BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan bisnis dalam industri manufaktur semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian yang mengakibatkan adanya tuntutan bagi perusahaan untuk terus mengembangkan inovasi, memperbaiki kinerja, dan melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan perusahaan beraneka ragam, salah satunya adalah menjadi perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang baik sehingga dapat menjadi pesaing bisnis yang handal dalam pasar. Return On Equity (ROE) merupakan salah satu kinerja keuangan yang dinilai oleh perusahaan dan pemegang saham. Untuk mengetahui besarnya Return On Equity (ROE), perusahaan harus menganalisis ulang bagaimana kinerja perusahaan selama periode tertentu. Penilaian kinerja keuangan dapat dilakukan melalui analisis laporan keuangan karena pada dasarnya laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihakpihak yang berkepentingan. Meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham juga merupakan tujuan perusahaan. Pihak manajemen sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (principal). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberi sinyal
1
mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan kadang tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Hal ini dikenal sebagai asimetri informasi (Haris dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Pemikiran bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberi keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri (selfinterested behavior). Hal tersebut mengakibatkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham (pemilik perusahaan) yang sering disebut agency
problem
atau
konflik
keagenan.
Berdasarkan
teori
keagenan,
permasalahan tersebut dapat diatasi dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance). Mekanisme corporate governance memiliki kemampuan pengendalian yang dapat mensejajarkan perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen, sehingga dapat menghasilkan suatu laporan keuangan yang memiliki kandungan informasi laba yang berkualitas (Boediono, 2005:176). Corporate governance yang mengandung lima unsur penting yaitu transparancy, accountability, responsibility, independency, dan fairness, diharap dapat menjadi suatu jalan dalam mengurangi konflik keagenan, dan nilai perusahaan akan dapat dinilai dengan baik oleh investor. Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham, dan stakeholders lainnya. Corporate governance dapat menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholder). Nilai tambah yang dimaksud adalah perlindungan efektif terhadap investor dalam memperoleh
2
kembali investasinya dengan wajar dan bernilai tinggi. Ada beberapa mekanisme yang sering dipakai dalam berbagai penelitian mengenai good corporate governance di antaranya kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit. Perusahaan diharuskan melakukan kewajiban terhadap masyarakat dan lingkungan perusahaan yang diatur oleh negara dalam Undang–Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang perseroan terbatas, tentang tangung jawab sosial dan lingkungan
perseroan
terbatas
yang
disebut
CSR
(Corporate
Social
Responsibility). Corporate Social Responsibility (CSR) dilakukan perusahaan dengan mengorbankan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Untuk itu dibutuhkan suatu pengungkapan dalam pelaporan keuangan untuk kepentingan perusahaan dan pemakai laporan keuangan perusahaan. Hasil dari penerapan CSR (Corporate Social Responsibility) yang dilakukan perusahaan diungkap di dalam laporan keuangan perusahaan. Namun beberapa perusahaan tidak mengungkap CSR dalam laporan keuangan perusahaan, sedangkan kelengkapan pengungkapan laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh para pemegang saham. Menurut Rustiarini (2010:3) perusahaan melakukan pengungkapan CSR dengan harapan dapat meningkatkan reputasi dan nilai perusahaan. Pencitraan perusahaan juga merupakan reputasi yang menjadi nilai tambah bagi perusahaan.
1.2 1.
Rumusan Masalah Apakah terdapat pengaruh penerapan (Kepemilikan
institusional,
kepemilikan
3
Good Corporate Governance manajerial,
proporsi
dewan
komisaris independen, dan komite audit) terhadap kinerja keuangan (Return On Equity) perusahaan? 2.
Apakah
terdapat
pengaruh
pengungkapan
CSR
(Corporate
Social
Responsibility) terhadap kinerja keuangan (Return On Equity) perusahaan?
1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian terhadap perusahaan
yaitu sebagai berikut: 1.
Untuk menguji pengaruh penerapan GCG (Kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, dan komite audit) terhadap kinerja keuangan (Return On Equity) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2.
Untuk
menguji
pengaruh
pengungkapan
CSR
(Corporate
Social
Responsibility) terhadap kinerja keuangan (Return On Equity) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharap dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Kontribusi Praktis Hasil penulisan ini diharap dapat berguna sebagai bahan masukan dan cerminan perusahaan untuk pertimbangan bagi pihak manajemen perusahaan untuk
melakukan
perbaikan
atas
dampak
yang
dipengaruhi
oleh
pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) di dalam laporan keuangan dan dampak yang terjadi atas mekanisme GCG (Good Corporate
4
Governance) terhadap Kinerja keuangan di dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Kontribusi Teoretis Pemahaman mengenai dampak–dampak yang dihasilkan oleh pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) dan
mekanisme GCG (Good
Corporate Governance) terhadap Return On Equity (ROE).
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menggunakan dua variabel independen yaitu penerapan good
corporate governance dan pengungkapan CSR (Corporate Social Responsibility) dan varibel dependen kinerja keuangan. Obyek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang go publik di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2010 sampai dengan 2012.
5