Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Para penulis mencoba mendefinisikan istilah sastra (literature) ke dalam dua jenis yaitu Literature of knowledge (informative literature atau sastra informatif), dan Literature of Imagination (creative, imaginative literature atau sastra kreatif). Sastra informatif menyajikan dan menginterpretasikan fakta dan ide yang kemudian dianalisis secara ilmiah dengan memberikan argumentasi dan spekulasi yang logis, serta menuntut pemahaman melalui naluri pikiran dan inteligensia. Golongan sastra informatif misalnya otobiografi, biografi, sejarah, pengalaman pribadi yang ditulis dalam bentuk cerita nonfiksi, karya ilmiah, dll. Semua fakta, peristiwa, tempat, maupun tokoh, benar dan terjadi dalam sejarah manusia, tanpa unsur fiktif. Sebaliknya sastra kreatif menyajikan dan menginterpretasikan pengalaman hidup melalui saluran fiksi dan semua peristiwa maupun pelaku tidak pernah terjadi atau ada (fictitious), namun bisa terjadi (lifelike image). Tempat (setting) dapat fiktif, dapat juga benar ada (non-fiktif). Jadi sebagian unsur dari sastra kreatif merupakan hasil imajinasi dan ciptaan penulis namun mencakup kebenaran-kebenaran universal yang terdapat dalam kehidupan umat manusia (universal experience of mankind). Penulis karya sastra kreatif ini menyajikan kebenaran umum yaitu suatu kejadian fiktif seperti contoh yang termasuk dalam karya kreatif misalnya novel, cerpen, drama, puisi, dan juga film (Likumahua, 2001: 1-2). Suatu karya sastra disebut nyata (non-fiktif) kalau masalah, cara pemecahan masalah, dan peristiwa yang dipaparkan di dalam karya itu, bisa terjadi di dalam kehidupan
manusia, walaupun tetap fiktif karena tidak pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Nyata bukan hanya berarti tidak bertentangan dengan hukum alam, tetapi terutama karena kemajuan ilmu pengetahuan teknologi sehingga bisa memungkinkan mimpi seorang pengarang menjadi nyata. Jadi sebenarnya nyata dan tidak nyata tergantung dari pembacanya sendiri, untuk maksud apa sebenarnya seseorang membaca karya sastra itu. Sikap pembaca (attitude) yang merupakan hasil interpretasi dan apresiasinya terhadap karya sastra yang dibacanya, yang tidak dapat dinilai berdasar kriteria benar atau salah, tetapi kriteria dapat diterima atau tidak dapat diterima (Likumahua, 2001: 13). Sastra dalam hal ini berhubungan dengan Fiksi dalam Wikipedia The Free Encyclopedia (2005), Fiksi berasal dari kata Latin “fingo,fingere,finxi,fictum” yang berarti sebuah penampilan yang tidak berdasarkan pada kenyataan, yang biasanya dituliskan dalam bentuk narasi imajinasi. Tokoh (character), tempat (setting), ataupun peristiwa (event) dalam bentuk karya fiksi tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan nyata, semua berasal dari imajinasi atau khayalan dari seorang penulis. Fiksi tidak saja hanya dalam bentuk tulis tetapi juga ada dalam bentuk lisan dan salah satu dari karya fiksi yang dimaksudkan disini adalah novel. Kesusastraan Jepang pertama menyerap dari kebudayaan Tiongkok berupa huruf tulisan atau seni kaligrafi. Menurut sejarah pada tahun 285, huruf Tionghoa masuk secara resmi ke Jepang melalui Korea. Dr. O Reischauer (285 diperbaiki menjadi tahun 405), masuknya huruf Tionghoa ke Jepang berdasarkan atas undangan kaisar Ojin (Lan, 1989 : 9). Kesusastraan Jepang sangat besar dipengaruhi oleh nilai kebudayaan Tionghoa berupa huruf, tulisan kaligrafi dan sebagainya. Pada zaman Yamato, Jepang sangat memandang budaya Tionghoa tersebut dengan mendatangkan sarjana kesusastraan Tiongkok bernama Wani. Sehingga mulai munculnya sastrawan-sastrawan Jepang yang pandai menuliskan huruf-huruf Tiongkok (Reischauer, 1990 : 269).
Penulisan kesusastraan Jepang. Lan (1989 : 270) mengemukakan sebagai berikut : (Kesusastraan Jepang), Merupakan salah satu keunikan dari kesusastraan tradisional Asia. Terlebih lagi, karya tertua dalam standar dari kesusastraan Jepang yaitu karya bersejarah Kojiki (712, catatan hal-hal kuno), dan Nihon Shoki (720, catatan sejarah Jepang, legenda dan lagu-lagu yang banyak terdapat di dalamnya). Bukti karya lisan dari tradisioanal China tidak dituliskan hingga tibanya huruf-huruf China karena kurangnya sistem penulisan di Jepang. Kesusastraan Jepang, setelah penulisan Kojiki dan Nihon Shoki terus berkembang menurut masing-masing zaman periode pemerintahan di Jepang pada saat itu, seperti Fudoki (catatan ilmu bumi, tahun 713), Manyoshu (kumpulan selaksa daun), Waka, Tanka atau sajak, syair, dll. Monogatari adalah kisah atau roman yang termasuk dalam bentuk novel yang ditulisakan pada zaman Heian. Taketori Monogatari (kisah kakek pengambil bambu) yang ditulis sekitar tahun 811, dianggap sebagai novel Jepang yang pertama. Kemudian menyusul karya-karya novel yang lain seperti Genji Monogatari (Hikayat Genji) diltulisakan oleh Murasaki Shikibu tahun 1010. Konjaku Monogatari dianggap ada pada akhir zaman Heian sebagai karya penutupan karya monogatari. Dari semua karya sastra ini digolongkan ke dalam Kesusastraan Jepang klasik. Setelah zaman kesusastraan Jepang klasik ini, munculnya kesusastraan Jepang kontemporer yang merupakan pengaruh budaya barat yang dipadukan terhadap kesusastraan Jepang klasik itu sendiri. Sastra Jepang Kontemporer, memperoleh kekuatan dari beraneka ragam sumber, yaitu dari pengaruh klasik China kuno, dari keragaman pemikiran barat yaitu: idealisme, romantika, liberalisme (Lan, 1989 : 20).
1.1.1 Profil Penulis Novel Haruki Muraki Haruki Murakami, seorang novelis berkebangsaan Jepang yang merupakan salah satu contoh novelis hebat yang telah menghasilkan karya-karyanya yang telah diterjemahkan
dalam berbagai bahasa untuk berbagai pembaca di dunia. Haruki Murakami lahir pada tanggal 12 Januari 1949 di Kyoto. Sejak kecil Murakami hidup dengan pengaruh budaya barat, khususnya musik dan kesusastraan. Murakami kuliah di Universitas Waseda jurusan seni teater. Kehidupan di kampus tidak begitu menarik baginya, Murakami lebih sering menghabiskan waktu membaca naskah film yang berada di museum teater Universitas Waseda. Murakami juga pernah membuka Jazz Bar “Peter Cat” dengan istrinya Yoko dari tahun 1974-1982. Setelah itu dia mulai menulis, dengan novel pertamanya yang berjudul Hear the Wind Sing (Triology of Rat) diterbitkan pada tahun 1979, yang sukses mendapatkan Noma Bungei Sho (Noma Literary Award) untuk penulis pendatang baru. Pada tahun 1987, ia merilis novelnya lagi yang berjudul Norweigian Wood (Noruwei no Mori). Setelah itu Januari 1991, menjadi Assiociate Professor at Princeton University ( Asisten ahli ), dan dinobatkan sebagai professor Januari 1992. Penerimaan Yomiuri Literary Award untuk novelnya Wind-up Bird Chronicle pada tahun 1996. Salah satu karya novel Haruki Murakami yang berjudul Umibe no Kafuka ini akan saya angkat sebagai bahan penelitian. Novel ini diterbitkan pada tahun 2002 dengan 656 halaman dalam bahasa Jepang, kemudian diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul Kafka on the Shore pada bulan January 2005 yang diterjemahkan oleh J.Philip Gabriel. Pengarang, John Updike menggambarkan novel ini “real page-turner, as well as an unsistenly metaphysical mind bender,” yang berarti: dalam setiap perubahan halaman novel ini, mengacu terhadap pikiran metafisika yang tidak stabil. Setelah diterbitkan dalam bahasa Inggris tahun 2005, J.Philip Gabriel memenangkan terjemahan novel ini dalam PEN/Book-of-the-Month Club Translation Prize. Novel ini juga mendapat opini positif dan kritik termasuk dalam New York Times, 10 Best Books of 2005 serta World
Fantasy Award. Ada berbagai artikel yang mengemukakan opini terhadap Haruki Murakami dan karyanya. Oponi tentang Haruki Murakami dalam penulisan novelnya dalam artikel The Hindu mengemukakan bahwa : “ For a realistic person, Haruki Murakami writes weird stories. And life wasn’t the same after they crash-landed into Tenzing’s world. A narrative of his adventures in the labyrinth of subconscious, with Murakami as the lead explorer” (Tan Zing:2001). Sebagai orang yang berpikir realistis, Haruki Murakami menulis sebuah cerita yang aneh dengan narasi petualangan pada labirin-labirin dan Murakami sebagai pemimpin penjelajahan ini.
Artikel Metropolis Magazine yang menyebutkan bahwa karya novel Haruki Murakami adalah karya novel yang besar dan popular di Jepang dengan karya fiksinya: “On the shelves of the International bookstores, you’ll find Haruki Murakami to be one of the most widely translated Japanese novelists. His fiction, along with the work of Banana Yoshimoto, is the closest Japan has got to genre of magic realism. His dreamlike narratives have been attacked by critics as amoral, apolitical and escapist”. (Kato Koiti, 2000). Penempatan rak buku di toko buku Internasional, kamu dapat menemukan karya Haruki Murakami menjadi satu novel yang terluas diterjemahkan penulis novel Jepang. Karya fiksinya, Banana Yoshimoto adalah karya yang paling dekat dengan kepercayaan Jepang terhadap sihir atau gaib. Daya pikir narasinya menentang kritik sebagai hal yang tidak bermoral dan anti-politik sebagai pelarian.
1.1.2 Ringkasan Cerita Novel Umibe no Kafuka
Novel Umibe no Kafuka ini menceritakan pelarian seorang anak laki-laki berumur 15 tahun bernama Kafka dari rumah ayahnya untuk melepaskan diri dari kutukan Raja Oedipus yang dipercayainya serta mencari ibu dan kakak perempuannya yang meninggalkan Kafka sejak kecil. Berbagai petualangan yang telah dilewatinya, Kafka menemukan dirinya pada perpustakaan pribadi di Takamatsu serta pertemuannya dengan nona Saeki dan Oshima. Hari-hari yang dilewatinya di perpustakaan itu sampai suatu
hari polisi menghubungkan dirinya dengan sebuah pembunuhan seorang pemahat terkenal yaitu ayahnya sendiri. Novel ini mendemonstrasikan tipe Murakami yaitu perpaduan antara kebudayaan populer, kenyataan sihir atau magis, keragu-raguan, humor, dan suatu masa atau waktu yang membingungkan serta seksualitas. Gambaran keagamaan Jepang tradisional juga digambarkan di dalam novel ini yang mengacu pada kepercayaan Shintoism. Novel ini merupakan cerita fiksi yang sangat menarik untuk dibahas, karena peristiwa yang melibatkan tokoh-tokohya dengan dunia nyata dan tidak nyata ditampilkan disini. Kejanggalan-kejanggalan, sikap penyimpangan serta cara pemecahan masalah yang ada dalam novel ini dilakukan dan melibatkan tokoh-tokoh dalam novel tersebut. Penulis mengangkat novel ini sebagai penelitian, karena dalam novel ini terdapat dua tokoh utama yaitu Kafka Tamura dan Nakata Satoru dengan menampilkan kisah yang berbeda, terlepas satu dengan lainnya. Tokoh utama, Kafka Tamura, 15 tahun mengisahkan tentang pelariannya dari rumah untuk melepaskan kutukan yang dipercayainya dan pencarian ibu dan kakak perempuannya yang meninggalkannya dari kecil, sedangkan tokoh Nakata Satoru, 60-an tahun hilang ingatan karena peristiwa masa kecilnya dan mempunyai kemampuan berbicara dengan seekor kucing, sehingga dua tokoh utama tersebut memiliki interaksi dengan tokoh-tokoh lain dalam novel tersebut secara masingmasing. Tokoh utama yang saya analisis dalam novel ini adalah tokoh Kafka Tamura yang mengacu pada analisis struktur kepribadian menurut teori Carl Gustav Jung. Teori psikologi kompleks Jung, (2002:156) mengemukakan bahwa kepribadian manusia menurut struktur kepribadian terbagi menjadi struktur kesadaran dan struktur ketidaksadaran. melalui teori kepribadian Carl Gustav Jung pada tokoh utama dalam novel Umibe ni Kafuka.
1.2 Rumusan Permasalahan Saya akan meneliti struktur kepribadian pada diri tokoh utama dalam sebuah novel Jepang Umibe no Kafuka melalui teori Carl Gustav Jung.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Saya ingin menganalisis struktur kepribadian dari tokoh utama dalam novel Umibe no Kafuka karya Haruki Murakami yang dikaitkan dengan teori analisis kepribadian Carl Gustav Jung. Penulis akan membatasi ruang lingkup penelitian ini dengan mengambil bagian struktur kepribadian (struktur kesadaran dan struktur ketidaksadaran).
1. 4 Tujuan dan Manfaat Penulisan penelitian ini, saya ingin memberikan informasi kepada pembaca tentang beragamnya pribadi manusia yang ada pada novel Umibe no Kafuka ini dengan maksud agar kita sebagai manusia makhluk sosial dapat bersosialisasi dengan baik dengan pemahaman kepribadian manusia tersebut. Informasi mengenai nyata dan tidak nyata akan suatu hal ingin penulis sampaikan kepada pembaca agar kita sebagai manusia dapat mengendalikan diri kita (struktur kepribadian manusia) untuk sadar akan hal yang nyata (realita) dan tidak nyata (gaib), serta cara kita mengahadapi atau memecahkan sebuah masalah, menilai baik-buruknya suatu hal, atau dapat diterima atau tidaknya suatu perbuatan yang kita lakukan dalam kehidupan bermasyarakat.
1. 5 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, saya menggunakan metode deskritif-analitis dengan membaca korpus data dengan teliti dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian
kepribadian ganda ini. Saya melakukan penelitian ini dengan mengaitkan korpus data saya dengan teori-teori yang saya gunakan sebagai pendukung penelitian ini.
1. 6 Sistematika Penulisan Pada sub bab ini mejelaskan sistematika dalam penulisan skripsi ini. Dalam bab 1 ini, sebagai pendahuluan terdiri dari beberapa sub-bab yaitu latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat, metode peneltian, sistematika penulisan. Pada bab 2 ini sebagai landasan teori menjelaskan teori-teori yang menjadi landasan untuk berpikir dari judul atau tema yang diangkat oleh peneliti, agar mempunyai acuan untuk melakukan penelitian ini yaitu teori analisis kepribadian Carl Gustav Jung, arti dari tokoh, bagian struktur kepribadian (kesadaran dan ketidaksadaran), karakter tokoh dalam novel dan lain sebagainya. Bab 3 ini berisikan analisis data. Bab yang merupakan penganalisaan topik atau bahan-bahan data yang merupakan isi dari penelitian tersebut. Analisis data terdiri dari poin-poin yang akan diuraikan dari permasalahan yang sudah dirumuskan sebelumnya dan sesuai dengana acuan dari landasan teori pada bab sebelumnya. Penulis akan menganalisa kepribadian dua tokoh utama dalam bentuk verbal (kata-kata) dan non verbal (tingkah laku) Bab 4 ini merupakan simpulan yang menyimpulkan apa yang menjadi suatu jawaban atau hasil dari penelitian tersebut secara singkat padat dan jelas. Bab 5 ini merupakan Ringksan yang berisi sebuah penulisan kembali dari permasalahan yang diteliti dan juga jawaban yang telah dicapai oleh peneliti dari keseluruhan isi bab secara singkat dan jelas.