BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Pada saat seseorang menjadi tua akan mengalami proses menua. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu kejadian tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan (Nugroho, 2008). Dalam memasuki usia tua akan mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan kurang lincah (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi, Batubara, 2008). Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuh tidak akan sama. Adakalanya seseorang belum tergolong lanjut usia/ masih muda tetapi telah menunjukkan kekurangan yang mencolok. Ada pula orang yang telah tergolong lanjut usia, penampilannya masih sehat, segar bugar dan badan tegap (Nugroho, 2008). Lanjut usia (lansia) merupakan seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (UU No. 13 Tahun 1998 dalam Maryam dkk, 2008). Perkembangan penduduk lanjut usia dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Pada tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH juga meningkat (66,2 tahun). Pada tahun 2010, jumlah penduduk Lansia yang
Universitas Sumatera Utara
tinggal di perkotaan sebesar 12.380.321 (9,58%) dan yang tinggal di perdesaan sebesar 15.612.232 (9,97%). Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34 % dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Hamid, 2007). Pada lansia banyak sekali masalah fisik yang sering terjadi salah satunya yaitu jatuh (Nugroho, 2008). Menurut Reuben (1996 dalam Darmojo & Martono, 2004) jatuh merupakan kejadian yang mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/ terduduk di lantai dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka. Banyak sekali faktor yang menyebabkan jatuh yaitu faktor intrinsik yang berasal dari dalam diri lansia itu sendiri seperti gangguan gaya berjalan. Sedangkan faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata. Sekitar 30-50% dari populasi lanjut usia yang berusia 65 tahun ke atas mengalami jatuh setiap tahunnya. Separuh dari angka tersebut mengalami jatuh berulang (Nugroho, 2008). Pada lanjut usia di atas 80 tahun, sekitar 50% pernah mengalami jatuh. Walaupun tidak semua kejadian jatuh mengakibatkan luka atau memerlukan perawatan, tetapi kejadian luka akibat jatuh pun juga meningkat terutama pada usia diatas 85 tahun (Probosuseno, 2006). Kasus jatuh yang terjadi di poliklinik layanan terpadu usia lanjut RSCM pada tahun 2000 sebesar 15,53% (285 kasus). Pada tahun 2001 tercatat 15 pasien lansia (dari 146 pasien) yang dirawat karena instabilitas dan sering jatuh. Pada tahun 1999, 2000, dan 2001 masing-masing tercatat sebanyak 25 pasien, 31 pasien, dan 42 pasien yang harus dirawat karena fraktur femur akibat jatuh (Supartondo, Setiati & Soejono, 2003 dalam Maryam, dkk 2008). Dari data tersebut dapat
Universitas Sumatera Utara
disimpulkan bahwa kejadian jatuh pada lansia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu, usaha pencegahan terjadinya jatuh pada lansia merupakan langkah yang perlu dilakukan karena bila sudah terjadi jatuh, pasti akan menyebabkan komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan kondisi lansia (Darmojo & Martono 2004). Dalam merawat lanjut usia tidak dapat dilakukan sendiri tetapi juga harus melibatkan anggota keluarga. Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Keluarga memegang peranan penting dalam perawatan terhadap lansia (Maryam, 2009). Merawat lansia bukanlah suatu pekerjaan mudah karena hal ini memerlukan pengetahuan (Siburian, 2005 dalam Narayani, 2008). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Sedangkan
sikap
merupakan
pandangan
atau
perasaan
yang
disertai
kecenderungan untuk bertindak (Purwanto, 1999). Apabila pengetahuan seseorang semakin baik maka perilakunya pun akan semakin baik. Akan tetapi pengetahuan yang baik tidak disertai dengan sikap maka pengetahuan itu tidak akan berarti (Notoatmojo, 2003). Susanti (2009) dalam penelitiannya tentang hubungan antara tingkat pengetahuan keluarga dengan sikap keluarga usia lanjut dalam pencegahan jatuh didapatkan bahwa sebagian besar keluarga memiliki pengetahuan baik dan sebagian besar sikap keluarga tentang pencegahan jatuh usia lanjut di rumah dengan kategori cukup. Pembentukan sikap tidak terjadi secara mudah melainkan butuh
Universitas Sumatera Utara
proses. Adapun faktor yang mempengaruhi sikap yaitu faktor dari dalam individu itu sendiri seperti selektivitas dan faktor dari luar seperti media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap (Purwanto, 1999). Kelurahan Pahlawan Kecamatan Binjai Utara memiliki jumlah penduduk berkisar 11.068 jiwa yang terdiri dari lansia berjumlah 706 jiwa dengan klasifikasi laki-laki berjumlah 311 dan perempuan berjumlah 395 baik yang tinggal bersama keluarga maupun tidak tinggal bersama keluarga (Lumbantoruan, 2010). Berdasarkan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2011 di Kelurahan Pahlawan Binjai terhadap 5 keluarga, bahwa 3 dari 5 keluarga tersebut tidak mengetahui tentang pencegahan jatuh sementara 2 keluarga yang lain mengetahui tentang pencegahan jatuh tetapi 2 keluarga tersebut mengabaikan usaha pencegahan jatuh. Berdasarkan hal tersebut dan dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai. 2. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 2.1. Mengidentifikasi pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai 2.2. Mengidentifikasi sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai
Universitas Sumatera Utara
3. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan dalam penelitian ini adalah : 3.1. Bagaimana gambaran pengetahuan keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai ? 3.2. Bagaimana gambaran sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Bin 4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk : 4.1 Praktek Keperawatan Manfaat penelitian ini pada praktek keperawatan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi praktek keperawatan komunitas untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada lansia dan keluarga lansia serta untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap positif bagi keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia. 4.2 Peneliti Keperawatan Manfaat penelitian ini pada peneliti keperawatan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan sumber data untuk kepentingan penelitian selanjutnya serta untuk mengetahui pengetahuan dan sikap keluarga tentang pencegahan kejadian jatuh pada lansia di Kelurahan Pahlawan Binjai. 4.3 Keluarga Manfaat penelitian ini bagi keluarga yaitu dapat digunakan sebagai sumber informasi mengenai pencegahan kejadian jatuh pada lansia.
Universitas Sumatera Utara