BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Fungsi tidur adalah untuk memelihara kondisi otak dalam keadaan optimal
agar dapat membantu kerusakan yang terjadi saat terjaga sepanjang hari. Alasan mengapa seseorang butuh tidur akan lebih jelas bila dilihat dari akibat bila seseorang tersebut tidak tidur, yakni menurunnya fungsi kognitif, perubahan suasana hati, perubahan neuroendokrin, bahkan kematian. Penelitian pada tikus yang mengalami Total Sleep Deprivation (TSD) selama tiga minggu menunjukkan perburukan fisik yang nyata: ulkus pada kulit, kaki dan ekor; peningkatan asupan makanan; hingga kematian (Acosta-Peña, et al, 2012). Pada beberapa penelitian tentang tidur disebutkan bahwa saat tidur terjadi proses konservasi energi, adaptasi ekologi, perbaikan pada tingkat seluler hingga sistem organ, serta peran pada proses belajar dan konsolidasi memori (Mignot, 2008). Meskipun mekanisme terjadinya proses-proses tersebut saat tidur belum diketahui pasti, kemungkinan besar didukung oleh fungsi sistem antioksidan. Sistem antioksidan memelihara integritas seluler melalui pembentukan molekul yang terlibat dalam struktur sel atau pengaturan siklus sel, dan meningkatkan sinaps sel otak (Acosta-Peña, et al, 2012). Selain udara, air, dan makanan, tidur merupakan satu lagi keperluan biologis yang tubuh kita sangat butuhkan. Tidur membantu proses konsolidasi memori, pembelajaran, pengambilan keputusan dan pemikiran kritis dalam otak,
1
2
dimana hal-hal tersebut diperlukan untuk operasi optimal dari fungsi kognitif yang berkaitan dengan kesuksesan akademis dan sosial (Gilbert & Weaver, 2010). Proses konsolidasi memori selama tidur mengubah bentuk memori baik secara kuantitas maupun kualitas melalui pola tertentu aktivitas neuronal dan gelombang potensial medan listrik pada saat tahapan tidur slow-wave sleep (SWS) dan rapid eye movement (REM) (Diekelmann, 2010). Siklus
tidur-bangun
mahasiswa perguruan
tinggi
sebagian
besar
berkarakteristik: durasi tidur yang pendek pada hari-hari kerja; fase delay (waktu bangun tidur lebih siang) pada akhir minggu, sehingga tidak mengejutkan lagi bahwa kuantitas maupun kualitas tidur yang buruk umum dialami oleh dewasa muda dan populasi mahasiswa perguruan tinggi (Brown & Buboltz, 2003). Seiring berjalannya waktu, jumlah mahasiswa yang dilaporkan memiliki gangguan tidur semakin meningkat. Gangguan tersebut yang paling sering dilaporkan adalah gangguan untuk tertidur dimana dibutuhkan lebih dari 30 menit untuk bisa tertidur, serta mempertahankan tidur sehingga banyak mahasiswa terbangun pada malam hari (Davidson, 2012). Mahasiswa kedokteran cenderung memiliki gangguan tidur dan kualitas tidur yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mahasiswa fakultas hukum, oleh karena kondisi pendidikan dan pekerjaannya yang tingkat stressnya tinggi, beban kerjanya berat, dan aktivitas malam hari yang kebanyakan digunakan untuk belajar. Kualitas tidur yang buruk pada mahasiswa kedokteran dapat pula dibarengi dengan berbagai gangguan psikologis, gangguan neurokognisi, gangguan pada proses belajar, dan berimbas pada prestasi akademis. Prestasi akademis yang buruk akan menyebabkan mahasiswa kedokteran memiliki
3
tanggung jawab serius terhadap karir dan kualitas hidupnya nanti (Lashkaripour, 2012). Nilai indeks prestasi umumnya merupakan alat ukur utama dari prestasi akademis pada mahasiswa perguruan tinggi. Penelitian tentang hubungan antara tidur dan nilai telah banyak dilakukan dan menunjukkan nilai indeks prestasi yang lebih rendah didapat oleh mahasiswa dengan gangguan tidur (Davidson, 2012). Sebuah studi di Amerika yang dilakukan pada kalangan mahasiswa fakultas kedokteran mengungkapkan hubungan antara siklus tidur-bangun, PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index), dan prestasi akademik. Hasil penelitian menyebutkan berdasarkan penilaian PSQI, 38,9% mahasiswa memiliki kualitas tidur yang buruk. Berbagai analisis regresi menunjukkan adanya korelasi antara latensi tidur, ketidakteraturan tidur dan durasi tidur dengan prestasi akademik yang dicapai (Medeiros et al, 2010). Hal tersebut disebabkan oleh peran tidur yang mempengaruhi variasi fungsi kognisi, dibuktikan pada sebuah penelitian yang menunjukkan tidur dengan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan ketidakmampuan dalam belajar terutama kurangnya proses konsolidasi memori sehingga berpengaruh pada penilaian proses belajar (Kirov, 2012). Kunci dari pembentukan memori jangka panjang adalah bagaimana jaringan saraf otak mendapatkan informasi baru (plastisitas) tanpa menghapus pengetahuan terdahulu (stabilitas). Seperti yang telah dijelaskan diatas, tahapan tidur SWS dan REM berfungsi mengoptimalkan konsolidasi memori, pada saat tahapan SWS sistem konsolidasi aktif mengintegrasikan memori yang baru didapat dengan memori yang sudah didapat,
4
lalu selanjutnya pada tahapan REM memori tersebut akan distabilkan dengan konsolidasi sinaptik (Diekelmann, 2010). Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa ada hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi akademik mahasiswa fakultas kedokteran. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui adakah hubungan antara kualitas tidur dengan indeks prestasi mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang, agar dapat menjadi bukti bahwa ada kepentingan untuk meningkatkan program edukasi tidur utuk meningkatkan kesuksesan mahasiswa. 1.2
Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara kualitas tidur dengan indeks prestasi
mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2013? 1.3
Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dengan indeks prestasi
mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Mengetahui kualitas tidur mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang.
2.
Mengetahui
indeks
prestasi
mahasiswa
fakultas
kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang. 3.
Mengetahui hubungan antara kualitas tidur dan nilai indeks prestasi serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.
5
4.
Mengetahui komponen-komponen kualitas tidur pada mahasiswa antara lain latensi tidur, durasi tidur, efisiensi tidur, gangguana tidur, penggunaan medikasi untuk tidur, disfungsi pada siang hari dan kualitas tidur secara subyektif.
1.4
Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Klinis 1.
Dapat memberi pengetahuan kepada kepada praktisi kesehatan tentang kualitas tidur yang buruk dapat mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa fakultas kedokteran.
2.
Dapat memperbaiki rencana kesehatan untuk mengedukasi masyarakat manfaat peningkatan kualitas tidur.
1.4.2 Manfaat Akademis 1.
Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan kedokteran.
2.
Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh kualitas tidur tidak hanya pada mahasiswa fakultas kedokteran
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman mahasiswa fakultas kedokteran mengenai pengaruh kualitas tidur terhadap prestasi akademis. Diharapkan para mahasiswa secara mandiri dapat melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas tidur mereka sehingga dapat mendapat nilai indeks prestasi yang lebih baik.