BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan periode dalam kehidupan yang dimulai pada usia 6-12 tahun. Dimana anak ketika dalam keadaan
sakit akan
menimbulkan krisis pada kehidupannya. Anak akan mengalami stres akibat perubahan, baik terhadap status kesehatannya maupun lingkungan sehari-hari dan anak mengalami keterbatasan dalam mekanisme koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian yang bersifat menekan. Kanker dapat menyerang semua orang tanpa memandang golongan umur, termasuk anak-anak. Kanker pada anak dapat terjadi sejak bayi lahir dan timbul di berbagai organ tubuh, karena kanker merupakan penyakit yang diakibat oleh pertumbuhan tidak normal dari sel-sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker dan dalam perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat menyebabkan kematian. Menurut
Organisasi
Kesehatan
Dunia
(WHO)
memperkirakan,
penderita kanker bertambah 6,25 juta per tahun di seluruh dunia. Di Indonesia diperkirakan 2-4% dari keseluruhan penyakit kanker menyerang anak-anak dan mengakibatkan sekitar 10% kematian. Kanker yang umumnya menyerang anak-anak adalah leukemia dengan jumlah penderita sekitar 25 sampai 30% dari seluruh jenis kanker yang diderita semua anak di Indonesia, selanjutnya kanker retinoblastoma (kanker retina mata), limfoma (kanker kelenjar getah bening), neuroblastoma (kanker saraf), kanker ginjal (tumor Wilms),
rabdomiosarkoma (kanker otot lurik), serta kanker tulang (osteosarkoma) ( Tehuteru, 2012) Pada saat ini cara pengobatan kanker dapat terdiri dari pembedahan (operasi), radiasi, kemoterapi, immunoterapi dan terapi gen. Kemoterapi merupakan
cara pengobatan kanker dengan memberikan zat/obat yang
mempunyai khasiat membunuh sel kanker dan diberikan secara sistemik dan manfaat kemoterapi selain sebagai pengobatan, juga sebagai kontrol untuk menghambat perkembangan kanker agar tidak membesar serta bertujuan untuk mengurangi gejala nyeri yang timbul (Smeltzer, 2001) Kecemasan adalah keadaan yang tidak mengenakan dan tidak merasa nyaman yang terjadi dikehidupan sehari-hari yang juga dapat terjadi pada seseorang dalam menjalani kemoterapi. Rasa cemas anak akan mempengaruhi respon anak terhadap penaganan medis. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Haase d & Phillips (2004) anak dengan kanker dapat menimbulkan stress ketika anak dengan kanker mengalami keterasingan, perubahan dalam penampilan fisik, pengalaman menghadapi kematian, serta rasa sakit yang umum dirasakan dan ketidaknyamanan selama pengobatan. Ketidaknyamanan selama pengobatan terutama disebabkan pengalaman yang menyakitkan dengan petugas, prosedur tindakan keperawatan, diagnostik dan terapi (Rasmun, 2004). Selain itu, anak merasa sedih karena lingkungan menganggap mereka telah kehilangan kesehatan dan kebebasan sebagai anak normal. Anak yang tidak sepenuhnya memahami penyakit dan proses pengobatan yang mereka jalani, memiliki reaksi negative terhadap
pengobatan seperti temperamen, menarik diri, perilaku tidak kooperatif selama pengobatan. Anak juga akan terganggu proses tugas perkembangannya yang disebabkan oleh karena harus dirawat di rumah sakit. Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dengan lingkungan yang dicintainya yaitu
keluarga
dan
kelompok
sosialnya, merasa
tidak
aman
dan
kemandiriannya terlambat. Kehilangan kontrol juga terjadi akibat dirawat dirumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas. Pada umumnya kecemasan yang dirasakan bercampur dengan suasana hati lainnya berupa ketidakpastian, ancaman terhadap kelangsungan hidup dan kemungkinanan cacat atau kehilangan fungsi tubuh (Jong, 2004). Kehidupan anak juga sangat ditentukan keberadaan bentuk dukungan dari keluarga. Ketika keluarga tahu bahwa anaknya menderita kanker maka keluarga tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatan dalam menghadapi penderitaan ini sehingga keluarga sangat diperlukan dalam dukungannya terhadap perawatan terhadap anak kanker terutama dalam menjalani kemoterapi. Dukungan keluarga dapat memberikan rasa senang, rasa aman, rasa nyaman dan mendapat dukungan emosional yang akan mempengaruhi kesehatan jiwa (Setiadi, 2008). Dukungan keluarga sangat diperlukan sehingga dapat membantu menurunkan kecemasan anak, meningkatkan semangat hidup anak untuk tetap menjalani pengobatan kemoterapi Menurut penelitian yang dilakukan Mariasima (2011) peran keluarga sangat penting, pihak keluarga yang penuh pengertian dan kooperatif dengan pihak perawatan dan memberikan dorongan moril penuh kepada anak akan
banyak membantu dalam penatalaksanaan penderita kanker. Keluarga memainkan suatu peran bersifat mendukung selama penyembuhan dan pemulihan pada anak melalui sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anak yang sakit. Dukungan keluarga sangat diperlukan dalam memotivasi anak selama perawatan dan pengobatan, selain itu Sarason (1986) dalam Christine (2010) menyatakan bahwa dukungan dari keluarga adalah sumber dukungan sosial yang paling tinggi. Saat pasien yakin bahwa mereka mempunyai keluarga yang mendukung maka keyakinan akan kemampuan mengatasi kecemasan yang dialaminya akan meningkat yang dapat meredakan dan mengatasi tekanan yang dirasakannya. Pada saat melakukan observasi kunjungan ke RSUP H.Adam Malik bahwa pada anak yang dirawat inap dalam menjalankan kemoterapi menimbulkan cemas selain berpisah dari keluarga juga menambah stres bagi anak karena kemoterapi lebih banyak menimbulkan efek samping yang ditimbulkan antara lain hilang selera makan, lemas, mual, muntah, gangguan pencernaan, sariawan, rambut rontok, selain itu masih banyak anak yang merasa cemas saat akan menjalankan kemoterapi karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Untuk itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh anak yang akan menjalankan kemoterapi. Dalam hal ini maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterai di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2013.
1.2
Pertanyaan Penelitian Bagaimana hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013
1.3
Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini hipotesa yang dibuat adalah hipotesa kerja (hipotesa alternatif) yaitu ada hubungan antara dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2013
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi dukungan keluarga pada anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Medan Tahun 2013. 2. Mengidentifikasi respon cemas pada anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP.H.Adam Malik Medan Tahun 2013
3. Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga terhadap respon cemas anak usia sekolah yang menderita kanker dalam menjalani kemoterapi di RSUP. H. Adam Malik Tahun 2013
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Praktek Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan perawat dalam memberikan intervensi keperawatan yang tepat untuk mengatasi respon cemas pada anak dengan memfasilitasi keluarga dalam memberikan dukungan bagi anak sebelum menjalankan kemoterapi. 1.5.2 Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi yang berguna bagi para pembaca untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan anak sehingga masalah psikologis dapat teratasi yang dapat membantu proses penyembuhan. 1.5.3 Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wawasan peneliti sehingga menjadi masukan pentingnya dukungan keluarga dalam setiap intervensi keperawatan yang dilakukan pada anak dalam menjalani kemoterapi dan dapat mengurangi rasa cemas pada anak.