BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelemahan – kelemahan sertifikasi guru dalam meningkatkan kinerja guru dalam rangka peningkatan kualitas proses kegiatan pembelajaran siswa di sekolah. Kebijakan Sertifikasi guru adalah1 proses pemberian sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Sertifikasi guru bertujuan untuk menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik profesional, meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, meningkatkan kesejahteraan guru, meningkatkan martabat guru, dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kinerja guru. Guru sebagai bagian dari aparatur negara yang bekerja memberikan pelayanan pendidikan kepada masyarakat perlu untuk dinilai kinerjanya. Dengan adanya sertifikasi guru ini, maka didapatkan para guru yang
1
Dikti, 2011, Kerangka Acuan Program Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Melalui Portofolio Tahun 2009 dalam http://2011.web.dikti.go.id/index.php?option=com_content&view=category&id=167&Itemid=312 diakses 25 maret 2013
1
memiliki kompetensi yang layak dalam memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas kepada masyarakat. Hal ini sejalan dengan tujuan sertifikasi guru itu sendiri yakni mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sertifikasi guru, tidak hanya menilai kinerja guru, tetapi juga memberikan feedback kepada para guru yang dinyatakan lulus sertifikasi guru yakni berupa tunjangan guru professional. Pada tahun 2012 anggaran tunjangan guru yang telah mendapat sertifikat profesi adalah sebesar Rp 30,6 triliun yang diambil dari pagu APBN 2012, sedangkan pada tahun 2013 tunjangan tersebut naik Rp 12,5 triliun menjadi Rp 43,1 triliun2. Jumlah anggaran tersebut diikuti kuota yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu kuota sertifikasi guru tahun 2012 sebesar 250.000 guru, sedangkan pada tahun 2013 naik menjadi 350.000 guru3. Dengan jumlah anggaran yang cukup besar untuk tunjangan guru yang lulus sertifikasi tersebut maka seharusnya kesejahteraan guru menjadi lebih baik. Kesejahteraan yang lebih baik tersebut diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan kinerjanya dalam memberikan pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas.
2
Setgab, 2012, Anggaran Pendidikan 2013 Rp 331 Triliun, Rp 23,4 Triliun Untuk BOS, Rp 43,1 Triliun Untuk Tunjangan Guru dalam http://setkab.go.id/berita-5407-anggaran-pendidikan-2013-rp-331triliun-rp-234-triliun-untuk-bos-rp-431-triliun-untuk-tunjangan-guru.html diakses 25 maret 2013 3 Kompas, 2012, Kuota Sertifikasi Guru 2013 Ditambah dalam http://edukasi.kompas.com/read/2012/08/25/16324183/Kuota.Sertifikasi.Guru.2013.Ditambah diakses 25 maret tahun 2013
2
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari4 di hanya sebuah sekolah yaitu MTS Negeri Mlinjon Filial Trucuk, Klaten menyimpulkan bahwa kinerja guru setelah melakukan sertifikasi meningkat. Hal tersebut ditunjukan dengan peningkatan kedisiplinan dan kemampuannya dalam mengajar, seperti metode baru dalam mengajar yang mudah dipahami murid dan evaluasi diri dalam seminggu sekali. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program sertifikasi yang dilakukan tersebut menunjukan keberhasilan dan berpengaruh positif terhadap kinerja guru. Sejalan dengan hasil riset tersebut, riset yang dilakukan oleh Hesti Murwati5 di dilakukan di SMK Negeri Se-Surakarta yang terdiri dari delapan sekolah yang dimulai dari Bulan Maret 2011 Bulan Desember 2012 dengan metode kuantitatif yang menyatakan bahwa ada pengaruh sertifikasi profesi terhadap kinerja guru yang signifikan di SMK Negeri se-Surakarta. Hal tersebut tentu merupakan sebuah kabar yang menggembirakan bahwa sertifikasi memberikan dampak yang signifikan terhadap kinerja guru. Dengan peningkatan kinerja guru, maka pelayanan pendidikan yang bermutu juga dapat segera diwujudkan.
4
Lestari, Sri, 2010, Pengaruh Sertifikasi Guru Terhadap Kinerja Guru MTS N Mlinjon Filial Trucuk, Klaten, Jurusan kependidikan Islam, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta: Skripsi 5 Murwati, Hesti, 2013, Pengaruh Sertifikasi Profesi Guru Terhadap Motivasi Kerja dan Kinerja Guru di Smk Negeri Se-Surakarta, Jurnal Pendidikan Bisnis dan Ekonomi (BISE) Vol.1 No. 1, Universitas Sebelas Maret Surakarta
3
Namun tak seperti yang diharapkan adanya peningkatan kinerja guru pada riset yang dilakukan oleh Lestari dan Hesti Muwarti. Riset lainya justru menyatakan hal yang sebaliknya, yaitu sertfifikasi guru belum mampu meningkatkan kinerja guru pasca sertifikasi guru. Hal tersebut tampak pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Brotosedjati6 di 20 jenis sekolah, dari TK/RA, SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK baik negeri maupun swasta di 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah dengan Responden berjumlah 1.540 orang, menyimpulkan bahwa sertifikasi telah dapat meningkatkan kesejahteraan, martabat guru, kedisiplinan dan kompetensi pedagogis, dengan selang kepercayaan 95 % (alpha 0,05). Namun sertifikasi tidak banyak mengubah kinerja seorang guru: a) yang baru terima SK, belum turun tunjangannya dan b) yang memasuki masa pensiun, c), guru yang telah bekerja pada lembaga telah konsisten melakukan perubahan, ada atau tidak ada sertifikasi, terus terjadi baik guru yang telah tersertifikasi maupun yang belum. Hal ini tentu kurang efektif karena inti dari adanya sertifikasi guru adalah untuk meningkatkan profesionalitas yang akan berdampak pada kinerja guru dalam memberikan pelayanan yang lebih berkualitas.
6
Brotosedjati, S, 2012, Kinerja Guru Yang Telah Lulus Sertifikasi Guru Dalam Jabatan: JMP, Volume 1 Nomor 2,Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
4
Sejalan dengan riset Brotosedjati tersebut, penelitian dari Nyayu Khodijah7 yang dilakukan di Kota Palembang dan Kabupaten Banyuasin dengan mixed methods yang menyatakan bahwa kinerja guru yang sudah lulus sertifikasi belum mencapai kinerja yang optimal atau mencapai standar kinerja yang berlaku. Selain itu riset yang dilakukan oleh Badrun Kartowagiran8 pada guru sertifikasi di kabupaten Sleman juga mentakan bahwa kinerja sebagian besar guru profesional (pasca sertifikasi) yang ada di Kabupaten Sleman belum baik. Hal ini tentu memperkuat dugaan bahwa sertifikasi guru belum mampu meningkatkan kinerja guru. Selain dari hasil penelitian tersebut kinerja guru setelah sertifikasi guru juga banyak mendapat kritikan, salah satunya adalah penilaian dari pihak Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)9 sendiri. PGRI menilai bahwa kinerja guru setelah sertifikasi belum memuaskan dan maksimal. Penilaian tersebut bedasarkan data survey 28 provinsi penyelenggara sertifikasi guru. Meski hasil survey tersebut baru 16 dari 28 provinsi namun data tersebut membuktikan bahwa lebih dari setengah guru yang telah melakukan sertifikasi guru belum bekerja maksimal dan memuaskan. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa program sertifikasi guru tidak memiliki implikasi terhadap peningkatan kinerja guru. 7
Khodijah, Nyayu, 2013, Kinerja Guru Madrasah dan Guru Pendidikan Agama Islam Pasca Sertifikasi di Sumatera Selatan, Jurnal Cakrawala Pendidikan Th. XXXII, No. 1, IAIN Raden Fatah Palembang 8 Kartowagiran, Badrun, 2011, Kinerja Guru Profesional (Guru Pasca Sertifikasi), Jurnal Cakrawala Pendidikan, Th. XXX, No. 3, Universitas Negeri Yogyakarta 9 Kompas, 2009, Kinerja Guru Bersertifikat Belum Memuaskan dalam http://edukasi.kompas.com/read/2009/10/06/18242090/kinerja.guru.bersertifikat.belum.memuaska n diakses 25 maret 2013
5
Hal senada dikatakan oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) 10. Berdasarkan hasil kajian Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan yang dihimpum menko kesra menyatakan bahwa 40% guru yang telah lulus sertifikasi memiliki standar dibawah 5. Hal tersebut menunjukan bahwa tidak ada perubahan apapun meski mereka telah lulus sertifikasi dan mendapatkan tunjangan. Kemudian menurut Kepala Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan, Salamun, masih dari hasil kajian yang dihimpun oleh Menko Kesra, dia menyatakan bahwa hanya sekitar 29,6% guru yang kompetensinya naik setelah sertifikasi. Hal yang lebih mengejutkan lagi adalah adanya laporan riset dari World Bank terkait dengan kinerja guru pasca sertifikasi guru. World Bank11 dalam laporan risetnya yang dilakukan pada 2009 sampai 2013 menyatakan bahwa mensertikasi dan menaikkan pendapatan guru tidak memperbaiki cara mengajar mereka dan kinerja yang tidak berubah pula. Hal ini diukur melalui dampak sertikasi pada hasil belajar siswa. Dari paparan data riset mengenai pengaruh sertifikasi guru terhadap kinerja guru tersebut, dimana ada yang menyatakan bahwa sertifikasi guru berpengaruh terhadap kinerja guru dan sebaliknya, maka dapat dikatakan bahwa 10
Menkokesra, TT, Sertifikasi tak Tingkatkan Kualitas Gurudalam http://www.menkokesra.go.id/content/sertifikasi-tak-tingkatkan-kualitas-guru diakses 25 maret 2013 11 World Bank, 2012, Sertifikasi Guru di Indonesia: Peningkatan Pendapatan atau Cara untuk Meningkatkan Pembelajaran?, Public Disclosure Authorized, World Bank
6
sertifikasi guru sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kinerja guru masih memiliki kelemahan. Kelemahan tersebutlah yang membuat sertifikasi guru dalam beberapa riset tidak meningkatkan kinerja guru. Maka riset ini dilakukan untuk menggambarkan kelemahan sertifikasi guru sebagai sistem penilaian kinerja guru. Riset dilakukan di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah. Sebagai kabupaten yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih rendah di Provinsi Jawa Tengah yaitu sebesar 70,59 pada 2010 masih dibawah rata – rata provinsi sebesar 72,49 dan standar nasional sebesar 72. Sedangkan berdasarkan rangking IPM se-kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Tegal menempati peringkat 29 dari 35 kabupaten/kota. Sementara itu pada 2011 IPM kabupaten Tegal turun menjadi 71,09 dan masih menempati peringkat 29 dari 35 kabupaten/kota12. Oleh karena itu pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sangat diperlukan di daerah ini, mengingat salah satu indikator IPM adalah pendidikan. Dengan latar belakang pendidikan yang masih rendah tersebut, maka sertifikasi guru sangat penting dalam usaha meningkatkan kualitas pendidikan di kabupaten tegal. Sampai pada tahun 2012 jumlah guru yang telah disertifikasi mencapai 5.079 guru dari sekitar 12.204 guru di Kabupaten Tegal atau sekitar
12
Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan, 2012, Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2011 dan 201, Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan
7
41,6% dari total guru di Kabupaten Tegal13. Namun jika melihat dari IPM kabupaten tegal tersebut diatas, yang justru turun dari tahun sebelumnya, maka kinerja seluruh perangkat di sektor pendidikan masih belum baik, termasuk dalam hal ini kinerja guru bersertifikat.Oleh karena itu penting untuk melihat kinerja guru bersertifikat di Kabupaten Tegal. Melihat persentase kelulusan siswa pada Ujian Nasional, jenjang SMA merupakan jenjang yang perlu diperhatikan. Hal ini dikarenakan pada tahun 2012 persentase kelulusan SMP/MTS di Kabupaten Tegal jauh lebih baik yaitu mencapai 99,04% sedangkan untuk SMA/SMK/MA hanya sebesar 98% 14. Penilaian menggunakan persentase kelulusan tersebut disebabkan karena indikator kualitas pendidikan Indonesia masih bertumpu pada tingkat kelulusan siswa dalam Ujian Nasional yang diselenggarakan setiap tahunnya. Oleh karena itu penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Tegal. 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang tersebut maka dapat ditentukan rumusan masalah yang hendak dijawab dalam penelitian, yaitu: “Apa kelemahan sistem sertifikasi guru dalam meningkatkan kinerja guru?” Penelitian dilakukan di SMA PGRI Slawi dengan pertimbangan bahwa SMA PGRI Slawi merupakan SMA yang berada di 13
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2012, Jumlah Guru Berdasarkan Tahun Sertifikasi Per Kabupaten Tahun 2012, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 14 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Tegal, 2012 dalam wawancara pra penelitian tanggal 6 Februari 2014
8
wilayah Kabupaten Tegal yang memiliki kualitas pendidikan cukup rendah, dan SMA tersebut merupakan sekolah dengan akreditasi terendah di Kabupaten Tegal menurut Badan Akreditasi Nasional. Akreditasi rendah menunjukan bahwa proses pembelajaran di sekolah tersebut belum cukup baik, disisi lain sertifikasi guru merupakan program yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Dengan memilih sekolah dengan akreditasi rendah, maka dapat diketahui
bahwa
sertifikasi
guru
dapat
meningkatkan
kualitas
proses
pembelajaran atau tidak. Jika dibandingkan memilih sekolah yang memiliki akreditasi yang lebih baik, sertifikasi guru mungkin tidak akan terlalu berpengaruh. 1.3 Tujuan Dalam penelitian ini terdapat poin tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kinerja sertifikasi guru di SMA PGRI Slawi, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal, adalah untuk mengetahui kelemahan - kelemahan sistem sertifikasi guru. Poin tujuan tersebut diambil karena fakta di beberapa riset yang menunjukkan kinerja sertifikasi guru masih belum baik, sehingga perlu ditelusuri penyebabnya. Sebab tersebut, dalam penelitian ini dinyatakan sebagai kelemahan sistem sertifikasi guru. 1.4 Manfaat
9
Dengan adanya penelitian mengenai pengaruh kebijkan sertifikasi guru terhadap kinerja guru, maka diharapkan akan memberikan beberapa benefit, meliputi: 1. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kelemahan – kelemahan sistem sertifikasi guru. 2. Bagi praktisi sertifikasi guru, penelitian ini memberikan informasi tentang kelemahan sertifikasi sehingga dapat segera ditindaklanjuti. 3. Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai kelemahan sertifikasi guru, sehingga dapat dibuat program pengendali sertifikasi untuk mengatasi kelemahan tersebut.
10