum number of words, attract the reader to the story and, if it appears on the front page, attract the reader to the paper.” „Judul berita adalah suatu tipe teks yang unik. … Judul berita, secara teoretis, hendaknya (haruslah) menggambarkan inti berita (encapsulate the story) secara ringkas, menarik pembaca terhadap berita itu, dan, jika judul berita itu pada halaman depan, hendaknya mampu menarik pembaca terhadap surat kabar itu.‟ Gunadi (1998:56) menyatakan bahwa judul berita harus mencerminkan isi berita secara keseluruhan, ditulis ringkas, merangsang, mudah dimengerti, dan tidak menggunakan bahasa klise. Dengan kata lain, judul berita harus logis. Sementara itu, Soehoet (2003:77) secara garis besar menyatakan bahwa judul berita harus sesuai dengan inti berita, disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat, dan menarik. Di antara deskripsi-deskripsi tersebut tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Deskripsi-deskripsi tersebut secara substansial menyampaikan sifatsifat atau hakekat judul yang kurang lebih sama. Judul berita harus menggambarkan inti keseluruhan berita (encapsulate). Judul berita harus ringkas, padat, jelas, dan menarik. Berdasarkan sifat-sifat atau syarat-syarat judul berita sebagaimana terkandung dalam beberapa deskripsi tersebut, tepatlah bahwa Reah mengatakan judul berita sebagai suatu bentuk yang unik atau lain dari yang lain. Keunikan dalam penulisan judul berita tentunya membuat struktur sintaksis menjadi tidak lazim, sebagaimana tampak dalam beberapa judul berikut: (1)
Matius Indonesia‟s solitary hope in boxing „Matius (adalah) harapan Indonesia dalam olahraga tinju‟
(2)
Suryo Agung wins gold in 200 m race |JP_02| „Suryo Agung memperoleh emas dalam kejuaraan lari 200 m‟
|JP_01|
3
(3)
Government to continue with draft regulation „Pemerintah akan melanjutkan rancangan peraturan‟
|JP_03|
(4)
Proud of an idealistic greenpeace? |JP_04| „Bangga menjadi sosok pecinta lingkungan yang idealis?‟
(5)
RI secures gold, silver in Tennis. |JP_05| „RI mengamankan medali emas (dan) perak pada olahraga Tenis‟
(6)
Govt ignores upholding human rights in Papua |JP_06| „Pemerintah mengabaikan penegakan hak asasi manusia di Papua‟
(7)
New PLN chief welcomed by protest „Kepala PLN yang baru disambut dengan protes‟
|JP_07|
(8)
Save your pennies, save the nation, President says „Amankan uangmu, amankan negara, Presiden berkata‟
|JP_08|
(9)
Garuda plans to develop secondary hubs, adds more routes |JP_09| „Garuda merencanakan untuk mengembangkan hub sekunder dan menambah rute baru‟
Kalimat judul (1) verba yang merupakan kopula be sebagai pengantar elemen pelengkap dalam bahasa Inggris dilesapkan. Kalimat judul (2) menggunakan kalimat bentuk aktif yang menonjolkan pelaku tindakan. Kalimat judul (3) verbanya berbentuk to infinitive dengan pelesapan semi auxiliary. Kalimat judul (4) berupa kalimat tanya dengan pelesapan subyek yang tentunya bukan sesuatu yang lazim dalam struktur kalimat bahasa Inggris. Kalimat judul (5) menunjukkan adanya koordinasi yang seharusnya menggunakan kata hubung koordinasi namun kata hubung tersebut diubah dengan penggunaan tanda koma (,). Kalimat (6) menggunakan instrumen diatesis aktif dan pemilihan diksi yang mengalami pemendekan (abbreviations). Kalimat (7) menggunakan instrumen diatesis pasif yang lebih menonjolkan sasaran perbuatan sedangkan pelaku perbuatan dihilangkan atau disembunyikan dalam judul berita tersebut. Kalimat
4
(8) menggunakan instrumen kalimat langsung yang menonjolkan elemen obyek sebagai topik pembicaraan. Kalimat (9) menunjukkan adanya koordinasi antarklausa yang seharusnya menggunakan kata penghubung koordinasi namun kata hubung tersebut diubah dengan penggunaan tanda koma (,) dan pelesapan subyek pada klausa setelah tanda koma tersebut. Selain itu, masih ada keunikan-keunikan judul berita yang lain. Banyak ditemukan kalimat judul berita yang berbentuk kalimat sederhana, ada juga yang berbentuk kalimat luas setara, kalimat luas tidak setara, kalimat perintah, kalimat tanya, kalimat langsung, dan kalimat tidak langsung. Keunikan-keunikan serta berbagai macam bentuk judul berita digunakan oleh media cetak yang tentunya untuk menyampaikan pesan atau tujuan tertentu. Judul berita bahasa Inggris dipilih karena bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional yang memiliki pengaruh yang besar terhadap pembacanya. Pembaca surat kabar bahasa Inggris meliputi seluruh lapisan masyarakat yang berada di dalam dan luar negeri yang terdiri dari beragam etnis dan budaya. Selain itu, penulisan judul bahasa Inggris dapat menginspirasi penulisan judul surat kabar bahasa lainnya mengingat judul bahasa Inggris digunakan dalam banyak surat kabar dan media massa. Oleh karena itu, penelitian mengenai judul berita dalam surat kabar bahasa Inggris tentunya sangat menarik untuk dilakukan. Dalam tulisan ini kajian terhadap judul berita dilihat dari aspek sintaksisnya.
5
1.2
Rumusan Masalah Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji judul berita ditinjau dari aspek
sintaksisnya. Kajian judul berita dari aspek sintaksis dapat berupa pembahasan atau analisis tentang bentuk kalimat yang digunakan dalam judul berita (kalimat sederhana, kalimat luas setara, kalimat luas tidak setara), jenis kalimat berdasarkan fungsinya (kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah atau suruh, kalimat seru atau kalimat emfatik), hubungan makna antar klausa dalam judul berita, pola unsur fungsional judul berita, kategori unsur atau konstituen yang mengisi fungsi S, V, O, PEL, dan KET, bentuk konstituen yang mengisi fungsi S, V, O, PEL, dan KET (apakah kata, frase atau klausa), maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita, dan pemadatan struktur sintaksis dalam judul berita. Mengingat begitu banyak masalah yang dapat diteliti, serta untuk memberikan arah penelitian ini, penulis membatasi permasalahan yang dibahas, yaitu masalah-masalah yang signifikan dalam kaitannya dengan tujuan penelitian ini yang disajikan dengan urutan perumusan masalah sebagai berikut: 1. bagaimanakah pola unsur fungsional dalam judul berita bahasa Inggris? 2. bagaimanakah maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita bahasa Inggris? 3. bagaimanakah maksud pemadatan struktur sintaksis judul berita bahasa Inggris, dan dengan cara bagaimanakah pemadatan stuktur sintaksis itu dilakukan?
6
1.3
Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. mendeskripsikan pola unsur fungsional dalam judul berita bahasa Inggris. 2. mendeskripsikan maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita bahasa Inggris. 3. mendeskripsikan maksud pemadatan struktur sintaksis judul berita bahasa Inggris, dan dengan cara bagaimanakah pemadatan stuktur sintaksis itu dilakukan.
1.4
Manfaat Penelitian Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman
mendalam khususnya tentang teori sintaksis dalam kaitannya dengan analisis pola unsur fungsional dalam judul berita bahasa Inggris, maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita bahasa Inggris, maksud pemadatan struktur sintaksis judul berita bahasa Inggris, dan dengan cara bagaimanakah pemadatan struktur analisis itu dilakukan. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat membantu memahami secara tepat dan kritis judul-judul berita dalam media massa. Dengan pemahaman secara tepat dan kritis, pembaca dapat menangkap secara benar pesan yang disampaikan atau disiratkan oleh judul berita serta tidak akan termakan oleh judul berita yang bersifat provokatif dan sensasional. Pembaca akan mampu bereaksi terhadap pemberitaan secara rasional dan proporsional.
7
1.5
Ruang Lingkup Penelitian ini akan difokuskan pada aspek-aspek linguistik pada judul
berita surat kabar bahasa Inggris. Aspek-aspek tersebut meliputi pola unsur fungsional dalam judul berita, maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita, maksud pemadatan struktur sintaksis judul berita, dan cara yang digunakan dalam pemadatan struktur sintaksis judul berita tersebut. Pola unsur fungsional dalam judul berita tersebut meliputi kalimat sederhana dan kalimat luas baik setara maupun tidak setara termasuk kalimat tanya, kalimat perintah, dan kalimat langsung. Pemilihan berbagai macam judul berita tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi berbagai macam pola unsur fungsional yang digunakan dalam judul berita. Maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita tersebut
meliputi
penggunaan
diatesis
aktif,
diatesis
pasif,
bentuk
interogatif/kalimat tanya (interrogative), bentuk perintah/imperatif (imperative), koordinasi dan balans (coordination dan balance), repetisi/pengulangan (repetition), bentuk petikan/kalimat langsung, pengedepanan (fronting), dan pelesapan (ellipsis/deletion). Selanjutnya penelitian ini akan membahas tentang maksud pemadatan struktur sintaksis judul berita dan cara-cara yang digunakan untuk pemadatan struktur sintaksis judul berita tersebut. Pemadatan tersebut dilakukan dengan berbagai macam pelepasan yang menyangkut struktur sintaksis judul berita, seperti pelesapan S, pelesapan O, pelesapan koordinator, pelesapan subordinator, pelepasan preposisi, kopula be, pelesapan penyukat/penggolong, dan penggunaan
8
to infinitve. Pada kenyataannya, dalam usaha membuat judul berita menjadi ringkas agar menghemat kolom/ruangan/space, dan sekaligus juga membuat judul berita terasa tegas dan menyentak, seringkali dilakukan pelesapan yang bersifat morfologis. Ada juga pemadatan yang tidak bersifat pelesapan, tetapi lebih berkenaan dengan pilihan atau penggunaan kata (diksi).
1.6
Tinjauan Pustaka Santoso, dalam makalahnya yang berjudul “Judul Wacana Berita Halaman
Muka Suara Merdeka Juni 1995”, yang disajikan dalam simposium nasional di Semarang, 10-12 Juli 1995, membahas tentang Penyimpangan-Penyimpangan Kebahasaan dalam penulisan judul berita, yang dia identifikasi sebagai penyimpangan terutama dalam bentuk penyimpangan ejaan dan penghilangan awalan. Selain itu, juga dibahas karakteristik kosa kata judul berita serta karakteristik hubungan judul dengan wacana. Pembahasan judul berita tidak ditinjau dari aspek sintaksis. Sumarno (2005) membahas tentang berita surat kabar bahasa Indonesia yang dikaji secara sintaksis. Dari analisis terhadap pola unsur fungsional kalimat judul berita, telah teridentifikasi sebanyak 44 macam pola unsur fungsional judul berita. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan unsur fungsional yang sangat tegar keberadaannya adalah unsur fungsional P, O, dan PEL. Verba yang menduduki fungsi sebagai P merupakan pusat permaknaan sedangkan unsur fungsional KET keberadaannya bersifat peripheral, tidak tegar, dan tidak wajib.
9
Sabardila (1997) melakukan penelitian yang berjudul “Relevansi Judul dengan Tubuh Berita (Studi Kasus Surat Kabar Jawa Pos)”. Sabardila mengaitkan judul berita dengan keseluruhan tubuh berita. Ia memang juga membahasnya dari aspek sintaksis. Dalam kajian sintaksisnya, belum dibahas hubungan makna antar klausa yang membentuk judul berita. Juga belum dibahas maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita. Mengenai pola unsur fungsional judul berita, Sabardila telah membahasnya dan teridentifikasi 11 macam pola unsur fungsional judul berita. Masih banyak pola unsur fungsional yang belum teridentifikasi. Bucaria (2004) telah melakukan penelitian sintaksis dalam surat kabar bahasa Inggris, namun lebih mengutamakan pada aspek ambiguitasnya yang dikaitkan dengan aspek humor. Penelitian ini menyebutkan bahwa ambiguitas pada tataran sintaksis ditemukan lebih banyak dibandingkan ambiguitas pada tataran leksikal dan fonologi. Elmawati (2013) telah melakukan penelitian yang berjudul “Structural Ambiguity in the Judul beritas Compiled by Department of Languages, Cultures, and Linguistics Bucknell University: A Study on the X-bar Theory”. Penelitian membahas tentang aspek sintaksis ditinjau dari ketaksaan atau ambiguitasnya. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya tiga penyebab keambiguan struktural, yakni perbedaan kategori sintaksis dan penempatan frasa preposisi yang berfungsi sebagai adjunct, dan subkategorisasi kata kerja. Penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini mengkaji tentang pola unsur fungsional dalam judul
10
berita bahasa Inggris, maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita bahasa Inggris, dan maksud pemadatan struktur sintaksis judul berita bahasa Inggris dan dengan cara bagaimana pemadatan struktur sintaksis tersebut dilakukan.
1.7
Landasan Teori
1.7.1
Judul Berita Buku dengan judul The Language of Newspaper yang ditulis oleh Danuta
Reah (2002) selain membahas pemakaian bahasa dalam surat kabar juga membahas judul berita, tetapi tidak secara spesifik membahas judul berita dari aspek sintaksis sebagaimana akan dilakukan dalam penelitian ini. Yang dibahas berkaitan dengan judul berita adalah cara-cara membuat judul berita yang efektif dan menarik (attention getting) pembaca. Agar judul berita efektif dan menarik, perlu digunakan instrumen-instrumen lingual seperti word choice, word play, intertextuality, sound, loaded language, omission of grammatical words, noun phrases, dan class shift (Reah, 2002: 15-22). Kata-kata yang digunakan (word choice) dalam judul biasanya kata-kata yang pendek (short words). Kata-kata pendek biasanya memberikan kesan tegas dan menyentak sehingga dapat menarik perhatian. Sebagai contoh, untuk menyatakan makna „mencaci maki‟ tidak digunakan kata-kata verba seperti to reprimand atau to tell off, tetapi to rap. Untuk menyatakan makna „to follow someone (mengikuti/membuntuti orang)‟ atau „to be pursued by someone or something (dikejar/dibuntuti orang atau sesuatu)‟ digunakan verba to dog. Untuk
11
menyatakan makna „a person who has behaved dishonourably (orang yang melakukan tindakan yang tidak terpuji)‟ digunakan kata rat. Untuk menyatakan makna „to investigate (menyelidiki)‟ digunaan verba to probe. Untuk menyatakan makna „to increase rapidly (meningkat tajam/secara cepat)‟ digunakan verba to soar. Untuk menyatakan makna „people with left-wing political beliefs (kelompok/golongan kiri)‟ digunakan kata lefties atau reds. Untuk menyatakan makna „to criticize strongly (mengkritik (dengan) tajam)‟ digunakan verba to slam atau to blast. Kadang-kadang judul berita menggunakan permainan kata-kata (word play) yang potensial menimbulkan ketaksaan (ambiguity). Dalam judul Aisle not Marry You, kata Aisle adalah homofon dari I’ll. Dalam judul labour Banks on Celebrity Support, kata bank adalah polisemi, memiliki beberapa arti. Kata bank dapat berarti „tebing sungai‟, dan dapat pula berarti „lembaga tempat uang didepositokan.‟ Dalam konteks judul ini, kata bank adalah verba yang berarti „to depend.‟ Setiap kebudayaan memiliki ungkapan-ungkapan atau pepatah-pepatah yang popular yang dapat ditemui dalam lagu-lagu, film, judul buku atau novel. Penulis judul berita sering merujuk ungkapan-ungkapan kultural ini. Misalnya judul Brulee Madly Deeply merujuk film terkenal yang berjudul Truly, Madly, Deeply. Sedangkan judul Eagle is landed merujuk judul novel yang terkenal yang ditulis oleh Jack Higgins The Eagle Has Landed. Penulisan judul berita dengan merujuk ungkapan-ungkapan kultural oleh Reah disebut intertextuality.
12
Walaupun judul ditulis untuk dibaca, bukan untuk diungkapkan, suatu cara yang umum digunakan untuk membuat judul mudah diingat adalah memanfaatkan kesadaran pembaca akan bunyi (sound). Judul Stupid Sophie Gagged by the Palace menggunakan aliterasi (alliteration) /s/ pada Stupid Sophie. Sedangkan judul Edward Faces a Roasting at Royal Meeting menggunakan aliterasi /r/ pada Roasting at Royal. Judul Hit and Myth menggunakan kemiripan fonologis (phonological similarity) antara myth dan miss, yang mengacu pada frase hit and miss. Untuk
membuat
judul
menarik
pembaca,
penulis
judul
dapat
memanfaatkan kata-kata yang memiliki konotasi yang kuat, yaitu kata-kata yang membawa muatan emosional (emotional loading) yang kuat melampui makna literalnya. Kata-kata semacam ini disebut kata bermuatan (loaded words). Kata Butchered dalam judul Genius Rev Butchered at Church adalah loaded word yang dalam kamus diartikan sebagai to slaughter and cut up an animal (membunuh dan memotong-motong binatang). Bila digunakan terhadap manusia, kata ini menyiratkan kebiadaban dan kekejaman yang mengerikan. Seringkali kata-kata tugas (function words atau grammatical words) seperti determinator the, a, this, that, kata kerja bantu (auxiliary verbs) be, have, do, dan gelar atau sebutan (title) seperti Mr., Sir, Lord dilesapkan. Judul Paras Fly to Battle Zone berasal dari The Paratroops Fly to the Battle Zone. Kata paratroops (pasukan payung) disingkat ke dalam paras. Frase nominal (noun phrase) sering digunakan penulis judul karena bentuknya yang singkat tetapi padat makna. „Perintis yang melakukan eksperimen
13
embrio/bayi dalam tabung test‟ dapat diungkapkan secara singkat dengan menggunakan frase nominal seperti dalam judul Test Tube Baby Pioneer Accused of Misconduct. Kemampuan kata untuk dapat digunakan sebagai verba atau nomina (class shift) sering dimanfaatkan dalam penulisan judul. Misalnya kata chase dapat digunakan sebagai verba atau nomina. Dengan menggunakan chase sebagai nomina dalam judul ‘Bandhit’ Car Chase Police Instructor Fined 750 after Death of Nurse, makna verbanya pun tersirat dalam nomina tersebut. Selain itu, Reah juga menyatakan bahwa gambar dapat membuat judul lebih berbicara dan menarik. Suatu peristiwa kecelakaan pesawat diberitakan dengan judul And They All Lived yang disertai dengan gambarnya. Judul tersebut bermakna karena disertai gambar peristiwa kecelakaan pesawat tersebut. Judul sebagai informasi hendaknya mencakup what happened (apa yang terjadi), who was involved (siapa yang terlibat), where it happened (dimana peristiwa itu terjadi), dan what the circumstances were (bagaimana kejadiannya). Ini dapat disederhanakan ke dalam what, who, where, dan how (Reah, 2002:24). Juga dinyatakan bahwa judul dapat digunakan untuk mempengaruhi opini pembaca (… the can also be used to influence the opinion of the reader) (Reah, 2002:28). Hutchinson,
dalam
bukunya
yang
berjudul
Writing
for
Mass
Communication, tidak banyak membicarakan masalah judul berita. Berkaitan dengan judul berita (headline), dikatakan bahwa menulis judul berita memerlukan ingatan yang bagus, pemahaman yang baik tentang peristiwa-peristiwa hangat
14
(current words), kreativitas, dan penghematan kata (economy with words/as few words as possible). Sebagaimana telah dikemukakan dalam bagian Latar Belakang, penulis judul berita harus dapat menarik pembaca terhadap berita yang ditulisnya dengan menggunakan kata-kata yang menarik namun tidak terlalu berlebihan. Judul berita hendaknya menggunakan verba. Dengan menggunakan verba, judul berita akan terasa lebih kuat atau impresif dan lebih jelas (Hutchinson, 1986:124). Hutchinson dalam bukunya Writing for Mass Communication juga tidak secara spesifik membicarakan judul berita dari aspek sintaksis. Soehoet (2003) dalam bukunya Dasar-Dasar Jurnalistik di antaranya juga membicarakan masalah judul berita tetapi tidak secara detail dan tidak membahasnya dari aspek sintaksis. Dia mengulas secara singkat fungsi, syarat, dan penggolongan judul berita (Soehoet, 2003:76-78). Fungsi judul berita adalah memperkenalkan isi berita di bawah judul kepada pembaca, sehingga dalam waktu sekilas saja, pembaca dapat mengambil kesimpulan apakah berita itu berguna atau tidak baginya. Sesuai dengan fungsinya, maka syarat judul berita adalah sebagai berikut: 1. Judul mengandung inti terpenting dari seluruh isi berita 2. Judul disusun dengan bahasa yang mudah dipahami, padat, dan menarik 3. Judul berita tidak membesar-besarkan isi berita. Selanjutnya judul berita dapat digolongkan menurut jumlah kolom halaman surat kabar yang digunakan, yaitu judul 1 kolom, 2 kolom, 3 kolom, 4 kolom, dan sebagainya. Judul berita yang meliputi semua kolom surat kabar
15
disebut banner headline. Banner headline digunakan untuk berita yang dianggap sangat penting, yang dimuat dalam halaman pertama. Siregar (1987) dalam bukunya yang berjudul Bahasa Indonesia Jurnalistik juga membahas judul berita, tetapi tidak membahasnya dari aspek sintaksis. Dia menyatakan bahwa judul berita hendaknya menarik pembaca untuk membaca beritanya. Untuk itu, walaupun judul berita menggambarkan intisari isi berita, judul berita tidak perlu mengandung unsur-unsur berita yang lengkap. Bila judul berita telah mengandung unsur-unsur berita yang lengkap, maka minat membaca isi berita menjadi kendur. Selain itu, judul harus selaras dengan isi berita. Berita serius harus harus diberi judul yang serius; berita kriminal diberi judul yang selaras dengan kekriminalan. Misalnya, suatu peristiwa perkosaan yang dilakukan oleh perampok tidak akan diberitakan dengan judul Rampok Rayu Nyonya Rumah, melainkan diberitakan dengan judul yang selaras, yaitu Rampok Perkosa Nyonya Rumah (Siregar, 1987:162-164).
1.7.2
Sintaksis Ramlan (2001: 18) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Sedangkan Verhaar (2001: 161) mendefinisikan sintaksis secara lebih spesifik atau terbatas sebagai tata bahasa yang membahas hubungan antarkata dalam tuturan atau kalimat. Sintaksis yang dalam bahasa Inggris disebut syntax oleh Crystal (1980: 346) didefinisikan sebagai “… the study of the rules governing the way words are combined to form sentences in a language,” atau “the study of the
16
interrelationships between elements of the sentence structure, and of the rules governing the arrangement of sentences in sequences.” Dari definisi-definisi tersebut dapat dipahami bahwa sintaksis adalah bagian dari linguistik yang mempelajari cara bagaimana kata-kata disusun, diatur atau digabung untuk membentuk kalimat, atau mempelajari hubungan antar unsur-unsur struktur kalimat dan cara bagaimana kalimat-kalimat digabung, disusun, atau diatur sehingga membentuk urutan atau rangkaian yang logis (the arrangement of sentences in sequences). Ketiga pakar tersebut menyampaikan definisi sintaksis yang pada hakekatnya tidak ada perbedaan yang signifikan. Dapat dikatakan bahwa sintaksis adalah bagian dari linguistik yang berkenaan dengan seluk beluk kalimat, baik yang menyangkut pengaturan hubungan logis antar unsur-unsurnya (klausa, frase, kata), maupun hubungan logis antar kalimat pada tataran wacana. Misalnya, kalimat [1]
Many students in that university failed to do the final test „Banyak mahasiswa di universitas itu gagal pada ujian akhir‟
tidak akan bermakna apabila urutan atau susunan kata-katanya tidak menurut aturan yang gramatikal. Bila kalimat di atas susunan kata-katanya diubah, kalimatnya menjadi tak bermakna. Kalimat [1a]
*Failed many students in that university to do the final test
tidak bermakna karena susunan kata-katanya bukanlah susunan yang berterima atau gramatikal menurut kaidah bahasa Inggris. Demikian juga halnya dengan susunan atau urutan klausa-klausa dalam kalimat berikut. Kalimat
17
[2]
The students do not have any preparation so that they fail to do the test „Para siswa tidak memiliki persiapan sehingga mereka gagal ujian‟
tidak dapat diubah urutan klausa-klausanya menjadi [2a]
*So that they fail to do the test, the students do not have any preparation
Demikian pula dengan kalimat-kalimat berikut, urutannya tidak dapat dirubah. Kalimat-kalimat [3]
She carefully locked the door, took an umbrella, and opened the gate. After that, she went to her favourite restaurant for eating out with her boyfriend „Dia dengan hati-hati mengunci pintu, mengambil paying, dan membuka gerbang. Setelah itu, dia pergi ke rumah makan favoritnya untuk makan bersama pacarnya‟
tidak dapat diubah urutannya menjadi [3a]
*After that, she went to her favourit restaurant for eating out with her boyfriend. She carefully locked the door, took an umbrella, and opened the gate.
Dengan demikian jelaslah bahwa analisis sintaktis tidak dapat lepas dari pelibatan aspek makna atau semantisnya, tidak pernah lepas dari hubungan logis antar unsur-unsur sintaksisnya, baik antar kata, frase, klausa ataupun antar kalimat. Bahkan analisis sintaksis dapat juga melibatkan aspek pragmatik, khususnya bila membahas maksud penggunaan instrumen-instrumen sintaksis dalam judul berita. Berikut adalah contoh kalimat lain yang tidak berterima karena hubungan antar unsurnya (antar kata dalam kalimat) tidak logis: [4]
The wall eats a candy.
bukanlah kalimat dalam arti yang sebenarnya. Berdasarkan pola unsur fungsional, kalimat tersebut memang berpola S – V – O, sesuai dengan pola umum (standar)
18
bahasa Inggris: S – V – (O) – (PEL) – (KET), dengan fungsi S diduduki oleh konstituen The wall, dengan letak standar konstituen S, yaitu kiri V. Adapun fungsi V diduduki oleh konstituen eats, yang menyatakan makna „perbuatan‟; sedangkan fungsi O diduduki oleh konstituen a candy, dengan letak standar konstituen O, yaitu langsung di belakang V yang berupa verba transitif. Adapun berdasarkan kategori kata pengisi fungsi-fungsi sintaksisnya, kalimat tersebut memang juga memenuhi kaidah gramatikal dalam arti fungsi S-nya diduduki oleh frase nominal The wall, fungsi V-nya diduduki oleh kata verbal eats, dan fungsi O diduduki oleh frase nominal a candy, sehingga berpola standar kalimat bahasa Inggris: FN – V – FN. Namun begitu kalimat tersebut tidak bermakna karena masing-masing konstituen tersebut secara semantis tidak berhubungan secara logis, dan oleh karenanya kalimat tersebut tidak gramatikal, tidak berterima. Dalam penelitian ini, penulis mengimplementasikan teori sintaksis yang berkenaan dengan tiga permasalahan sebagaimana dirumuskan dalam poin tentang perumusan masalah di atas.
1.7.2.1 Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Djajasudarma (1999:24) mengemukakan bahwa kalimat dalam satuan bahasa secara relatif berdiri sendiri, memiliki pola intonasi final (utterance final intonation), dan baik secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa. Kalimat memiliki dua wujud, yaitu wujud lisan dan wujud tulisan. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan, sebagian besar ditandai oleh huruf kapital
19
dipangkalnya dan oleh tanda-tanda akhir seperti titik, tanda seru, tanda tanya, atau tidak ditandai apa-apa (misalnya pada kalimat tak lengkap) di belakangnya. (1985: 163). 1.7.2.1.1 Kalimat Berdasarkan Struktur Klausanya Kalimat berdasarkan struktur klausanya dibagi menjadi 2 macam kalimat, yaitu kalimat lengkap dan kalimat tidak lengkap (Djajasudarma, 1999:35). a.
Kalimat Lengkap Kalimat lengkap adalah kalimat yang mengandung klausa lengkap, yaitu
sekurang-kurangnya memiliki unsur subyek dan predikat. Misalnya [5]
b.
She doesn‟t exist „Dia tidak ada‟
Kalimat tak lengkap Kalimat tak lengkap adalah kalimat yang unsur-unsur klausanya tidak
lengkap. Misalnya [6]
Don‟t „Jangan‟
1.7.2.1.2 Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya Kalimat berdasarkan jumlah klausanya terdiri dari : a.
Kalimat Tunggal (Simple sentence) Kalimat ini terdiri atas sebuah klausa, seperti yang diungkapkan oleh
Djajasudarma (1987:82), kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, jadi unsur yang membentuknya bersifat predikat (dapat berupa satu verba)
20
atau nomina dan verba yang berfungsi masing-masing sebagai subyek dan predikat. Misalnya : [11]
You can‟t stop now „Kamu tidak dapat berhenti sekarang‟
Dalam bahasa Inggris terdapat tujuh pola dasar kalimat tunggal. 1
S – V – KET
[12]
Mary is in the house. „Mary ada di rumah.‟
2
S – V – PEL
[13]
Mary is a nurse. „Mary adalah seorang perawat.‟
3
S–V–O
[14]
Somebody caught the ball. „Seseorang menangkap bola.‟
4
S – V – O – KET
[15]
I put the plate on the table. „Saya meletakkan piring di meja.‟
5
S – V – O – PEL
[16]
We have proved him a fool. „Kami telah membuktikan ia bodoh.‟
6
S–V–O–O
[17]
She gives me expensive presents. „Dia memberi saya hadiah yang mahal.‟
7
S–V
[18]
The child laughed. „Anak itu tertawa.‟ (Quirk et al.,1977 : 69)
b.
Kalimat koordinatif (compound sentence) Kalimat koordinatif adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa bebas
yang dihubungkan oleh konjungsi. Menurut Djajasudarma (1999:24), konjungsi menggabungkan dua klausa atau lebih yang masing-masing memiliki kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat. Celce-Murcia (1999:20) mendefinisikan kalimat koordinatif sebagai kalimat yang terdiri dari dua atau lebih klausa yang berkedudukan sama (equal grammar impotance). Dua klausa tersebut biasanya dihubungkan oleh sebuah konjungsi koordinatif. Misalnya
21
[19]
c.
She didn‟t want to say yes, but it was. „Dia tidak ingin mengatakan „ya‟, tetapi dikatakannya.‟
Kalimat Subordinatif (complex sentence) Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan
antara klausa-klausanya tidak setara atau sederajat. Celce-Murcia (1999:20) mengemukakan bahwa kalimat subordinatif terdiri dari satu klausa utama/induk kalimat (main clause) dan satu atau lebih klausa bawahan/anak kalimat (subordinate clause). Misalnya [20]
I don‟t think that you can do it if you are lazy. „Saya tidak berpikir bahwa kamu dapat melakukannya jika kamu malas.‟
1.7.2.1.3 Kalimat Berdasarkan Amanat Wacananya Berdasarkan amanat wacananya kalimat dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu: a. kalimat deklaratif Kalimat deklaratif adalah kalimat yang mengandung intonasi deklaratif dalam ragam tulis biasanya diberi tanda titik (.) atau tidak diberi tanda apa-apa. (Djajasudarma, 1999:38). Contoh : [27] The man [S] was not [V] handsome [PEL] „Laki-laki itu tidak tampan‟
b. kalimat interogatif Kalimat interogatif adalah kalimat yang mengandung intonasi interogatif, dalam ragam tulis diberi tanda tanya (?) dan pada bahasa lisan dengan suara naik (terutama bila tidak hadir kata tanya) atau dengan suara turun (Djajasudarma,
22
1999 :39). Dalam bahasa Inggris terdapat tiga macam bentuk kalimat interogatif: yang pertama, yes-no interogative, yaitu the placing of the operator immediately in front of the subject (Quirk, 1985 :191). Contoh : [28] Will John speak to the boss? „Akankah John berbicara pada atasannya?‟ Kedua, wh interrogative; the initial positioning of an interrogative is wh-element (Quirk, 1985 :191). Contoh : [29] Why do you take Sava for a walk? „Mengapa kamu bawa Sava untuk berjalan-jalan?‟ Ketiga, kalimat yang berpola seperti kalimat berita namun ia memiliki intonasi naik (rising intonation), yaitu intonasi seperti pada kalimat interogatif. Contoh : [30] You „re not married? „Kamu tidak menikah?‟
c. kalimat imperatif Kalimat imperatif
adalah kalimat yang mengandung antara lain:
permintaan, ajakan, harapan, dan perintah (Djajasudarma, 1999:82). Kalimat imperatif dalam bahasa Inggris lazimnya menggunakan verba dalam bentuk dasar (base form). Contoh : [31] Don‟t open the door. „Jangan buka pintu!‟
d. kalimat eksklamatif Quirk mengatakan kalimat eksklamatif adalah sentences which have an initial phrase introduced by what or how, without inversion of subject and
23
operator (kalimat yang memiliki frase inisial yang diawali dengan what atau how, tanpa adanya inversi subyek dan operator) (1985:191). Contoh : [32] How delightful her manners are! „Betapa menyenangkan kepribadiannya!‟ 1.7.2.2 Klausa Klausa adalah unsur bahasa yang terdiri atas dua unsur atau lebih dan bersifat predikatif (sekurang-kurangnya memiliki satu predikat)(Djajasudarma, 1987: 74). Karena memiliki dua unsur inti, klausa berpotensi menjadi sebuah kalimat tunggal. Namun demikian, tidak semua klausa berpotensi untuk menjadi sebuah kalimat. Berdasarkan potensinya untuk menjadi sebuah kalimat, klausa dapat dibedakan : a.
klausa bebas (independent clause) Klausa bebas adalah klausa yang memiliki potensi untuk menjadi sebuah
kalimat. Klausa pada contoh berikut memiliki unsur-unsur penting dalam kalimat, yaitu subjek dan verba. Misalnya [33]
b.
Anna Roffe was not a fool. „Anna Roffe bukanlah seorang yang bodoh.‟
klausa terikat (idependent klause) Klausa terikat adalah klausa yang tidak berpotensi menjadi sebuah
kalimat. Klausa terikat bergantung pada klausa lainnya, yakni klausa bebas. Kedua klausa yang berbeda ini, bila terdapat dalam sebuah kalimat biasanya menggunakan konjungsi sebagai penghubung kedua klausa tersebut. Misalnya [34]
They don‟t want to hire a servant who has a bad manner. „Mereka tidak ingin menyewa pembantu yang memiliki kelakuan yang jelek.‟
24
Klausa they don‟t want to hire a servant adalah klausa bebas, sedangkan klausa who has a bad manner adalah klausa terikat . Who adalah konjungsi subordinatif. Dalam klausa bahasa Inggris, terdapat lima unsur kalimat yang penting, seperti yang dikemukakan oleh Quirk (1985:12) bahwa A sentence may alternatively be seen as comprising five units called elements of sentence (or, a clause) structure : Subject, Verba, Complement, Object, Adverbial (Sebuah kalimat dapat dilihat sebagai bentukan 5 unit yang disebut elemen stuktur kalimat (atau klausa) : Subyek, Verba, Pelengkap, Obyek, Keterangan)
1.7.2.3 Frase Frase merupakan satuan sintaksis berada satu tingkat di bawah klausa. Menurut Djajasudarma, frase adalah unsur sintaksis yang terdiri dari dua unsur atau lebih yang tidak predikatif (1987:55). Dalam bahasa Inggris sebuah frase selalu memiliki inti (head). Jacobs mengemukakan bahwa …each phrase must have a head. A noun phrase has a noun as head, a preposional phrase has a preposition as head, and an adjective phrase has an adjective as head (1999:51).
1.7.2.4 Kata Kata merupakan satuan terkecil dalam tataran
sintaksis. Secara
tradisionil kata terbagi atas delapan kelas kata, yaitu nomina, verba, ajektiva, adverbia, pronomina, preposisi, konjungsi, dan interjeksi. Dalam linguistik modern, kata dalam bahasa Inggris terbagi atas dua bagian, yaitu kata terbuka dan kata tertutup. Yang termasuk kata terbuka adalah nomina, verba, ajektiva, dan
25
adverbial sedangkan yang termasuk ke dalam kata tertutup adalah pronomina, preposisi, konjungsi, interjeksi. Pembagian satuan kata ini dikenal sebagai parts of speech atau kategori sintaksis. 1.7.2.4.1 Nomina Nomina adalah kategori sintaksis yang termasuk ke dalam kata terbuka. Nomina mengacu kepada benda hidup atau benda mati dan memiliki empat klasifikasi, yaitu : nomina bernyawa dan tak bernyawa (common noun), seperti dog, paper; nama diri dan tempat (proper noun), seperti, Mary, London; nomina terbilang dan takterbilang (abstract noun), seperti: table, milk; nomina kolektif (collective noun), seperti : flock, swarm. Nomina dapat berfungsi sebagai subyek, komplemen, objek verba atau objek preposisi, dan posesif. Nomina digunakan bersama determinator.
1.7.2.4.2 Verba Dalam bahasa Inggris, verba merupakan kategori sintaktis yang terpenting. Jacobs berpendapat bahwa : For most English sentence the crucial part of the meaning resides in the verb; the concept expressed by the verb is typically the heart of the prepositional content of a sentence (1999:9) (Dalam kebanyakan kalimat bahasa Inggris, bagian terpenting permaknaan berada pada verbanya; konsep yang diekspresikan oleh verba merupakan inti dari letak isi dari suatu kalimat. Verba bahasa Inggris terbagi atas : a. verba leksikal, seperti walk, go;
26
b. verba bantu (auxiliary verb), yaitu verba bantu primer (do, be, have) dan verba bantu c. modal (can, may, shall will,could, might, should, would,must, ought to,used to, need, dare). (Quirk et al.,1977:26). Dalam bahasa Inggris terdapat dua kelompok verba yang dapat digolongkan sebagai bentuk verba finit, seperti : studies, studied; dan bentuk verba nonfinite, seperti : to smoke, smoking. Verba bahasa Inggris leksikal dapat diklasifikasikan berdasarkan objek yang mengikutinya. Secara tradisional verba ini disebut verba intransitif, yaitu verba tanpa objek; sedangkan verba transitif adalah verba yang memiliki objek. Dalam linguistik, verba intransitif disebut verba bervalensi satu, sedangkan verba transitif disebut verba bervalensi lebih dari satu. Misalnya [35]
She doesn‟t go. „Dia tidak pergi.‟
[36]
I never saw the others. „Saya tidak pernah melihat yang lain.‟
Menurut Quirk (1977: 28), terdapat empat bentuk verba, yaitu verba modal, verba perfektif, verba progresif, dan verba pasif. Ia menambahkan bahwa berkaitan dengan makna, verba terbagi atas. a. verba dinamik (dynamic verb), yaitu : 1. verba aktivitas (activity verbs), contoh : ask, beg, call, drink, eat, dan lainlain. 2. verba proses (process verbs), contoh : change, grow, dan lain-lain.
27
3. verba perasa (verbs of bodily sensation), contoh : ache, hurt, feel, dan lainlain. 4. verba „transitional verbs‟, contoh : arrive, fall, leave, dan lain-lain.
b. Verba statif (stative), verba ini adalah verba yang tak bergerak, seperti: verba kognitif dan verba panca-indera (perception), contoh: hate , desire dislike, forget. Verba relasional juga termasuk pada verba statif, contoh: be, belong to, have, dan lain-lain.
1.7.2.4.3 Ajektiva Kategori sintaksis lainnya dari kelompok kata terbuka adalah ajektiva. Celce-Murcia mendefinisikan ajektiva, seperti : it describes or denotes the quality of something (1999:17). Dalam kalimat berbahasa Inggris, ajektiva dapat berfungsi sebagai : a. subyek komplemen contoh : [37]
The man [S] was not [V] handsome [PEL] „Laki-laki itu tidak tampan‟
b. obyek komplemen contoh : [38] He [S] didn‟t made [V] his wife [O] happy [PEL] „Dia tidak membuat istrinya gembira‟ c. mengikuti verba be contoh : [39] She [S] is [V] pretty [PEL] „Dia cantik‟ d. berposisi sebelum nomina
28
contoh : [40] the long journey. „perjalanan yang panjang.‟ e. diterangkan oleh adverbia contoh : [41] the very long journey. f. sebagai perbandingan contoh : beautiful, more beautiful, the most beautiful.
1.7.2.4.4 Adverbia Adverbia
termasuk kategori sintaksis yang termasuk ke dalam kata
terbuka. Celce-Murcia mendefinisikan adverbia seperti : Adverbs modify verbs and contribute meaning of various sorts to sentences (1999:18). Berdasarkan fungsinya , adverbia terbagi atas : adverbia cara (manner), misalnya : She dances beautifully; adverbia tempat (place), misalnya: She went to Bandung; dan adverbia waktu (time), misalnya : She bought it yesterday.
1.7.2.4.5 Pronomina Pronomina berfungsi menggantikan nomina atau frase nomina. Promina memiliki beberapa klasifikasi, yaitu : a. Pronomina persona, pronomina jenis ini terbagi atas : -
pronomina persona subyektif, yaitu: pronomina persona pengisi subjek, seperti I, you, he, she, it, we, dan they.
-
pronomina persona objektif, pronomina persona pengisi objek, seperti : me,you, her, him, it, us, dan them.
29
b. Pronomina refleksif, seperti : myself, yourself, himself, herself, itself, ourselves, themselves c. Pronomina posesif, seperti : my, your, him, her, its, our, their
1.7.2.4.6 Preposisi Preposisi termasuk ke dalam kata tertutup. Preposisi tidak memiliki arti leksikal, namun hanya memiliki arti gramatikal.
Bila disandingkan dengan
nomina, preposisi akan memiliki makna : a) makna tempat: at the cottage; b) makna
arah: to the village; c) makna waktu: in the evening; d) makna
kepemilikan: the frame of the picture; e) makna alat: cut it with a spoon.
1.7.2.5 Unsur Fungsional Kalimat Mengenai analisis konstruksi kalimat, Quirk mendasarkan analisisnya pada tata bahasa tradisional, yaitu mendasarkan analisisnya pada arti. Quirk mendeskripsikan konstruksi kalimat yang terdiri dari satuan-satuan yang lebih kecil, yaitu Subject (S) dan Predicate (P). Subyek adalah the theme of the sentence tema kalimat atau pokok pembicaraan, sedangkan predikat adalah apa yang dikatakan tentang subyek (what is being said about a subject) (Quirk, 1977: 10-11). Misalnya: SUBJECT
PREDICATE
[42]
John
carefully searched the room.
[43]
The girl
is now a student at a large university.
[44]
His brother
grew happier gradually.
30
[45]
It
rained steadily all day.
[45]
He
had given the girl an apple.
[47]
They
make him the chairman every year.
Selanjutnya Quirk mendeskripsikan kalimat secara lebih detail sebagai terdiri dari lima elemen kalimat (sentence elements): subject (S), verb (V), complement (C), object (O), dan adverbial (A) (Quirk, 1977:12): [48]
John (S)
carefully (A) searched (V) the room (O).
[49]
The girl (S)
is (V) now (A) a student (C) at a large university (A).
[50]
His brother (S)grew (V) happier (C) gradually (A).
[51]
It (S)
rained (V) steadily (A) all day (A).
[52]
He (S)
had given (V) the girl (O) an apple (O).
[53]
They (S)
make (V) him (O) the chairman (C) every year (A).
Subyek, Obyek, dan Adverbial (S,O, dan A) itu sendiri dapat memiliki konstituen-konstituen internal kalimat (Quirk, 1977: 12-13): [54]
She (S) saw (V) that [it (S) rained (V) all day (A)] (O).
[55]
His brother (S) grew (V) happier (C) when [his friend (S) arrived (V)] (A).
[56]
That [she (S) answered (V) the question (O) correctly (A)] (S) pleased (V) him (O) enormously (A).
Bagian-bagian yang tertulis miring (italic) adalah klausa bawahan, sedangkan lainnya adalah klausa inti. Kata hubung that berikut klausa bawahannya it rained all day dalam kalimat [54] berfungsi sebagai O. Sedangkan kata hubung that
31
berikut klausa bawahannya she answered the question correctly dalam kalimat [56] berfungsi sebagai S. Kata hubung when berikut klausa bawahannya his friend arrived dalam kalimat [55] berfungsi sebagai A.
1.7.2.6 Diatesis Aktif dan Pasif Fowler mendeskripsikan bahwa diatesis aktif atau bentuk aktif digunakan bila fokusnya pada pelaku tindakan, yang mengimplikasikan pertanggungjawaban yang jelas – “.. the active is chosen when the focus is to be on the agent of the action, implying clear responsibility.” (Fowler, 1996:78). Sebagai pelaku suatu tindakan, maka pelaku tindakanlah yang harus bertanggungjawab atas perbuatan atau tindakannya. Fowler memberikan contoh beberapa kalimat judul berita halaman depan yang diambil dari tiga surat kabar tanggal 1 Juli 1986 tentang seorang polisi yang menembak dari jarak 9 inci seorang anak laki-laki berumur lima tahun sewaktu anak laki-laki itu sedang tidur: [57]
PC shot boy from 9 inches (Eastern Daily Press)
[58]
RAID PC SHOT BOY FROM 9 INCHES (Sun)
[59]
PC SHOT BOY FROM 9 INCHES (Daily Express)
Ketiga kalimat judul tersebut bernada langsung, lugas, dan tegas. Berbentuk kalimat aktif, ketiga kalimat judul tersebut mengedepankan atau menonjolkan
polisi
(PC)
sebagai
pelaku
(agent)
pembunuhan
biadap
32
(manslaughter) terhadap seorang anak laki-laki kecil berumur lima tahun. (Fowler, 1996:72). Tentang bentuk pasif Fowler mendeskripsikan bahwa penggunaan bentuk pasif memungkinkan dihilangkannya komponen pelaku tindakan atau agent (dalam konteks kalimat-kalimat judul di atas adalah PC). Dengan demikian pertanggungjawaban menjadi kabur atau tidak jelas (leaving responsibility unspecified), tetapi akibat tindakan (the boy‟s death) menjadi fokus atau ditonjolkan/dikedepankan (foregrounded). (Fowler, 1996: 78). Untuk jelasnya, Fowler memberikan perbandingan sebagai berikut: [59]
PC SHOT BOY FROM 9 INCHES
[60]
Robber‟s son, five, killed in his bed
[58]
RAID PC SHOT BOY FROM 9 INCHES
[61]
SHOT FROM 9 INCHES (di samping gambar anak lelaki korban pembunuhan biadap itu)
versus
atau
versus
Dalam kalimat pasif [60] Robber‟s son, five, killed in his bed (Anak lelaki Robber, umur 5 tahun, dibunuh di tempat tidurnya), dan [61] SHOT FROM 9 INCHES (DITEMBAK DARI JARAK 9 INCI), pelaku tindakan ditiadakan. Dengan demikian pertanggungjawaban atas pembunuhan biadap menjadi kabur karena pelaku tindakan ditiadakan. Eriyanto (2003: 156-159) dalam bukunya Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media mendeskripsikan bahwa dalam kalimat aktif yang ditekankan
33
adalah subyek pelaku dari suatu kegiatan, sedangkan dalam kalimat pasif yang ditekankan adalah sasaran dari suatu tindakan. Dalam kalimat aktif tanpa adanya subyek pelaku, kalimat menjadi tidak berbunyi. Posisi subyek atau pelaku menjadi sangat sentral dalam kalimat aktif. Akan tetapi dalam kalimat pasif, tanpa hadirnya pelaku, kalimat masih dapat dibaca atau masih mempunyai makna. Menurut Roger Fowler dkk. (via Eriyanto, 2003: 160-161), dengan mengubah susunan kalimat ke dalam bentuk pasif bukan hanya persoalan enak dibaca atau dipahami, tetapi merupakan manipulasi sintaksis, karena dengan mengubah kalimat menjadi pasif, seseorang (agen/pelaku) bukan hanya disembunyikan, tetapi juga dapat dihilangkan dalam pemberitaan. Longrace dalam bukunya The Grammar of Discourse mendifinisikan diatesis aktif dan pasif sebagai berikut. When the object of a sentence is thematic within a paragraph (or a whole discourse), it may weaken the thematic structure of a paragraph to preserve the active form of the transitive clause. … If, therefore, a given noun is to be thematic, putting it in object position may not give it sufficient prominence in the clauses of a paragraph while the introduction of a further noun as subject might imply the thematicity of the latter. It is strategic in such circumstances to shift to a passive construction – which makes the thematic noun the subject and eliminates the need for mentioning any further noun. …………………………………………………………………………….. In brief, since the passive is often used to avoid mentioning an agent anywhere in the clause, passives that do not specify an agent often impress us as more successful. (Longrace, 1983:230). (Bila obyek dalam suatu kalimat bersifat tematik dalam suatu paragraf (atau seluruh wacana), maka penggunaan bentuk aktif dari klausa transitif hanya akan memperlemah struktur tematik suatu paragraph. … Oleh karena itu, jika nomina tertentu harus ditonjolkan (tematik), menempatkannya pada posisi obyek tidak akan memberikan penonjolan yang memadai (sufficient prominence) dalam klausa-klausa suatu paragraf, sedangkaan penggunaan nomina lainnya sebagai subyek dapat
34
mengimplikasikan tematisitas (penonjolan) pada nomina lain tersebut. Adalah strategis dalam konteks semacam ini untuk menggunakan konstruktif pasif – yang membuat nomina yang harus ditonjolkan (thematic) menduduki fungsi subyek dan meniadakan kebutuhan penyebutan nomina lain. ……………………………………………………………………………… Ringkasnya, karena bentuk pasif sering digunakan untuk menghindarkan penyebutan pelaku dalam klausa, bentuk pasif yang tidak menyebutkan pelaku sering terkesan lebih kena atau sesuai (dengan tujuan penggunaan bentuk pasif, yakni, penonjolan obyek). (Longrace, 1983: 230). Sinclair dalam bukunya English Usage mendeskripsikan bahwa bentuk pasif digunakan bila yang ditekankan adalah orang atau sesuatu yang dikenai tindakan yang disebut pada verbanya, dan bukan pelaku perbuatan itu, atau bila tidak diketahui pelakunya, atau bila pelakunya sudah dapat dimengerti dari konteks kalimatnya. (Sinclair, 1965:494). Misalnya: [62]
The room has been cleaned. „Ruangan /Kamar itu telah dibersihkan‟
[63]
The name of the winner will be announced tomorrow. „Nama pemenang akan diumumkan besok‟
Frank juga mendeskripsikan bahwa bentuk pasif digunakan bila perhatian ditujukan pada receiver of the action (pasien atau penderita) atau bila pelaku tindakan (doer of the action) tidak dipentingkan. Tidak disebutkannya pelaku membuat nada kalimat menjadi „impersonal‟. Bentuk pasif untuk pernyataanpernyataan impersonal sering digunakan dalam buku-buku teks (textbooks), dalam laporan-laporan ilmiah, teknis dan bisnis, dan dalam berita-berita surat kabar. (Frank, 1972: 56). Misalnya: [64]
The Yalta Agreement was signed during World War Two. „Kesepakatan Yalta/Yalta Agreement ditandatangi saat Perang Dunia II.‟
[65]
The United Jewelry Store has been robbed several times.
35
„United Jewelry Store telah dirampok beberapa kali.‟ [66]
The report was confirmed yesterday. „Laporan itu (telah) dikonfirmasi kemarin.‟
1.7.2.7 Pengedepanan (Fronting/Foregrounding) Swan (1996: 206) mengatakan “If we begin a sentence with something else, this is often to make it the topic – the thing we are talking about – even though it is not the grammatical subject.” (Jika kita mengawali suatu kalimat dengan sesuatu yang lain (selain subyek), sesuatu yang lain itu menjadi topik – sesuatu yang kita bicarakan atau menjadi fokus pembicaraan – meskipun sesuatu yang menjadi fokus itu bukan subyek gramatikal). Swan memberikan contoh sebagai berikut: [67]
People like that I just can‟t stand „Orang-orang semacam itu saya sungguh tidak bisa mentolerir.‟
Dalam kalimat [67] konstituen People like that menduduki fungsi O, yaitu yaitu O terhadap verba can‟t stand
yang bermakna „can‟t tolerate‟ (tidak dapat
mentolerir). Menurut The American Heritage Dictionary (1985: 1188), verba stand dalam konteks ini adalah verba transitif yang menyatakan makna „tolerate‟ atau „endure‟. Dengan demikian konstituen People like that adalah konstituen O yang dikedepankan, yang menjadi fokus, yang ditonjolkan. Bila tanpa penonjolan O, letak konstituen O people like that di belakang verba can‟t stand, sehingga kalimatnya menjadi: [67a] I just can‟t stand people like that.
36
Pengedepan (fronting/foregrounding) juga merupakan cara memberikan penonjolan (emphasis) pada konstituen yang dikedepankan (Swan, 1996: 206208; Frank, 1972: 148). Perhatikan contoh-contoh berikut: [68]
Strange People they are!
[69]
This question we have already discussed at some length.
[70]
What I‟m going to do next I just don‟t know. (Swan, 1996: 207)
[71]
Slowly and silently the army advanced toward the enemy. (Frank, 1972: 148)
Kalimat [68] adalah kalimat yang menonjolkan subject complement (Cs) dengan mengdepankan konstituen subject complement strange people ke bagian awal kalimat. Bila tanpa penonjolan subject complement (Cs), konstituen Cs berada di belakang linking verb are, sehingga kalimatnya menjadi. [68a] They are strange people. Kalimat [69] dan [70] adalah kalimat yang menonjolkan O dengan mengedepankan konstituen O ke bagian awal kalimat, yaitu frase nominal this question [69] dan klausa nominal What I‟m going to do next [70]. Bila tanpa penonjolan O, letak konstituen O di belakang verbanya, yaitu di belakang verba have discussed [69] dan don‟t know [70], sehingga kalimatnya menjadi: [69a] We have already discussed this question at some length. [70a] I just don’t know what I‟m going to do next. Adapun kalimat [71] adalah kalimat yang menonjolkan KET, yaitu keterangan cara (adverb of manner) slowly and silently dengan mengedepankan
37
konstituen tersebut ke bagian awal kalimat. Bila tanpa penonjolan KET (keterangan cara/adverb of manner) slowly and silently, letak konstituen KET tersebut di bagian akhir kalimat (final position), sehingga kalimatnya menjadi: [71a] The army advanced toward the enemy slowly and silently.
1.7.2.8 Pelesapan (Ellipsis/Deletion) Pelesapan atau ellipsis adalah penghilangan unsur kalimat yang dapat dengan mudah dipahami dari konteksnya. Pelesapan ini pada hakekatnya merupakan suatu usaha penghematan kata dalam berbahasa (economy). Dalam penulisan judul berita, pelesapan sering digunakan tidak hanya untuk penghematan kolom (space economy), tetapi juga untuk membuat judul berita menarik dan lebih padat. Pelesapan-pelesapan konstituen inti dalam penulisan judul berita, justru membuat berita semakin menarik. Kalimat tanpa pelesapan justru malah terasa tidak enak, tidak smooth, dan tidak natural atau alamiah/wajar. Adapun unsur yang dapat dilesapkan dapat berupa subyek, predikat, dan obyek, konjungsi, preposisi, dan bahkan juga penyukat.
1.7.2.9 Repetisi (Pengulangan) Repetisi atau pengulangan unsur atau konstituen kalimat dimaksudkan untuk memberikan penonjolan (emphasis) pada konstituen atau unsur yang diulang. Selain untuk penonjolan, repetisi juga digunakan sekaligus untuk
38
menyatakan ketidaksenangan, kejengkelan, kemarahan dan bahkan dapat juga untuk menyatakan kegembiraan, kekaguman, atau antusiasme.
1.8
Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif
adalah suatu pengkajian terhadap suatu masalah yang tidak dirancang menggunakan prosedur-prosedur statistik. Dalam kaitan dengan penelitian ini, penelitian kualitatif berusaha memahami fenomena kebahasaan yang berkaitan dengan judul-judul berita surat kabar. Penelitian kualitatif ini sendiri bersifat deskriptif, artinya, penelitian itu berusaha menggambarkan atau memerikan data secara akurat sesuai dengan hakekatnya (dalam hal ini data yang berupa berbagai macam bentuk atau tipe judul berita). Metode penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data (Sudaryanto, 1993:5-7).
1.8.1
Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pustaka, yaitu teknik
penyediaan data yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data. Sebagai sumber data penelitian ini menggunakan judul berita dalam surat kabar Jakarta Post dalam versi elektronik. Versi ini dipilih karena Jakarta Post dalam versi elektronik memiliki rekap/salinan berbagai macam judul berita mulai bulan desember 2009 hingga desember 2010.
39
Tindakan yang perlu dilakukan dalam tahap pengumpulan data ini adalah memilih dan mencatat dalam kartu data berbagai tipe judul berita yang berkaitan atau relevan dengan 3 masalah yang telah dirumuskan di atas. Judul berita yang akan dianalisis hanyalah yang berbentuk klausa atau kalimat saja sedangkan judul berita yang berbentuk frase tidak akan dibahas dalam penelitian ini. Dengan demikian judul berita yang digunakan sebagai data untuk dianalisis juga didasarkan atas prinsip ketercukupan: data harus tercukupi secara layak baik dalam hal jumlah maupun dalam hal jenis tipenya (Sudaryanto, 1993: 6). Setelah dilakukan pemilihan data berdasarkan relevansinya dengan obyek penelitian, penulis kemudian melakukan pemilihan data berdasarkan jenis atau tipenya.
1.8.2
Metode Analisis Data Pada tahap analisis data, teknik yang digunakan adalah teknik parafrase,
teknik lesap, teknik ganti, teknik perluas, teknik sisip, dan teknik balik. Teknik parafrase digunakan untuk mengungkapkan kembali suatu konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama, namun tanpa mengubah maknanya. Hal ini sangat membantu dalam mengidentifikasi unsur-unsur fungsional yang dilesapkan dalam judul berita. Dalam teknik parafrase ini tentunya konteks judul berita surat kabar pada bagian tubuh beritanya akan sangat berpengaruh dalam pemunculan kembali konstituen yang dihilangkan pada judul beritanya. Teknik lesap digunakan untuk mengetahui kadar keintian unsur yang dilesapkan. Jika hasil pelesapan itu tidak gramatikal, berarti unsur yang
40
dilesapkan memiliki kadar keintian yang tinggi. Hal ini berarti unsur tersebut sebagai pembentuk satuan lingual keberadaannya tegar atau mutlak diperlukan. Dalam kaitannya dengan analisis sintaksis judul berita, teknik lesap ini digunakan untuk mengetahui kadar keintian unsur-unsur atau konstituen-konstituen yang membentuk judul berita. Hal ini sangat membantu dalam mengidentifikasi unsurunsur fungsional judul berita. Misalnya, dalam kalimat [72]
She bought a luxurious car yesterday
konstituen yesterday dapat dilesapkan tanpa mengakibatkan kalimat menjadi tidak berterima: She bought a luxurious car. Hal ini berarti bahwa konstituen yesterday bersifat periferal, tidak wajib atau opsional. Dengan kata lain kadar keintiannya rendah. Konstituen yang bersifat periferal ini dilihat dari aspek fungsi sintaksisnya menduduki fungsi KET, hanya berfungsi atau bersifat memberi informasi tambahan saja. Lain halnya dengan konstituen a luxurious car. Konstituen a luxurious car memiliki kadar keintian yang tinggi. Dilesapkannya konstituen tersebut membuat kalimat menjadi tidak berterima atau tidak gramatikal: [72a] She bought yesterday. Hal ini demikian karena verba transitif aktif bought berperilaku sintaksis menuntut hadirnya pendamping yang langsung berada di belakangnya dan menduduki fungsi O serta berkadar keintian tinggi. Dengan demikian jelaslah bahwa teknik lesap dapat digunakan membatu mengidentifikasi fungsi-fungsi sintaksis dari konstituen-konstituen yang membentuk judul berita. Teknik ganti juga digunakan dalam analisis data penelitian ini. Kegunaan teknik ganti adalah untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur
41
atau konstituen yang diganti dengan unsur pengganti. Dalam kaitannya dengan analisis sintaksis judul berita, teknik ganti ini dapat membantu mengidentifikasi unsur-unsur fungsional judul berita. Sebagai contoh, kalimat [73]
The president said that there would be no more admission for civil servant
sekilas nampak rumit (complicated), tidak mudah untuk mengidentifikasi pola unsur fungsionalnya. Akan tetapi, dengan teknik ganti, pengidentifikasiannya menjadi lebih mudah dan jelas. Apabila klausa bawahan that there would be no more admission for civil servant diganti dengan kata ganti it, kalimatnya akan menjadi sederhana dan mudah untuk dianalisis. Dalam kalimat [73a] The president said it segera terlihat bahwa it adalah konstituen (kata ganti) yang menduduki fungsi O, karena berada langsung di belakang verba transitif aktif said. Dengan demikian klausa bawahan that there would be no more admission for civil servant sama kategorinya dengan it, yaitu kategori nomina, yang juga menduduki fungsi O. Klausa yang berkategori nomina, dalam arti berfungsi sebagai nomina, dalam bahasa Inggris disebut noun clause yang dalam bahasa Indonesia disebut klausa nominal yang dapat menduduki fungsi S atau O. Teknik sisip terutama digunakan untuk mengetahui kadar keeratan kedua unsur yang dipisahkan oleh penyisip. Hal ini berarti pula bahwa teknik sisip dapat digunakan untuk mengetahui kadar ketegaran letak unsur-unsur tertentu. Dalam penelitian ini teknik sisip dapat digunakan untuk menentukan, misalnya saja, apakah suatu konstituen menduduki fungsi O atau tidak. Sebagai contoh, dalam kalimat
42
[74]
Dad is reading now
dapat disisipkan suatu unsur atau konstituen in the living room, yang berfungsi sebagai KET (keterangan tempat) di antara konstituen reading dan now, sehingga kalimatnya berbunyi [74a] Dad is reading in the living room now. Hal ini demikian karena verba reading merupakan verba intransitif dan konstituen now menduduki fungsi KET (keterangan waktu). Lain halnya dengan kalimat [74b] Dad is reading newpaper. Di antara konstituen reading dan konstituen newspaper tidak dapat disisipkan unsur atau konstituen lain. Kalimat [74c]
?Dad is reading in the living room newspaper
kurang berterima atau tidak berterima karena konstituen newspaper pada dasarnya menduduki fungsi O, yang cenderung memiliki letak tegar langsung di belakang verba yang berupa verba transitif. Kalimatnya menjadi berterima apabila penyisip itu diletakkan di belakang O: [74d]
Dad is reading newspaper in the living room.
Dalam bahasa Indonesia pun, O juga cenderung memiliki letak tegar langsung di belakang verba. Padanan kalimat-kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia adalah
dan
[75a]
*Ayah sedang membaca di ruang tamu majalah itu
[75]
Ayah sedang membaca majalah itu di ruang tamu.
Kalimat [75a] *Ayah sedang membaca di ruang tamu majalah itu terasa tidak enak dibaca, tidak alamiah (unnatural). Lain halnya dengan [75] Ayah sedang membaca majalah itu di ruang tamu, yang terasa enak dan smooth dibaca karena,
43
selain struktur atau konstruksinya sesuai dengan pola umum (standar) kalimat bahasa Indonesia, verba membaca dalam kalimat tersebut adalah verba transitif aktif yang berperilaku sintaksis menurut pendamping yang berfungsi sebagai O dengan letak langsung di belakang verbanya. Maka jelaslah bahwa teknik sisip dapat membantu mengidentifikasi unsur fungsional atau menentukan fungsi sintaksis konstituen-konstituen tertentu dalam judul berita. Adapun teknik perluas dalam penelitian ini digunakan untuk perluasan, dalam arti pemunculan kembali konstituen sintaksis yang dilesapkan dari judul berita, utamanya adalah pemunculan konstituen S yang dilesapkan. Pemunculan kembali konstituen yang dilesapkan itu didasarkan atas kalimat penghasil judul yang dapat dilacak dalam tubuh berita. Perluasan (pemunculan kembali) ini dimaksudkan untuk mempermudah dan memperjelas atau mempertegas pengidentifikasian unsur fungsional judul berita. Misalkan saja judul berita berbunyi [76]
Mother commits suicide, kills sons
Judul berita tersebut memiliki 2 klausa dengan penghilangan subyek pada klausa yang kedua, yaitu kills sons. Judul tersebut dapat dipahami sebagai kalimat luas setara atau kalimat luas tidak setara. Sudut pemahaman yang berbeda, menimbulkan pola unsur fungsional yang berbeda pula. Apabila kalimat penghasil judulnya menggunakan kata hubung setara dan, maka kalimat judul yang lengkap (setelah mengalami perluasan/pemunculan konstituen S) akan berbunyi, misalkan saja,
44
[76a] Mother commits suicide and she kills her sons Kalimat judul tersebut adalah kalimat luas setara, dengan pola unsur fungsional S – V – O, S – V – O, yaitu Mother (S), commits (V), suicide (O), she (S), kills (V), dan her sons (O). Dengan demikian judul berita di atas berpola unsur fungsional S – V – PEL, V – PEL. Akan tetapi, bila kalimat penghasil judul menggunakan kata hubung subordinatif after, maka kalimat judul yang lengkap akan berbunyi, misalkan saja, [76b] Mother commits suicide after she she kills her sons Kalimat judul tersebut adalah kalimat luas tidak setara, dengan pola unsur fungsional S – V – O – KET, yaitu Mother (S), commits (V), suicide (O), dan after she kills her sons (KET / keterangan waktu). Dengan demikian judul berita Mother commits suicide, kills sons berpola S – V – O – KET. Sementara itu teknik balik kegunaannya yang terutama adalah untuk mengetahui kadar ketegaran letak suatu unsur dalam susunan beruntun. Dalam bahasa Inggris unsur-unsur fungsional mempunyai letak yang relative ajeg, sehingga dapat dikatakan bahwa pola umum (standar) unsur fungsional kalimat bahasa Inggris adalah S – V – (O) – (PEL) – (KET). Berubahnya letak unsur fungsional tersebut berarti terjadinya pembalikan atau perubahan letak. Letak konstituen O dan PEL relatif tegar di belakang V, sedangkan konstituen KET mempunyai letak bebas: dapat di depan S – V, dan di antara S – V, dan dapat berada paling belakang, tetapi tidak dapat di antara V – O, kecuali bila konstituen O-nya berupa frase yang panjang. Sebagai unsur atau konstituen yang bersifat periferal, konstituen KET dapat dihilangkan, dan kalimatnya tetap berterima atau
45
gramatikal. Adapun letak konstituen S tidak begitu tegar. Kadang-kadang konstituen S berada di belakang V, dan bahkan dapat di belakang konstituen V beserta perluasannya. Dengan demikian teknik balik dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi fungsi sintaksis konstituen-konstituen dalam judul berita. Perhatikan kalimat-kalimat berikut: [77]
Her parents live in Surabaya
[78]
I bought the car in Surabaya
Konstituen in Surabaya dalam kalimat [77], memang menyatakan makna tempat, tetapi tidak menduduki fungsi KET karena tidak sesuai dengan perilaku sintaksis konstituen KET. Konstituen in Surabaya tersebut tidak memiliki letak bebas, letaknya relatif tegar di belakang V yang berupa verba intransitif live, dan, selain itu, dihilangkannya konstituen tersebut membuat kalimat menjadi tidak berterima / tidak gramatikal. Oleh karena itu, konstituen in Surabaya dalam kalimat (77) tersebut menduduki fungsi PEL. Kalimat-kalimat [77a] ?In Surabaya her parents live [77b] *Her parents in Surabaya live dan
[77c] *Her parents live
adalah kalimat-kalimat yang kurang atau tidak berterima, tidak gramatikal. Lain halnya dengan kalimat (78). Dalam kalimat (78) konstituen in Surabaya menduduki fungsi KET karena memiliki letak bebas, tidak tegar. Konstituen in Surabaya dapat diletakkan di awal kalimat, atau di antara konstituen S – V. Kalimat-kalimat [78a] In Surabaya I bought the car
46
dan
[78b] I in Surabaya bought the car
adalah kalimat-kalimat yang berterima. Sebagai KET, konstituen tersebut dapat dilesapkan tanpa menyebabkan kalimat menjadi tidak berterima. Kalimat [78c] I bought the car adalah kalimat yang gramatikal. Maka jelaslah bahwa teknik balik dapat digunakan untuk membantu mengidentifikasi fungsi sintaksis konstituen-konstituen dalam judul berita.
1.8.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Hasil penelitian ini akan disajikan secara informal yaitu dengan
menggunakan kata-kata yang dapat langsung dipahami.
1.9
Sistematika Penyajian Tesis ini akan disajikan dalam lima bab. Bab I berisi latar belakang,
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II mendeskripsikan pola unsur fungsional dalam judul berita bahasa Inggris. Bab III mendeskripsikan maksud penggunaan instrumeninstrumen sintaksis dalam judul berita bahasa Inggris. Bab IV mendeskripsikan maksud pemadatan struktur sintaksis judul berita bahasa Inggris, dan cara yang digunakan dalam pemadatan struktur sintaksis judul berita tersebut. Terakhir, Bab V berisi kesimpulan dan saran dari penelitian ini.